
Ada banyak dongeng tentang hewan yang ceritanya seru dan memiliki beragam pesan moral. Salah satu contohnya adalah dongeng Si Kancil dan Beruang yang keseruan kisahnya bisa kamu simak di artikel ini. Selamat membaca!
Siapa bilang dongeng hanya cocok untuk anak-anak? Kisahnya yang seru dan menarik juga bisa menjadi hiburan untuk semua kalangan usia. Salah satu dongeng yang kisahnya seru adalah Si Kancil dan Beruang.
Dongeng ini mengisahkan tentang seekor kancil yang cerdik dan bijaksana. Ia selalu membantu para hewan yang mengalami kesulitan. Lalu, ia mendapat laporan dari seekor burung bahwa ada beruang yang mengusik ketenangan mereka.
Beruang tampak sangat menakutkan. Lantas, sanggupkah Kancil memberi pelajaran pada beruang? Kalau penasaran, simak dongeng Si Kancil dan Beruang selengkapnya di artikel ini, yuk! Selain kisahnya, ada juga unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya, lho. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Si Kancil dan Beruang
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seekor kancil bernama Deri yang tinggal di sebuah hutan lebat. Deri memiliki banyak teman karena ia baik dan suka menolong.
Tak hanya itu saja, Deri juga cerdik dan pandai menyelesaikan masalah. Ketika ada hewan lain yang membutuhkan bantuan, ia dengan cepat mencari solusi.
Karena telah membantu banyak hewan, Deri memiliki banyak teman dan sahabat. Mulai dari semut hingga gajah, semua berteman dengannya.
Pada suatu pagi, si kancil cerdas berjalan-jalan ke seluruh penjuru hutan. Ia ingin memastikan para hewan hidup dengan tenang dan nyaman.
Lalu, ia berkunjung ke sebuah sungai pinggir hutan yang telah lama tak dikunjunginya. Ia mengunjungi sungai itu karena ingin bertemu dengan sekawanan angsa dan burung bangau.
Namun, sesampainya di sana, ia tak menemukan satu pun burung bangau atau angsa. Ia lalu mencari-cari mereka ke setiap sudut hutan.
Ia menemukan para burung berkumpul di suatu parit. Wajah mereka terlihat lesu dan sedih. Si Deri lalu mendekati mereka untuk mencari tahu.
Beruang Mengusik Ketenangan
“Hai, kawan-kawan burung, apa kabar kalian? Kenapa wajah kalian tampak lesu sekali? Ada apa gerangan?” tanyanya khawatir.
“Untung kau kemari, Der. Kami sedang dilanda masalah besar,” ucap salah satu burung bangau.
“Masalah apa? Apa yang terjadi pada kalian? Kenapa kalian di sini, tidak di sungai?” tanya Deri cemas.
“Kami tak berada di sungai karena ada seekor beruang bernama Tedi di sana,” jawab si bangau.
“Lantas, apa masalahnya? Bukankah kalian harusnya berbagi kawasan?” ucap Deri.
“Masalahnya, Tedi sangat serakah, Der. Ia ingin menguasai seluruh ikan-ikan di sungai itu. Ia mengancam jika ada yang berani mengambil ikan di sana, akan ia makan. Kami tak berani melawannya. Karena itu, kami pindah kemari dan makan seadanya. Kami kelaparan,” jelas burung lain.
Mendengar penjelasan itu, Deri merasa sangat marah. “Pantas saja sungai sangat sepi. Biasanya juga disinggahi burung-burung untuk mencari ikan. Aku tidak bisa membiarkan semua ini,” ucap Deri.
“Tolong bantu kami, Der,” ucap para burung penuh harap.
Deri lalu diam dan berpikir sejenak. Ia tak boleh gegabah dalam menghadapi binatang kejam itu. Tak mungkin ia melawan Tedi dengan fisik. Sudah pasti Deri kalah karena tubuhnya lebih kecil.
Para burung menunggu solusi dari Deri dengan perasaan was-was. Mereka khawatir temannya itu tak menemukan jalan keluar.
Melawan Beruang
Beberapa saat kemudian, Deri un tersenyum. Matanya berbinar-binar. Tampaknya ia telah menemukan solusi atas permasalahan para burung.
“Kawan-kawan, aku punya ide yang mungkin bisa kita lakukan untuk mengusir Tedi. Hanya saja, aku tak bisa melakukannya sendirian. Aku butuh bantuan kalian. Apa kalian mau membantuku?” tanya Deri.
“Tentu saja kami siap membantu, Der! Semua itu kan untuk kebaikan kami juga,” ucap para burung serempak.
“Bagus. Aku suka semangat kalian. Dengarkan baik-baik perintahku, ya. Jadi, kalian pergilah untuk mencari kepiting sebanyak mungkin. Kalian bisa mencari di sungai, sawah, atau danau. Lalu, kumpulkan kepiting itu di malam hari. Kita letakkan semua kepiting ke dalam kolam. Sampai sini paham?” ucap Deri.
“Paham, Der. Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” tanya seekor burung.
“Nah, karena kita meletakkan para kepiting di malam hari, Tedi tak akan mengetahui para kepiting itu. Saat pagi datang, ia akan masuk ke sungai dan kepiting-kepiting akan mencapitnya. Kita tunggu beberapa hari dengan sabar, aku yakin beruang itu akan kapok dan pergi dengan sendirinya. Apa kalian setuju dengan ideku?” tanya si kancil.
“Tentu saja kami setuju dengan idemu. Kami akan segera mencari kepiting,” ucap para burung.
Dengan penuh semangat dan ambisi, para burung lalu pergi berpencar untuk mencari kepiting.
Mencari Kepiting
Di suatu danau, si bangau bertanya pada seekor kepiting. “Tuan kepiting, bolehkah aku meminta bantuanmu?” tanyanya.
“Bagaimana hewan kecil sepertiku bisa membantumu?” ucap si Kepiting.
“Aku ingin membawamu dan kalau boleh beberapa temanmu untuk berkumpul sementara di sebuah sungai tempat biasa para burung makan,” jelas si burung.
“Kenapa kami harus melakukannya?” tanya salah satu kepiting bingung.
“Jadi, di sungai bisa kami makan ada seekor beruang yang kejam. Ia menguasai seluruh sungai. Kami tak boleh mengambil ikan di sungai itu. Hampir saja kami mati kelaparan, untung saja, kancil datang untuk menyelamatkan kami. Ia punya ide cemerlang, yaitu mengumpulkan para kepiting di sungai pada malam hari. Lalu, pada pagi hari, kalian bisa mencapitnya. Tentu saja, kami tak hanya meminta tolong pada dirimu dan kawananmu saja, kami juga meminta bantuan pada kepiting yang ada di danau dan sawah,” jelas burung.
“Oh, jadi begitu ceritanya. Kalau begitu, aku dan beberapa temanku siap membantu kalian,” ucap salah satu kepiting.
“Benarkah? Terima kasih banyak bila kalian mau membantu kami. Setelah beruang itu pergi, kami akan mengembalikan kalian ke tempat semula,” jelas si burung.
Beberapa burung lalu menggenggam dan membawa kepiting-kepiting itu dengan kaki mereka. Awalnya, mereka mengumpulkan para kepiting di dalam parit. Saat malam tiba dan beruang sudah tidur, para burung memindahkan kepiting itu
Keesokan harinya, Deri dan para burung bersembunyi di balik semak-semak. Mereka mengintip dengan hati berdebar-debar dan berharap semua berjalan sesuai rencana.
Berhasil Mengusir Beruang
Tepat perkiraan si Deri, Tedi mulai masuk ke dalam sungai. Tak lama kemudian, ia meraung-raung kesaktian. Saat keluar dari sungai, banyak sekali kepiting yang mencapit tubuhnya.
Beruang itu cukup kesulitan untuk melepas para kepiting itu. “Sialan, kenapa tiba-tiba ada kepiting di sungai ini? Dari mana datangnya mereka,” ucap si Tedi.
Dalam hati, para burung itu merasa senang melihat Tedi kesakitan. Lalu, pergilah Tedi meninggalkan sungai itu. “Apakah ia sudah pergi?” ucap salah satu burung.
“Artinya, kita sudah aman dan bisa kembali ke sungai lagi? Hore!” jawab si bangau.
“Tunggu dulu teman-teman. Kita tidak tahu apakah si Tedi benar-benar sudah menyerah atau belum. Kita harus sabar. Mari kita lihat dulu perkembangannya besok,” jelas Deri. Para burung setuju dengan perkataan
Meski telah dicapit, rupanya Tedi belum kapok. Esoknya, ia datang lagi ke sungai itu. Ketika ia masuk ke kolam, kejadian yang sama ia alami.
Kepiting-kepiting mencapit tubuh-tubuhnya. Tedi mengamuk. “Kenapa kepiting-kepiting ini masih di sungai? Aku jadi tidak bisa mencari ikan!” ucapnya geram.
Ia juga berusaha dengan keras melepaskan capitan dari kepiting-kepiting itu. Tedi lalu masuk ke dalam hutan dengan rasa sakit dan perut kelaparan,
Meski begitu, ia tak menyerah pada keadaan. Di hari ketiga, ia kembali lagi ke sungai. Kali ini, ia akan menyerang para kepiting yang mencapitnya.
Namun, Tedi tak berhasil menyerang para kepiting. Karena jumlah kepiting itu sangat banyak. Bahkan, ada satu yang mencapit mata Tedi.
Hal itu membuat si beruang berteriak kesakitan. Deri merasa kasihan dengan beruang itu. Ia pun memikirkan rencana baru.
Rencana Baru Deri
“Teman-teman, aku punya rencana baru. Kalian tunggu di sini,” ucap Deri pada para burung.
Ia lalu mengambil kepiting yang mencapit mata Tedi. Dari semak-semak, para burung merasa geram. “Kenapa ia malah membantu beruang itu?” tanya salah satu burung.
“Apa sebenarnya rencana barunya?” tanya si bangau.
Si Tedi berterima kasih pada Deri karena telah menolongnya. “Terima kasih, Deri, karena kau mau membantuku. Aku lapar sekali, entah sejak kapan kepiting-kepiting ini ada di sini,” ucap Tedi.
“Aku senang bisa menolongmu. Tapi, bukankah tempat ini seharusnya milik para burung? Kenapa kau ada di sini?” tanya Deri.
“Tentu saja aku merebut tempat ini dari mereka. Ikan-ikan di sini sangat banyak dan lezat,” jawabnya.
“Tapi, dengan kedatangan kepiting ini, mana bisa kamu menangkap ikan-ikan di sini?” ujar Deri.
“Iya, maka dari itu aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Ak merasa sangat lapar,” tanya Tedi.
“Bagaimana kalau kau meminta tolong pada burung-burung untuk mengambil kepiting-kepiting ini? Tapi, setelah itu kau harus berbagi makanan dengan mereka,” ucap Deri.
“Tapi, aku sudah jahat kepada mereka. Memangnya mereka mau memaafkanku dan tinggal bersamaku?” ucap Tedi.
“Tentu saja mereka akan memaafkanmu,” ucap Deri.
“Aku akan mengajak para burung kemari. Akan kujelaskan apa yang terjadi dan kau segeralah minta maaf,” imbuhnya.
Tedi menuruti perkataan Deri. Ia menyesal karena telah mengusik para burung. Lalu, Deri menceritakan rencana barunya pada para burung.
Mereka setuju dengan rencana Deri itu. Lalu, datanglah mereka ke sungai untuk menemui Tedi.
Beruang dan Para Burung Berteman
Karena merasa bersalah, Tedi pun meminta maaf pada burung-burung itu. “Maafkan aku karena pernah mengusik kalian. Padahal, sungai ini adalah tempat yang semula kalian huni. Aku merasa sangat bersalah,” ucap Tedi.
“Kami memaafkanmu, Ted. Kami akan mengambil para kepiting ini dan memindakan merkea ke danau agar kita bisa memakan ikan lagi. Tapi, aku harap kamu mau berbagi,” ucap salah satu bangau.
“Iya, Burung. Aku berjanji tak akan mengusik ketenangan kalian. Aku juga akan membantu kalian bila butuh bantuan, ucap Tedi.
Lalu, burung-burung itu memindahkan para kepiting ke tempat semula. Mereka berterima kasih pada kepiting dan kancil yang telah menyelamatkan para burung.
Sejak saat itu, Tedi dan para burung hidup rukun. Mereka hidup saling berbagi. Tedi sering membantu mereka membuat sarang burung. Kancil merasa senang karena teman-temannya hidup rukun dan saling berbagi.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita dongeng Beruang dan Si Kancil, kamu mending baca juga ulasan unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng ini adalah tentang seekor kancil cerdik yang baik hati. Ia kerap membantu hewan yang mengalami kesulitan.
Konflik utamanya adalah si kancil berusaha membantu para burung dari beruang yang mengusik ketenangan mereka. Berkat kecerdikannya, kancil akhirnya mampu mendamaikan kedua binatang itu.
2. Tokoh dan Perwatakan
Siapa saja tokoh dalam cerita dongeng Si Kancil dan Beruang ini? Sesuai judulnya, tokoh utamanya tentu saja adalah kancil bernama Deri dan beruang bernama Tedi.
Meski kancil biasanya digambarkan sebagai hewan yang licik, di dongeng ini ia memiliki sifat yang cerdas dan baik hati. Itu berarti ia adalah tokoh utama protagonis di dongeng ini
Sementara si beruang adalah tokoh antagonisnya. Ia memiliki sifat yang serakah dan maunya menang sendiri.
Selain tokoh utama, dongeng Beruang dan Si Kancil ini juga memiliki tokoh pendukung. Mereka adalah si burung bangau, angsa, dan kepiting.
3. Latar
Latar tempat yang digunakan dongeng ini adalah di beberapa tempat di sebuah hutan belantara. Pada awal cerita, latar tempat ada di sebuah sungai.
Lalu, cerita berpindah ke parit tempat para burung tinggal sementara. Latar cerita berikutnya ada di semak-semak, di mana para burung dan kancil mengintip beruang yang kesakitan.
4. Alur Cerita Dongeng Si Kancil dan Beruang
Alur cerita dongeng Si Kancil dan Beruang ini adalah maju alias progresif. Cerita berawal dari seekor kancil bernama Deri yang mendapati teman-teman burungnya bersedih dan merana.
Rupanya, para burung itu terganggu dengan kedatangan beruang bernama Tedi yang merebut tempat tinggal mereka.
Biasanya, para burung tinggal di sungai yang banyak ikannya. Namun, Tedi merebut sungai itu dan menguasainya seorang diri.
Untung saja Deri segera datang, sehingga para burung bisa meminta bantuan kepadanya. Dengan kecerdikan otaknya, Deri menemukan ide cemerlang.
Pada malam hari, ia meminta para burung untuk mengumpulkan kepiting di dalam sungai. Keesokan harinya, Tedi yang tak sadar sungai telah berisi banyak kepiting, langsung masuk begitu saja ke dalamnya.
Ia lalu keluar sungai dan meronta-ronta kesakitan. Meski demikian, ia tak pernah menyerah. Keesokan harinya, ia tetap kembali ke sungai. Namun, lagi-lagi para kepiting itu mencapitnya.
Di hari ketiga, ada kepiting yang mencapit mata beruang. Karena merasa kasihan, kancil pun terpikirkan rencana baru yang tak merugikan kedua belah pihak.
Ia lalu menolong Tedi dan memintanya untuk minta maaf pada para burung. Rupanya, Tedi mau minta maaf dan merasa sangat bersalah. Sejak saat itu, Tedi dan para burung akhirnya berteman baik.
5. Pesan Moral
Apa sajak pesan moral dari cerita dongeng Si Kancil dan Beruang ini? Tentu saja ada beberapa nilai moral yang bisa kamu petik. Pesan utamanya adalah sesama makhluk hidup harus saling membantu.
Di kala orang lain membutuhkan bantuan, berilah pertolongan semampumu. Pertolongan itu akan menjadi ladang pahala untukmu.
Amanat berikutnya dari cerita dongeng si Kancil dan Beruang adalah jangan bersikap serakah. Keserakahan hanya akan membuatmu melupakan segala hal. Seperti halnya Tedi yang serakah dan melupakan para burung.
Hukum karma masih berlaku. Apa yang kamu perbuat, akan Tuhan balas dengan pengalaman yang setimpal. Karena itu, berbuat baiklah kepada sesama dan jagan pernah serakah.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Sudah puas dengan unsur intrinsik dari cerita dongeng ini? Nah, biar wawasanmu makin bertambah, yuk, simak fakta menariknya berikut ini;
1. Ada Versi Lain
Cerita dongeng Si Kancul dan Beruang memiliki versi lain yang tak kalah seru. Di sebuah hutan yang lebat, ada seekor beruang yang senang mendengar suara seruling yang ditiup oleh seorang gembala.
Beruang lalu menceritakan keindahan suara itu pada si kancil. Setiap hari, beruang diam-diam mendengar indahnya suara seruling itu.
Pada suatu sore yang hangat, kancil sedang berjalan-berjala di sekitar pohon bambu. Ia lalu mendengar suara derit bambu yang cukup merdu. Mendengar derit bambu itu, kancil ingin membohongi beruang.
Ia mengatakan pada temannya itu kalau dirinya bisa meniup seruling bambu. Lalu, kancil mengajak beruang ke ladang bambu itu. Ia pura-pura meniup bambu dan muncullah bunyi-bunyi yang cukup merdu.
Beruang sangat memuji kemampuan kancil. Namun, lambat laun beruang mengetahui bahwa kancil menipunya. Meski begitu, beruang tak marah karena suara gesekan bambu itu memang sangatlah indah.
Ceritakan Dongeng Si Kancil dan Beruang ke Teman-Temanmu
Itulah tadi cerita dongeng Si Kancil dan Beruang beserta ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Kamu suka dengan dongengnya, kan? Yuk, hibur teman-temanmu dengan membacakan kisah seru ini pada mereka.
Kalau kamu ingin membaca dongeng lainnya, langsung saja telusuri Poskata.com kanal Inspirasi. Ada banyak pilihan dongeng yang bisa kamu pilih, misalnya saja dongeng Pangeran Ikan, kisah Manusia Kue Jahe, dan dongeng Ayam Jago Baru.
Selain dongeng, di kanal ini juga ada banyak cerita rakyat Nusantara. Beberapa di antaranya asal-usul Semarang, legenda Danau Toba, kisah Danau Batur, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!