
Ada banyak dongeng tentang persahabatan yang kisahnya menarik dan sarat pesan moral. Salah satu contohnya adalah dongeng Singa dan Zebra yang kisah serunya telah kami paparkan di artikel ini. Yuk, baca langsung saja!
Kegiatan seru yang bisa kamu lakukan sebelum tidur adalah membaca dongeng singkat. Ada banyak cerita seru yang bisa kamu baca, salah satunya adalah dongeng Singa dan Zebra.
Kamu sudah pernah membaca dongeng yang mengajarkan pentingnya ketulusan dalam bersahabat itu? Kalau belum, secara singkat, dongeng hewan ini mengisahkan tentang persahabatan antara si Zebra dan Singa.
Singa menganggap Zebra sebagai sahabat sejatinya. Namun, Zebra justru bersikap sebaliknya. Lantas, konflik apakah yang terjadi dalam dongeng ini? Kalau penasaran, tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak cerita dongeng Zebra dan Singa beserta ulasan seputar unsur intrinsik, fakta menarik, dan pesan moralnya di artikel ini, yuk!
Dongeng Singa dan Zebra
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seekor singa bernama Leo yang sangat bijak dan baik hati di sebuah hutan belantara. Tak seperti singa yang terkenal jahat dan sombong, ia justru baik kepada hewan-hewan lainnya.
Itulah kenapa Leo terpilih menjadi Raja di hutan tersebut. Leo memiliki sahabat yang ia sangat sayangi, yaitu seekor zebra bernama Zio. Kapan pun Zio butuh bantuan, Leo selalu ada untuknya. Bagi si singa, zebra adalah sahabat terbaiknya.
Namun, Zio tak beranggapan sama. Ia adalah zebra licik dan jahat. Selama ini, ia hanya memanfaatkan kebaikan Leo. Ia juga tak segan-segan menakut-nakuti hewan lain hanya karena ia bersahabat dengan Raja Hutan.
Tak jarang, ia menjelek-jelekan Leo dan menganggap dirinyalah yang paling hebat di hutan. Zio memang semenyebalkan itu, tapi Leo selalu memaafkan sifat buruknya.
Pada suatu pagi, Zio sedang memakan rumput seorang diri di padang pasir. “Hmm, rumput di sini memang selalu lezat. Aku sangat menyukainya,” ucapnya girang.
Lalu, datangnlah seekor kelinci bernama Rubi menyapanya. “Hai, Zio. Tumben kau sendirian. Di mana sahabatmu Leo?” tanyanya.
“Entahlah. Aku rasa dia sedang asyik tidur. Aku tak begitu peduli padanya,” ucap Zio.
“Tak peduli? Bukankah dia sahabatmu?” tanya Rubi.
“Hahaha, selama ini, dialah yang selalu mengikutiku dan menganggapku sebagai teman dekatnya. Kalau aku biasa saja. Bagiku, dia tak ada apa-apanya,” ucap Zio.
Rubi tak kuasa mendengar ucapan sombong dari Zio. Namun, ia juga tak berani berkata apa-apa. Lalu, Rubi pun pergi menjauh dari zebra itu.
Zio yang Tak Tahu Diri
Setelah kenyang makan rumput, Zio pun berjalan-jalan untuk mencari kudapan lain. “Aku sudah kenyang makan rumput. Rasanya, aku jadi ingin makan buah,” ucapnya dalam hati.
Lalu, ia mencari buah di seluruh penjuru hutan. Bertemulah ia dengan pohon apel dengan buahnya yang merah dan tampak manis. “Wah, buah apel itu tampak lezat. Tapi, bagaimana caraku memetiknya?” tanyanya dalam hati.
Ia lalu mencari kayu di sekeliling pohon untuk memetik buah. Namun, tak ada satu pun yang bisa digunakan untuk meraih buah. Kemudian, Zio melihat seekor monyet sedang tidur di dahan pohon.
“Wah, ada si Monyet. Dia bisa kusuruh mengumpulkan buah yang banyak,” ucapnya gembira.
Zio menghentak-hentakkan kakinya di batang pohon apel untuk membangunkan si Monyet. Tak hanya terbangun, Monyet itu pun jatuh ke tanah.
“Aduh! Siapa yang meggoyang-goyangkan pohon ini!” ucap Monyet sambil menahan sakit.
“Heh! Enak sekali kau tidur melulu. Cepat petikkan aku buah apel yang banyak di pohon ini!” ucapnya tidak sopan.
“Siapa kau berani-beraninya mengganggu tidurku dan menyuruhku!” bentak si Monyet.
“Oh, rupanya kau tak tahu siapa aku! Kau tahu Leo si Raja Hutan?” tanya Zio.
“Tentu saja aku tahu! Dia adalah Raja yang baik dan bijak,” ucap si Monyet.
“Nah! Aku ini sahabatnya. Jika kau tak menurutiku, aku tak segan-segan meminta Leo untuk memakanmu! Kau mau jadi santapannya?” bentak Zio.
“Kau pikir Leo akan melakukannya? Ia tak mungkin sejahat itu padaku,” ucap Monyet itu.
“Hahaha, kau tak tahu, betapa Leo sangat lemah. Ia takut kepadaku dan apa pun perkataanku, ia akan menurutinya!” ucap Zio mengarang cerita.
Monyet percaya dengan perkataan itu. Ia pun memanjat pohon apel dan memetik beberapa buah untuk Zio. Di bawah pohon, Zio menyantap buah apel itu dengan lahapnya.
Mengelabui Binatang Lemah
Setelah kenyang memakan apel, Zio pergi begitu saja tanpa mengucapkan rasa terima kasih. “Dasar Zebra menyebalkan! Bisa-bisanya Leo mau bersahabat dengannya,” ucap Monyet kesal.
Karena kekenyangan, Zio pun tidur di bawah pohon yang rindang. “Hmm, lebih baik aku tidur dulu sebelum melanjutkan jalan-jalan,” ucap si Zio.
Tanpa sengaja, seekor tikus menginjak ekor Zio hingga ia terbangun. “Aduh! Siapa yang menginjak ekorku!” teriaknya.
“Ma… maafkan aku. Aku tak sengaja. Aku tak melihat ekormu. Sekali lagi aku minta maaf,” ucap si Tikus merasa bersalah.
“Kau pikir minta maafmu itu bisa menyembuhkan rasa sakit di ekorku? Enak sekali kau bilang maaf!” bentak Zio marah.
“La… Lalu apa yang harus aku lakukan untuk dapatkan maafmu?” tanya Tikus.
“Hmm, mudah saja! Cepat ambilkan aku air di sungai. Aku haus ingin minum,” ucap Zio.
“Tapi, bagaimana caraku mengambil air di sungai? Itu persyaratan yang sangat sulit,” ucap Tikus itu.
“Kau bisa mengambilnya dengan daun. Sedikit-sedikit pun tak masalah, asalkan aku tak haus lagi. Kau tak mau? Kalau begitu aku akan menghukummu,” ucap Zio.
Karena merasa takut, Tikus pun akhirnya mengambil sehelai daun dengan mulutnya dan membawanya ke dekat sungai yang tak jauh dari posisi Zio. Setelah mengambil air dengan daun, ia perlahan-lahan berjalan untuk menemui Zio.
Begitu terus sampai lebih dar 10 kali. Sampai akhirnya, si Tikus pun kelelahan. “Apakah kau masih haus? Aku sudah tak punya tenaga,” ucap si Tikus dengan napas terengal-engal.
Dengan santainya, Zio berkata, “Sebenarnya aku sedari tadi sudah tak haus. Jadi, tak masalah jika kau ingin berhenti dan kau sudah kumaafkan.” Begitu ucapnya sambil meninggalkan Tikus yang terkujur lemas.
Ia tak menyangka ada seorang hewan yang setega itu mengerjainya. Tanpa disadari, ia pun menangis karena merasa lelah.
Leo Mendapatkan Pengaduan Tentang Sahabatnya
Ketika terkapar tak berdaya, datanglah Leo yang sedang berjalan-jalan mencari sahabatnya. Ia merasa kasihan melihat Tikus terbujur lemas.
“Hai, Tikus. Kenapa kau tampak sangat lelah? Apa kau baik-baik saja?” tanya Leo.
“Aku tak baik-baik saja, Leo. Ada seekor zebra yang mengerjaiku. Aku tak sengaja menginjak ekornya, tapi kenapa ia tega menyuruhku bolak-balik ke sungai untuk mengambilkannya seteguk air dengan wadah daun,” ucapnya lemas.
“Apakah seekor zebra yang ia maksud si Zio? Kalau benar, aku tidak bisa diam saja,” ucap Leo dalam hati.
Lalu, datanglah si Monyet yang memang sedang mencari Leo untuk mengadu. “Tuan Leo. Aku hendak mengatakan sesuatu tentang sahabatmu, Zio,” ucap Monyet.
“Tadi ia membangunkanku dengan cara menendang batang pohon hingga aku terjatuh. Tak hanya itu, ia juga mengancamku. Katanya, kalau aku tak mamu memetik buah untuknya, ia akan mengadu padamu dan kamu akan memakanku. Aku yakin kau Raja yang bijak dan baik. Karena itu, aku ingin mengatakan sikap Zio kepadamu,” ucap Monyet.
“Begitu rupanya. Kalau begitu, aku akan segera memberi nasihat pada Zio. Terimakasih atas infonya ya kawan-kawan. Aku juga meminta maaf pada kalian karena ulah sahabatku,” ucap Leo.
“Kau tak perlu minta maaf. Dialah yang seharusnya memohon ampun pada kamu,” ucap Tikus dan Monyet.
Zio Tak Mau Mendengarkan Leo
Setelah mendengarkan keluhan dari Tikus dan Monyet, Leo bergegas untuk mencari sahabatnya. Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan sang sahabat di dekat sungai jernih.
“Zio, apa benar kau mengganggu para hewan di hutan ini?” tanya Leo.
“Siapa yang mengatakannya? Aku tak pernah mengganggu siapa pun. Aku hanya meminta tolong kepada mereka,” ucap Zio tak merasa salah.
“Tapi, aku dengar kau mengancam mereka bahwa aku tak segan-segan memakan hewan jika kau menyuruhku? Kenapa kau berpikiran seperti itu?” tanya Leo.
“Sudahlah! Aku hanya bercada. Mereka saja yang percaya dan lantas takut dengan perkataanku. Salah sendiri mereka bodoh,” ucap Zio.
“Hentikan perbuatanmu, Zio! Tak seharusnya kau memanfaatkan orang lain untuk kepentinganmu sendiri,” ucap Zio tak mau tahu.
“Sudahlah, tak usah mengguruiku! Aku tahu mana yang baik untukku. Kau tak perlu ikut campur. Aku mau berendam di sungai ini. Jika kau tak mau ikut, pergilah!” ucap Zio mengusir.
“Tunggu! Kau jangan asal berendam di sungai ini. Kau tak tahu apakah ada buaya di dalamnya atau tidak!” ucap Leo memberi peringatan.
“Aku tak peduli. Aku hanya mau berendam di tengah terik matahari yang sangat panas ini. Berhentilah menasihatiku! Kau terdengar seperti singa tua,” ucap Zio sambil mencelupkan tubuhnya di dalam sungai.
Leo hanya bisa mengalah. Ia cukup sedih mendapati sahabatnya tak mau mendengarkan nasihatnya. Lalu, ia pun meminum air dari tepi sungai.
Seekor Buaya Menyerang
Tak lama setelah Zio berendam, tiba-tiba ada seekor buaya yang menyerangnya. Zio lalu berteriak dengan sangat keras, “Tolong! Tolong aku! Leo!”
Mendengar teriakan sahabatnya, Leo bergegas menyelami sungai. “Zio! Bertahanlah! Aku akan segera menolongmu!” teriak Leo sambil berenang ke arah Zio.
Lalu, Leo menggigit ekor buaya. Mereka pun berkelahi di dalam sungai. “Lekas menepi dari sungai ini!” perintah Leo.
“Tapi, bagaimana denganmu?” ucap Zio tak tega.
“Tenanglah! Aku akan segera membereskannya,” ucap Leo sambil bertarung dengan buaya.
Pertarungan itu berlangsung cukup lama dan sangat sengit. Untung saja, pada akhirnya, Leo berhasil mengalahkan si buaya. Ia lalu segera menepi dengan sedikit luka-luka di tubuhnya.
Di tepi sungai, Zio menangis karena merasa bersalah dengan Leo. “Tak seharusnya aku mengabaikan nasihatmu. Seharusnya aku sedari awal mendengarkanmu, Leo. Maafkan aku,” ucap Zio sambil menangis.
“Sudah. Tak perlu menangisi aku. Lihat kakimu. Kau bahkan terluka lebih parah dariku,” ucap Leo yang juga bersedih melihat kaki sahabatnya terluka parah.
“Aku berjanji tidak akan mengganggu hewan-hewan lagi. Dan aku akan menuruti semua keinginanmu. Maafkan aku Leo. Huhuhu,” ucap Zio sambil menangis.
“Iya, iya! Aku memaafkanmu Zio. Semoga kamu belajar dari kejadian buruk yang menimpamu ini, ya!” ucap Leo.
Pada akhirnya, Zio pun meminta maaf pada hewan-hewan yang pernah ia kerjai. Lukanya pun berangsur-ansur sembuh. Namun, kakinya cacat seumur hidup.
Ia tak bisa lagi berjalan dengan normal. Salah satu kakinya pincang. Meski demikian, Leo tetap mau bersahabat dengan Zio. Mereka pun bersahabat selamanya.
Unsur Intrinsik
Usai membaca dongeng Singa dan Zebra di atas, lengkapi pengetahuanmu dengan membaca ulasan unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng Singa dan Zebra ini adalah tentang persahabatan. Seekor singa dengan tulus menjalin persahabatan dengan seekor zebra.
Namun, zebra itu justru memanfaatkan kebaikan si singa. Pada akhirnya, ada kejadian buruk yang menimpa binatang berkulit hitam putih itu yang membuatnya tersadar dan bersikap baik pada si singa.
2. Tokoh dan Perwatakan
Sesuai judulnya, ada dua tokoh utama dalam dongeng ini, yaitu si Singa bernama Leo dan Zebra bernama Zio. Berbeda dengan karakter pada umumnyanya, sifat singa dalam dongeng persahabatan singa dan zebra ini justru baik hati.
Ia adalah pemimpin hutan yang bijak dan senang membantu hewan lain. Namun, kebaikannya itu justru dimanfaatkan oleh sahabatnya, Zio.
Zio digambarkan sebagai sosok hewan licik yang memanfaatkan posisi sahabatnya sebagai pemimpin untuk menakut-nakuti hewan lain. Selain itu, ia juga beranggapan Leo adalah teman yang mudah untuk dibodohi.
Tak hanya singa dan zebra, dongeng ini juga memiliki beberapa tokoh pendukung yang turut mewarnai jalannya cerita. Mereka adalah kelinci bernama Rubi, Monyet, dan Tikus.
3. Latar
Bisakah kamu menebak di mana latar cerita dongeng persahabatan Singa dan Zebra ini? Tentunya ada beberapa lokasi yang disebutkan dalam dongeng ini.
Secara garis besar, cerita ini terjadi di sebuah hutan belantara. Namun, lokasi detail, seperti nama hutan atau negaranya tak disebutkan secara detail.
Secara spesifik, dongeng persahabatan singa dan zebra ini terjadi di beberapa tempat. Beberapa di antaranya adalah di padang rumput, bawah pohon apel, bawah pohon rindang, dan sungai.
4. Alur
Alur cerita dongeng Singa dan Zebra ini adalah maju alias progresif. Dongeng ini mengisahkan tentang seekor Raja Hutan bernama Leo yang mempunyai sifat baik hati dan gemar menolong.
Namun, ia punya sahabat yang licik dan menyebalkan. Namanya adalah Zio, seekor zebra. Ia acapkali berbuat jahat kepada hewan-hewan di hutan.
Tak hanya itu, dirinya juga kerap menjelek-jelekkan Leo di hadapan hewan lain. Pada saat bertemu Rubi, seekor kelinci, di padang rumput, Zio mengatakan bahwa Leo selalu mengikutinya. Padahal, ia sama sekali tak peduli pada singa itu.
Di sisi lain, ia kerap membanggakan dirinya karena bersahabat dengan Raja Hutan untuk menakut-nakuti hewan lemah. Saat ingin makan buah, ia melihat seekor monyet sedang tertidur di atas dahan.
Lalu, ia membangunkan si Monyet dengan cara menendang batang pohon hingga Monyet itu jatuh. Zio pun mengatakan bahwa dirinya adalah sahabat dari Raja Hutan dan memerintah Monyet untuk memetik buah apel untuk dirinya.
Dengan sangat terpaksa Monyet itu menuruti perkataan Zio. Leo mendengar sifat-sifat buruk sahabatnya. Ia pun memberi nasihat padanya. Namun, Zio tak mau mendengarkan.
Kejadian buruk pun menimpa Zio. Saat berendam di sungai, ada seekor buaya yang menggigit kakinya. Dengan cepat dan sigap, Leo langsung masuk ke sungai dan bertarung dengan buaya.
Meski berujung penuh luka ringan, Leo berhasil memenangkan pertarungan. Zio merasa bersalah dan sangat berterimakasih pada Leo.
Ia pun menyesal karena telah berbuat jahat pada hewan lain. Karena itu, dirinya meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya. Sejak saat itu, mereka pun bersahabat dengan baik.
5. Pesan Moral
Apa pesan moral yang dapat kamu ambil berdasarkan cerita dongeng persahabatan Singa dan Zebra ini? Tentu ada beberapa pesan yang bisa kamu petik.
Pesan utama adalah hargailah sahabatmu dan jangan memanfaatkan kebaikannya. Tak seharusnya Zio menghianati ketulusan yang Leo berikan padanya. Seharusnya, persahabatan itu saling menyayangi dan mengasihi, bukan sebaliknya.
Jika saja Leo tak tulus, ia pasti sudah meninggalkan si Zio sejak lama. Namun, ia memilih tuk bertahan demi persahabatan.
Nilai moral berikutnya yang bisa kamu petik adalah jangan pernah menggunakan relasi untuk menakuti orang lain. Zio dengan santainya menggunakan ikatan persahabatannya dengan sang Raja Hutan untuk menyuruh-nyuruh hewan lain.
Ditambah lagi, Zio juga menuduh Leo akan menuruti segala permintaannya. Pada kenyataanya, Leo adalah pemimpin bijak yang tak mudah terpengaruh dengan hal buruk.
Terakhir, setiap perbuatan buruk akan mendapatkan karma atau balasannya. Akibat dari segala perbuatannya, Zio mengalami kejadian buruk yang membuatnya tersadar dan mengakui setiap kesalahannya.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam bertindak dan berucap. Jangan sampai sikap atau perkataanmu membuat orang lain sakit hati atau merugi.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Nah, sebelum mengakhiri artikel ini, kurang lengkap rasanya kalau kamu belum membaca fakta menari dari dongeng Singa dan Zebra. Apakah itu? Berikut ulasan singkatnya;
1. Ada Versi Lain

Pada umumnya, cerita dongeng memang memiliki beberapa versi cerita. Begitu pun dengan cerita dongeng Singa dan Zebra ini. Ada versi yang mengisahkan tentang seekor zebra yang iri pada kuda berwarna hitam.
Ia pun ingin memiliki kulit berwarna hitam karena terlihat gagah. Lalu, ia meminta seekor jerapah untuk mengecat dirinya menjadi hitam. Awalnya, jerapah menolak. Namun, Zebra terus memaksa.
Pada akhirnya, jerapah pun menuruti keinginan si Zebra. Tak lama setelahnya, kulit Zebra menjadi hitam dan ia sangat menyukainya. Ia pun memamerkannya pada sang ibu.
Tentu saja sang ibu marah-marah. Ia menjelaskan bahwa warna kulit tiap hewan berbeda karena Tuhan menciptakan mahluknya dengan keunikannya masing-masing.
Tak lama kemudian, banyak hewan berlarian. Rupanya, mereka menghindari serangan dari seekor singa. Zebra hitam sangat menarik perhatian si singa.
Ia pun fokus mengejar Zebra hitam. Karena masih kecil, Zebra itu tak kuasa berlari dengan cepat. Alhasil, singa menerkam dan memakannya. Seandainya ia mensyukuri warna kulit dan tak mengubahnya menjadi hitam, mungkin ia masih bisa selamat.
Bagikan Cerita Dongeng Singa dan Zebra ke Teman-Temanmu
Itulah tadi salah satu contoh cerita fabel dengan tema persahabatan beserta ulasan lengkapnya. Kisahnya sangat seru dan sarat akan pesan moral, kan? Yuk, kirimkan kisah seru tentang persahabatan ini kepada sahabat-sahabatmu.
Kalau kamu pengen baca kisah lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak cerita yang bisa kamu pilih. Beberapa di antaranya adalah dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas, kisah Tujuh Burung Gagak, cerita Gagak dan Kendi, serta masih banyak lagi.
Selain dongeng, ada pula legenda-legenda Nusantara yang kisahnya tak kalah menarik. Misalnya saja seperti legenda Datu Pujung, asal usul Danau Batur, cerita rakyat Gunugn Merapi, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!