
Kamu ingin membaca dongeng, tapi bingung pilih cerita yang mana? Tak usah ragu lagi, mending langsung aja baca keseruan dongeng Tukang Sepatu dan Liliput yang ada di artikel ini, yuk! Selamat membaca!
Membaca cerita atau dongeng bisa menjadi hobi buat beberapa orang. Apakah kamu salah satunya? Jika iya, kamu mungkin bisa membaca keseruan dongeng Tukang Sepatu dan Liliput.
Kamu sudah pernah mendengar atau membaca kisahnya? Secara singkat, dongeng Tukang Sepatu dan Liliput mengisahkan tentang sepasang kakek nenek pembuat sepatu yang amat baik hati.
Mereka lalu bertemu dengan beberapa kurcaci atau liliput yang tak mengenakan sepatu dan baju. Lantas, apakah yang akan Kakek dan Nenek itu lakukan? Kalau penasaran, simak kisah selengkapnya di artikel ini, yuk! Selamat membaca!
Cerita Dongeng Tukang Sepatu dan Liliput
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah sepasang kakek dan nenek di sebuah kota kecil. Mereka tak punya anak dan cucu. Untuk mencukupi kebutuhan, mereka bekerja sebagai pembuat sepatu.
Sang Kakek yang membuat sepatu, sedangkan si Nenek bertugas untuk menjualnya. Meski hasil penjualan tak seberapa, mereka selalu membelikan makanan untuk banyak orang, dari anak kecil hingga yang tua.
Karena itulah, uang mereka selalu habis. Namun, mereka tetap bersyukur dan bahagia hidup sederhana. Baik si Kakek atau pun si Nenek merasa senang melihat senyum dari orang-orang yang mereka bantu.
Pada suatu malam, Kakek hanya berhasil membuat satu pasang sepatu kecil berwarna merah. Sebab, tak ada lagi kain yang tersisa. Mereka terlalu miskin untuk membeli bahan sepatu.
Sang Kakek lalu berkata pada istrinya, “Istriku, bahan yang kita punya hanya tinggal sedikit. Jadi, aku hanya bisa membuat sepatu merah kecil ini.”
“Tidak apa, Kek. Jika besok aku berhasil menjualnya, mungkin kita bisa membeli bahan sepatu,” jawab Nenek.
Tak lama kemudian, ada seorang gadis kecil yang tak bersepatu lewat depan rumah mereka. “Nek, lihatlah gadis itu, kasihan sekali ia tak bersepatu di tengah malam yang dingin ini. Ia pasti sangat kedinginan,” ucap sang Kakek.
“Benar-benar kasihan. Bagaimana kalau kita berikan sepatu merah ini kepadanya? Ia pasti terlihat cantik mengenakannya,” jawab sang Nenek.
Mereka pun memutuskan tuk memberikan satu-satunya sepatu untuk gadis kecil itu.
“Hai, Gadis kecil, kenapa kau di luar sendirian dan tak memakai sepatu?” tanya si Nenek.
“Emm, aku hanya hendak pulang, Nek,” jawabnya.
“Kalau begitu, masuklah sebentar. Hangatkan dulu badanmu,” ucap Nenek dengan penuh ketulusan.
Namun, gadis itu menolak karena ia mengaku sedang terburu-buru. Pada akhirnya, Kakek dan Nenek langsung memasangkan sepatu di kaki mungil si gadis. Lalu, gadis itu bergegas pergi.
Keajaiban yang Luar Biasa
“Sayang sekali gadis itu terburu-buru. Padahal aku ingin memberinya minuman coklat hangat,” ucap Nenek.
“Mungkin kedua orang tuanya sedang menunggu. Meski kita tak lagi punya sepatu, yakin dan percayalah Tuhan akan beri pertolongan. Besok aku akan mencoba mencari kayu bakar tuk kita jual,” jawab sang Kakek.
Mereka berdua lalu tidur dengan sangat nyenyak. Tanpa sepengetahuan mereka, tiba-tiba saja ada beberapa liliput muncul dari hutan dan membawa kulit sepatu yang amat besar.
Mereka lalu menaruhnya di depan rumah sang Kakek. Rupanya, liliput-liliput tersebut adalah saudara dari gadis kecil yang mendapat sepatu dari Kakek dan Nenek.
Keesokan harinya, Nenek merasa terkejut mendapati sebuah kulit besar di depan rumah. “Kek, Kek! Lihatlah, ada kulit sepatu besar di depan rumah kita,” teriak nenek memanggil sang kakek.
Betapa senang hati mereka. Si Kakek bergegas memotong kulit besar itu menjadi pola sepatu. Tak lama kemudian, jadilah beberapa pasang sepatu yang sangat cantik.
Beberapa sepatu telah terjual. Dari hasil penjualan, Nenek lalu membeli beberapa makanan dan hadiah untuk dibagikan pada anak-anak. Setelah semua kegiatan selesai, mereka pun beristirahat.
“Ini semua adalah berkah dari Yang Maha Kuasa. Kita harus banyak-banyak bersyukur, Nek,” ucap sang Kakek pada istrinya.
Mendapati Para Liliput Membuat Sepatu
Malam itu, mereka sangat bahagia hingga tak bisa tidur. Mereka asyik mengobrol tentang masa-masa indah di masa lalu. Kemudian, tiba-tiba saja mereka mendengar suara di ruang kerja sang Kakek.
“Nek, apakah kau mendengar suara di ruang kerjaku?” tanya sang Kakek.
“Iya, benar. Aku mendengarnya,” jawab Nenek,
Kakek dan Nenek lalu mengintip dari balik pintu ruang kerja. Mereka melihat beberapa liliput tak berpakaian sedang membuat sepatu.
“Waw,” ucap sang Kakek merasa kagum. “Aku rasa, merekalah yang kemarin membawakan kulit besar untuk kita,” ucap Kakek.
“Namun, kenapa mereka tak memakai baju? Pasti mereka sangatlah kedinginan. Aku besok akan membuatkan baju untuk mereka sebagai ucapan terima kasih,” lanjut si Nenek.
Keesokan harinya, ia lalu bergegas memotong kain dan menjahitnya untuk para liliput itu. Kakek tak tinggal diam, ia juga membuatkan mereka sepatu-seaptu mungil yang sangat indah.
Setelah itu, mereka menyiapkan makanan-makanan lezat di atas meja untuk para liliput itu. “Semoga saja mereka suka dengan buatan kita, ya, Kek,” ucap sang Nenek.
Saat tengah malam tiba, para liliput itu pun berdatangan. Mereka terkejut karena karena terdapat makanan, sepatu, dan baju untuk mereka.
“Wow, pakaian dan sepatu-seoatu ini sangatlah indah! Makanan-makanan itu juga tanpa lezat,” ucap salah satu liliput.
Mereka segera mengenakan baju dan sepatu dari sang Kakek dan Nenek. mereka juga menyantap habis makanan lezat di atas meja. Mereka lalu menari dengan riang gembira dan lanjut membuat sepatu-sepatu yang indah.
Setelah malam itu, para liliput tak pernah datang lagi. Namun, sejak saat itu, sepatu-sepatu yang Kakek dan Nenek jual laris terjual. Mereka merasa senang karena bisa memberi makanan yang makin banyak untuk orang-orang.
Unsur Intrinsik
Usai membaca dongeng Tukang Sepatu dan Liliput di atas, lengkapilah wawasanmu dengan unsur intrinsiknya. Berikut ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng Tukang Sepatu dan Liliput ini adalah tentang kebaikan hati sepasang kakek nenek. Meski hidup sangat sederhana, mereka tak pernah berhenti berbagi kepada sesama.
Bahkan, dalam kondisi kekurangan pun mereka masih memikirkan orang lain. Lalu, mereka bertemu dengan para liliput yang membawa keajaiban.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam dongeng ini, mereka adalah si tukang sepatu alias kakek dan nenek, serta para liliput. Kakek dan Nenek adalah pasangan suami istri baik hati yang selalu berbagi.
Meski hidup sederhana, mereka tetap bersyukur pada Tuhan dan dengan tulus membagikan makanan ke orang-orang yang membutuhkan. Sementara para liliput tak dijelaskan secara detail sikap-sikapnya. Mereka adalah sosok yang memberi keajaiban pada tukang sepatu itu.
3. Latar
Secara garis besar, latar tempat yang digunakan dalam dongeng Tukang Sepatu dan Liliput ini adalah di sebuah kota kecil. Secara detail, latar tempatnya adalah di rumah Kakek dan Nenek yang bekerja sebagai tukang sepatu.
4. Alur Cerita Dongeng Tukang Sepatu dan Liliput
Alur cerita dongeng Tukang Sepatu dan Liliput atau Kurcaci ini adalah maju. Dongeng mengisahkan tentang sepasang kakek nenek pembuat sepatu yang selalu ingin berbagi meski hidup dalam kekurangan.
Bagi mereka, kebahagian tak dinilai dari banyaknya uang. Melainkan banyaknya senyuman orang-orang yang merka ciptakan. Karena itu, dalam keterbatasan materi pun mereka masih tetap berbagi.
Pada suatu hari, Kakek hanya bisa membuat satu pasang sepatu kecil berwarna merah karena bahan-bahan telah habis. Mereka mengandalkan sepatu itu untuk bertahan hidup.
Lalu, mereka melihat seorang gadis kecil berjalan melewati rumah mereka tanpa sepatu. Karena merasa kasihan, mereka pun memberikan satu-satunya sepatu yang tersisa untuk gadis kecil itu.
Keesokan harinya, ada sebuah kulit yang amat besar di depan rumah Kakek dan Nenek. Kulit itu pun Kakek buat menjadi sepatu-sepatu yang amat cantik. Uang hasil penjualan sepatu mereka pakai untuk membeli banyak makanan tuk dibagikan.
Pada suatu malam, mereka mendengar suara di ruang pembuatan sepatu. Saat mengintip, betapa terkejutnya mereka karena ada beberapa kurcaci tanpa busana dan alas kaki sedang membuat sepatu.
Sebagai ucapan terima kasih, keesokan harinya, si Nenek membuat baju untuk mereka. Si Kakek pun membuatkan sepatu-sepatu kecil. Saat malam tiba, para liliput merasa senang karena memiliki sepatu dan baju.
Namun, malam itu adalah momen terakhir mereka datang ke rumah Kakek dan Nenek. Sejak saat itu, penjualan sepatu semakin laris. Pasangan kakek nenek yang baik hati pun semakin punya banyak uang.
5. Pesan Moral
Pesan moral atau amanat apakah yang bisa kamu petik dari cerita dongeng Tukang Sepatu dan Liliput ini? Nilai moral utamanya adalah bersedekah akan membukakan pintu rezeki. Seperti yang Nenek dan Kakek dalam dongeng ini lakukan.
Mereka tak menunggu kaya untuk memberi kepada sesama. Meski uang yang dimiliki tak banyak, mereka merasa sangat cukup dan selalu sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Selain itu, dongeng ini juga mengajarkanmu untuk membalas budi atau kebaikan orang lain. Si liliput membalas kebaikan nenek dan kakek dengan membawakan kulit untuk bahan sepatu.
Lalu, si Kakek dan Nenek juga memberikan para liliput baju, sepatu, serta makanan. Ketulusan dan kebaikan itulah yang akan membuatmu hidup penuh berkah.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng Tukang Sepatu dan Liliput ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel ini, baca dulu fakta menarik dari dongeng Tukang Sepatu dan Liliput, yuk! Berikut ulasannya;
1. Ada Versi Lain
Sama seperti dongeng pada umumnya, Tukan Sepatu dan Liliput ini juga punya beberapa versi. Ada salah satu versi yang kisahnya sangat berbeda tapi juga cukup menarik.
Versi lain mengisahkan tentang 3 liliput yang bertugas membantu manusia. Mereka tinggal di negeri fantasi. Setiap pagi, mereka datang ke bumi untuk memberikan pertolongan pada manusia secara diam-diam.
Lalu, mereka melihat sepasang kakek dan nenek yang hidup sangatlah miskin. Sang Kakek bekerja sebagai pembuat sepatu. Karena tak punya cukup uang, ia hanya bisa membuat 1 pasang sepatu kulit tiap harinya.
Uang hasil penjualan hanya bisa untuk membeli kulit buat 1 pasang sepatu saja. Untuk itu, para liliput pun memutuskan tuk membantu kakek nenek itu.
Pada suatu malam, sang Kakek meletakkan kulit di atas ruang kerjanya. Ia lalu tidur. Keesokan harinya, kulit itu sudah berubah menjadi sepatu yang sangat indah.
Hasil penjualan sepatu indah itu cukup bagus sehingga si Kakek bisa membeli kulit untuk dua sepatu. Keesokan harinya, lagi-lagi kulit itu tiba-tiba berubah menjadi sepatu yang amat indah. Kedua alas kaki itu laris dengan harga yang lumayan bagus.
Hal itu terjadi terus menerus. Karena penasaran, si Kakek lalu bersembunyi di dalam lemari di ruang kerjanya. Ia ingin melihat siapa yang selama ini mengubah kulit menjadi sepatu.
Setelah mengintip, ia terkejut karena yang membuatkan sepatu adalah para liliput. Sebagai tanda terima kasih, Nenek menyiapkan makanan untuk para liliput. Sejak saat itu, para liliput tak datang lagi karena hidup Kakek dan Nenek sudah semakin baik.
Mereka punya harta yang banyak untuk bertahan hidup. Meski demikian, si Kakek tetap bekerja sebagai tukang sepatu dan hasil penjualannya untuk membeli makanan buat orang-orang yang membutuhkan.
Bagikan Cerita Dongeng Tukang Sepatu dan Liliput ke Teman-Temanmu
Itulah tadi artikel yang mengulik tentang dongeng Tukang Sepatu dan Liliput. Kalau kamu suka dengan kisahnya, jangan ragu tuk membagikannya ke teman-temanmu, ya!
Buat yang masih pengen baca kisah lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak dongeng yang bisa kamu pilih seperti, kisah Rumpelstiltksin, Beauty dan the Beast, serta cerita 12 Putri Menari.