
Untuk yang gemar membaca dongeng, sudahkah kamu baca kisah Gajah dan Monyet yang licik? Kalau belum, mending langsung saja baca keseruan kisahnya di artikel ini. Nggak cuma kisahnya aja, ada pula ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya.
Membaca dongeng adalah contoh kegiatan positif untuk mengisi waktu luang. Ada banyak dongeng yang bisa kamu pilih untuk menemani harimu, salah satunya adalah cerita Gajah dan Monyet.
Tentunya dongeng tentang hewan memiliki beragam versi. Lewat artikel ini, kami akan memaparkan cerita tentang seekor gajah baik bernama Eli dan seekor monyet licik bernama Momon.
Eli menganggap Momon adalah teman baiknya. Tapi ternyata Momon tak sebaik itu. Kalau ingin membaca keseruang dari dongeng Gajah dan Monyet ini, lanjutkan baca artikel ini, yuk! Selain kisahnya kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Gajah dan Monyet
Alkisah, pada zaman dahulu, di sebuah hutana yang lebat hiduplah seekor Gajah bernama Eli. Ia adalah gajah yang baik hati, polos, dan suka menolong. Setiap hari, ia berkeliling hutan untuk mencari makan dan membantu hewan-hewan lain yang membutuhkan pertolongan.
Berbeda dengan dirinya, ada pula seekor monyet bernama Momon yang amat sangat licik. Semua hewan menjauhinya karena ia kerap berbuat jahat. Bahkan, seekor kelinci pernah terjatuh dalam gua karena kejahilan Momon.
Pada suatu musim kemarau, Eli bertemu dengan Momon di tepi danau tempat para binatang biasa mencari makan. Momon dengan ramah menyapa Eli.
“Hai, Eli. Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Momon.
“Tentu saja aku ingin mencari makan. Kalau kau?” jawab Eli.
“Em, aku juga sedang mencari makan. Gimana kalau kita saling membantu untuk mendapatkan makanan?” tanya monyet itu.
“Bekerja sama? Apa maksudmu?” Eli bingung dengan pernyataan Momon.
“Jadi, sebenarnya di seberang danau ini ada pepohonan yang buah-buahnya sudah matang. Namun, pohon-pohon itu sangatlah tinggi, kau tak akan bisa meraihnya dengan belalaimu,” jelas Momon.
“Oleh karena itu, aku akan memanjat pepohonan itu. Lalu, kamu memungutnya dari bawah. Kita akan memakannya bersama-sama,” imbuhnya.
“Wah ide bagus, Momon. Kurasa kau tak sejahat seperti yang hewan-hewan lain katakan,” jawab Eli percaya dengan perkataan Momon.
“Aku sebenarnya hewan baik. Hanya saja mereka tak melihat kebaikanku,” ucap monyet itu berusaha meyakinkan Eli.
“Kalau begitu, ayo, kita segera menyeberangi danau ini dan mulai mencari makanan,” ajak Eli.
“Tunggu dulu. Aku harus menaiki punggungmu agar bisa menyeberangi danau ini. Sebab, aku tak bisa menyeberang sendirian. Kita harus saling membantu, kan?” jelas Momon.
“Tentu saja, ayo, lekas naik ke punggunggku,” jawab Eli.
Momon Mengelabuhi Eli
Momon lalu menaiki punggung Eli dan mereka pun mulai menyeberang. Eli tak tahu bila Momon sangat licik. Ia mengira monyet itu adalah sosok yang baik dan cerdas.
Setibanya di seberang danau, Eli merasa kagum karena banyak sekali pepohonan buah-buahan. Ada mangga, pisang, apel, dan lain-lain.
“Wah, benar katamu, Mon. Di sini pohonnya rimbun dan banyak buah. Aku sudah sangat lapar dan ingin segera menyantapnya,” ucap Eli.
“Benar, kan, kataku. Untung aku mengajakmu ke sini. Seperti yang aku bilang, pohon-pohon di sini sangatlah tinggi. Jadi, kau tunggu di bawah dan aku akan memanjat pohon-pohon ini. Aku akan menjatuhkan buah-buahan yang aku petik dan tugasmu adalah mengumpulkannya,” jelas Momon.
Eli mengangguk tanda mengerti maksud dari monyet itu. Ia pun menanti di bawah pohon mangga, sementara Momon memanjatnya.
Setelah lama menunggu, perut Eli pun makin kelaparan. Ia lalu memanggil si monyet. “Momon? Di mana kau? Kenapa kau tak jua menjatuhkan buahnya?” tanya Eli.
“Tunggu sebentar, aku harus naik lebih atas agar mendapatkan buah yang manis dan nikmat,” jawab Momon. Eli pun sabar menunggu.
Beberapa menit kemudian, Momon masih belum menjatuhkan satu pun buah. Eli lalu memanggilnya lagi, “Momon. Mana buahnya?”
Kali ini, tak ada suara jawabana dari monyet itu. Eli kembali mengambil, “Momon? Apakah kau mendengarku?”
Eli masih berpikir positif, Ia lalu mengitari pohon itu untuk mencari-cari barangkali ada buah yang terjatuh. Rupanya, tak ada satu pun buah di sekitar pohon itu.
Tiba-tiba saja, ada suara Momon dari kejauhan. “Hai, Eli! Terima kasih atas tumpangannya tadi, ya. Aku akan memakan buah-buah ini sendirian. Kamu carilah makan sendiri. Hahahaha,” ujar Momon.
Eli pun sadar jika Momon telah membohonginya. “Ternyata ia membohongiku. Betapa bodohnya aku,” ucap Eli bersedih.
Bertemu Monyet Baik
Perut Eli sangatlah lapar. Ia mencoba meraih buah mangga dengan belailainya, tapi gagal. Tak lama kemudian, ada seekor monyet lain bernama Rara.
“Hai, Eli. Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya.
“Hai, Rara. Momon menipuku. Katanya ia mau memetik buah untukku, tapi ternyata aku dibohongi,” jelas Eli.
“Momon memang licik, Eli. Kau tak seharusnya membantunya. Aku akan memetik beberapa buah untukmu. Tunggulah di sini,” ucap Rara.
Monyet baik itu lalu memanjat pohon dan memetik beberapa buah untuk Eli. Akhirnya, Eli tak lapar dan tak bersedih lagi. Ia juga telah mendapatkan sahabat baru.
Momon si licik pun tak lagi mendapatkan teman. Tak ada satu pun orang yang mau percaya dengannya. Sehingga, ke mana-mana ia hanya sendirian.
Unsur Intrinsik
Cerita dongeng Gajah dan Monyet di atas seru banget, kan? Untuk menambah wawasanmu, yuk, simak ulasan unsur intrinsiknya di bawah ini;
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng Gajah dan Monyet ini adalah tentang pengkhianatan. Seekor monyet tega memanfaatkan kebaikan gajah demi mendapatkan keuntungannya sendiri.
2. Tokoh dan Perwatakan
Sesuai judulnya, tokoh utama dalam dongeng ini adalah seekor monyet dan gajah. Tokoh protagonisnya adalah si gajah bernama Eli. Ia digambarkan sebagai sosok yang baik, polos, dan lugu.
Monyet alias Momon adalah tokoh antagonis dalam dongeng ini. Ia adalah sosok yang licik dan pembohong. Ada pula monyet baik bernama Rara yang pada akhirnya membantu Eli dan mereka pun bersahabat.
3. Latar
Kebanyakan dongeng hewan berlatar tempat di hutan. Begitu pula dengan latar cerita dongeng sang Gajah dan Monyet ini. Secara detail, dongeng ini juga terjadi di sebuah danau di dalam suatu hutan.
4. Alur Cerita Dongeng Gajah dan Monyet
Alur cerita dongeng ini adalah maju. Cerita bermula dari seekor monyet bernama Momon yang tak bisa menyeberang danau untuk mencari makan.
Ia lalu memanfaatkan kebaikan seekor gajah bernama Eli untuk membantunya menyeberang. Ia berkata akan memetik beberapa buah untuk dimakan bersama.
Eli yang baik dan polos pun mau membantunya. Momon naik ke punggungnya dan mereka pun menyeberang.
Sesampainya di tempat yang dipenuhi pepohonan berbuah, Momon mulai memanjat. Eli menunggu di bawah. Tugasnya adalah memungut dan mengumpulkan buah-buahan yang Momon petik.
Namun, Momon berbohong. Ia tak menjatuhkan buah, melainkan memakannya sendiri di atas pohon.
Barulah Eli sadar bila Momon telah menipunya. Untung saja ada seekor monyet lain bernama Rara yang mau menolong Eli, sehingga mereka pun bersahabat.
Lalu, tak ada satu pun hewan yang mau berteman dengan Momon. Mereka tahu ia adalah monyet licik yang tak layak dapatkan teman.
5. Pesan Moral
Amanat atau pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik dari cerita dongeng ini? Nilai moralnya adalah jangan jadi seperti Momon yang licik dan jahat. Akibatnya, ia tak mempunyai teman sama sekali.
Selain itu, sesama makhluk hidup kita harus saling membantu. Jika mau mendapatkan pertolongan dari seseorang, kamu juga harus dengan tulus menolong orang lain yang butuh bantuan. Bukan malah memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng panjang tentang hewan ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Usai membaca cerita fabel panjang Gajah dan Monyet ini, kamu mungkin jadi penasaran dengan fakta menariknya. Berikut ulasannya;
1. Ada Versi Lain
Biasanya dongeng memang punya beragam versi. Begitu pula dengan cerita dongeng Gajah dan Monyet ini. Ada versi lain yang mengisahkan bahwa Gajah dan Monyet awalnya bersahabat.
Ke mana-mana mereka selalu bersama. Hingga suatu hari, si Gajah mengatakan kalau dirinya sangatlah kuat. Ia bisa mengangkat batang pohon yang besar. Namun, ia berjalan dengan sangat lambat.
Tak ingin kalah dengan temannya, Monyet pun membanggakan dirinya. Ia mengatakan bahwa dirinyalah hewan paling cepat di hutan ini.
Gajah lalu berkata bila menjadi kuat lebih baik daripada menjadi hewan yang cepat. Tentu saja Monyet tak terima. Baginya, menjadi cepat lebih baik daripada kuat.
Perseteruan itu tak kunjung selesai. Mereka sama-sama ingin dianggap jadi yang terbaik. Karena tak ada yang mau mengalah, mereka lalu menemui si Burung Hantu yang bijaksana.
Mereka ingin tahu, menurut Burung Hantu mana yang lebih hebat, apakah kuat atau cepat. Burung Hantu meminta mereka untuk mengambil buah apel di seberang sungai. Barulah ia akan menjawab pertanyaan mereka.
Dengan sangat cepat mereka berlari menuju ke seberang sungai untuk mengambil buah. Namun, si Monyet tak bisa menyeberang. Arus sungai terlalu kencang, ia takut jika terbawa alirannya.
Lalu, si Gajah memintanya untuk naik ke punggung. Mereka pun menyeberangi sungai bersama-sama. Setelah sampai di pohon apel, Gajah bingung karena ia tak bisa meraih buah-buah itu.
Monyet pun membantunya memetik beberapa apel. Setelah kembali, barulah mereka sadar. Dengan kelebihan masing-masing, mereka bisa saling melengkapi.
Bagikan Cerita Dongeng Gajah dan Monyet ke Teman-Temanmu
Demikianlah artikel tentang cerita dongeng Gajah dan Monyet beserta ulasan lengkapnya. Kamu suka dengan kisahnya? Kalau suka, jangan ragu tuk membagikannya ke teman-temanmu, ya.
Buat yang butuh cerita lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak dongeng yang bisa kamu baca, seperti kisah Putri Cermin Ajaib, Petter Rabbit, dan kisah Peter Pan.
Selain dongeng, ada pula cerita rakyat Nusantara yang cukup menarik tuk kamu simak. Beberapa di antaranya adalah legenda Batu Menangis, asal usul Kota Salatiga, kisah Danau Toba, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!