
Ada berbagai cara yang bisa kamu perbuat tuk mengisi waktu senggang, salah satunya adalah membaca cerita dongeng. Kalau mau baca dongeng tentang Sapi dan Kerbau, tak perlu ke mana-mana lagi, di artikel ini telah kami paparkan kisahnya. Yuk, simak!
Kamu sedang mencari dongeng yang memiliki amanat? Tentunya, ada beragam dongeng yang kisahnya menarik dan memiliki pesan moral. Salah satu contohnya adalah cerita dongeng berjudul Sapi dan Kerbau.
Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang persahabatan antara seekor sapi dan kerbau. Kerbau digambarkan sebagai sosok yang tak pandai bersyukur. Sementara Sapi adalah karakter bijaksana dan baik hati.
Kisah seperti apa yang diangkat dalam dongeng ini? Baca langsung aja kisah lengkapnya di artikel berikut. Tak cuma ceritanya saja, di sini juga telah kami rangkum unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Kerbau dan Sapi
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seekor sapi bernama Kowi dan seekor kerbau bernama Bufi yang hidup di sebuah hutan belantara. Dahulu, sapi memiliki warna kulit hitam kelam, sedangkan kerbau berkulit putih bersih.
Mereka bersahabat sejak lama. Ke mana-mana, mereka selalu bersama. Bufi memiliki tubuh yang kekar dan besar, sehingga para penghuni hutan menganggapnya hebat. Para betina juga teramat mengidolakannya.
Sementara Kowi tubuhnya kurus dan tak begitu besar. Meski begitu, Kowi tak pernah mengeluh dengan tubuhnya.
“Kowi, lihat tubuhku, kekar dan berisi sekali. Tidak seperti tubuhmu. Itulah kenapa para betina menyukaiku. Kamu harusnya punya tubuh sepertiku,” ucap Bufi.
“Aku sudah bersyukur memiliki tubuh seperti ini, Buf. Asalkan sehat, aku tak menginginkan tubuh yang kekar atau pun besar,” jawab Kowi.
“Baiklah, terserah kamu dan senyamanmu saja,” ucap Bufi.
Pada suatu hari, ada pendatang baru di hutan itu. Ia adalah seekor banteng bernama Bulbul. Badannya tak kalah besar dengan Bufi. Kulitnya hitam kelam membuatnya tampak lebih gagah dibanding Bufi.
Merasa Iri Hati
Alhasil, para betina yang tadinya menyukai Bufi, kini berpaling ke Bulbul. Tak hanya para betina, semua hewan di hutan itu pun mengagumi pesona Bulbul.
Tak lama kemudian, Bufi mendengar kabar bahwa Bulbul mengalahkan kepopulerannya. Tentu saja Bufi kecewa karena penggemarnya dengan mudah berpaling.
“Kowi, kenapa para betina berpaling? Emangnya apa yang membuat banteng itu terlihat lebih keren dariku?” kata Bufi kesal.
Kowi hanya diam saja. Ia tak merespon kekesalan sahabatnya.
“Lagian, apa tujuannya datang kemari? Sungguh, kehadirannya sangatlah meresahkan. Aku tak bisa diam saja,” ucap Bufi.
“Sudahlah, Buf! Hewan di sini tak ada yang resah dengan kehadiran Bulbul. Tampaknya hanya kamu saja yang cemas. Tak perlu kau ributkan!” jawab Kowi dengan bijak.
“Bagaimana aku tak resah. Ia telah merebut para penggemarku. Padahal, jelas-jelas aku tampak lebih hebat,” ucap Bufi sombong.
“Itu artinya, para penggemarmu hanya menilaimu dari fisik saja. Ketika ada yang lebih keren, mereka akan dengan mudah berpaling. Kau harusnya bisa menilai, mana yang benar-benar tulus mana yang tidak,” ucap Kowi.
Namun, Bufi tetap tak terima. Ia tak mengindahkan kata-kata Kowi. Ia lalu bertanya kenapa Bulbul bisa terlihat lebih keren darinya kepada hewan-hewan lain.
Hanya Karena Berkulit Hitam
Bufi bertanya dari satu hewan ke hewan lain. “Apa yang membuat Bulbul terlihat keren?” tanyanya kepada seekor sapi betina.
“Tentu saja ia sangat keren. Lihatlah tanduknya teramat runcing, tubuhnya juga kekar,” jawab sapi itu.
“Tapi, aku juga bertanduk besar dan bertubuh kekar,” ucap Bufi.
“Iya, tapi kulit Bulbul hitam pekat. Tentu saja itu membuatnya tampak makin gagah dan kekar,” ucap sapi betina.
“Oh, jadi itu alasan utamanya. Hanya karena kulitku tak hitam, mereka berpaling dariku,” ucap Bufi dalam hati.
Bufi terdiam sejenak. Ia memikirkan cara agar mendapatkan kulit berwarna hitam. Setelah berpikir semalaman, akhirnya Bufi mendapatkan ide.
“Aha! Akhirnya aku mendapatkan ide. Aku akan bertukar kulit dengan Kowi. Tapi, mana mungkin Kowi mau bertukar kulit? Ah, ada baiknya aku coba dulu!” ucap Bufi.
Kemudian, Bufi mendatangi Kowi yang sedang berendam di sungai. Ia pun berkata, “Kowi maukah kau bertukar kulit denganku?”.
“Kenapa kau menginginkannya?” tanya Kowi.
“Aku suka warna kulitmu. Pasti aku bakal tampak makin gagah bila berkulit hitam,” ucapnya dalam hati. Tapi, Bufi tak benar-benar mengatakan alasannya.
“Karaktermu yang bijaksana lebih cocok dengan kulit putih seperti kulitku ini, Kow. Makanya, aku rela bertukar kulit denganmu,” ucap Bufi berbohong.
“Aku tak mengapa punya kulit hitam. Bagiku sudah cukup,” jawab Kowi.
Terus Berupaya untuk Bertukar Kulit
Meski Kowi menolak, Bufi tak lantas menyerah. Ia terus merengek-rengek pada Kowi agar mau betukar kulit. Tanpa sadar, ia pun mengatakan alasan sesungguhnya.
“Aku hanya ingin terlihat lebih keren dari Bulbul. Kehilangan para penggemar sangatlah membuatku sedih. Apa kamu tega melihat sahabatmu merasa sedih?” ucap Bufi bersedih.
“Kenapa kau sangat terobsesi untuk mengalahkan Bulbul? Aku akan mengabulkan permintaanmu. Tapi, ada syarat yang harus kau penuhi,” ucap Kowi.
“Syarat apakah itu?” tanya Bufi antusias.
“Setelah kita bertukar kulit, kau harus mensyukuri apa pun nikmat yang kamu miliki saat ini. Kamu tak boleh mengeluh lagi. Kau bisa?” ucap Kowi.
Tanpa berpikir panjang, Bufi langsung menjawab, “Baiklah! Aku setuju dengan syaratmu. Aku berjanji tak akan mengeluh dan mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan padaku.”
Bertukar Kulit
Akhirnya, mereka pun bertukar kulit. Si Kowi jadi berwarna putih, sedangkan Bufi berwarna hitam. Akan tetapi, kulit Kowi terlalu kecil di badan Bufi, sehigga kulit itu terasa sesak dipakainya. Terlalu ketat dan membuatnya tak nyaman.
Sebaliknya, kulit Bufi terlihat sangat kebesaran di tubuh Kowi. Bahkan, di bagian leher terlihat menggelembir dan terasa sangat longgar. Hal itu membuat si Kowi bebas bergerak.
Karena merasa kurang nyaman, Bufi pun mengajak si Kowi bertukar kulit lagi. Namun, Kowi tak mau lagi bertukar kulit.
“Kau sudah berjanji akan mensyukurinya, Bufi. Jadi, aku tak akan mau bertukar lagi,” ucap Kowi.
Berulang kali, si Kerbau merengek-rengek pada Kowi. Tapi, kali ini Kowi tak akan mengizinkannya. Ia kan selalu mengingat janji Bufi.
Bahkan, tiap mereka bertemu, Bufi selalu meminta untuk bertukar kulit kembali. Tapi, si sapi selalu bilang “Emoh” yang artinya “aku tak mau”.
Itulah mitos kenapa sapi berbunyi emoh dan memiliki gelambir serta kerbau berwarna hitam. Sejak saat itu, sapi dan kerbau tak lagi bersahabat.
Unsur Intrinsik
Setelah menyimak cerita dongeng Kerbau dan Sapi yang bertukar kulit, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, berikut adalah ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema dari cerita dongeng hikayat Kerbau dan Sapi yang bertukar kulit ini adalah tentang kurangnya rasa bersyukur dan kesombongan. Di atas langit masih ada langit. Karenanya, tak perlu merasa diri paling hebat dan paling benar dari orang lain.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam dongeng ini, yaitu si Kerbau bernama Bufi dan Sapi bernama Kowi. Bufi memiliki sifat yang angkuh. Karena punya tubuh yang kekar dan gagah, ia berulang kali mengolok-olok Kowi yang tubuhnya lebih kecil.
Tak hanya itu, Bufi juga tak pandai bersyukur. Saat ada yang terlihat lebih gagah darinya, ia merasa tak terima. Berbeda dengan Bufi, Kowi justru punya sikap yang bijak dan senantiasa bersyukur atas apa yang ia punya saat ini.
3. Latar
Cerita dongeng Kerbau dan Sapi menggunakan latar tempat di sebuah hutan belantara. Tak hanya itu saja, kisah ini juga terjadi di sebuah sungai.
4. Alur Cerita Dongeng Kerbau dan Sapi
Alur cerita dongeng hikayat Kerbau dan Sapi yang bertukar kulit ini adalah maju. Cerita bermula dari seekor kerbau bernama Bufi yang sombong. Badannya kekar dan besar sehingga menjadi idola para betina.
Ia memiliki sahabat yang sangat bijaksana bernama Kowi. Meski tubuhnya kurus dan kecil, ia tak pernah mengeluh dan tetap bersyukur.
Suatu hari, datanglah seekor kerbau bernama Bulbul yang tubuhnya sama kekar dan gagahnya dengan Bufi. Bedanya, Bulbul berwarna hitam dan terlihat eksotis. Hal itu membuat para penggemar Bufi berpaling ke Bulbul.
Karenanya, Bufi murka dan kesal. Ia lalu meminta Kowi untuk bertukar kulit dengannya. Awalnya Kowi menolak, tapi Bufi terus-terusan memaksa.
Sampai akhirnya, Kowi pun mau bertukar kulit dengan syarat Bufi harus mensyukuri nikmat yang ia miliki. Tanpa pikir panjang, Bufi menyetujuinya dan mereka pun bertukar kulit.
Sayangnya, kulit sapi terasa sesak dan ketat di tubuh Bufi, sehingga membuatnya tak nyaman. Sedangkan kulit kerbau terasa longgar di tubuh Kowi, sehingga ada gelambir di lehernya.
Berulang kali Bufi meminta untuk bertukar kulit kembali, tapi Kowi menolak. Bufi harus memenuhi janjinya, yaitu bersyukur dengan keadaan.
5. Pesan Moral
Kamu tentu bisa menebak apa saja pesan moral dalam kisah Sapi dan Kerbau ini, kan? Pertama, janganlah menjadi orang yang sombong. Sebab, di luar sana masih banyak orang yang lebih baik darimu.
Amanat berikutnya, janganlah mengolok-olok kelemahan orang lain. Sejatinya, tak ada satu pun orang yang terlahir sempurna. Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Terakhir, banyak-banyaklah bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan padamu. Tak perlu iri hati dengan kenikmatan yang orang lain terima. Sesungguhnya, Tuhan itu Maha Adil.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng Kerbau dan Sapi ini juga memiliki beberapa unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal di luar cerita seperti nilai sosial, budaya, dan moral yang melengkapi kisahnya.
Fakta Menarik
Penasaran dengan fakta menarik dari cerita dongeng ini? Sayangnya, tak banyak fakta menarik yang bisa diulik. Hanya ada satu yang telah kami paparkan berikut ini;
1. Ada Versi Cerita Lainnya
Cerita dongeng Kerbau dan Sapi bertukar kulit tak hanya memiliki satu versi saja. Ada satu versi yang tak kalah bagus dengan kisah yang ada di artikel ini.
Secara garis besar, kisahnya masih sama. Cerita bermula dari kedatangan seekor banteng gagah yang menjadi idaman bagi para betina. Kerbau merasa kalah saing. Sebab, awalnya ialah yang menjadi primadona.
Awalnya, ia mengajak bertarung si Banteng. Namun, berakhir pada kekalahan. Ia lalu mencari tahu, apa yang membuat para betina lebih menyukai Banteng daripada dirinya.
Dan ternyata, alasannya adalah karena Banteng berwarna kulit hitam. Kemudian, Kerbau bergegas untuk mencari cara agar kulitnya menghitam.
Ia bahkan rela mandi di lumpur dan berjemur. Namun, semua itu hanyalah sia-sia. Ia tak berhasil mendapatkan kulit hitam.
Suatu hari, ia memiliki ide cemerlang, yaitu bertukar kulit dengan sahabatnya, Sapi. Kulit sapi hitam, pasti sangat cocok untuknya.
Meski berulang kali meminta, Sapi tak mau bertukar kulit. Ia merasa bersyukur dengan warna kulitnya yang sekarang.
Meski berulang kali ditolak, si Kerbau tak pernah menyerah. Ia terus-terusan merengek pada si Sapi. Sampai akhirnya, Sapi pun luluh. Ia mau bertukar kulit dengan syarat Kerbau harus mensyukuri segala nikmat untuknya.
Apakah setelah bertukar kulit permasalahan bisa teratasi? Tentu tidak. Ternyata, kulit Sapi terasa sempit di badang Kerbau. Ia merasa sesak dan sangat tidak nyaman.
Sementara itu, kulit Kerbau di tubuh Sapi kedodoran, sehingga ada gelambir di leher Sapi. Meski begitu, Sapi tak masalah. Ia tetap mensyukuri kulitnya.
Kemudian, Kerbau meminta bertukar kulit lagi. Sapi sudah tak mau karena Kerbau sudah berjanji untuk selalu bersyukur.
Bagikan Cerita Dongeng Kerbau dan Sapi Pada Teman-Temanmu
Demikianlah artikel yang mengulik tentang cerita dongeng Kerbau dan Sapi. Ceritanya cukup menarik dan seru, bukan? Kalau kamu suka, bagikan kisahnya dengan teman-teman atau kerabatmu, ya!
Bagi yang masih butuh cerita dongeng lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena di Poskata.com. Ada dongeng tentang Kera dan Ayam, Kancil dan Raksasa, Mawar Merah yang Sombong, dan masih banyak lagi. Makanya, simak terus Poskata.com agar tak ketinggalan cerita menarik lainnya.