
Sedang mencari kisah yang mengandung banyak pesan moral untuk menjadikan buah hati sebagai orang yang baik? Langsung saja simak cerita dongeng tentang Kucing dan Kelinci Buta yang telah kami siapkan di artikel berikut ini!
Beberapa kisah fabel memang memiliki pesan moral yang baik dan cocok diajarkan pada buah hati tersayang. Salah satunya adalah cerita dongeng Kucing dan Kelinci Buta.
Jika biasanya kisah lainnya hanya memiliki satu atau dua pesan moral, dalam cerita dongeng Kucing dan Kelinci Buta ini ada banyak kebaikan yang bisa kamu ajarkan. Dan pada akhirnya, kamu bisa terus mengajarkan banyak kebaikan pada buah hatimu.
Semakin penasaran, kan, bagaimana cerita dongeng Kucing dan Kelinci Buta? Langsung saja simak artikel yang telah kami siapkan di artikel berikut ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik juga fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Kucing dan Kelinci
Pada suatu hari, di tengah hutan terdapat seekor kelinci yang tengah sibuk mengumpulkan daun untuk makan malamnya. Tak lama kemudian, datanglah seekor kucing dengan wajah masam.
“Apa yang sedang kau lakukan, Kelinci?” tanya sang Kucing. “Untuk apa kau mengumpulkan daun-daun itu?”
Kelinci yang sedang sibuk memetik dan mengumpulkan daun itu pun langsung menghentikan kegiatannya dan menoleh perlahan ke arah Kucing. “Apakah kau sedang berbicara padaku?” tanyanya.
“Tentu saja aku sedang bicara padamu. Memangnya siapa lagi yang ada di sini selain kau dan aku?” ujar si Kucing penuh kekesalan.
“Ah, benar. Maafkan aku. Karena aku hanya…”
“Jadi apa sebenarnya yang akan kau lakukan dengan daun-daun itu?” tanya Kucing lagi untuk kedua kalinya seraya memotong ucapan si Kelinci.
Sang Kelinci langsung mengangkat keranjang rotannya yang sudah nyaris terisi penuh dengan daun. Kemudian secara perlahan ia melompat mendekati Kucing. Si Kucing kemudian baru menyadari kalau baju juga tubuh Kelinci itu terlihat lusuh dan kotor dari ujung kaki hingga ke telinganya yang panjang dan lebar.
“Sudah sampai di situ saja! Kau tak perlu dekat-dekat denganku. Tubuhmu benar-benar kotor dan bau. Kalau kau dekat-dekat nanti kau akan mengotori baju baruku!” teriak si Kucing.
“Baiklah, maafkan aku.” si Kelinci kemudian kembali melompat mundur mengikuti perintah untuk tidak mendekati si Kucing. “Aku hanya ingin menunjukkan isi keranjangku padamu. Ini adalah daun-daun yang akan kugunakan untuk makan malamku dengan pamanku hari ini. Saat ini pamanku sedang sakit. Makanya aku yang harus mencari makan sekaligus merawatnya,” ucapnya menjelaskan.
Menginap di Rumah Si Kelinci
Si Kucing kemudian hanya terdiam seraya mengamati hewan bertelinga panjang itu. Baginya, ada sesuatu yang tidak biasa dari si Kelinci.
“Hey, sobat, kenapa bola matamu terlihat aneh?” tanyanya penasaran.
“Aneh seperti apa? Apakah mataku terlihat menyeramkan?” Kelinci balik bertanya sambil tersenyum.
“Bukan menyeramkan. Hanya saja…”
“Hei, Kucing, sepertinya kau harus segera pulang. Tak lama lagi matahari akan tenggelam dan malam akan datang. Nantinya hutan ini akan menjadi terlalu gelap untukmu. Bukankah kau tidak menyukai kegelapan?” saran Kelinci memotong pembicaraan si hewan berkaki empat.
“Tapi aku tak ingin pulang. Aku ingin tinggal bersamamu meskipun hanya semalam. Aku akan membayarmu dengan banyak wortel dan dedaunan. Asalkan kau mengizinkan aku untuk tinggal bersamamu malam ini,”
“Namun, bagaimana kalau nanti kedua orang tuamu mencari-carimu? Bukankah seharusnya kau meminta izin pada mereka terlebih dahulu?”
“Kau tidak perlu khawatir. Kedua orang tuaku sudah memberikan izin untukku. Mereka juga sudah berjanji untuk memberikan makanan yang banyak untukmu dan juga pamanmu asalkan kau mengizinkanku tinggal bersamamu malam ini.”
Pada akhirnya, Kelinci pun memberikan izin pada Kucing untuk tinggal di rumahnya malam itu. Ketika matahari mulai terbenam dan sore tiba, mereka berdua berjalan menuju ke kediaman Kelinci yang ada di tengah hutan.
Betapa terkejutnya si Kucing ketika sampai di depan rumah Kelinci. Karena rupanya, rumah itu berukuran sangat kecil dan tak memiliki lampu-lampu indah seperti yang dimiliki Kucing di rumahnya. Alih-alih, di rumah Kelinci hanya ada beberapa lampu minyak yang menggantung di dinding rumah pohon.
Yang lebih mengherankan lagi, di dalam rumahnya terdapat beberapa kursi kayu yang di bagian ujungnya tampak ditumbuhi jamur.
Pemandangan Terindah Sepanjang Masa
“Maafkan aku, sobat, karena aku tidak memiliki ikan ataupun daging yang bisa kau makan. Aku hanya memiliki beberapa wortel dan sayuran,” ujar Kelinci setelah masuk ke rumahnya.
“Tidak masalah buatku. Sekarang aku tidak lapar,” jawab si Kucing pelan.
Sebenarnya, ia sedang berbohong. Saat ini si Kucing sangat kelaparan. Namun, ketika melihat kondisi rumah Kelinci dan pamannya yang sedang terbaring sakit itu, ia merasa tak tega untuk meminta makanan macam-macam pada teman barunya itu.
“Sobat, setelah ini aku harus merawat pamanku sebentar. Kalau kau merasa bosan, tak ada salahnya kau pergi keluar dan melihat bintang-bintang yang sangat indah di atas langit,” ujar Kelinci menawarkan.
Si Kucing pun kemudian memutuskan untuk mengikuti saran Kelinci. Sementara sang tuan rumah pergi masuk ke dalam kamar untuk mengurus pamannya dan menyiapkan makan malam, si Kucing pergi keluar dan duduk di depan rumah pohon itu.
Sekali lagi ia merasa terkejut, tapi disebabkan oleh taburan bintang yang terlihat begitu indah di atas langit. Sebelumnya, ia sama sekali tak pernah melihat langit yang dipenuhi dengan cahaya bintang seperti itu. Karena dari rumahnya, setiap kali ia melihat ke arah langit, cahaya bintangnya akan tersaingi oleh lampu-lampu taman dan rumah yang tampak benderang.
Sementara dari rumah si Kelinci, cahaya bintang yang ada di langit terlihat jauh lebih benderang. Bagi si Kucing, tak pernah ada langit malam yang lebih indah dari ini sebelumnya. Karena begitu terpukau, ia sampai lupa akan perutnya yang keroncongan.
Menikmati Pemandangan Malam Berdua
Beberapa saat kemudian, si Kelinci terlihat keluar dari rumah dan menghampiri si Kucing yang masih sangat takjub dengan pemandangan langit malam itu. Melihat si Kelinci yang baru saja keluar dari rumah pohon itu, Kucing langsung memanggilnya.
“Hey, Kelinci. Kemarilah dan duduklah di sampingku! Mari kita melihat langit malam ini yang terlihat sangat indah!”
Si Kelinci pun melompat perlahan ke arah Kucing. Tentu saja ia masih tetap menjaga jarak, karena bagaimanapun juga, ia merasa takut nantinya akan mengotori baju Kucing. Apalagi ketika ia menyadari bahwa hingga malam sekalipun, baju itu masih tercium sangat harum.
“Bagaimana kondisi pamanmu?” tanya si Kucing pada teman barunya itu.
“Pamanku sekarang sudah tidur. Kamu yakin sama sekali nggak lapar? Kalau mau, kau bisa makan beberapa wortel milikku. Bagaimanapun juga, kau belum makan sejak sore tadi ketika bertemu denganku, kan?” ujar Kelinci penuh kebijaksanaan.
“Tenang saja, sobat,” jawab Kucing dengan santainya, “Aku sungguh-sungguh tidak lapar. Sebelum bertemu denganmu di hutan tadi, sebenarnya aku sudah memakan banyak sekali makanan yang lezat. Jadi aku sudah kenyang. Lagipula, tidakkah kau tahu kalau seekor kucing tak akan memakan wortel.”
Setelah itu, si Kucing kembali menatap ke arah langit, “Coba lihat ke arah langit, Kelinci. Lihatlah bintang-bintang yang berkilauan dengan indahnya di atas langit itu.”
“Iya, aku tahu. Ibuku pernah berkata kalau langit selalu tampak indah dari hutan kami.”
“Kata ibumu?” tanya si Kucing keheranan. “Kenapa harus berdasarkan kata ibumu? Bukankah kau bisa melihat keindahannya sendiri menggunakan kedua matamu?”
Masih Belum Menyadarinya?
Si Kelinci hanya tersenyum tipis. “Apakah kau masih belum menyadarinya?”
“Menyadari apa, sobat?”
“Sebenarnya aku tidak bisa melihat. Oleh karena itu bola mataku terlihat aneh seperti yang kau katakan tadi sore,” jawab si Kelinci.
Sekali lagi, si Kucing langsung terkejut. “Namun, kau sama sekali tak terlihat seperti kelinci yang buta. Kau bahkan sama sekali tak pernah menabrak pohon atau dedaunan dalam perjalanan pulang. Begitu pula ketika sedang merawat pamanmu, kau sama sekali tak terlihat seperti buta.”
“Begitukah?” si Kelinci hanya bisa tersenyum. “Mungkin karena bagaimanapun juga, ibuku pernah berkata bahwa aku hanya tak bisa melihat dengan mata. Meskipun begitu, aku tidak buta. Aku memang tidak melihat sejak aku masih bayi, tapi ibu dan ayahku selalu mengajarkan dan mengenalkanku pada setiap sudut tempat yang ada di hutan ini. Oleh karena itu, aku bisa menghafalkan lokasi setiap pohon yang tumbuh di hutan ini. Aku juga bisa hafal setiap jengkal tanah yang kupijak.”
Si Kelinci kemudian melanjutkan ucapannya, “Kata kedua orang tuaku, seharusnya aku tak perlu merasa takut dengan kekuranganku. Karena Tuhan pasti Maha Adil. Jika ia memberikan kekurangan pada umat-Nya, ia pasti akan memberikan kelebihan juga bersama kekurangan itu. Meskipun aku tak bisa melihat, tapi pendengaran, penciuman, dan juga kemampuan menghafalku sangat bisa aku andalkan.”
Masih dengan tersenyum, si Kelinci kembali berkata, “Meskipun hewan lain berkata kalau aku tak bisa melihat menggunakan mataku, tapi bukan berarti aku tak bisa menjadi seperti kelinci lainnya. Memang benar mataku tak bisa melihat dan menangkap cahaya, tapi aku tetap bisa selalu melihat segala sesuatu menggunakan hati yang aku miliki.”
Cerita Masa Kecil si Kelinci
“Lagipula, tidakkah kau tahu, kalau penglihatan yang diberikan oleh mata itu terkadang justru memberikan kekeliruan,” lanjut si Kelinci lagi, “Sementara pandangan yang diberikan oleh hati justru selalu terlihat jelas apa adanya.”
Si Kucing yang mendengar semua ucapan itu hanya bisa termenung. “Kalau begitu, di mana ayah dan ibumu sekarang? Sedari tadi aku tidak melihat mereka berdua.”
“Ayah dan ibuku kini sudah pergi,” jawab Kelinci seraya menundukkan kepalanya penuh kesedihan. “Mereka berdua pernah tertangkap oleh manusia ketika berusaha melepaskan rusa yang terjerat jebakan. Kata paman, ibu dan ayah merasa tidak tega karena rusa itu sedang hamil dan terlihat kesakitan. Makanya, ayah dan ibu berusaha untuk mengerat jaring jebakan itu. Rusanya memang berhasil lepas, tapi sayangnya ayah dan ibu tertangkap oleh manusia. Begitulah yang selama ini diceritakan oleh paman padaku.”
Sekali lagi, si Kucing hanya bisa terdiam mendengarkan cerita Kelinci. Namun, jauh di dalam hatinya ada perasaan getir yang mengalir dan terasa begitu menyakitkan.
“Meskipun aku tak bisa melihat bintang menggunakan kedua mataku sendiri, tapi setidaknya aku bisa membayangkannya di dalam pikiranku. Dahulu, ibu dan ayahku sering sekali menceritakan tentang keindahan bintang itu dengan sangat detail. Sehingga aku bisa membayangkannya di dalam pikiran,” ujar si Kelinci.
“Begitu juga yang terjadi tadi sore,” lanjutnya bercerita, “Meskipun aku tidak melihat tubuhmu, tapi aku bisa membayangkan seberapa indah baju yang kau kenakan. Apalagi bau badanmu sangat harum. Sehingga aku bisa membayangkan kau pasti terlihat sangat cantik bagaikan seorang putri yang mengenakan pakaian yang sangat indah.”
Betapa Tak Adilnya Kehidupan
Setelah mendengar penjelasan itu dan terdiam cukup lama, si Kucing kemudian mulai membuka suara. “Betapa tak adilnya hidup ini kepadamu, duhai sobat. Pastilah hidupmu sangat menderita selama ini. Apalagi kau buta sejak masih kecil dan sama sekali tak memiliki ayah dan ibu yang bisa melindungimu. Belum lagi, kau harus merawat pamanmu yang sakit-sakitan di rumah yang sangat sempit dan pengap ini.”
“Oh, tidak. Aku sama sekali tidak pernah merasa menderita, sobat. Aku justru bersyukur atas hidupku,” ujar si Kelinci, “Dahulu aku memang pernah bertanya pada ibuku, kenapa Tuhan tidak memberiku mata yang bisa melihat dunia. Kemudian ibuku menjawab, bahwa Tuhan memberiku mata yang tidak bisa melihat dunia karena Tuhan menginginkanku melihat dunia lebih indah dari sebelumnya.”
Tak berhenti sampai di situ, si Kelinci kembali melanjutkan, “Seperti halnya ketika aku membayangkan indahnya langit, bisa saja langit yang ada di bayanganku justru lebih indah dibandingkan langit malam ini yang sesungguhnya. Bajuku yang kau bilang lusuh dan kotor pun bagiku tak pernah terlihat seperti itu. Karena bagiku, baju ini adalah baju terbaik dan tercantik yang dirajut oleh ibuku sendiri.”
Sekali lagi, si Kelinci tersenyum ketika membayangkan ibunya, kemudian kembali berkata, “Setiap kali mengenakan baju ini, aku selalu merasa seperti ibuku sedang memelukku. Rumah yang kau bilang sempit dan pengap ini adalah rumah pohon yang dipenuhi dengan kenangan tentang kedua orang tuaku. Ada banyak sekali cerita dan ilmu pengetahuan yang diajarkan ayahku padaku sehingga aku bisa melihat dunia dengan luas.”
Penyesalan si Kucing
“Bagiku, rumah pohonku ini terasa luas dan lapang,” lanjutnya lagi, “Aku juga tak merasa keberatan merawat pamanku yang sakit karena ia selalu merawatku dengan penuh kasih sayang sejak aku masih kecil. Aku selalu merasa beruntung diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk membalas kebaikan hatinya.”
“Kalau kau mau, kuberitahukan sebuah rahasia untukmu, sobat,” ujar si Kelinci bijaksana, “Segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah sebuah permainan pikiran saja. Kau pasti akan merasa cukup kalau kau berpikir kau sudah cukup. Kau akan mendapatkan kebahagiaan kalau berpikir kau bahagia. Begitulah yang selalu dikatakan oleh ibuku.”
Si Kucing langsung meneteskan air mata ketika mendengar cerita dari Kelinci. Mendadak ia merasa sangat merindukan kedua orang tuanya. Ia yakin kalau kedua orang tuanya itu pasti sangat khawatir mencarinya kesana kemari. Ia langsung merasa malu pada Kelinci yang selalu mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, meskipun terlihat memiliki banyak kekurangan.
Kucing itu pun mulai terisak dan menangis.
“Sahabatku, apakah kau sedang menangis?” tanya Kelinci terdengar khawatir.
“Sebenarnya aku sangat merindukan ayah dan ibuku, Kelinci. Maafkan aku karena telah berbohon padamu. Sebenarnya, aku telah kabur dari rumah karena ayah tidak membelikan boneka yang aku inginkan. Aku merasa sangat kesal, tapi setelah mendengar ceritamu aku baru menyadari betapa aku tidak bersyukur.”
Si Kucing kembali melanjutkan ucapannya dengan menangis tersedu, “Selama ini aku sudah hidup dengan cukup berkecukupan dan bahkan berlebih. Tapi aku selalu meminta ayah dan ibuku untuk memenuhi semua permintaanku. Aku sama sekali tidak merasa cukup dan puas. Kini aku merasa malu denganmu, Kelinci. Kau selalu saja bersyukur dengan kehidupan yang kau miliki. Kupikir mungkin saja aku tak akan sanggup hidup kalau aku menjadi dirimu.”
Persahabatan yang Penuh Manfaat
“Kau harus mengingat satu hal, Kucing,” ujar si Kelinci, “Bahwa Tuhan tak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan makhluk ciptaan-Nya. Kemudian, kamu juga harus mengingat bahwa kita tidak akan selamanya bersama kedua orang tua kita. Selama mereka masih bersama kita, seharusnya kita berusaha membahagiakan mereka. Tuhan pasti akan selalu mencintai ciptaan-Nya yang memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik.”
Setelah berusaha menenangkan Kucing, si Kelinci kembali melanjutkan, “Besok pagi aku pasti akan mengantarmu kembali ke rumahmu. Karena ayah dan ibumu pasti sangat mengkhawatirkanmu.”
Sesuai janjinya, keesokan harinya si Kelinci mengantar Kucing pulang kembali ke rumahnya. Betapa bahagianya ayah dan ibu Kucing ketika melihat anak tunggal mereka kembali. Kemudian, sebelum si Kelinci pulang, keluarga Kucing memberikan banyak sayuran dan buah-buahan kepada Kelinci.
Kemudian, Kucing juga menceritakan tentang kehidupan Kelinci dan Pamannya yang hanya tinggal di rumah pohon yang sempit kepada kedua orang tuanya. Kemudian, sang ayah dan ibu sepakat untuk membuatkan rumah yang lebih bagus untuk si Kelinci sekaligus pamannya.
Semenjak pertemuan kedua hewan itu, perlahan demi perlahan sikap Kucing berubah menjadi lebih baik. Seperti janjinya pada si Kelinci, Kucing pun mulai menghormati kedua orang tuanya dan juga menghargai teman-temannya. Dan rupanya, setelah belajar menghormati kedua orang tuanya dan lebih banyak bersyukur, kini kehidupan si Kucing mulai lebih banyak dilimpahi kebahagiaan.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Kucing dan Kelinci
Setelah membaca cerita dongeng tentang Kucing dan Kelinci Buta di atas, kini saatnya kamu mengetahui sedikit ulasan tentang unsur intrinsiknya. Mulai dari tema atau inti cerita, tokoh-tokoh dalam dongeng Kucing dan Kelinci Buta serta perwatakannya, latar lokasi, alur jalannya kisah, dan pesan moral yang bisa didapatkan.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng Kucing dan Kelinci Buta di atas adalah tentang bersyukur dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Sama halnya seperti yang selalu dilakukan Kelinci kemudian ia ajarkan kepada sahabat barunya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Hanya ada dua tokoh utama yang disebutkan di sepanjang cerita dongeng di atas, yaitu Kucing dan Kelinci. Secara sifat, Kucing digambarkan sebagai anak manja yang melarikan diri dari rumah karena ayahnya tidak membelikan boneka yang ia inginkan. Namun, ia juga mau belajar dan akhirnya berubah menjadi seorang anak yang lebih baik.
Sementara si Kelinci adalah hewan yang tak bisa melihat. Meskipun begitu, ia memiliki banyak kebijaksanaan dan selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang ia miliki. Dengan kebaikan hatinya, ia berusaha membagikan kebijaksanaan dan syukur itu kepada teman barunya. Hal itu menjadikannya menjadi seorang hewan yang sangat bahagia.
3. Latar
Dalam cerita dongeng Kucing dan Kelinci Buta di atas, ada beberapa latar lokasi yang disebutkan. Di antaranya adalah sebuah lahan di tengah hutan tempat si Kelinci mencari daun, kediaman si Kelinci dengan pamannya, halaman rumah tempat Kucing menyaksikan keindahan langit malam yang penuh bintang, dan juga rumah si Kucing.
Selain latar lokasi, ada juga latar waktu yang disebutkan di sepanjang kisahnya. Yaitu malam hari ketika kedua tokoh utama sedang mengobrol, dan pagi hari ketika Kucing pulang kembali ke rumahnya dengan diantar si Kelinci.
4. Alur
Jika dilihat dari jalannya cerita, kisah dongeng Kucing dan Kelinci di atas memiliki alur maju atau progresif. Cerita dongeng itu dimulai dari pertemuan Kucing dan Kelinci yang sedang mengumpulkan daun untuk makan malamnya. Si Kucing mendadak meminta untuk ikut pulang ke rumah si Kelinci, dan akhirnya mereka pulang bersama-sama.
Sesampainya di rumah si Kelinci, si Kucing duduk di luar rumah dan menikmati keindahan langit malam yang penuh dengan bintang. Saat itulah kedua hewan tersebut mulai mengobrol. Untuk pertama kalinya, si Kucing baru menyadari kalau rupanya sahabat barunya itu buta.
Meskipun begitu, si Kelinci tetap saja mengajarkan pada teman barunya itu tentang pentingnya bersyukur dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Pada akhirnya, si Kelinci pun menyadari dan mengakui kesalahannya. Ia pun kemudian berencana meminta maaf pada kedua orang tuanya.
Keesokan harinya, si Kelinci mengantarkan Kucing pulang untuk meminta maaf. Sejak saat itu, mereka pun bersahabat baik dan keluarga Kucing membantu memperbaiki kediaman Kelinci dan menjadikan hidup sahabat barunya itu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
5. Pesan Moral
Seperti yang sudah kami sebutkan di awal, cerita dongeng Kucing dan Kelinci Buta di atas mengandung banyak pesan moral yang baik. Pesannya bisa kamu jadikan sebagai ajaran untuk buah hatimu tersayang. Pesan pertama yang jelas terlihat adalah mengajarkan tentang pentingnya bersyukur. Bahwa rasa syukur itu sangat penting dalam mendapatkan kebahagiaanmu. Kalau kamu ingin merasa kaya, yang perlu kamu lakukan hanyalah terus merasa cukup dan bersyukur atas segala sesuatu yang kamu miliki.
Lalu, jangan pernah mengukur kebahagiaan orang lain hanya dari benda-benda yang ia miliki saja. Karena bisa jadi sebenarnya selama ini ia memiliki cukup kebahagiaan dengan segala rasa syukurnya.
Selain itu, kisahnya juga bisa dijadikan pengingat untuk terus berbagi dengan penuh keikhlasan pada orang lain. Karena siapa tahu kebaikan hatimu itu bisa menjadi penyemangat untuk orang lain.
Kemudian, ajarkan pada si kecil untuk selalu berbuat baik dan menyayangi kedua orang tuanya. Karena bagaimanapun juga, mereka tak akan selamanya tinggal bersama kita. Lagipula, Tuhan pasti lebih mencintai mereka yang memperlakukan kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita dongeng Kucing dan Kelinci di atas kamu juga bisa mendapatkan unsur ekstrinsiknya. Yaitu hal-hal dari luar dongengnya yang turut serta mempengaruhi jalannya cerita, seperti nilai sosial, moral, dan juga budaya.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Kucing dan Kelinci
Setelah mengetahui tentang unsur intrinsik cerita dongeng Kucing dan Kelinci di atas, sekarang kamu bisa mengetahui sedikit ulasan tentang fakta menariknya. Berikut adalah ulasannya:
1. Ada Beberapa Versi Lain
Cerita dongeng Kelinci dan Kucing ini rupanya memiliki beberapa versi yang tak kalah menariknya. Salah satunya adalah kisah tentang dua hewan yang bersahabat baik. Namun, si kelinci merasa minder karena ia bukanlah Kucing yang bisa berlarian kesana kemari. Sayangnya, tak berapa lama kemudian, si hewan berkaki empat itu meninggal dunia. Kelinci pun hanya bisa merasa sedih karenanya.
Selain itu, ada juga cerita dongeng yang mengisahkan tentang seekor Kucing yang sedang mencari makan dan akhirnya bertemu dengan Kelinci yang baik hati. Dengan kebaikannya, akhirnya si Kelinci dan juga ibundanya memberikan sebuah ikan untuk si Kucing. Sejak saat itu, mereka pun bersahabat dan saling membantu.
Meskipun ada beberapa versi, tapi setidaknya semua versi itu sama-sama memiliki pesan moral yang baik dan bisa diajarkan pada buah hati tersayang. Pesan yang diajarkan kurang lebih selalu mengajarkan tentang pentingnya berbagi dan juga persahabatan.
2. Diadaptasi Menjadi Animasi
Cerita dongeng Kucing dan Kelinci ini memang menarik dan mengandung pesan moral yang baik. Tak mengherankan jika ada animator yang mengadaptasi kisahnya menjadi sebuah tayangan animasi yang menarik.
Melalui tayangan animasi tersebut, kisahnya menjadi lebih menarik ketika ditontonkan kepada buah hati tersayang. Karena tayangannya mengandung gambar yang berwarna-warni, bergerak, dan menggunakan suara yang seru ketika didengarkan.
Kalau tertarik, kamu bisa mencari pilihan video animasinya yang dapat ditemukan dengan mudah di YouTube. Kisahnya pun ada bermacam-macam yang bisa kamu temukan. Ada cerita dongeng sama seperti kisah Kucing dan Kelinci yang kami siapkan di artikel ini, dan ada juga variasi kisah yang lainnya.
Jadikan Cerita Kucing dan Kelinci sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Demikianlah artikel yang mengulik tentang cerita dongeng Kucing dan Kelinci beserta ulasan lengkapnya. Bagaimana menurutmu? Kisahnya menarik dan mengandung pesan moral yang baik untuk diajarkan pada buah hati tersayang, kan?
Kalau kamu masih ingin mencari kisah lainnya yang juga mengandung pesan moral yang baik, langsung saja simak artikel-artikel lain di kanal Ruang Pena di PosKata.com. Di sini kamu bisa mendapatkan berbagai macam dongeng antara Kucing yang Nakal dan Ikan, Panda dan Kelinci, Putri Kucing dan Harimau, atau Tikus dan Beruang.