
Pernahkah kamu mendengar cerita tentang Kucing dalam sepatu bot yang lucu dan menarik? Kalau belum, simak langsung artikel berikut ini dan dapatkan juga ulasan menarik yang telah kami siapkan untukmu!
Kamu mungkin mengetahui karakter Kucing dalam sepatu bot atau Puss in boots dalam film animasi Shrek. Namun, tahukah kamu kalau rupanya karakter itu berasal dari sebuah cerita dongeng dari Italia yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1500an.
Kisahnya yang menarik akhirnya membuat dongeng itu tersebar ke seluruh daratan Eropa dan akhirnya ke seluruh dunia. Bahkan, beberapa penulis dongeng ternama pun sampai menulis ulang kisahnya dengan versinya sendiri.
Semakin penasaran kan seperti apa kisah dongeng Kucing dalam sepatu bot yang akan kami siapkan di bawah ini? Langsung baca saja yuk dan dapatkan juga ulasan lengkap seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Kucing dalam Sepatu Bot
Alkisah pada suatu masa, hiduplah seorang tukang giling bersama ketiga putranya. Setelah sakit keras selama beberapa lamanya, sang tukang giling meninggal dunia. Meskipun ia tak memiliki cukup banyak harta, tapi ketiga putranya tetap memutuskan untuk membagi harta kekayaan yang ditinggalkan sang ayah.
Sang putra sulung meminta gedung penggilingan dan juga tanah di sekitarnya. Putra yang kedua mengambil kawanan hewan dan juga ternak. Kemudian tidak ada lagi harta yang tersisa untuk sang putra sulung, Jack. Ia hanya mendapatkan tiga keping uang perak dan seekor kucing kecil yang tinggal di gedung penggilingan.
“Kurasa ini sudah cukup baik,” ujar Jack, “Lagipula kucingnya adalah hewan kecil yang menggemaskan dan bisa memakan tikus yang ditangkapnya. Namun, aku tidak tahu bagaimana caranya bisa terus hidup hanya dengan tiga keping uang.”
“Oh,” ujar abang-abangnya. “Sepertinya kau harus mulai turun ke dunia dan melakukan yang terbaik untuk dirimu sendiri.”
Jack kemudian menggendong kucing kecil itu dan berjalan keluar.
“Tak perlu gelisah, tuan,” ujar sang kucing kecil. “Kau memiliki tiga keping perak. Bawa uang itu dan belikan sepasang sepatu bot kecil dan tas untukku. Nantinya aku akan menciptakan keberuntungan untukmu.”
Sebenarnya Jack tak ingin menghabiskan sisa uangnya untuk membeli sepasang sepatu bot untuk seekor kucing kecil. Namun, ia tahu kalau kucing itu adalah hewan kecil yang bijaksana. Sehingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan apa yang diucapkan hewan peliharaannya.
Jack pun kemudian pergi ke menemui penjahit dan menggunakan tiga keping perak itu untuk memesan sepasang sepatu bot kecil tercantik yang pernah ada. Untungnya, ketika Puss sang Kucing mengenakannya, sepatu itu pas di kaki.
Hadiah Kelinci untuk Sang Raja
Dengan kebaikan hatinya, sang penjahit juga memberikan sebuah tas tua miliknya yang kini sudah tak lagi ia gunakan dan hanya ditumpuk di sudut saja kepada Jack.
Puss kemudian mengajak Jack pergi ke pedesaan, dan menyuruh sang putra sulung untuk duduk di salah satu pinggir jalan dan menunggunya kembali. Kucing kecil itu berlari secepat kilat menuju hutan yang ada di dekatnya. Di dalam hutan itu, masih ada banyak lubang kelinci yang berpenghuni. Dengan keahliannya, Puss berhasil menangkap dua kelinci yang gemuk dan berisi.
Puss memasukkan kelinci-kelinci itu ke dalam tas dan berlari menggunakan sepatu bot kecilnya sampai akhirnya ia tiba di Istana Raja. Sesampainya di sana, dengan sopan ia meminta untuk bisa bertemu dengan Raja. Karena keberadaan seorang kucing yang mengenakan sepatu bot adalah pemandangan yang sangat aneh, tentu saja Puss langsung diizinkan bertemu dan bahkan diantar langsung ke hadapan Yang Mulia Raja.
Para abdi dalem kerajaan saling menyenggol satu sama lain dan tertawa ketika kucing itu masuk ke ruang pengadilan. Namun, dengan penuh percaya diri, Puss berjalan ke arah Raja kemudian membungkuk rendah tepat di hadapannya.
“Yang Mulia, Tuanku Marquis Carrabas telah mengirimkan hadiah dua kelinci yang gemuk dan berisi ini untuk makan malam Anda,” ujar Puss seraya mengeluarkan kelinci-kelinci itu dari dalam tas dan menyerahkannya kepada Raja.
Hal itu tentu saja membuat sang Raja merasa sangat senang. Ia langsung memerintahkan abdi dalemnya untuk memberikan sekeping uang emas pada Puss. Lalu ia juga berpesan kepada kucing kecil itu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada tuannya atas hadiah menyenangkan yang dikirimkan padanya itu.
Banyak Hadiah dari Marquis Carrabas
Puss kemudian berlari kembali ke pinggir jalan tempat Jack menunggu dengan sabar dan menyerahkan uang yang ia terima. “Ini,” ucapnya. “Uang ini cukup untuk membayar kamar dan makan malam di sebuah penginapan.”
Keesokan harinya, Puss kembali berangkat ke hutan. Kali ini ia menangkap sepasang ayam hutan berukuran besar dan membawanya kepada Raja. “Mereka adalah kiriman dari Tuanku Marquis Carrabas,” ujar Puss menjelaskan.
Sekali lagi Raja mengirimkan ucapan terima kasihnya untuk sang Marquis dan memberikan sekeping uang emas kepada Puss. Dan sama seperti sebelumnya, Puss membawa kepingan uang emas itu kepada tuannya yang digunakan oleh Jack untuk membeli makanan dan menyewa kamar.
Hal itu terus saja berlangsung dari hari demi hari. Setiap hari, Puss selalu membawa beberapa hewan dari dalam hutan dan membawanya ke Raja dengan ucapan bahwa itu adalah hadiah dari Marquis Carrabas. Dan sang Raja sendiri setiap hari selalu berterima kasih kepada Puss dan memberikan sekeping uang emas.
Lama kelamaan Raja mulai bertanya-tanya siapakah Marquis Carrabas sebenarnya dan dimanakah tempat tinggalnya. Karena bagaimanapun juga, baginya Marquis Carrabas terasa seperti seseorang yang sangat murah hati.
Pada suatu hari, sang Raja sedang berjalan-jalan santai bersama putrinya menggunakan kereta kuda. Banyak dari pasukannya yang turut serta mengikuti dari belakang dengan menaiki kuda.
Ketika mengetahui hal itu, Puss langsung mendatangi tuannya dengan tergesa-gesa. “Ayo cepat!” teriaknya. “Kita sudah melakukan segalanya dengan cukup baik sejauh ini. Dan sekarang adalah saatnya bagiku untuk mengubah peruntunganmu.”
Menyelamatkan Marquis Carrabas
Kucing itu kemudian membawa Jack ke arah sungai. Ia tahu kalau sang Raja pasti akan lewat situ tak lama lagi. Kemudian ia meminta Jack melepas pakaiannya dan menyembunyikan pakaian itu di bawah batu. Sesudahnya, Jack disuruh untuk berdiri di sungai sampai ke batas lehernya.
Jack mengikuti perintah itu, meskipun sebenarnya air sungai itu sangat dingin hingga membuatnya bergidik. Karena bagaimanapun juga, Puss sudah membantunya selama ini. Ia sama sekali tidak mengetahui bagaimana caranya Puss bisa mendapatkan sekeping uang emas selama ini.
Sementara itu, Puss menunggu kedatangan rombongan raja seraya memperhatikan tuannya yang ada di dalam sungai. Kemudian setelah beberapa lama, dan dirasa rombongan raja sudah cukup dekat, ia pun mulai berlari ke arah kedatangan rombongan raja.
“Tolong! Tolong!” teriaknya seraya terus berlari. “Oh, tolong! Tuanku, sang Marquis Carrabas yang mulia! Dia pasti akan tenggelam.”
“Apa yang terjadi?” tanya sang Raja seraya menghentikan kereta kudanya. Sang putri dan para abdi dalem pun menurut kemudian diam mendengarkan.
“Oh, Yang Mulia!” ujar sang kucing dengan isak tangis. “Tuanku yang mulia! Ia diserang oleh perampok dan mereka merampok segalanya. Kemudian para perampok itu melemparkannya ke sungai. Jika ia tidak segera menerima bantuan, ia pasti akan tenggelam!”
Sang Raja tentu langsung khawatir. Ia pun kemudian mengirimkan beberapa abdi dalemnya untuk membantu Jack keluar dari sungai. Sesudahnya, ia memerintahkan abdi dalem untuk mendandani sang Marquis palsu itu menggunakan jubah beludru, satin, dan juga renda emas.
Jack sendiri sebenarnya tak pernah mengenakan pakaian yang semegah itu sebelumnya. Namun, setidaknya ia memang terlihat layaknya orang yang baik hati ketika bertemu dengan sang Raja.
Ladang Gandum dan Sapi Milik Marquis Carrabas
Yang Mulia Raja merasa sangat senang ketika melihat penampilan Jack dan meminta sang Marquis palsu itu untuk naik ke dalam kereta kuda dan duduk di sampingnya. Sang putri sendiri merasa jauh lebih senang karena bisa bertemu dengan Marquis yang selama ini hanya diceritakan oleh sang ayah.
Sementara itu, sang kucing kecil langsung bergegas berlari jauh di depan gerbong kereta itu. Puss mendatangi sebuah ladang gandum yang sedang dipenuhi oleh petani yang memanen. Kucing dalam sepatu bot itu berjalan dengan pongah ke arah para petani dan memasang muka cemberut yang sangat galak. Ia juga menjulurkan kumisnya sehingga ukurannya terlihat dua kali lebih besar.
Hal itu membuat para petani langsung ketakutan.
“Dengarlah, teman-teman,” ucap Puss dengan suara kencang. “Raja akan segera datang melalui jalan ini bersama Tuanku Marquis of Carrabas yang berkuda di sampingnya. Kalau Raja bertanya pada kalian siapa pemilik ladang biji-bijian ini, jawablah bahwa ini semua adalah milik Marquis Carrabas yang mulia. Kalau kalian tidak melakukan itu, nantinya kalian semua akan dicabik-cabik dan serpihan tubuh kalian akan dibuang ke sungai.”
Para petani itu menjadi jauh lebih ketakutan dari sebelumnya. Mereka pun akhirnya terpaksa hanya bisa berjanji untuk melakukan persis seperti yang diperintahkan sang Kucing dalam sepatu bot itu.
Sementara itu, Puss kembali berlari hingga akhirnya bertemu dengan seorang penggembala yang sedang mengendalikan sekawanan besar sapi ternak. Sang penggembala yang ketakutan itu juga akhirnya membuat janji yang sama pada Puss. Bahwa jika Raja bertanya padanya siapakah pemilik kawanan sapi ternak itu, ia akan menjawab Marquis Carrabas yang mulia.
Menemui Ogre di Kastel
Ketika berlari lebih jauh, Puss bertemu dengan seorang gembala dengan domba-dombanya. Sang gembala itu pun juga akhirnya berjanji akan mengatakan bahwa kawanannya adalah milik Marquis Carrabas.
Pada akhirnya hal itu pun terus dilakukan oleh Puss. Seolah segala sesuatu yang ada di sepanjang jalan itu adalah milik Marquis Carrabas. Padahal, sebenarnya semua barang itu adalah milik seorang Ogre atau raksasa yang kaya raya, tapi sangat garang, kuat, dan mengerikan.
Puss pun kemudian memutuskan untuk pergi mendatangi kastel tempat sang Ogre tinggal. Meskipun Ogre itu berukuran jauh lebih besar darinya, tapi Puss sama sekali tidak takut padanya. Ia bahkan berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke kastel itu. Kemudian sang kucing kecil itu berlari dari satu ruangan ke ruangan lain hingga akhirnya tiba di tempat sang Ogre sedang duduk santai.
Ketika si Ogre melihat Kucing kecil dalam sepatu bot yang mengilap dan berderit itu, ia langsung merasa geli hingga tertawa terbahak-bahak. Ia benar-benar tidak pernah melihat pemandangan yang menggelikan seperti itu sebelumnya.
“Dan dari manakah kau berasal, kucing kecilku yang menarik?” tanya sang Ogre.
“Oh, dari atas bukit yang jauh sana.”
“Dan apakah yang kau inginkan di sini?”
“Aku hanya ingin bertemu denganmu karena semua orang mengatakan kalau kamu adalah Ogre yang terkuat dan terindah di seluruh dunia.”
Ketika mendengar ucapan itu, sang Ogre langsung merasa senang dan langsung menjadi semakin angkuh.
“Yah, kini setelah kau bertemu denganku, apa pendapatmu tentang aku?” tanya sang Ogre.
Oh, Puss sebenarnya berpikiran kalau Ogre adalah seseorang yang sangat luar biasa. Ia hanya bertanya-tanya apakah raksasa itu benar-benar memiliki kekuatan sihir.
Dan ya, Ogre memang sebenarnya memang memiliki kekuatan sihir.
Ogre yang Berubah Menjadi Singa dan Tikus
“Bisakah kau mengubah dirimu menjadi hewan apa pun yang kau mau? Seperti seekor singa atau gajah begitu?” tanya Puss.
Dan tentu saja, itu cukup mudah untuk dilakukan sang Ogre.
“Aku ingin melihatmu melakukan itu,” ucap sang Kucing dalam sepatu bot.
Anehnya, Ogre itu bersedia begitu saja melakukan hal itu. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengubah dirinya menjadi singa. Karena pada dasarnya, memang ia benar-benar memiliki kemampuan itu. Bahkan, ia kini terlihat layaknya singa yang sangat mengerikan. Ia langsung meraung dan mencambukkan ekor dan surainya yang berbulu.
Rupanya, Puss akhirnya menjadi sangat ketakutan dan memutuskan untuk melompat melalui jendela dan memanjat hingga ke arah atap. Pada akhirnya, ia sampai juga di atap meskipun hampir terpeleset dan jatuh karena sepatu yang ia kenakan. Sesampainya di sana, ia duduk sambil meludah dan tubuhnya gemetar.
Kemudian, Ogre itu kembali mengubah tubuhnya ke bentuk semula dan terus tertawa terbahak-bahak. “Kembalilah, Puss,” panggilnya, “Aku tak akan menyakitimu. Namun, sekarang kau bisa melihat bahwa segala hal yang orang-orang katakan padamu itu benar adanya.”
Dengan penuh tergesa-gesa, Puss kemudian datang kembali ke dalam kamar. Ia kini terlihat lebih pemalu dan santun.
“Ya, kini aku bisa melihat kalau semua itu benar,” ujar Puss, “Namun, Tuan Ogre, bisakah kau mengubah tubuhmu menjadi binatang kecil juga? Kurasa itu pasti jauh lebih sulit. Bisakah kau mengubah tubuhmu menjadi tikus?”
Tentu saja, Ogre itu bisa melakukan hal itu. Seketika itu juga ia mengubah dirinya menjadi seekor tikus. Bahkan, ia juga berlari ke sana kemari dengan riang mengelilingi seluruh ruangan. Namun, ia tak berlari lama.
Marquis Carrabas yang Kaya Raya
Tanpa menunggu lama, Puss langsung menangkap sang Ogre yang berwujud tikus itu dan menelannya bulat-bulat. Bahkan, sang Ogre tak sempat mengubah tubuhnya kembali menjadi semula atau bahkan sekadar mencicit. Dan itu adalah akhir dari hidup sang Ogre.
Sementara itu, sang Raja dan Putri bersama Jack sedang mengendarai kereta kuda bersama-sama. Mereka asyik mengobrol dengan ramah seraya menikmati pemandangan yang ada di sekitar mereka. Sang Raja merasa sangat senang dengan pembicaraan Jack sehingga ia meminta kusir untuk mengendarai kereta itu dengan lebih perlahan. Sehingga dengan begitu, mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama.
Tanpa terasa, mereka pun tiba di sebuah ladang gandum yang sedang dipanen oleh para petani.
“Itu adalah sebuah ladang gandum yang sangat baik,” ucap Raja. Seraya bersandar di kereta, ia pun memanggil salah satu petani untuk mendekat dan menanyakan siapakah pemilik dari ladang gandum itu.
“Milik Marquis Carrabas yang agung, Yang Mulia,” jawab sang petani.
Sang Raja pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Jack. “Wahai Marquis yang baik, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa ladang gandum itu adalah milikmu?”
“Aku lupa, Yang Mulia,” jawab Jack.
Tak berapa lama kemudian mereka bertemu dengan penggembala sapi. Sang Raja kembali mengagumi kawanan ternak itu dan sama seperti sebelumnya, ia pun bertanya siapakah pemiliknya.
“Milik Marquis Carrabas yang agung, Tuan,” jawab sang penggembala.
Sekali lagi, sang Raja menoleh ke arah Jack dan memuji sapi ternaknya itu. Sang Raja mulai berpikiran kalau Marquis Carrabas pastilah seseorang yang sangat kaya raya.
Sampai di Istana Marquis Carrabas
Kemudian mereka bertemu dengan seorang penggembala kambing. Dan sama seperti sebelumnya, sang penggembala pun mengatakan hal yang sama, bahwa kambing yang ia gembalakan itu adalah milik Marquis Carrabas. Di hutan, seorang penebang kayu mengatakan kalau hutan itu milik Marquis. Rasanya seolah sang Marquis benar-benar jauh lebih kaya raya dibandingkan sang Raja sendiri.
Pada akhirnya mereka pun sampai di istana megah milik Ogre. Kali ini, sang Raja bertanya pada Jack, siapakah pemilik dari istana itu. Namun, sebelum Jack sempat menjawabnya, mendadak pintu gerbang istana itu terbuka. Seekor Kucing dalam sepatu bot terlihat keluar dari pintu itu dan menyambut mereka.
“Selamat datang, selamat datang, Yang Mulia,” ucap Puss dengan penuh kegembiraan. “Selamat datang di istana Masquis Carrabas.”
“Jadi di sinilah tempat tinggalmu,” ucap Raja.
“Benar, Yang Mulia. Ini adalah tempat tinggalku,” jawab Jack.
Puss kemudian mengundang seluruh anggota rombongan Raja itu untuk turun dan memimpin jalan menuju ke ruang makan yang luas dengan meja panjang di tengahnya. Di sana, sudah ada beberapa pelayan yang menyiapkan pesta yang megah. Sebenarnya, mereka adalah pelayan Ogre sang raksasa yang mengerikan. Namun, karena sekarang kastel dan seluruh isinya itu telah menjadi milik Jack, maka mereka pun mau tak mau kini harus melayani majikan baru mereka.
Sang Raja dan Putri kemudian duduk di kursi yang ada di meja makan, sementara Jack duduk di antara mereka berdua. Mereka makan dan minum sambil berpesta sepuasnya. Sang Raja merasa senang karena belum pernah merasakan makanan yang seenak hidangan itu. Seluruh hidangannya disajikan di sebuah piring emas yang terlihat lebih indah dibandingkan yang biasanya ia gunakan di istananya sendiri.
Akhir Hidup yang Bahagia Selamanya
Pada akhirnya, sang Raja berbalik ke arah Jack dan berkata, “Marquis yang baik, kau pasti benar-benar orang yang kaya rasa.”
“Aku adalah orang yang sangat kaya,” jawab Jack, “Hingga aku tidak benar-benar tahu berapa banyak uang yang kumiliki.”
“Sepertinya bagiku,” ucap sang Raja, “seharusnya kau menikahi seorang putri. Karena bagaimanapun juga tak akan ada gadis biasa yang cocok untukmu.”
Tentu saja Jack mau menikahi seorang putri. Hanya saja ia harus mendapatkan putri yang tepat.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kau menikahi putriku?” tanya sang Raja.
Saat itu, sebenarnya Jack sudah bersiap lompat dari duduknya karena penuh kegembiraan. Bagaimanapun juga, sang Putri adalah gadis yang berparas rupawan dan manis. Tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya ia sudah jatuh cinta pada sang Putri.
“Ya, tentu dia adalah wanita paling baik dibandingkan siapa pun di dunia ini,” ujar Jack. Untungnya, sang Putri sendiri tidak menolak tawaran dari ayahnya itu.
Setelah itu, Jack bersama sang Raja dan Putri ke Istana Raja. Kemudian pesta pernikahan antara Jack dan sang Putri pun diadakan. Pada akhirnya, mereka pun hidup dalam kebahagiaan selamanya.
Sang Kucing kecil dalam sepatu bot itu tinggal di istana bersama mereka. Ia kini tidur di bantal yang paling lembut dan tubuhnya selalu hangat karena api dari perapian.
Sementara kedua kakak laki-laki Jack kini hanya bisa menyesali ketika mendengar kabar tentang nasib baik yang datang dalam hidup adiknya. Apalagi ketika mendengar kalau adiknya yang malang itu kini telah menikahi seorang putri raja. Mereka berdua pun menyesal dan hanya bisa berharap dahulu mereka mempertahankan PUss dan menukarkannya dengan penggilingan, tanah ladang, dan juga hewan ternak.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Kucing dalam Sepatu Bot
Setelah membaca cerita tentang Kucing dalam sepatu bot di atas, dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsiknya yang telah kami siapkan di bawah ini. Mulai dari inti cerita dongengnya, tokoh-tokoh selain si Kucing dalam sepatu bot, latar lokasi yang disebutkan, alur jalannya cerita, dan pesan moral yang bisa didapatkan.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng Kucing dalam sepatu bot di atas adalah tentang kesabaran yang berbuah indah. Seperti halnya Jack yang bersabar ketika dimanfaatkan oleh kedua kakak laki-lakinya, pada akhirnya ia justru mendapatkan kejayaan dan limpahan harta.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam dongeng di atas selain sang Kucing dalam sepatu bot. Di antaranya adalah Jack sang putra bungsu dari tukang giling, kedua kakak laki-laki Jack, kucing dalam sepatu bot, Raja, dan Ogre.
Jack digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang sabar. Hal itu terlihat dari kesabarannya ketika hanya diberi kucing dan tiga keping uang perak oleh abang-abangnya dan juga ketika disuruh menunggu oleh hewan peliharaannya. Berbeda dengannya, kedua kakak laki-lakinya adalah orang yang egois dan serakah. Mereka mengakali adik bungsunya dan mengambil semua harta peninggalan ayah mereka.
Kucing dalam sepatu bot yang merupakan hewan peliharaan sang tukang giling yang diwariskan kepada Jack. Ia adalah hewan yang setia dan banyak akal. Kedua sifat itu dapat terlihat dari upayanya membantu sang majikan, Jack, agar meraih kesejahteraan.
Sang Raja adalah seseorang yang bijaksana tapi mudah dibohongi. Ia mempercayai begitu saja semua ucapan sang kucing tanpa mencari kebenarannya. Meskipun begitu, tetap saja ia adalah sosok raja yang bijaksana dan baik hati.
Ogre adalah sosok raksasa yang menguasai banyak wilayah di negeri tersebut. Meskipun penampilannya mengerikan tapi rupanya ia juga mudah dikerjai oleh si kucing hingga akhirnya mati dimakan.
3. Latar
Latar lokasi yang disebutkan di cerita dongeng Kucing dalam sepatu bot ini adalah kediaman si tukang giling, pedesaan tempat Jack menunggu, hutan tempat si kucing mencari beberapa hewan, istana Raja, sungai tempat Jack berpura-pura tenggelam, dan istana Ogre yang akhirnya dijadikan sebagai istana Marquis Carrabas palsu.
4. Alur
Jika dilihat dari jalannya cerita, kisah dongeng Kucing dalam sepatu bot ini memiliki alur progresif atau maju. Kisahnya dimulai dari kematian seorang tukang giling yang meninggalkan harta untuk ketiga putranya. Harta itu pun kemudian dibagi secara tidak rata, di mana sang adik bungsu hanya mendapatkan seekor kucing dan tiga keping uang perak.
Si anak bungsu yang bernama Jack itu pun kemudian membawa kucingnya ke desa. Sang hewan peliharaan meminta uang itu untuk membeli sepatu bot kemudian mencari hewan di hutan dan membawanya ke istana. Kepada sang Raja, hewan berkaki empat itu menyatakan kalau hewan buruan itu adalah hadiah dari Marquis Carrabas. Selama berhari-hari, kucing itu mengirimkan berbagai macam hewan buruan yang membuat sang Raja bertanya-tanya siapakah Marquis Carrabas itu sebenarnya.
Suatu hari ketika sang Raja sedang berjalan-jalan dengan putrinya, sang Kucing menyuruh Jack untuk berpura-pura tenggelam. Sesudahnya, ia meminta bantuan pada Raja untuk menyelamatkan Marquis Carrabas palsu yang tenggelam itu.
Sesudah itu, Puss si Kucing dalam sepatu bot langsung berlari sepanjang jalan dan meyakinkan beberapa penggembala dan petani untuk menyebutkan bahwa pemilik hewan ternak sekaligus tanamana yang dipanen itu adalah milik Marquis Carrabas. Sehingga ketika Raja bertanya, ia langsung merasa kagum akan kekayaan sang Maquis.
Terakhir, ketika ia sampai di istana seorang Ogre, ia pun mengerjai raksasa itu hingga akhirnya sang Ogre tewas dimakan si Kucing. Ketika sang Raja sampai di istana tersebut, betapa terkejutnya ia melihat kekayaan Marquis Carrabas. Pada akhirnya, ia pun menawarkan untuk menikahkan sang Marquis palsu dengan putrinya. Mereka pun pada akhirnya hidup bahagia selamanya.
5. Pesan Moral
Meskipun kisahnya berkesan lucu dan tak mengandung pesan moral yang baik, tapi rupanya kau juga bisa mendapatkan amanat dari kisah Kucing dalam sepatu bot di atas. Salah satunya adalah untuk selalu bersabar ketika ada yang melakukan kecurangan padamu. Yakinlah bahwa nantinya pasti kamu akan mendapatkan kebaikan dalam hidupmu.
Selain itu, ingatlah untuk tidak melakukan kejahatan atau kecurangan pada orang lain, apalagi kalau ia adalah saudaramu sendiri. Karena tak akan ada kebaikan sama sekali dari hal itu.
Setelah mengetahui ulasan seputar unsur intrinsiknya, kamu juga bisa mengetahui sedikit ulasan seputar unsur ekstrinsik dari cerita dongeng Kucing dalam sepatu bot di atas. Di antaranya hal-hal dari luar dongengnya, seperti nilai moral, sosial, dan budaya yang turut serta membangun kisahnya.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Kucing dalam Sepatu Bot
Selain unsur intrinsik, jangan lupa untuk membaca juga beberapa fakta menarik seputar dongeng Kucing dalam sepatu bot yang kami siapkan berikut ini. Selamat membaca!
1. Memiliki Banyak Versi yang Berbeda
Seperti yang sudah disebutkan di awal artikel, cerita dongeng Kucing dalam sepatu bot ini berasal dari Italia dengan judul Il gatto con gli stivali. Awalnya, kisah tersebut dibuat oleh seorang penulis cerita bernama Giovanni Francesco Straparola dan diterbitkan pada tahun 1553 dalam buku kumpulan cerita berjudul The Facetious Nights of Straparola.
Pada tahun 1634, Giambattista Basile menuliskan ulang dongengnya dengan judul Cagliuso, yang kemudian dituliskan dalam bahasa Perancis oleh Charles Perrault.
Pada akhirnya, cerita versi Charles Perrault lah yang banyak dikenal oleh publik. Bahkan, kisah yang awalnya berjudul Costantino Fortunato itu, banyak diterjemahkan ke dalam banyak bahasa lain, seperti Perancis dan Inggris.
Ketiga versi tersebut kurang lebih memiliki cerita yang tidak jauh berbeda. Salah satu perbedaan yang paling jelas terlihat adalah, pada versi Staparola, sang pria muda yang malah itu merupakan putra dari seorang wanita Bohemia dan kucingnya adalah seorang peri yang menyamar. Selain itu, pemilik dari istananya bukanlah seorang Ogre melainkan tuan tanah yang menghilang tanpa kabar.
Perbedaan lain terlihat dari karya Basile yang menyatakan pada akhir dongengnya, Cagliuso sang tokoh utama justru membohongi kucingnya lalu membuang hewan peliharaannya itu. Untungnya, karena hewan berkaki empat itu dianggap pemberani, seorang peri yang melihatnya pun mengubahnya menjadi hewan biasa agar bisa hidup bersama kucing lainnya.
2. Diadaptasi Menjadi Berbagai Karya
Kisahnya yang menarik tentunya menjadikan dongeng Kucing dalam sepatu bots ini diadaptasi menjadi berbagai macam karya. Mulai dari ilustrasi, satire, film pendek bisu, atau penampilan teater. Bahkan, Happy Times Records pun membuat lagu tentang kucing yang menyertakan nama Puss in Boots atau Kucing dalam sepatu bot.
Hayao Miyazaki sang co-founder Studio Ghibli sendiri juga pernah berpartisipasi dengan Toei Animation dalam pembuatan Nagagutsu wo Haita Neko pada tahun 1969. Kisahnya menceritakan tentang seorang kucing bernama Pero dengan kisah yang kurang lebih mirip. Pada akhirnya, Pero sendiri menjadi sangat terkenal dan menjadi maskot Toei Animation.
Membicarakan tokoh Kucing dalam sepatu bot tentunya tak akan lepas dari karakter Puss dalam film Shrek 2 dan Shrek the Third. Tokoh tersebut cukup terkenal karena suaranya diisi oleh Antonio Banderas yang terkenal dengan perannya sebagai Zorro. Di kedua film tersebut, karakter Puss terlihat memiliki sifat menyerupai Zorro.
Rupanya, karakter Puss itu sangat terkenal sehingga pada tahun 2011, DreamWorks Animation membuat film animasi dan video game berdasarkan dari karakternya. Empat tahun kemudian, Netflix merilis serial dengan judul The Adventures of Puss in Boots.
Cerita Kucing dalam Sepatu Bot sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Jadi bagaimana? Menarik bukan cerita dongeng Kucing dalam sepatu bot dalam bahasa Indonesia di atas? Kisahnya cocok sekali dijadikan sebagai dongeng sebelum tidur yang seru untuk buah hati tercinta, kan?
Kalau kamu masih mencari cerita dongeng lain yang tak kalah menariknya, langsung saja cek artikel-artikel yang telah kami siapkan di kanal Ruang Pena di PosKata ini. Di sini kamu bisa mendapatkan berbagai macam kisah, seperti cerita kartun fabel kura-kura dan kodok, kisah asal-usul sebuah kota atau daerah di Indonesia seperti Surabaya atau Danau Toba, dan dongeng Putri Tidur atau Cinderela.