
Ingin membaca dongeng yang mengajarkan pentingnya saling berbagi? Nah, cerita dongeng Kucing dan Bebek yang ada di artikel ini bisa kamu jadikan pilihan, lho. Yuk, baca langsung saja!
Membaca dongeng memang bisa menjadi salah satu alternatif kegiatan seru di kala suntuk melanda. Ditambah lagi, ada beragam dongeng dengan cerita seru yang bisa kamu baca, salah satunya adalah kisah Kucing dan Bebek.
Sudah pernah membaca kisahnya belum, nih? Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang seekor kucing yang bersahabat dengan bebek. Ke mana-mana mereka selalu bersama. Namun, ada satu kejadian yang menghancurkan persahabatan mereka.
Kira-kira, kejadian apakah itu? Yuk, temukan jawabannya di artikel yang mengulik dongeng Kucing dan Bebek ini. Selain kisahnya, kami juga telah memaparkan ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya, lho. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Kucing dan Bebek
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah hutan belantara hiduplah seekor kucing bernama Caca. Ia adalah kucing yang ceria dan senang menghibur hewan lainnya.
Ia memiliki sahabat seekor bebek bernama Beki. Ke mana pun Caca pergi, di situlah Beki berada. Mereka adalah sahabat yang tak terpisahkan.
Ketika ada yang mengganggu Beki, Caca selalu siap untuk membela sahabatnya. Karena itu, Beki pun selalu berbuat baik kepada Caca.
Tiap kali Beki mendapatkan makanan, ia selalu membaginya ke Caca. Pada suatu pagi, Beki berhasil mendapatkan seekor kadal yang cukup besar.
Ia tak langsung memakannya. Ia justru pergi mencari Caca dan menggigit kadal itu di paruhnya. Saat berhasil menemukan sahabatnya, ia langsung berkata, “Ca, lihatlah! Aku berhasil mendapatkan kadal yang besar. Ayo kita makan berdua.”
“Wah, kebetulan sekali. Aku sedang merasa lapar. Terima kasih, Bek, karena kamu mau membagi makananmu padaku,” ucap Caca.
“Tak perlu berterima kasih, aku senang berbagi makanan denganmu,” ucap Beki.
Mereka menghabiskan makanan itu berdua. Caca merasa senang memiliki sahabat seperti Beki. Saat ia mendapatkan makanan pun selalu membaginya dengan Beki.
Menangkap Ikan di Danau
Pada suatu sore dengan langit senja yang indah, Caca mengajak Beki untuk pergi ke danau. “Bek, aku ingin makan ikan. Bagaimana kalua kita pergi ke danau?” tanyanya.
“Wah, ide yang bagus, Ca! Ayo kita berangkat sekarang,” seru Beki kegirangan.
Mereka pun berjalan bersama menuju ke danau. Setibanya di sana, mereka beristirahat sejenak sebelum memulai mencari ikan.
Lalu, pencarian pun dimulai. Mereka berpisah untuk mencari ikan. “Aku di ujung danau sebelah timur, kamu di ujung sebelah barat, ya, Ca. Jika berhasil mendapatkannya, ayo kembali ke dekat pohon ini untuk memakannya bersama,” ucap Beki.
Mereka pun berpisah. Beruntungnya, Caca melihat ada seekor ikan besar tergeletak di tepi pantai. Dengan cepat dan sigap, ia menangkap ikan besar itu. “Wah, beruntung sekali aku langsung dapat ikan sebesar ini. Rasanya pasti nikmat,” ucap Caca.
“Aku akan segera membawanya ke bawah pohon agar bisa memakan ikan yang tampak lezat ini bersama Beki,” ucap Caca.
Saat hendak membawanya ke bawah pohon, Caca merasa ingin memakannya saat itu juga. “Ikan ini tampak sangat lezat. Andai saja aku bisa memakannya sekarang dan sendirian, pasti nikmat sekali,” ucapnya sambal menatap ikan besar itu.
“Ah, tidak boleh! Aku harus membaginya dengan Beki. Aku tak boleh egois! Sadarlah! Sadarlah!” ucap Caca dalam hati. Pikiran dan batinnya bergulat. Ia sangat ingin memakan ikan itu sendirian.
Caca Merasa Bimbang
Meski telah berjanji untuk kembali ke bawah pohon setelah mendapat ikan, Caca tetap galau. “Kalau nanti aku membaginya dengan Beki, lalu ia dapatkan kepalanya, bagaimana dong? Aku kan sangat suka kepala ikan. Tapi, ekor ikan juga tak kalah nikmat. Apalagi dagingya pasti melimpah. Bagaimana ini? batin Caca bimbang.
“Aduh, aku harus bagaimana?” imbuhnya lagi. Si Caca terus merasa galau. Ia rupanya punya sikap egois. Padahal, Beki telah banyak membantunya, tapi ia sangat enggan tuk berbagi.
“Baiklah! Aku akan memakan ikan ini sendirian. Toh, si Beki tidak tahu kalau ak berhasil mendapatkannya. Kalau nanti sudah kenyang, aku akan mencari ikan lagi tuk kubagi dengannya,” ujar Caca yakin dengan keputusannya.
Ia lalu membawa ikan tersebut ke tempat yang tersembunyi. Ia tak ingin Beki tahu bahwa dirinya memakan ikan seorang diri. “Aku tak boleh makan di sini. Kalau Beki tahu, ikan ini harus kubagi dengannya,” ucap Caca.
Ia lalu membawa ikan itu ke balik batu. Caca merasa tempat itu aman dan Beki tak akan menemukannya. Namun, dugaannya ternyata keliru.
Rupanya, Beki sedang berada di balik batu itu sedang mencari seekor cacing. “Bek..Beki, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Caca terkejut.
“Oh, aku sedang mencari cacing agar ikan mau mendekat ke tepi sungai, Ca. Wah ternyata kau sudah mendapatkan ikan, ya. Beruntung sekali kamu,” ucap Beki. “Tapi, apa yang kamu lakukan di sini, Ca?” tanya Beki bingung.
Mencoba Kabur
Caca merasa sangat terkejut karena sahabatnya mengetahui perbuatan liciknya. Ia merasa sangat gugup dan bingung menjawab pertanyaan sahabatnya.
Ia pun memutuskan tuk berlari begitu saja meninggalkan Beki. Tentu saja bebek itu merasa bingung dan mengejar si kucing. “Ca! Caca! Kenapa kau berlari? Ada apa denganmu?” teriak Beki sambal mengejar Caca.
Namun, Caca tak mengindahkan panggilan dari Beki. Lama kelamaan, Beki pun mulai berpikir bila Caca mungkin saja ingin memakan ikan itu seorang diri.
“Ca, apakah kau ingin memakan ikan itu seorang diri? Bukankah kita sudah berjanji akan makan bersama-sama hasil tangkapan ikan?” teriak Beki pada Caca.
Bukannya berhenti dan meminta maaf, Caca justru berlari semakin cepat. Ia tak peduli pada Beki yang mengejarnya. Baginya, ikan besar itu lebih penting dari persahabatannya.
Ia lalu melompat ke sebuah batu besar dan berpikir Beki tak akan bisa mengejarnya lagi. “Aku aman jika berada di atas batu ini. Beki tak akan bisa mengejarku,” ucap Caca.
“Akhirnya, aku bisa memakan ikan ini sendirian,” imbuhnya lagi.
Lalu, Beki pun mondar-mandir di dekat batu itu. Ia tak melihat Caca yang sebenarnya berada di atas batu. Ia terus memanggil sahabatnya.
“Caca! Di mana kamu? Tak seharusnya kamu eogis dan ingkar janji. Kita kan sudah berjanji!” ucap Beki.
Mendapatkan Balasan Setimpal
Mendengar sahabatnya masih mondar-mandir di dekat batu, Caca pun mulai merasa cemas. “Duh! Kenapa Beki tak juga pergi? Aku ingin segera menyantap ikan ini. Aku tak mungkin memakannya bila Beki masih di sekitar sini,” ucapnya dalam hati.
Caca terus berpikir apa yang ia bisa lakukan untuk mengelabui temannya itu. Lalu, ia pun mendapatkan ide cemerlang. Di samping batu besar itu, ada sebuah pohon karet yang sedang mengeluarkan getah.
Dengan sepucuk daun besar, Caca mengambil getah lengket itu dan meneteskannya tepat di sayap si Beki. Sontak, Beki terkejut dan kaget mendapati ada getah di sayapnya.
Ia pun berlari kencang menuju ke sungai untuk membersihkan getah itu. Caca merasa senang, karena akhirnya ia bisa makan ikan sendirian.
Dengan lahap, ia memakan ikan itu mulai dari bagian kepala. Ia sengaja menyisakan badan untuk dinikmati terakhir. “Bagian paling nikmat tepatnya dinikmati saat terakhir,” ucap Caca.
Saat kepala ikan selesai dimakan, ia pun menyantap bagian tubuh. Berkali-kali ia berkata, “Hmm, enak sekali. Untung aku tak membaginya dengan Beki.”
Namun, tiba-tiba saja, tulang ikan besar itu menyangkut di tenggorokan Caca. Ia pun merasa sangat kesakitan. “Aduh, aduh, bagaimana ini,” ucapnya kebingungan.
Beki yang Baik Hati
Caca langsung berlari ke sungai untuk minum agar tulang ikan itu tak menyangkut di tenggorokannya. Ia terus minum air, tapi tulang ikan tak mau hilang.
“Aduh, bagaimana ini. Rasanya sangatlah sakit. Aku harus bagaimana? Huhuhu. Inikah balasan karena aku tak mau membagi makananku dengan Beki?” ucap Caca dalam hati.
Tak lama kemudian, muncullah Beki dari seberang sungai. Ia baru saja selesai membersihkan sayapnya yang terkena getah pohon akibat ulah dari Caca.
Melihat sahabatnya terkapar di tepi sungai, Beki pun tak tega. “Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tampak lemas?” tanyanya.
“Emmm, ada tulang ikan tersangkut di tenggorakanku. Rasanya sangat tak nyaman,” ucap Caca.
“Mana aku lihat!” ucap Beki yang sepertinya ingin menolong.
Caca pun membuka mulutnya lebar. Dengan paruhnya yang panjang, Beki lalu mengambil tulang ikan yang tersangkut di tenggorokan Caca.
Kucing licik itu pun merasa lega. “Huhuhu, terima kasih karena telah menolongku, Bek. Maafkan aku yang tak mau berbagi kepadamu. Padahal kau sangat baik padaku,” ucap Caca merasa bersalah.
“Hmm, aku memaafkanmu. Tapi, aku tak bisa menerimamu lagi sebagai sahabatku. Aku tak masalah jika kau tak mau berbagi makananmu. Tapi, aku kecewa karena kau melukai sayapku hanya demi makanan,” ucap Beki lalu pergi meninggalkan Caca sendirian.
Sejak saat itu, berakhirlah persahabatan antara Caca dan Beki. Semua itu karena Caca yang curang dan tak mau berbalas budi.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita dongeng Kucing dan Bebek di atas, kurang lengkap bila kamu belum mengulik unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng Kucing dan Bebek ini adalah tentang hancurnya sebuah persahabatan. Penyebabnya adalah si kucing yang enggan berbagi makanan dengan si bebek dan melukai sahabatnya itu.
2. Tokoh dan Perwatakan
Sesuai judulnya, ada dua tokoh utama dalam dongeng ini, yaitu si Bebek dan Kucing. Bebek bernama Beki adalah sahabat yang baik. Ia lemah, sehingga kerap diganggu hewan lain.
Tapi, ia senang berbagi makanan. Ia kerap membawakan sahabatnya makanan-makanan yang berhasil ditangkapnya.
Sementara si kucing bernama Caca awalnya digambarkan sebagai sosok yang ceria dan gemar membantu sahabatnya. Namun, sifatnya berubah tatkala mendapatkan ikan yang begitu besar.
Ia ingin memakan ikan itu seorang diri, meski telah berjanji akan membaginya dengan Beki. Karena keegoisannya, ia bahkan tega menyakiti sahabatnya sendiri.
3. Latar
Latar tempat dari cerita dongeng Kucing dan Bebek ini adalah di sebuah hutan belantara. Secara detail, kisah ini berlatar di sebuah danau dan batu besar. Akan tetapi, tak disebukan secara spesifik lokasi hutan dan namanya.
4. Alur
Alur cerita dongeng si Kucing dan Bebek ini adalah maju alias progresif. Cerita berawal dari seekor kucing bernama Caca yang mengajak sahabatnya Beki ke danau tuk mencari ikan.
Mereka berjanji untuk saling berbagi bila mendapatkan ikan. Beruntung, Caca lekas mendapatkan ikan yang begitu besar.
Karena tampat lezat, Caca enggan membaginya dengan Beki. Ia ingin menikmati seluruh ikan itu sendirian.
Alhasil, ia pun bersembunyi di balik batu besar dan hendak memakannya sendiri. Ternyata, di balik batu itu tedapat Beki yang sedang mencari cacing.
Caca yang kaget pun berlari membawa ikan itu. Beki bingung dan mengejar Caca. Beki tak mengira bila Caca membawa kabur ikan yang ia dapatkan.
Saking enggannya berbagi, Caca bahkan tega meneteskan getah pohon karet pada sayap Beki. Jadi, Beki tak lagi mengejar Caca.
Kucing itu pun menikmati ikannya seorang diri. Namun, tiba-tiba saja tulang ikan menyangkut di tenggorokannya. Ia berhasil selamat karena Beki menolongnya mengambil tulang ikan yang menyangkut di tenggorokan.
Akan tetapi, Beki sudah tak mau lagi bersahabat dengan Caca. Bukan karena Caca enggan membagi makananannya. Tapi, karena Caca tega melukai dirinya hanya demi sebuah makanan.
5. Pesan Moral
Pesan moral apa yang bisa kamu petik dari cerita dongeng Kucing dan Bebek ini? Amanat utama adalah jangan mengingkari janji.
Jika telah mengucap janji pada seseorang, berusahalah untuk menepatinya. Jangan seperti si kucing yang melupakan janjinya pada si bebek hanya karena makanan.
Pesan berikutnya adalah jangan bersikap egois. Sesama makhluk hidup baiknya saling membantu. Jika ada seseorang yang selalu memberikan bantuan saat kamu mengalami kesulitan, maka kelak kamu harus membalasnya.
Orang-orang egois adalah mereka yang tak tahu balas budi. Hanya mau dibantu, tapi enggan memberikan bantuan.
Selain unsur intrinsik, dongeng ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Tak banyak fakta menarik yang bisa kami paparkan dari dongeng Kucing dan Bebek ini. Hanya ada satu fakta yang sayang tuk kamu lewatkan. Berikut ulasannya;
1. Ada Versi Lain
Pada umumnya, dongeng memiliki beberapa versi. Tak terkecuali dengan cerita dongeng Kucing dan Bebek ini. Secara garis besar, kisahnya sama, yakni tentang persahabatan antara si kucing dan bebek.
Namun, ada perbedaan di detail kisahnya. Versi lain mengisahkan bahwa bebek enggan menyelamatkan kucing. Lalu, si kucing pun menjadi sangat kurus karena tak bisa menelan makanan.
Ada juga versi yang mengisahkan kalau bebek mau memaafkan si kucing. Sejak saat itu, si kucing pun tak lagi berbuat licik. Ia senantiasa membagi makanannya pada bebek.
Bagikan Cerita Dongeng Kucing dan Bebek Pada Teman-Temanmu
Demikianlah artikel yang mengulik cerita dongeng kucing dan bebek beserta ulasan lengkapnya. Kamu suka dengan kisahnya, kan? Kalau suka, yuk, bagikan artikel ini ke teman-temanmu.
Kalau kamu pengin baca dongeng lainya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada cerita dongeng tentang Pangeran Ikan, kisah Tujuh Burung Gagak, cerita tentang Iblis dengan Tiga Rambut Emas, dan masih banyak lagi. Yuk, baca terus Poskata.com dan temukan informasi menarik lainnya!