
Kamu ingin membaca keseruan dongeng Manusia Kue Jahe yang secara ajaib bisa hidup? Tak perlu ke mana-mana lagi, mending langsung saja simak artikel ini sekarang juga, yuk!
Membaca dongeng adalah upaya menuntaskan kebosanan. Ada banyak dongeng menarik yang bisa kamu baca, salah satu contohnya adalah dongeng Manusia Kue Jahe.
Kamu sudah pernah membaca kisahnya? Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang seorang nenek yang gemar membuat kue. Lalu, ia membuat kue jahe yang secara ajaib bisa bergerak dan berbicara.
Kalau ingin melihat keseruan kisah dongeng Manusia Kue Jahe, mending kamu langsung simak artikel ini. Selain kisahnya, kami juga telah memaparkan ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Manusia Kue Jahe
Alkisah, pada zaman dahulu, ada sepasang kakek dan nenek yang tinggal berdua saja di rumah kecil di tepi hutan. Mereka tak punya anak. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka hanya hidup berdua.
Meski demikian, mereka tak pernah merasa kesepian. Setiap hari, sang Kakek mengurus peternakan. Sementara nenek setiap hari menjahit, merajut, atau membuat kue.
Pada suatu pagi, Nenek hendak membuat kue jahe karena Natal sebentar lagi tiba. Karena sudah lama tak membuatnya, ia mencoba membuat satu kue saja sebagai percobaan.
Ia mencampur seluruh bahan, seperti mentega, telur, tepung, bubuk jahe, kayu manis, dan gula secara perlahan dan penuh kasih sayang. Ketika adonan sudah jadi, Nenek membentuk kue jahe berbentuk manusia.
Ia juga memberi hiasa dari gula di permukaannya. “Wah, kue ini tampak sangat indah,” ucap Nenek sambil memandang kue buatannya.
Ia bahkan membuat mata dari kepingan coklat. Kue jahe itu tampak seperti manusia yang sangat lucu. Setelah itu, Nenek memasukkan kue ke dalam oven.
Beberapa saat kemudian, Nenek mengambilnya dari oven. Ia lalu mencium aroma lezat dari kue itu. “Hmm, sepertinya rasanya nikmat,” ujarnya.
Kue Jahe Hidup
Namun, alangkah terkejut sang Nenek karena kue jahe itu tiba-tiba melompat dan berbicara. “Hai, Nenek tua, terima kasih sudah memberiku kehidupan,” ucap kue itu.
Nenek tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya terdiam membisu menyaksikan kue itu bisa bergerak dan berbicara.
Lalu, Kue Jahe melompat dari loyang dan berlari ke luar rumah. Ia pun bernyanyi, “Lari, lari secepat kau bisa! Kau tak akan bisa menangkapku karena aku manusia kue jahe!”
Nenek mengejar kue jahe itu. Kakek yang menyaksikan dari pekarangan pun turut mengejarnya. Namun, mereka tak kunjung bisa mendapatkannya.
Kue jahe terus lari dan lari. Lalu, ia pun bertemu dengan seekor sapi yang sedang makan. “Mooo. Kelihatanya kau lezat sekali. Aku akan menangkapmu!” ujar sapi itu sambil mengejar kue jahe.
Si Kue pun berlari lebih cepat sambil bernyanyi, “Aku lari dari nenek. Aku lari dari kakek. Dan aku bisa lari darimu. Karena aku manusia jahe.”
Seekor sapi pun tak dapat menangkap Kue Jahe yang kecil dan lincah itu. Tak lama kemudian, Kue Jahe bertemu dengan seekor kuda.
“Hmm, kau tampak sangat lezat. Aku mau memakanmu,” kata Kuda.
“Tapi, kau tak akan bisa menangkapku,” kata si Kue.
Ia lalu kembali bernyanyi, “Nenek dan kakek tak bisa menangkapku. Sapi pun tak bisa menangkapku. Kau pikir kau bisa menangkapku? Lari, lari secepat kau bisa! Kau tak akan bisa menangkapku, karena aku manusia kue jahe!”
Kue itu terus-terusan berlari. Di belakangnya ada kakek, nenek, sapi, dan kuda yang tak berhenti mengejarnya.
Tak Mau Berhenti
Seekor ayam melihat kue jahe dan ingin memakannya. “Tok, tok, petok. Kau kelihatannya cocok untuk makan malamku. Aku akan memakanmu!” ucapnya pada Kue Jahe.
Kue Jahe hanya tertawa. Ia lalu bernyanyi, “Nenek dan kakek mengejarku. Sapi mengejarku. Kuda juga mengejarku. Dan sekarang, kamu yang mengejarkau. Aku bisa lari darimu. Tentu saja aku bisa. Karena aku manusia kue jahe!”
Sama seperti yang lainnya, Ayam juga tak bisa menangkap kue itu. Lalu, Kue Jahe melihat seekor rubah. Tak seperti hewan lain yang mengincarnya, Rubah itu justru tampak biasa saja.
Hal itu membuat Kue Jahe penasaran. “Hai, Tuan Rubah, walau pun aku kelihatan lezat, tapi aku tak akan membiarkan kamu menangkap dan memakanku,” ujar Kue Jahe.
“Semuanya mengejarku, tapi aku lebih cepat dari mereka,” uar si Kue Jahe.
Tapi, Rubah kelihatan tak tertarik. “Mengapa aku menangkapmu?” kata Rubah.
“Aku tak suka kue jahe. Tak enak,” imbuhnya. “Tapi, kau tak bisa lagi lari dari mereka. Lihatlah, di depan ada sungai. Kau mana bisa menyeberanginya,” ucap binatang yang terkenal licik itu.
Kue Jahe lalu berpikir. Ia tak mungkin melewati sungai itu. Bisa-bisa, tubuhnya hancur terkena air. Tapi, jika tak menyeberangi sungai, ia akan mati dimakan para hewan.
Lalu, si Rubah memberinya bantuan. “Daripada kau bingung, mending kubantu saja kau menyeberang. Naiklah ke ekorku, supaya kakimu tak basah,” ucap Rubah.
Kue Jahe setuju dengan tawaran bantuan Rubah. Ia lalu naik ke ekor binatang itu. Rubah lalu menyeberangi sungai itu. Nenek, kakek, sapi, kuda, dan ayam tak kuasa menyeberangi sungai. Mereka hanya bisa memandang kue yang menyebrang sungai.
Rubah Licik
Tak lama kemudian, ekor Rubah perlahan-lahan mulai tenggelam. “Naiklah ke punggungku karena sebentar lagi ekorku akan terkena air,” ucap Rubah.
Kue Jahe menuruti perkataan binatang yang menolongnya itu. Namun, tak lama kemudian, punggung rubah pun mulai basah.
“Kepalaku lebih tinggi, lebih baik kau naik ke kepalaku. Solanya, punggungku juga mulai basah,” ucap Rubah.
Tanpa pikir panjang, si Kue lalu menaiki kepala Rubah. Tak lama setelahnya, kepala Rubah mulai tenggelam. “Hei, Kue Jahe, naiklah ke hidungku. Kau aman di sini. Sebentar lagi kepalaku tenggelam,” ujar Rubah.
“Ta..tapi, bagaimana kalau kamu nanti memakanku?” ujar Kue Jahe ketakutan.
“Aku sudah mengatakannya tadi. Aku tak suka kue jahe. Bagiku, rasamu terlalu pedas. Bukan seleraku,” ujar Rubah.
Kue Jahe percaya dengna kata-kata Rubah. Ia lalu menaiki hidung biantang itu. Lalu, saat sampai tepi sungai, dengan cepat Rubah memakan Kue Jahe.
“Hap!” Rubah menggigit kue itu sampai habis. “Kue jahe memang lezat. Siapa juga yang tak suka kue?” ucap Rubah licik sambil tertawa. Ternyata selama ini ia hanya membohongi Kue Jahe.
Unsur Intrinsik
Kamu suka dengan cerita dongeng Manusia Kue Jahe? Nah, untuk menambah wawasanmu, simak dulu unsur intrinsik dari dongeng dalam bahasa Indonesia ini, yuk!
1. Tema
Tema atau inti cerita dari cerita dongeng ini adalah tentang Manusia Kue Jahe yang secara ajaib bisa hidup. Ia lalu berlari sekencang mungkin agar tak dimakan oleh nenek yang membuatnya.
Saat berlari, ia lalu bertemu dengan beberapa hewan, seperti Sapi, Kuda, dan Ayam yang juga tertarik tuk memakannya. Ketika berlari menghindari mereka, Kue Jahe selalu bernyanyi seakan-akan mengejek.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh dalam cerita dongeng Manusia Kue Jahe. Mereka adalah si Kue Jahe, Kakek dan Nenek, Sapi, Kuda, Ayam, dan Rubah.
Nenek digambarkan sebagai sosok yang penuh kehangatan. Sementara Manusia Kue Jahe memiliki karakter yang lincah dan suka bernyanyi.
Dalam dongeng ini, karakter antagonisnya adalah si Rubah yang licik. Ia membohongi Kue Jahe, sehingga bisa memakan kue itu.
3. Latar
Ada beberapa latar tempat dari dongeng Manusia Kue Jahe. Awal mula, cerita terjadi di rumah Nenek dan Kakek. Lalu, cerita terjadi di jalanan.
Pada akhir cerita, latar tempat yang digunakan adalah di sungai. Sementara untuk setting waktunya adalah siang hari dan sebelum Natal.
4. Alur Cerita Dongeng Manusia Kue Jahe
Alur cerita dari dongeng ini adalah maju alias progresif. Cerita bermula dari seorang nenek yang membuat sebuah kue jahe berbentuk manusia.
Ia membuatnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Setelah matang, secara ajaib, Kue Jahe itu bisa bergerak dan berbicara.
Tak ingin menjadi santapan sang Nenek, ia pun berlari dengan kencang. Nenek dan Kakek lalu mengejarnya. Namun, mereka tak kunjung berhasil menangka si kue.
Dalam pelariannya, kue itu bertemu dengan seekor sapi yang ingin menyantapnya. Manusia Kue Jahe lalu berlari semakin cepat. Ia pun juga bernyanyi-nyanyi seakan mengejek yang mengejarnya.
Selain Kakek, Nenek, dan Sapi, Kue Jahe juga dikejar oleh Ayam dan Kuda. Namun, tak ada satu pun yang dapat menangkapnya.
Tak lama kemudian, Kue Jahe bertemu dengan seekor rubah. Namun, Rubah itu tampak tak tertarik dengan Kue Jahe.
Rubah justru membantu kue itu menyeberangi sungai. Kue Jahe percaya begitu saja dengan perkataan si Rubah. Ia pun naik ke ekor Rubah dan mulai menyeberangi sungai.
Namun, ekor si Rubah mulai tenggelam. Ia meminta Kue Jahe naik ke punggungnya. Semakin ke tengah, sungai itu makin dalam, Rubah meminta si kue naik hingga ke punggungnya.
Terakhir, si Rubah meminta Kue Jahe naik ke hidungnya. Setelah sampai di tepi sungai, Rubah dengan mudah memakan kue itu. Ternyata, sedari tadi ia hanya mengelabuhi si Kue Jahe.
5. Pesan Moral
Apakah pesan moral yang bisa kamu petik dari dongeng Manusia Kue Jahe? Pesan utamanya adalah jangan mudah percaya dengan seseorang yang baru saja kamu temui.
Kamu tak akan tahu apakah orang itu baik atau jahat. Untuk itu, berhati-hatilah pada orang lain dan jangan mudah percaya kepadanya.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng Manusia Kue Jahe ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Untuk melengkapi wawasanmu, simak dulu fakta menarik dari dongeng Manusia Kue Jahe ini, yuk! Nggak banyak, kok. Yuk, simak langsung!
1. Ada Versi Lain
Sama seperti dongeng pada umumnya, cerita Manusia Kue Jahe juga punya beberapa versi. Ada satu kisah yang hampir sama, tapi akhirnya berbeda.
Dalam versi tersebut, si Rubah tak berhasil memakan Kue Jahe. Sebab, Kue Jahe dibawa oleh seekor burung. Lalu, Kue Jahe berhasil meloloskan diri dari si burung dan hidup dengan bebas.
Ada juga versi yang kisahnya cukup berbeda. Ada sepasang kakek dan nenek yang tinggal dengan cucunya. Suatu hari, si Kakek dan Nenek membuat kue jahe.
Karena hendak menanam tumbuhan di ladang, ia meminta tolong si Cucu untuk mengamati kue itu. Jika sudah matang, ia harus segera mengeluarkannya dari oven.
Karena bosan, si cucu itu malah ketiduran. Saat terbangun, ia terkejut mendapati Kue Jahe menghilang dari oven. Rupanya, kue itu bisa hidup.
Kue Jahe berlari dan si Cucu pun mengejarnya. Sambil berlari, Kue Jahe pun bernyanyi-nyanyi. Ada beberapa orang yang turut mengejar Kue Jahe itu. Namun, pada akhirnya, si Rubah dengan rencana liciknya lah yang berhasil memakan kue itu.
Sudah Puas dengan Dongeng Manusia Kue Jahe di Atas?
Demikianlah cerita dongeng Manusia Kue Jahe beserta ulasan lengkapnya seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Kamu suka dan sudah puas dengan cerita yang kami paparkan? Kalau suka, bagikan artikel ini ke teman-temanmu, ya!
Kalau kamu butuh cerita dongeng yang lain, langsung saja cek kanal Ruang Pena di Poskata.com. Ada dongeng Serigala dan Tujuh Anak Kambing, cerita Kelinci dan Gajah, kisah Burung Bangau yang Angkuh, dan masih banyak lagi.
Selain cerita dongeng, ada pula cerita rakyat Nusantara yang bisa kamu simak. Beberapa di antaranya adalah legenda Batu Menangis, asal-usul Danau Batur, dan kisah Datu Pujung. Selamat membaca!