Ada banyak sekali cerita fabel yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat akan makna kehidupan. Salah satu contohnya yang bisa kamu simak berikut ini adalah dongeng Buaya dan Burung Penyanyi. Langsung saja disimak, ya!
Dongeng tentang hewan yang bisa bertingkah laku seperti manusia atau disebut fabel mungkin sudah tidak asing lagi buatmu. Cerita mereka tidak hanya bagus untuk dibaca, tetapi juga diambil pelajarannya. Nah, di sini kamu bisa menyimak kisah tentang cerita fabel Buaya dan Burung Penyanyi.
Kisahnya yang begitu ringan bisa kamu gunakan sebagai bahan cerita untuk adik, keponakan, atau sepupu. Cocok juga apabila dijadikan dongeng sebelum tidur. Terlebih lagi, ada banyak hal menarik yang akan didapatkan setelah membaca cerita ini.
Lantas, seperti apa cerita lengkap dari fabel Buaya dan Burung Penyanyi, ini? Daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung saja dicek, ya! Nggak hanya kisahnya, di sini kamu pun akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Fabel Buaya dan Burung Penyanyi
Pada zaman dahulu kala, di sebuah hutan hiduplah sepasang sahabat, yaitu Buaya dan Burung Penyanyi. Setiap harinya, mereka selalu bersama. Persahabatannya pun selalu rukun, jarang sekali bertengkar.
Seperti biasa, Burung Penyanyi sedang bertengger di atas hidup Buaya sembari bernyanyi. Karena kali ini si burung bernyanyi lagu sendu, Buaya pun merasa mengantuk karena rasanya seperti dininabobokan.
Tanpa sengaja, ia pun menguap dan membuka mulutnya. Hal tersebut menyebabkan Burung Penyanyi yang sedang bernyanyi kehilangan keseimbanganya lalu tertelan oleh sahabatnya.
Beberapa saat kemudian, Buaya yang masih belum sadar benar kemudian teringat dengan si Burung Penyanyi. “Kenapa sunyi sekali, ya? Aneh… tadi bukannya dia sedang bernyanyi, kenapa mendadak pergi,” gumamnya.
Hewan berkaki empat itu menegok ke belakang untuk melihat ekornya. Namun sahabatnya, tidak ada di sana.
“Apakah ia sedang mengajakku untuk bermain petak umpet? Baiklah kalau begitu aku akan mencarinya,” ucapnya.
Buanya kemudian pergi ke daratan untuk mencari Burung Penyanyi. Ia memasukkan moncongnya ke semak-semak di tepi sungai, namun sahabatnya masih belum ketemu.
Pencarian tidak berhasil dan ia pun merasa lelah. Ia lalu kembali ke sungai. Tak berapa lama kemudian, dirinya jatuh tertidur.
Memiliki Suara Merdu
Beberapa waktu kemudian, Buaya terbangun dan sudah merasa segar kembali. Saat membuka mulutnya, tiba-tiba keluarlah suara yang begitu merdu dari mulutnya.
Ia pun merasa terkejut sekali. Pasalnya, selama ini suaranya terdengar begitu parau dan kurang enak didengar.
“Wah… ini menakjubkan. Selama hidup, sepertinya baru kali ini suaraku terdengar begitu bagus,” kata Buaya.
“Baiklah, besok aku akan mengajak Burung Penyanyi untuk bernyanyi bersama. Rasanya pasti akan menyenangkan sekali,” lanjutnya.
Tidak mau membuang-buang kesempatan, Buaya pun terus bernyai. Ia merasa begitu senang mendengar suarnya yang indah ini.
Sebuah Kenyataan
Buaya yang sedari tadi tidak berhenti bernyanyi, akhirnya merasa lelah. Merasa mengantuk, ia pun membuka mulutnya dan menguap lebar-lebar sehingga matanya tertutup oleh moncongnya.
Setelah selesai menguap, ia pun merasa terkejut sekali saat mendapati Burung Penyanyi tiba-tiba sudah bertengger di moncongnya. “Lho, Sahabatku, sejak kapan kamu berada di situ?” tanyanya.
“Kamu benar-benar jahat, Buaya!” kata burung itu merajuk. “Memangnya apa yang telah kulakukan padamu?” tanya Buaya yang merasa kebingungan.
Kata Burung Penyanyi lagi, “Mengapa kamu tidak memberi tahu kalau ingin menguap? Aku terjatuh ke dalam mulutmu. Dasar menyebalkan.”
Akhirnya, buaya pun tersadar. “Oh… aku mengerti sekarang. Jadi suara yang terdengar dalam diriku itu suaramu dan bukan suaraku?”
“Iya benar. Itu suaraku,” kata Burung Penyanyi sembari menggoyang-goyangkan ekornya.
“Kamu, kan, tahu sendiri kalau suaramu sangat sumbang tidak enak didengar. Kamu, kan, tidak bisa bernyanyi sama sekali,” celetuk burung itu lagi. Tanpa sadar, perkataannya itu telah menyakiti hati sahabatnya.
Sebuah Penyelesaian
Buaya yang mendengar perkataan sahabatnya itu kemudian merasa sedih. “Aku pikir aku suara indah itu milikku, ternyata bukan. Padahal, aku ingin sekali bisa memiliki suara yang indah sepertimu. Betapa menyedihkannya diriku.”
Seketika itu juga, Burung Penyanyi sadar perbuatannya dan cepat-cepat minta maaf. “Sahabatku, maafkan aku, ya. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu,” kata si burung dengan penuh penyesalan.
“Tidak apa-apa, Sahabatku. Memang kenyataanya seperti itu, mau diapakan lagi,” katanya masih sedikut lesu.
Melihat sahabatnya yang masih sedih, ia pun memutar otak untuk menghiburnya. Lalu, sebuah ide terlintas di benaknya.
“Sahabatku, bagaimana kalu kamu membuat gelembung-gelembung air dan aku akan bernyanyi. Kita lalu melakukannya bersama-sama. Nanti, pasti hasilnya akan enak didengar,” ucapnya.
Tanpa basa-basi, Buaya pun menyetujuinya. Ia memasukkan moncongnya ke dalam air dan membuat gelembung-gelembung. Sementara itu, Burung Penyayi pun bernyanyi riang menggunakan suara merdunya.
Dan benar saja, suara yang tercipta menjadi begitu indah. Buaya pun merasa sangat senang. Sejak saat itu, mereka berdua selalu melakukan hal tersebut bersama-sama.
Tak hanya itu saja, sekarang hewan berkaki empat itu selalu memperingatkan Burung Penyanyi saat ia akan membuka mulutnya. Hal itu dilakukan supaya kejadian si burung ke dalam perutnya tidak akan terulang kembali.
Benar-benar sebuah persahabatan rukun dan begitu indah, ya? Bagus sekali untuk dicontoh.
Unsur Intrinsik dari Cerita Fabel Buaya dan Burung Penyanyi
Gimana? Kamu pastinya sudah membaca cerita lengkap dari fabel Buaya dan Burung Penyanyi di atas, kan? Berikutnya, simaklah unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. Mulai dari tema, tokoh dan perwatakan, setting, alur, hingga pesan moralnya.
1. Tema
Tema atau inti cerita dari fabel Buaya dan Burung Penyanyi ini adalah jangan berkata asal pada orang lain. Karena apa yang menurutmu biasa saja, itu bisa saja menyakiti hati orang tersebut.
Dalam cerita di atas, Burung Penyanyi asal ceplos mengatakan kalau suara sahabatnya begitu jelek. Hal itu kemudian membuat Buaya merasa sedih.
2. Tokoh dan Perwatakan
Selanjutnya, tokoh yang akan diulas lebih dalam dari cerita fabel ini tentu saja Buaya dan Burung Penyanyi. Baiklah, mulai dari yang pertama, yaitu Buaya.
Hewan berkaki empat tersebut memiliki sifat yang baik hati dan setia kawan. Buktinya, sewaktu Burung Penyanyi menghilang, ia mencarinya.
Yang kedua adalah Burung Penyanyi. Hewan ini sebenarnya juga baik dan setia kawan. Hanya saja, ia suka ceplas-ceplos sehingga membuat sahabatnya bersedih. Contohnya dalam cerita bisa kamu lihat saat ia langsung mengatakan begitu saja kalau suara Buaya jelek, tidak seindah dirinya.
3. Latar
Sementara itu, latar tempat yang terdapat dalam cerita fabel Buaya dan Burung Penyanyi ini adalah di hutan. Tepatnya, berada sungai dan tepiannya.
Lantas, apakah kamu bisa menebak latar suasana yang mendominasi cerita ini? Ya, benar sekali, suasanya yang tergambar jelas adalah bingung, sedih, jengkel, dan bahagia.
4. Alur
Cerita fabel Buaya dan Burung Penyanyi ini menggunakan alur maju. Ceritanya dimulai dari Burung Penyanyi yang sedang bernyanyi riang di atas moncong Buaya. Tak berapa lama kemudian, Buaya mengantuk karena mendengarkan suaranya yang mendayu. Akhirnya, tanpa sengaja ia membuka mulutnya untuk menguap dan si burung tidak sengaja tertelan.
Hewan berkaki empat itu belum menyadarinya sehingga mencari Burung Penyanyi ke mana-mana. Setelah mencari dan tidak kunjung menemukan, ia pun kelelahan dan tertidur. Beberapa saat kemudian, Buaya terbangun dan menguap. Saat itulah muncul suara yang indah dari mulutnya.
Ia sangat terkejut karena selama ini suaranya begitu parau dan jelek. Dirinya tentu saja merasa bahagia dan memanfaatkan momen tersebut untuk terus bernyanyi. Karena terus bernyanyi, hewan itu pun kelelalahan dan menguap.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Burung Penyanyi untuk keluar dari dalam perut Buaya. Si burung kemudian mengomel dan jengkel karena sahabatnya tidak menyadari kalau telah menelannya. Setelah itu, Burung Penyanyi tanpa sengaja mengatakan hal yang menyakitkan pada buaya. Untungnya ia segera sadar dan minta maaf.
Ia juga mencari cara agar Buaya tidak bersedih lagi. Caranya adalah Buaya membuat gelembung di air dan dirinya bernyanyi. Suara yang dihasilkan pun bagus sehingga sejak saat itu mereka selalu melakukannya bersama-sama.
5. Pesan Moral
Lewat kisah ini, kamu bisa mengambil beberapa pelajaran hidup yang berharga. Salah satunya adalah jangan berkata seenaknya meskipun itu pada orang terdekatmu. Kamu bisa saja menyakiti hatinya.
Pesan moral selanjutnya dari cerita fabel Buaya dan Burung Penyanyi ini adalah kalau salah, kamu harus minta maaf. Tidak usah merasa malu, mengakui kesalahan menandakan kalau dirimu adalah orang yang berjiwa besar. Kalau kamu bisa memperbaiki kesalahanmu, maka perbaikilah.
Dan yang terakhir, teruslah jaga persahabatan yang kamu punya. Memiliki sahabat adalah salah satu keberuntungan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Selain ulasan singkat mengenai unsur intrinsik dari kisah di atas, kamu juga perlu mengetahui unsur ekstrinsiknya. Ada pun unsur ekstrinsik yang berpengaruh dan membangun kisah tersebut dalah latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai sosial yang telah ada sebelumnya.
Fakta Menarik dari Dongeng Fabel Buaya dan Burung Penyanyi
Selanjutnya, berikut ini ada fakta menarik dari dongeng tersebut yang bisa kamu simak. Yuk, langsung saja!
1. Dijadikan Video Animasi
Karena cerita fabel Buaya dan Burung Penyanyi ini cukup populer, maka banyak sekali dijadikan video animasi. Kalau kamu penasaran seperti apa, bisa langsung lihat sendiri di YouTube, ya!
Cerita Fabel Buaya dan Burung Penyanyi untuk Dongeng Tidur
Demikianlah dongeng Buaya dan Burung Penyanyi beserta ulasan lengkapnya yang bisa kamu simak di PosKata. Cocok juga untuk dijadikan pengantar tidur, kan?
Tak hanya kisah di atas, di sini juga ada fabel lain yang sayang sekali kalau dilewatkan. Beberapa di ataranya adalah Kancil dan Harimau, Gajah dan Semut, Semut dan Belalang, dan masih banyak lagi.