
Setiap cerita petualangan si Kancil memang menarik untuk diikuti. Salah satunya adalah cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang ini. Kalau penasaran kisahnya seperti apa, kamu bisa langsung membacanya berikut ini.
Kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan si Kancil, bukan? Salah satu tokoh fabel legendaris dari Indonesia ini kisahnya memang seru untuk dibaca. Tak hanya dongeng Kancil dan Buaya saja, berikut ini juga ada cerita tentang Kancil dan Kura-Kura ingin terbang yang sayang banget kalau dilewatkan.
Lewat kisah tersebut, kamu bisa mengambil banyak pelajaran tentang hidup. Salah satunya adalah jangan percaya pada asumsimu sendiri. Selain sebagai hiburan diri sendiri, kamu juga bisa menceritakan kisa tersebut untuk adik, sepupu, anak, atau keponakanmu yang masih kecil, lho.
Gimana? Sudah nggak sabar pengin segera membaca petualangan si Kancil bersama Kura-Kura yang ingin terbang ini? Daripada kebanyakan basa-basi, lebih baik simak saja artikel selengkapnya di bawah ini, yuk! Tak hanya kisahnya, kamu pun dapat menyimak ulasan singkat seputar unsur intrinsik, fakta menarik, dan juga pesan moralnya.
Cerita Kancil dan Kura-Kura yang Ingin Terbang
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor Kura-Kura yang tinggal di sebuah sungai yang tidak terlalu dalam. Tak jauh dari situ, ada sebuah pohon besar yang ditinggali oleh seekor burung pipit kecil.
Burung tersebut tinggal di sana sendirian. Orang tua dan saudara-saudaranya entah pergi ke mana. Kura-Kura yang merasa iba kemudian membantu menjaganya. Bahkan, terkadang ia juga memberinya makanan.
Hingga pada suatu hari, si Burung Pipit mengungkapkan keinginannya untuk belajar terbang pada Kura-Kura. Hewan bercangkang tersebut tentu saja bingung, mau mengajari juga tidak bisa karena dirinya tidak memiliki sayap.
Karena tidak mau mengecewakan si burung kecil, ia akhirnya pergi ke pasar untuk membeli buku petunjuk terbang. Setelah seharian berkeliling, akhirnya ia menemukan buku tersebut. Ia merasa senang sekali.
Sesampainya di rumah, hewan itu kemudian membaca buku petunjuk terbang dengan seksama. Setelah menyelesaikannya, ia pun merasa sanggup untuk mengajari si burung kecil untuk terbang esok hari.
Belajar Terbang
Keesokan paginya, Kura-Kura menyuruh Burung Pipit untuk mengikuti petunjuknya supaya bisa segera terbang. Dengan bahasa sederhana, ia menyuruh si burung kecil untuk mempraktikkan cara untuk terbang.
Sayangnya, tiap kali burung itu melakukan apa yang dikatakan oleh Kura-Kura, dirinya malah selalu gagal. Karena terjadi berulang kali, hal tersebut tentu saja membuat si Kura-Kura geram.
“Kamu ini bagaimana, sih, Burung Pipit? Aku sudah mengatakan padamu bagaimana caranya berkali-kali, mengapa tidak pernah berhasil?” ucap Kura-Kura sedikit marah.
“Aku juga tidak tahu, Kura-Kura. Kamu, kan, sudah melihat sendiri kalau aku melakukan sesuai petunjukmu. Tapi entah kenapa aku selalu saja jatuh,” jawab Burung Pipit yang merasa sedih sekaligus jengkel karena dimarahi.
Setelah berkata seperti itu, mereka kemudian melanjutkan pelajaran terbang. Namun karena tetap saja gagal, Burung Pipit yang merasa jengkel akhirnya pergi mencari tempat untuk berlatih sendiri. Dengan mengandalkan insting dan kemampuannya, akhirnya ia pun dapat terbang.
Sebuah Perdebatan
Sumber: PNGWing
Burung Pipit kemudian terbang untuk kembali ke sarangnya. Kura-Kura yang masih menunggu di bawah pohon tersebut merasa gembira sekali melihatnya bisa terbang. Ia berpikiran kalau burung kecil itu bisa terbang karena petunjuk-petunjuk darinya.
Katanya, “Hore… horee… selamat, Kawan! Tidak sia-sia kamu mengikuti petunjukku. Kamu pasti senang sekali akhirnya bisa terbang.”
“Apa? Dengan petunjukmu?” ucap Burung Pipit sambil tersenyum meremehkan.
“Petunjukmu itu hanyalah teori kosong. Mengikutinya malah membuatku selalu gagal. Memang benar, terkadang teori tidak sesuai dengan praktinya, kawan.”
Masih dengan keras kepala, si Kura-Kura menjawab, “Namun pada akhirnya, kamu tetap bisa terbang, kan?”
Si Burung Pipit pun membantah, “Ya, memang aku bisa terbang. Tapi, aku bisa terbang karena menggunakan insting dan kemampuanku, bukan menggunakan teorimu.”
“Kalau kamu masih ngotot teorimu benar, sudahlah, coba saja sendiri. Kalau kamu sudah bisa terbang, nanti ajarilah temanmu yang lain,” ucap si burung kecil lalu terbang dan meninggalkan Kura-Kura seorang diri.
Mencoba untuk Terbang
Berhari-hari, Kura-Kura merenungkan perkataan dari si burung kecil. Ia pun ingin mencobanya sendiri dan bertekad untuk menjadi guru terbang yang terkenal suatu hari nanti.
“Tapi, bagaimana caranya aku belajar terbang, ya? Aku, kan, tidak punya sayap seperti Burung Pipit,” gumamnya.
Sesaat setelah berkata seperti itu, matanya kemudian menangkap beberapa benda bergerak yang menggantung di pohon tempatnya bersandar. Benda tersebut tak lain dan tak bukan adalah kepompong.
Hewan tersebut mengamati beberapa kepompong dengan seksama. Tak lama kemudian, keluarlah kupu-kupu cantik dari kepompong tersebut. Kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya dengan indah lalu terbang entah ke mana.
Setelah menyaksikan kejadian itu, ia kemudian mendapatkan sebuah ide. Kalian tahu apa yang ada di benaknya? Ya, ia berpikiran untuk masuk ke dalam kepompong itu supaya juga memiliki sayap sama seperti kupu-kupu.
Kura-Kura berjalan menuju ke tempat kepompong itu berada. Kepompong itu diambil dan lalu digunakan untuk menutupi kepalanya. Setelah itu, ia duduk di bawah pohon sembari menanti sayapnya tumbuh.
Sementara itu, hewan-hewan lain yang melihat hanya bisa menggeleng-geleng kepala karena tak habis pikir dengan apa yang dilakukan olehnya. Bahkan, tak sedikit pula yang malah menertawakan kelakuan ajaibnya itu.
Sebuah Penantian
Si Kura-Kura berdiam diri selama berhari-hari di bawah pohon itu. Demi mendapatkan sayap, ia bahkan rela untuk menahan harus dan lapar. Lama-kelamaan, ia pun merasa lemas dan mau pingsan.
Tak berapa lama kemudian, si Kancil yang sedang berjalan-jalan menikmati udara segar lewat di depan pohon tempat di mana Kura-Kura berada. Melihatnya yang semakin lemas, Kancil kemudian bergegas mengambil air dari sungai lalu memberikannya pada Kura-Kura.
“Kura-Kura, mengapa kamu menyiksa diri seperti ini?” tanyanya dengan lembut. Namun, hewan bercangkang itu tidak menyambut apa yang dilakukan oleh Kancil.
Ia malah menghardiknya. Katanya, “Diam kamu, Cil. Jangan mengganggu, aku sedang bertapa!”
“Bertapa? Untuk apa? Kamu ingin mendapatkan sayap seperti kupu-kupu?” tebak si Kancil.
Kura-Kura tentu saja terkejut karena Kancil bisa menebaknya dengan benar. “Memang kenapa kalau aku melakukannya?”
Kancil pun berdecak lalu berkata, “Yang benar saja. Kamu hanya melakukan hal yang sia-sia. Sampai kiamat, pun, kamu tidak akan pernah mendapatkannya.”
Kura-Kura mengabaikan perkataan itu dan tetap melanjutkan kegiatan “bertapanya”. Melihat hal tersebut, Kancil sebenarnya ingin segera pergi dari sana. Ia merasa buang-buang waktu memberi tahunya.
Namun saat hendak pergi, ia kemudian mengurungkan niatnya. Ia ingin melihat sampai kapan Kura-Kura akan tetap keras kepala.
Pelajaran yang Berharga
Beberapa saat kemudian, Kancil memecah kehingan dan bertanya, “Mau sampai kapan kamu akan begini terus, Kura-Kura? Selama apa pun kamu bertapa dengan kepompong itu, kamu tidak akan pernah mendapatkan sayap.”
“Kamu tidak perlu menggurui aku, Cil. Aku melihat sendiri, kok, kalau masuk kepompong nanti aku mendapatkan sayap,” katanya.
“Kura-Kura, kamu memang benar-benar bebal. Kupu-Kupu itu bisa memiliki sayap karena memang diciptakan begitu. Makanya, banyak-banyaklah membaca dan jangan berkutat dengan asumsimu sendiri,” ucap Kancil sedikit jengkel.
Terdiam sebentar, Kura-Kura menimpali lagi, “Tapi, Cil, aku harus membuktikan teori terbang dalam buku ini. Aku malau kalau dibilang hanya bisa berteori saja, tapi tidak bisa praktiknya. Nah, untuk bisa terbang, pertama-tama aku harus punya sayap, kan?”
“Ketahuilah, Kura-Kura, tiap makhluk hidup itu memiliki cara hidup dan kelebihannya masing-masing. Kamu tidak bisa punya sayap seperti Kupu-Kupu. Namun, kamu memiliki cangkang, itu adalah kelebihanmu,” jelas Kancil panjang lebar.
Setelah mendengar perkataan Kancil, Kura-Kura pun menjadi sadar. Mulai saat ini, ia berjanji untuk selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya dan membaca banyak buku untuk menambah wawasan.
Unsur Intrinsik Cerita Kancil dan Kura-Kura yang Ingin Terbang
Gimana menurutmu dongeng Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang di atas? Seru sekali pastinya, kan? Nah selanjutnya, berikut ini kamu akan membaca ulasan singkat dari unsur-unsur intrinsiknya. Mulai dari tema, latar, alur, perwatakan, hingga pesan moral.
1. Tema
Tema atau inti cerita dari cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang ini adalah setiap makhluk hidup memiliki takdirnya masing-masing. Kamu harus hidup sesuai kodratnya.
Seperti dalam dongeng ini, seberapa pun keras usaha Kura-Kura ingin memiliki sayap supaya dapat terbang, ia tidak akan bisa mendapatkannya. Hal itu dikarenakan hewan ini memang ditakdirkan untuk memiliki cangkang, bukan sayap.
2. Tokoh dan Perwatakan
Pada cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang ini, ada beberapa tokoh yang akan dibahas. Selain Kancil dan Kura-Kura, tentunya juga ada Burung Pipit.
Kura-Kura ini sebenarnya adalah hewan yang baik. Namun saat membantu Burung Pipit untuk terbang, ia terlihat begitu pamrih karena ingin diakui kalau ialah yang membuat burung itu bisa terbang. Selain itu, ia juga sedikit keras kepala.
Selanjutnya, tentu saja si Burung Pipit yang memiliki sifat gigih. Ia pantang menyerah, meskipun berulang kali gagal saat mencoba terbang.
Hanya saja, seharusnya ia memberi tahu Kura-Kura kalau hewan berkaki empat itu tidak akan bisa terbang. Bukannya malah menyuruhnya untuk mempraktikkan sendiri bagaimana caranya terbang. Karena sampai kapan pun, Kura-Kura tidak akan pernah bisa terbang.
Dan yang terakhir tentu saja si Kancil. Ia memiliki yang baik hati dan bijaksana. Buktinya, meskipun digertak oleh Kura-Kura untuk pergi, ia tetap tinggal untuk menyadarkan hewan keras kepala itu.
3. Latar dari Cerita Kancil dan Kura-Kura yang Ingin Terbang
Seperti yang mungkin sudah kamu bayangkan, latar tempat dari dongeng ini tentu saja hutan. Namun, spesifiknya terletak di sebuah sungai dan pohon besar.
4. Alur
Sementara itu, cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang ini menggunakan alur maju. Kisahnya bermula dari Burung Pipit yang ingin belajar terbang. Kura-Kura berniat membantu dengan mencarikan buku petunjuk terbang.
Sayang sekali, isi buku tersebut sepertinya tidak cocok karena Burung Pipit malah selalu gagal terbang saat mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya. Akhirnya, burung itu memutuskan untuk belajar terbang sendiri dan malah bisa.
Setelah itu, yang terjadi malah Kura-Kura dan Burung Pipit berdebat sengit karena hewan bercangkang itu ingin diakui kalau dialah yang mampu membuat si burung terbang. Namun, tentu saja si burung kecil tidak mau. Ia kemudian pergi meninggalkan Kura-Kura yang bertekad untuk memiliki sayap supaya bisa membuktikan kalau buku teorinya benar.
Singkat cerita, Kura-Kura berpikiran untuk menutup kepalanya dengan Kepompong supaya bisa memiliki sayap seperti Kupu-Kupu dan bisa terbang. Beruntung, pada akhirnya ia bertemu dengan Kancil yang bisa menyadarkannya.
5. Pesan Moral
Lewat cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang tersebut ada beberapa pesan moral yang bisa kamu ambil. Yang pertama, yaitu berbuat baiklah tanpa menginginkan kebaikanmu diakui.
Selanjutnya, jangan pernah berusaha untuk mengubah kodratmu. Contohnya saja, kalau kamu tidak ditakdirkan memiliki sayap, maka jangan bersikeran untuk mendapatkannya. Usahamu nanti hanya akan sia-sia saja.
Kamu juga tidak perlu iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hidupmu tidak akan tenang jika selalu iri dengan kepunyaan orang lain.
Dan yang terakhir, banyak-banyaklah membaca buku untuk semakin menambah wawasan. Dengan begitu, kamu tidak akan melakukan hal yang konyol sama seperti apa yang Kura-Kura lakukan.
Selain unsur intrinsik, jangan lupakan juga unsur-unsur ekstrinsik yang membangun cerita tersebut. Unsur ekstrinsik tersebut biasanya berupa latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai sosial yang berlaku.
Fakta Menarik tentang Kura-Kura yang Ingin Terbang
Setelah menyimak mengenai unsur intrinsik cerita Kancil dan Kura-Kura, selanjutnya ada fakta menarik dari cerita tersebut yang sayang untuk dilewatkan. Langsung saja dilanjutkan membacanya, yuk!
1. Memiliki Versi Lain
Versi lain yang satu ini masih melibatkan Kura-Kura yang ingin terbang. Bedanya, di sini tokoh Kancil digantikan oleh Angsa.
Kisahnya bermula dari Kura-Kura yang begitu kagum saat melihat burung di langit yang bisa terbang dengan bebas. Ia lelah berjalan begitu lambat. Ia ingin sekali menikmati dunia luar yang begitu indah seperti apa yang dikatakan oleh hewan-hewan lain.
Kemudian pada suatu hari, ia meminta pada dua sahabat angsanya untuk membawanya terbang. Kedua sahabatnya itu tentu saja mengabulkan permintaannya.
Mereka mengambil sebatang kayu dan masing-masing menggigit ujung batangnya. Setelah itu, mereka menyuruh Kura-Kura untuk menggigit bagian tengah batang. Nah sebelum terbang, si Angsa berpesan supaya Kura-Kura tidak membuka mulutnya apa pun yang terjadi.
Ketika mereka terbang melewati sebuah desa, ada beberapa anak-anak yang mengejek dan menertawakan Kura-Kura. Hal tersebut tentu saja membuatnya merasa jengkel.
Dengan penuh rasa marah, si Kura-Kura lalu berkata, “Hei, dasar kalian anak-anak nakal!”
Karena terbawa emosi, ia lupa kalau dilarang untuk membuka mulut. Seketika itu juga, ia pun jatuh ke tanah dan mati.
Sudah Puas Membaca tentang Cerita Si Kancil dan Kura-Kura yang Ingin Terbang Ini?
Jadi bagaimana? Bagus sekali, kan, cerita Kancil dan Kura-Kura yang ingin terbang beserta ulasan ini? Semoga saja tidak hanya menghibur, tetapi juga ada pelajaran yang dapat dipetik untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Tak hanya fabel atau dongeng binatang, kamu pun dapat menemukan legenda nusantara yang tidak kalah seru untuk dibaca. Contohnya adalah asal mula Gunung Mekongga dari Sulawesi Tenggara, kisah Datuk Darah Putih dari Jambi, cerita rakyat Bawi Kuwu dari Kalimantan Tengah, legenda Tanjung Menangis dari Sumbawa, dan masih banyak lagi.
Kalau misalnya ingin membaca dongeng dari luar negeri jgua ada, lho. Seperti kisah Putri Tidur yang legendaris, Cinderella, Pangeran Kodok, Putri Salju dan lain-lain. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus PosKata, ya!