
Pernahkah kamu mendengar cerita dongeng dari Jepang tentang Kakek Pemekar Bunga? Kalau kamu penasaran dengan kisahnya yang mengandung pesan moral yang baik ini, langsung saja simak ulasannya di artikel ini, yuk!
Ada banyak sekali cerita dongeng dari Jepang yang mengandung pesan moral yang baik, salah satunya adalah tentang Kakek Pemekar Bunga. Pernahkah kamu mendengar ceritanya?
Kisahnya menceritakan tentang kebaikan hati seorang pria tua yang membuatnya akhirnya mendapatkan banyak keberuntungan dan kebaikan. Sayangnya, ada banyak orang yang merasa iri padanya sehingga berusaha untuk mendapatkan apa yang ia miliki dengan cara tidak baik.
Semakin penasaran dengan cerita dongeng Kakek Pemekar Bunga yang berasal dari Jepang ini? Langsung saja simak kisahnya beserta ulasan menarik seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya di bawah ini! Selamat membaca!
Cerita Rakyat Kakek Pemekar Bunga dari Jepang
Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplah seorang kakek tua dan istrinya di sebuah desa. Mereka berdua menghidupi diri mereka sendiri dengan mengolah sebidang ladang kecil. Meskipun hidup mereka biasa-biasa saja, tapi mereka selalu dilimpahi kebahagiaan dan kedamaian.
Hanya saja, tak bisa dipungkiri kalau hidup kakek dan nenek tetap saja ada yang terasa kurang. Hal itu disebabkan karena hingga saat itu, mereka masih saja belum dikaruniai keturunan.
Mereka hanya memiliki seekor hewan peliharaan berupa anjing keturunan Jepang yang berwarna putih dan mereka beri nama Shiro. Karena tak memiliki keturunan, mereka berdua banyak mencurahkan kasih sayang di masa tua mereka kepada hewan peliharannnya itu. Saking sayangnya, setiap kali kakek dan nenek memiliki makanan yang enak, mereka tidak menikmati makanan itu berdua. Melainkan, mereka justru memberikannya kepada Shiro.
Bagi kakek, saat-saat yang paling membahagiakannya adalah ketika ia pulang dari pekerjaannya di ladang. Sesampainya di rumah, ia akan menikmati makan malamnya yang sederhana dengan nasi dan sayuran, kemudian membawa sisa dari makanan itu ke beranda kecil yang mengelilingi rumahnya.
Di halaman rumah kecil mereka itu, Shiro akan terlihat duduk atau berlari berputar-putar seolah menunggu tuannya dengan penuh kesabaran. Lalu ketika lelaki tua itu berkata, “Chin! Chin!” Shiro akan langsung duduk dan menghampiri. Barulah sesudahnya, anjing berwarna putih itu akan menikmati makan malamnya dengan lahap.
Shiro Menemukan Harta Karun
Di sebelah kediaman kakek dan nenek, tinggalah sepasang suami istri yang memiliki sifat keji dan jahat. Mereka berdua sering kali menyatakan dengan terang-terangan betapa mereka tidak menyukai tetangga mereka sendiri, termasuk si kakek dan nenek beserta anjing mereka, Shiro.
Setiap kali tanpa sengaja Shiro berlari melewati dapur mereka, sepasang suami istri itu akan langsung menendang anjing malang itu. Terkadang, mereka juga akan melemparkan suatu barang berulang kali sampai melukai hewan tersebut.
Pada suatu hari, Shiro terdengar menggonggong berulang kali dalam waktu yang lama di ladang belakang rumah tuannya. Saat itu, kakek langsung berpikiran kalau mungkin Shiro sedang berusaha mengusir beberapa burung yang berusaha menyerang jagung yang ia tanam. Oleh karena itu, sang kakek pun bergegas langsung beranjak ke ladang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika melihat kedatangan kakek, Shiro akan langsung berlari menghampirinya seraya menggoyangkan ekornya. Kemudian, ia mengigit ujung kimono kakek dan menariknya sampai ke pohon enoki besar.
Sesampainya di sana, kakek melihat ada sebuah bekas galian di bawah pohon tersebut. Belum sempat ia merasa bingung, Shiro langsung menuju titik galian itu dan kembali menggali tanah menggunakan kedua kaki depannya seraya menyalak penuh kegembiraan.
Kakek yang belum bisa memahami apa maksud Shiro, hanya menatap anjing peliharaannya itu dengan penuh kebingungan. Keheranan itu semakin bertambah ketika Shiro masih saja terus menggali dengan sekuat tenaga seraya menggonggong tanpa henti.
Mendadak, sebuah pemikiran terlintas di kepala kakek. Bahwa mungkin sebenarnya ada sesuatu yang tersembunyi di bawah pohon itu dan anjing peliharaannya berhasil mengendusnya.
Koin Emas di Bawah Pohon Enoki
Tanpa menunggu lama, kakek langsung berlari masuk ke dalam rumah untuk mengambil sekop. Kemudian ia pun mulai menggali tanah di tempat sama seperti yang digali Shiro.
Betapa terkejutnya kakek ketika setelah menggali beberapa saat, tiba-tiba ia menemukan setumpuk koin tua yang terlihat berharga. Dan ketika kakek menggali tanah itu semakin dalam, ia menemukan jauh lebih banyak koin emas.
Karena terlalu serius memperhatikan galiannya, kakek tidak menyadari kalau tetangga sebelahnya yang jahat rupanya sedang mengintip melalui pagar bambu. Mata sang tetangga yang jahat itu terlihat berbinar ketika memperhatikan semua koin emas yang kini tergeletak di atas tanah.
Sementara Shiro terlihat tengah duduk tegak dengan penuh kebanggaan dan menatap tuannya hingga selesai menggali. Setelah selesai menggali, kakek menatap anjing peliharaannya itu dengan pandangan penuh kasih sayang dan terima kasih.
“Kau tahu, meskipun kau hanyalah seekor anjing, tapi aku pasti akan membalaskan semua kebaikan yang telah kau tunjukkan padaku,” ucap kakek seraya mengusap kepala Shiro.
Sesudahnya, kakek berlari masuk ke dalam rumah untuk memanggil istrinya. Betapa terkejutnya nenek ketika melihat semua koin emas yang ditunjukkan oleh suaminya. Mereka pun kemudian menghitung semua koin emas itu dan berniat untuk menjualnya ke kota.
Demikianlah sepasang suami istri tua yang miskin itu dalam satu hari langsung berubah menjadi kaya raya. Mereka sangat bersyukur dan berterima kasih atas keberadaan anjing mereka yang kesetiaannya seolah tak mengenal batas. Kakek dan nenek pun kini semakin mencintai dan menyayangi Shiro lebih dari sebelumnya.
Kecemburuan Tetangga
Di sisi lain, sang tetangga yang menjadi saksi proses penggalian dan penemuan koin emas dari balik pagar bambu itu pun kini dihantui dengan perasaan iri dan dengki. Tentunya ia juga ingin bisa menemukan harta karun yang banyak dan bisa mendapatkan kekayaan melimpah.
Ia pun mulai mencari cara untuk menemukan harta karun di bawah tanah seperti yang dilakukan oleh tetangganya. Dan pikirannya langsung terpikir akan keberadaan Shiro yang menggonggong keras dan membuatnya tertarik untuk mengintip.
Oleh karena itu, beberapa hari kemudian ia mendatangi kediaman kakek dan nenek untuk meminta izin meminjam Shiro sebentar. Sebenarnya, kakek dan nenek merasa kalau permintaan tetangganya itu benar-benar terdengar sangat aneh.
Bagaimanapun juga, mereka berdua tahu betul kalau tetangganya itu tak hanya membenci Shiro, tetapi juga sering kali berusaha menyerang dan menyiksa anjing putih peliharaan mereka itu.
Meskipun begitu, lelaki tua yang terlalu baik hatinya itu merasa tak enak untuk menolak tetangganya sendiri. Sehingga pada akhirnya ia pun setuju untuk meminjamkan anjing peliharaannya itu dengan syarat tetangganya harus berjanji untuk merawat Shiro dengan baik.
Si tetangga pun berjanji bahwa ia akan menjaga Shiro dengan baik. Sesudahnya, sang pria tua yang jahat itu pun langsung pulang ke rumahnya bersama Shiro. Di wajahnya langsung terlihat senyum keji karena merasa sudah berhasil mendapatkan anjing peliharaan kakek yang diduga bisa mendapatkan koin emas berharga.
Sesampainya di rumah, ia langsung memberi tahu istrinya bagaimana cara liciknya dalam mendapatkan anjing berwarna putih itu. Tak hanya itu, ia juga menceritakan segala kejadian yang ia saksikan di ladang milik tetangganya.
Bukan Harta Karun Tapi Sampah
Tanpa menunggu lama, ia langsung mengambil sekopnya sendiri kemudian memaksa Shiro untuk mengikutinya ke ladang. Namun, anjing berwarna putih itu berusaha menolak dan tak ingin mengikuti pria tua yang jahat itu. Sang tetangga yang jahat itu tetap saja menarik paksa Shiro dengan kasar agar mengikutinya.
Sesampainya di ladang, ia langsung menuju ke pohon yenoki dan berkata kepada Shiro dengan nada mengancam, “Kalau di bawah pohon tuanmu ada banyak koin emas, tentunya di bawah pohonku juga ada, kan? Jadi kau harus menemukannya! Di mana letak koin emas itu? Di mana? Cepat tunjukkan padaku!”
Ketika Shiro tak juga menggonggong dan menunjukkan di mana letak koin emasnya, sang tetangga langsung terbakar amarah. Dengan penuh kekasaran, ia memegang leher Shiro lalu menahannya di tanah. Hal itu membuah Shiro mulai menggaruk dan menggali tanah di sekitarnya demi bisa membebaskan diri dari cengkeraman lelaki tua yang mengerikan itu.
Pria tua yang jahat itu justru merasa senang ketika melihat anjing berwarna putih itu mulai mencakar dan menggali tanah. Ia langsung mengira bahwa Shiro sedang menunjukkan tempat untuk yang harus ia gali. Di mana seperti halnya pohon milik tetangganya, mungkin saja anjing itu telah mencium bau koin emas yang ada di bawah pohon yenoki miliknya.
Pria tua yang jahat itu langsung mendorong Shiro menjauh dan mulai menggali titik yang digaruk oleh anjing peliharan kakek itu sebelumnya. Namun, setelah beberapa lama menggali, ia masih saja belum menemukan satu pun koin emas. Semakin dalam ia menggali, tetap saja tidak ada koin yang terlihat.
Yang ada, ia justru mencium bau busuk. Baunya begitu menyengat seperti aroma sampah yang membusuk. Dan benar saja, setelah menggali cukup dalam, pria keji itu justru menemukan tumpukan sampah di dalam tanah.
Akhir Nasib Shiro
Tentu saja hal itu membuat sang pria tua itu menjadi kesal dan jijik bukan main. Ia sudah melihat tetangganya berhasil mendapatkan keberuntungan, dan ia juga mengharapkan bisa mendapatkan keberuntungan yang sama. Kiranya, dengan meminjam anjing yang bernama Shiro itu, ia akan bisa mendapatkan koin emas yang berharga juga.
Namun, bukannya mendapatkan keberuntungan, ia justru mendapatkan kesialan. Kini, ia mendapatkan tumpukan sampah berbau busuk yang mengganggu indra penciumannya.
Alih-alih menyalahkan keserakahan dirinya sendiri sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kekecewaan, pria tua yang jahat itu justru menyalahkan Shiro sang anjing malang. Dengan penuh kekesalan, pria itu mengambil sekopnya, kemudian menggunakan seluruh kekuatannya untuk menyerang dan membunuh anjing milik tetangganya itu.
Tidak selesai sampai di situ saja, ia juga melemparkan mayat Shiro ke dalam lubang yang baru saja ia gali dengan harapan bisa mendapatkan koin emas itu. Kemudian, ia menutupi sekujur tubuh Shiro dengan tanah.
Setelah selesai melakukan semua itu, ia masuk kembali ke dalam rumahnya. Ia sama sekali tak memberi tahun siapa pun tentang apa saja yang telah ia lakukan, bahkan kepada istrinya sekalipun. Ia berusaha bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.
Beberapa hari kemudian, kakek merasa cemas dan gelisah karena anjing peliharaannya masih belum juga dikembalikan oleh tetangganya. Setiap hari ia selalu menunggu kepulangan anjing kesayangannya tersebut.
Karena hari demi hari penantiannya seolah sia-sia, akhirnya kakek memutuskan untuk pergi ke rumah si tetangga. Ia berniat untuk meminta sang tetangga segera mengembalikan anjing kesayangannya.
Pohon Yenoki Kenangan Shiro
Tanpa rasa malu ataupun ragu, si tetangga yang jahat tersebut menjawab bahwa ia sudah membunuh Shiro karena si anjing memiliki perilaku buruk. Bahkan, tanpa merasa menyesal, ia justru menyalahkan sang kakek karena tak bisa mendidik hewan peliharaannya itu dengan baik sehingga kini Shiro harus menemui ajalnya.
Hal tersebut tentunya langsung membuat kakek merasa terkejut dan sakit hati hingga menangis penuh penyesalan. Meskipun begitu, sang kakek yang terlalu baik hati dan berjiwa lembut itu sama sekali tidak mencela tetangganya yang jahat.
Bahkan, setelah diberitahu kalau anjing itu dimakamkan di bawah pohon yenoki milik sang tetangga, kakek justru meminta izin untuk memindahkan pohon itu ke ladangnya. Tujuannya adalah agar kakek bisa selalu mengenang anjing kesayangannya yang malang, Shiro.
Tetangga yang keji tersebut akhirnya, ia pun memberikan izin pada sang kakek untuk mengambil pohon yenoki tempat Shiro dimakamkan.
Tanpa menunggu lama, kakek langsung mengambil kapak untuk menebang pohon yenoki di ladang tetangganya kemudian membawanya pulang. Sesampainya di rumah, ia menceritakan semua nasib sial yang dialami oleh anjing kesayangan mereka kepada sang istri.
Meskipun sama-sama merasa sedih, nenek kemudian mengusulkan untuk mengubah kayu yenoki itu menjadi sesuatu yang berguna. Harapannya adalah agar hidup Shiro bisa selalu membawa manfaat dan kebahagiaan bagi mereka berdua.
Kakek akhirnya menyetujui ide itu. Dari kayu pohon yenoki itu ia membuat lesung yang bisa digunakan oleh nenek untuk memasak. Untuk mengenang anjing kesayangan mereka, masakan pertama yang dibuat oleh nenek menggunakan lesung itu adalah mochi. Di lesung tersebut nenek meletakkan nasi dan mulai menumbuknya secara perlahan.
Baca juga: Cerita Enam Serdadu dengan Keahlian Masing-Masing Ingin Mengubah Nasib Beserta Ulasan Lengkapnya
Lesung Pembawa Berkah
Namun, tiba-tiba ada hal yang aneh terjadi. Ketika nenek memasukkan beras ke dalam lesung itu dan mulai menumbuknya perlahan, mendadak jumlah dari beras yang ditumbuk itu meningkat sedikit demi sedikit hingga menjadi lima kali lipat dari jumlah aslinya.
Dan mochi hasil tumbukan itu keluar sedikit demi sedikit dari lesung seolah ada tangan tak terlihat yang melakukannya. Ketika kakek dan nenek melihat hal itu, mereka langsung menyadari bahwa mungkin saja itu adalah hadiah dari Shiro atas rasa sayang mereka pada sang hewan peliharaan selama ini.
Mereka pun mencicipi mochi yang keluar dari lesung itu. Betapa terkejutnya sepasang suami istri itu ketika mendapati mochi itu terasa lebih enak daripada makanan yang dibuat nenek biasanya.
Mereka pun kemudian menyimpan mochi itu dengan baik. Sejak saat itu, kakek dan nenek tak perlu lagi bingung memikirkan makanan. Karena lesung itu terus saja tak pernah berhenti memasok kue mochi untuk mereka setiap hari. Bahkan ketika nenek tidak memasukkan beras ke dalam lesung itu sekalipun, tetap saja lesungnya mengeluarkan mochi.
Tetangganya yang serakah itu rupanya juga mengetahui tentang keberuntungan pemilik Shiro. Sekali lagi, hatinya dipenuhi dengan kecemburuan sama seperti sebelumnya. Dan seolah tak belajar dari pengalaman sebelumnya, sekali lagi ia pergi ke rumah tetangganya itu dan meminta izin untuk meminjam lesungnya sebentar.
Pria tua yang jahat itu bahkan berpura-pura beralasan kalau sebenarnya ia juga berduka atas kematian Shiro. Dan tujuannya meminjam lesung itu karena ia ingin membuat kue mochi juga demi mengenang anjing putih yang ia kuburkan di bawah pohon Yenoki.
Lesungnya Dipecah dan Dibakar
Awalnya, sang kakek berniat untuk tidak meminjamkan lesungnya itu. Ia merasa tidak ikhlas dan khawatir kalau lesung itu nantinya tak akan kembali lagi padanya. Namun, sama seperti sebelumnya, kebaikan hatinya membuatnya tak bisa menolak permintaan tetangganya yang keji itu.
Pada akhirnya, sang tetangga yang jahat berhasil membawa pulang lesung milik kakek dan nenek. Dan tentu saja, sama seperti sebelumnya, ia sama sekali tidak berniat untuk mengembalikan lesung itu.
Beberapa hari kini telah berlalu, dan kakek sang pemilik Shiro masih terus menunggu lesungnya dikembalikan oleh si tetangga. Ketika lesung itu tak juga dikembalikan, kakek pun pergi ke rumah tetangganya dan dengan sopan bertanya apakah tetangganya sudah selesai menggunakan lesung miliknya atau belum. Jika memang sudah selesai, kakek berniat meminta sang tetangga untuk mengembalikan lesung itu.
Namun, ketika sampai di rumah sang tetangga, kakek melihat pria tua yang jahat itu tengah duduk di dekat sebuah potongan-potongan kayu yang ditumpuk dan dibakar. Di tanah tak jauh dari tempat sang tetangga duduk, tergeletak suatu benda yang terlihat sangat mirip dengan lesung yang pecah.
Untuk menjawab pertanyaan kakek, si tetangga jahat menjawab dengan penuh keangkuhan, “Apakah kau datang untuk mengambil lesungmu? Aku memecahnya menjadi berkeping-keping, dan sekarang aku sedang membuat api menggunakan potongan kayu itu. Karena ketika aku mencoba untuk membuat kue mochi menggunakan lesung itu, kue yang sudah jadi justru berbau menjijikkan.”
Sang kakek tua pun kemudian menjawab, “Maafkan aku atas kesialan yang kau alami itu. Sangat disayangkan padahal kau bisa saja meminta kue pada saya jika memang menginginkannya. Aku pasti akan memberikannya sebanyak yang kau inginkan.”
Abu yang Berharga dan Membawa Keindahan
Kemudian, kakek melanjutkan berbicara, “Sekarang, kuharap kau bisa memberikan abu dari sisa kayu lesung itu. Karena aku masih ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan atas anjingku.”
Si tetangga yang jahat itu merasa bahwa tak akan ada yang bisa dilakukan oleh si kakek. Oleh karena itu, ia langsung menyetujui permintaan tetangganya itu. Dan tanpa menunggu lama, kakek langsung membawa pulang sekeranjang penuh abu dari kayu mortar.
Sesampainya di rumah, tanpa sengaja sebagian dari abu hasil pembakaran lesung itu tertaburkan di kebun karena tertiup angin. Mendadak, hal yang luar biasa kembali terjadi dalam hidup kakek.
Saat itu sebenarnya sudah masuk akhir musim gugur dan semua pohon mulai menggugurkan daunnya. Namun, tak lama setelah abu yang tertiup angin itu menyentuh batang dan cabang pohon, tiba-tiba semua pohon yang ada di kebun kembali bermekaran. Mulai dari pohon sakura, pohon plum, dan juga semua semak pun berbunga.
Kini, kebun milik lelaki tua itu seolah berubah menjadi lukisan musim semi yang indah. Betapa terkejut dan bahagianya kakek ketika melihat pemandangan itu. Sekali lagi, ia merasa seolah anjingnya hadir untuk menunjukkan rasa syukurnya. Ketika menyadari bahwa abu itu sangat berharga, dengan hati-hati kakek langsung berusaha menyimpan sisanya yang ada di dalam keranjang.
Rupanya, kabar tentang pohon-pohon di kebun sepasang orang tua pemilik Shiro yang berbunga itu lama kelamaan tersebar ke seluruh penjuru desa. Para penduduk desa baik dari jauh atau pun dekat berbondong-bondong datang untuk melihat pemandangan musim semi yang indah di kebun milik pria tua itu.
Diminta Menemui Daimio
Pada suatu hari, laki-laki tua itu mendengar suara seseorang mengetuk pintunya. Ia pun pergi ke teras untuk melihat siapa yang datang. Kakek itu langsung terkejut ketika melihat seorang ksatria berdiri di depan pintu gerbangnya.
Sang ksatria memberitahu bahwa ia adalah anak buah dari Daimio (Pangeran) yang menjabat saat itu. Rupanya, sang pangeran sangat menyukai pohon sakura. Sayangnya, salah satu pohon sakura favoritnya yang ada di istana kini telah layu seiring dengan datangnya musim dingin.
Banyak orang sudah berusaha untuk melakukan berbagai macam cara untuk menghidupkan pohon sakura itu. Namun, tak ada satu pun cara yang berhasil. Sang ksatria sangat kebingungan dan tak tega ketika melihat kesedihan sang Daimio karena kehilangan pohon sakura kesayangannya itu.
Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa ada seorang lelaki tua yang dengan luar biasanya berhasil membuat pohon-pohon yang layu kembali mekar, sang ksatria langsung datang berkunjung. Karena bagaimanapun juga, ketika sang ksatria menceritakan tentang keberadaan sang kakek kepada Daimio, sang pangeran langsung memintanya menjemput sang pria tua untuk menemuinya di istana.
“Oleh karena itu,” ucap sang ksatria kemudian, “Aku akan sangat berterima kasih jika Anda mau segera datang ke istana.”
Pria tua yang baik hatinya itu benar-benar terkejut dengan apa yang ia dengar dari sang ksatria. Dengan penuh kehormatan, ia pun bersedia mengikuti sang ksatria untuk datang ke Istana Daimio. Ia bahkan tidak mempersiapkan untuk membawa apa-apa kecuali sisa abu yang ada di keranjang.
Berhasil Membuat Pohon Sakura Daimio Mekar
Rupanya, sang Daimio sudah tak sabar menanti kedatangan kakek di istana. Sehingga ketika ia melihat sang ksatria dan kakek datang, ia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat.
“Apakah kau adalah orang tua yang kabarnya bisa membuat pohon yang lalu kembali berbunga meskipun bukan di musim semi?” tanya Daimio dengan penuh ketidaksabaran.
Dengan sopan, sang kakek tua memberikan hormatnya kemudian menjawab, “Benar, Daimio. Saya adalah orang tua yang dimaksud.”
“Kalau begitu, kau harus membuat pohon sakuraku yang mati di taman bisa kembali mekar. Aku dengar kau memiliki abu ajaib yang bisa menumbuhkan pohon.Aku akan memperhatikan bagaimana caramu melakukannya!” lanjut Daimio.
Kemudian, secara bersama-sama mereka pergi ke taman istana untuk menunjukkan lokasi pohon sakura milik sang Daimio yang kini telah layu. Sang Daimio diikuti oleh para pengikutnya dan dayang-dayang. Sesampainya di pohon yang dimaksud, kakek langsung mengikat dan menyelipkan kimononya untuk bersiap memanjat pohon.
“Permisi,” ucapnya dengan santun lalu mengambil keranjang berisi abu miliknya dan mulai memanjat pohon sakura tersebut. Semua orang yang ada di taman tak ada seorang pun yang mengalihkan pandangannya dari kakek. Mereka tak ingin melewatkan sedikitpun momen yang terjadi.
Pada akhirnya, setelah memanjat beberapa saat, kakek berhasil naik sampai di tempat bertemunya dua cabang di atas pohon. Setelah mengambil posisi terbaik dan membuat duduknya menjadi lebih nyaman, lelaki tua itu menaburkan abu di dalam keranjangnya ke kanan dan ke kiri hingga mengenai cabang dan ranting pohon sakura tersebut.
Baca juga: Cerita Beruang dan Lebah Madu Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Mengajarkan Pentingnya Kejujuran
Mendapat Panggilan Hana Saka Jijii
Luar biasanya, pohon sakura yang layu itu benar-benar langsung mekar sempurna. Sang Daimio yang melihat hal itu langsung merasa bahagia. Tanpa sadar, ia langsung berdiri dari duduknya dan membentangkan kipasnya. Kemudian, ia meminta sang kakek untuk turun dari pohon.
Sebagai bentuk terima kasihnya, Daimio menyuguhkan secangkir minuman terbaik dan menghadiahi sang kakek dengan berkantung-kantung emas, perak, dan juga berbagai barang berharga lainnya.
Tak hanya itu, ia pun memerintahkan orang-orang untuk mulai saat itu memanggil sang kakek dengan panggilan Hana Saka Jijii. Panggilan itu memiliki arti “kakek yang membuat pohon bermekaran” atau yang disebut juga kakek pemekar bunga. Sang Daimio juga memerintahkan kakek untuk mulai memperkenalkan diri menggunakan nama itu.
Tetangga sang kakek yang jahat, sama seperti sebelumnya, juga mendengar tetnang keberuntungan lelaki tua yang baik hatinya itu. Ia merasa semakin iri dengki dan mengira hidup menjadi lebih tidak adil karena banyaknya kebaikan yang didapatkan kakek.
Ia langsung teringat semua kegagalannya dalam mendapatkan keberuntungan yang sama. Mulai dari usahanya menemukan koin emas hingga membuat kue mochi ajaib, semuanya gagal. Meskipun begitu, ia tetap pantang menyerah. Sang tetangga yang berhati jahat itu mereasa kalau kali ini ia pasti akan berhasil menirukan apa yang dilakukan kakek.
Karena bagaimanapun juga, ia masih memiliki sisa abu dari pembakaran lesung di rumahnya. Tentunya ia juga akan bisa membuat pohon layu menjadi berbunga hanya dengan menaburkan abu di atasnya. Bahkan, bisa dibilang sejauh ini hal itu merupakan pekerjaan yang sangat mudah.
Tetangga Jahat Menjadi Hana Saka Jijii Palsu
Tanpa menunggu lama, si tetangga yang jahat itu langsung pulang ke rumah dan mengumpulkan seluruh abu yang tersisa dari pembakaran lesung yang indah itu di perapian. Kemudian, dengan membawa keranjang berisi abu itu, ia berjalan berkeliling desa seraya berteriak dengan suara kencang.
“Inilah pria hebat yang bisa membuat pohon yang layu kembali mekar! Inilah dia pria tua yang bisa membuat pohon mati kembali hidup!” teriak si tetangga. Bahkan, ketika sampai di dekat istana, dengan sengaja ia berucap menggunakan suara keras. Seolah sengaja berniat membuat sang Daimio mendengar suaranya.
Dan rupanya benar saja, Daimio mendengar suara teriakan itu. “Itu pasti Hana Saka Jijii yang sedang lewat. Mumpung aku sedang tidak memiliki kegiatan, biarkan ia mencoba untuk melakukan seni memekarkan bunganya lagi. Aku suka melihatnya.”
Atas perintah dari sang Daimio, salah satu pengikutnya pun kemudian keluar dari istana dan memanggil sang Hana Saka Jijii palsu yang lewat itu. Tentu saja sang tetangga yang jahat itu merasa senang ketika ia dipanggil masuk ke dalam istana. Ia merasa kalau tipuannya kali ini benar-benar berakhir.
Namun, ketika pria tua jahat itu masuk ke dalam istana, sebenarnya Daimio sudah merasa curiga. Ia menatap pria yang mengaku sebagai Hana Saka Jijii itu dan merasa aneh seolah tidak pernah mengenalinya sebelumnya.
“Apakah kau adalah pria yang kuberi nama Hana Saka Jijii?” tanya sang Daimio.
“Benar, Yang Mulia!” jawab sang tetangga yang suka iri hati itu dengan penuh kebohongan.
Akhir Hidup Hana Saka Jijii Palsu
“Aneh sekali!” ucap sang Daimio kemudian, “Kukira hanya ada satu Hana Saka Jijii di dunia ini. Dan aku masih ingat kalau wajahnya tak sama denganmu. Apakah sekarang ia sudah memiliki murid?”
“Sebenarnya justru akulah Hana Saka Jijii yang sebenarnya. Pria yang datang kepadamu itu adalah muridku,” dusta sang pria jahat tanpa henti. Ia merasa semakin sombong karena mengira kalau kebohongannya itu berhasil mengelabui Daimio.
“Begitukah? Kalau begitu tentunya kau jauh lebih ahli dibandingkan muridmu itu. Coba perlihatkan kemampuanmu padaku. Aku ingin melihat apa yang bisa kau lakukan!” ucap sang Daimio lagi mempersilakan sang pria tua jahat itu masuk ke dalam kebunnya.
Si tetangga yang jahat dan hatinya hanya dipenuhi dengan iri hati itu kemudian berjalan masuk ke dalam taman dan mendekati sebuah pohon yang terlihat mati. Tanpa permisi, ia langsung mengambil segenggam abu yang ia bawa di dalam keranjang kemudian menyebarkannya ke beberapa bagian batang pohon.
Apakah usahanya itu berhasil? Jangankan keluar bunga yang mekar, kuncup saja tak keluar sedikit pun dari setiap cabang pohon itu. Karena mengira kalau abu yang ia tebarkan itu jumlahnya kurang, akhirnya ia mengambil satu genggam abu lagi dan kembali menaburkannya ke pohon yang layu. Sekali lagi, semua usaha itu sama sekali tidak ada gunanya.
Setelah berusaha mengambil abu dan menaburkannya ke arah pohon, kini taman itu justru semakin dipenuhi dengan abu yang berterbangan. Bahkan, ada abu yang tertiup angin hingga masuk ke dalam mata sang Daimio.
Hal itu langsung membuat sang pangeran kerajaan menjadi sangat marah. Ia pun langsung memerintahkan seluruh pengikutnya untuk menangkap Hana Saka Jijii palsu itu dan memasukkannya ke dalam penjara.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Kakek Pemekar Bunga dari Jepang
Setelah membaca cerita dongeng tentang kakek pemekar bunga yang berasal dari Jepang di atas, jangan lupa ketahui juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Di sini kami akan membahas inti cerita, tokoh yang disebutkan dalam kisahnya, latar yang disebutkan dalam ceritanya, alur jalannya dongeng, sekaligus pesan moral yang bisa didapatkan. Berikut adalah ulasannya:
1. Tema
Inti cerita dari cerita dongeng kakek pemekar bunga dari Jepang ini adalah tentang ketulusan hati. Ketika kamu melakukan sesuatu dengan tulus seperti halnya sang tokoh utama dalam ceritanya, pada akhirnya kamu akan selalu mendapatkan kebaikan dan keberuntungan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng kakek pemekar bunga yang berasal dari Jepang ini. Di antaranya adalah sang kakek beserta istrinya, tetangga mereka, dan juga Daimio atau pangeran istana.
Sang kakek dan istrinya digambarkan memiliki sifat yang baik hati dan tulus. Bahkan setelah mereka dijahati oleh tetangga mereka yang keji sekalipun, tetap saja sepasang suami istri itu menunjukkan kebaikannya. Ketika tetangga yang jahat meminjam beberapa benda mereka beberapa kali, tetap saja mereka mengizinkannya.
Tokoh selanjutnya adalah tetangga mereka yang memiliki sifat jahat dan keji. Hatinya selalu dipenuhi oleh iri dan dengki, khususnya atas keberuntungan yang didapatkan oleh tetangganya. Ia sering berusaha untuk menirukan apa yang dilakukan oleh tetangganya untuk mendapatkan keberuntungan yang sama. Namun, karena hatinya busuk, ia hanya mendapatkan kesialan saja.
Selain itu, ada juga tokoh yang berpengaruh dalam cerita dongeng kakek pemekar bunga yang satu ini, yaitu sang Daimio. Ia adalah pangeran yang memiliki pengaruh besar di negeri tersebut. Meskipun begitu, ia memperhatikan dengan baik sehingga mengetahui bahwa orang yang datang mengaku sebagai Hana Saka Jijii itu bukanlah yang sebenarnya.
3. Latar
Dalam cerita dongeng kakek pemekar bunga dari Jepang ini, ada beberapa latar lokasi yang disebutkan. Di antaranya adalah kediaman kakek dan nenek beserta ladang di belakang rumah mereka, kediaman sang tetangga, dan istana tempat tinggal sang Daimio.
4. Alur
Jika ditilik dari kisahnya, cerita dongeng kakek pemekar bunga dari Jepang ini memiliki alur maju atau progresif. Kisahnya menceritakan tentang sepasang suami istri yang sudah tua dan hanya tinggal dengan seekor anjingnya. Sepasang kakek dan nenek itu sangat menyayangi anjing bernama Shiro itu layaknya anak mereka sendiri.
Sebagai tanda syukur dan terima kasihnya, Shiro menunjukkan lokasi tempat koin emas terkubur pada majikannya. Hal itu membuat kakek dan nenek langsung menjadi kaya raya. Tetangga mereka yang jahat rupanya melihat hal itu dan langsung merasa iri. Sang tetangga juga ingin memiliki keberuntungan yang sama seperti kakek.
Ia pun meminjam Shiro dan berharap bisa mendapatkan keberuntungan yang sama. Namun, rupanya yang didapatkan sang tetangga bukanlah keberuntungan, melainkan sampah yang sudah berbau membusuk. Karena kesal, ia pun membunuh anjing putih itu dan menguburkannya di atas sampah itu.
Ketika kakek meminta agar Shiro dikembalikan, sang tetangga justru memberitahukan letak jenazah anjing putih itu. Meskipun sedih, kakek meminta agar pohon itu bisa ia miliki sebagai bentuk kenang-kenangan. Untungnya, sang tetangga memperbolehkan.
Dari kayu pohon tersebut, kakek membuat lesung untuk membuat mochi. Menariknya, lesung itu sangat ajaib karena terus menerus mengeluarkan mochi bahkan ketika nenek tidak memasukkan beras ke dalamnya. Hal itu membuat sepasang suami istri semakin kaya raya karena tak perlu bingung mencari makanan lagi.
Sang tetangga yang merasa iri lagi pun kembali meminjam lesung itu. Namun, sekali lagi ia tak mendapatkan kebaikan, tapi justru mendapatkan mochi busuk. Sekali lagi, dengan penuh kekesalan, ia pun membakar lesung itu hingga menjadi abu.
Kakek yang mengetahui kalau lesungnya berubah menjadi abu pun tetap berusaha untuk bersabar dan meminta abu itu sebagai kenangan akan anjing peliharaannya. Untungnya, sekali lagi sang tetangga memperbolehkannya.
Ketika pulang ke rumah, abu yang tak sengaja tertiup angin dan pohon layu yang ada di lahan mendadak membuat pohonnya kembali mekar. Kabar itu membuat sang pangeran tertarik untuk mengetahuinya dan memanggil sang kakek ke istana untuk mengembalikan pohon yang layu menjadi mekar kembali.
Setelah berhasil mekar, sang kakek mendapatkan panggilan Hana Saka Jijii. Sang tetangga yang iri pun kembali ingin meniru kakek dan berusaha menipu pangeran. Untungnya, sang daimio menyadari bahwa orang yang baru saja datang ke istana itu palsu dan langsung menangkapnya kemudian memasukkannya ke penjara.
5. Pesan Moral
Cerita dongeng kakek pemekar bunag yang berasal dari Jepang ini memiliki pesan moral yang baik dan bisa diajarkan kepada anak-anak. Salah satunya adalah untuk selalu berbuat baik dengan penuh ketulusan. Seperti halnya sang kakek yang selalu berbuat baik sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kebaikan dan keberuntungan dalam hidupmu.
Jangan pernah merasa iri berlebihan seperti sang tetangga. Apalagi sampai niat berbuat jahat pada orang lain karena nantinya kamu akan mendapatkan kesialan dan keburukan semata.
Selain unsur intrinsik, dari cerita dongeng kakek pemikir bunga yang berasal dari Jepang ini juga mengandung unsur ekstrinsik. Yaitu hal-hal dari luar kisah dongengnya yang mempengaruhi jalannya cerita, seperti nilai sosial, budaya, dan juga moral.
Baca juga: Cerita Dongeng Momotaro dari Jepang, Kisah Keberanian Pemuda Persik dalam Melawan Kejahatan
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Kakek Pemekar Bunga dari Jepang
Selain unsur intrinisik, dalam artikel cerita dongeng kakek pemekar bunga dari Jepang ini kamu juga bisa mendapatkan beberapa fakta menariknya. Berikut ini kami siapkan ulasannya.
1. Memiliki Banyak Versi
Seperti halnya kisah-kisah dongeng pada umumnya, cerita kakek pemekar bunga dari Jepang ini memiliki beberapa versi yang berbeda dibandingkan kisah yang kami utarakan di artikel ini. Namun, tidak jelas versi manakah yang dikenal oleh masyarakat luas terlebih dahulu.
Yang jelas, beberapa versi tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam kisahnya. Salah satu contoh perbedaannya adalah, pada beberapa versi nama dan jenis dari anjing milik sang tokoh utama tak disebutkan sama sekali.
Pada versi lain, yang ditemukan sang tetangga di bawah pohon miliknya bukanlah sampah, tapi tulang hewan. Selain itu, lesung milik kakek tak membuat mochinya menjadi lebih banyak, tapi justru berubah menjadi emas. Dan sang daimio tidak mengundang kakek datang ke istananya, tapi ia tak sengaja lewat di depan rumah kakek dan melihat kejadian luar biasa itu.
Selain sampah dan tulang hewan, ada lagi hal lain yang ditemukan oleh tetangga yang jahat itu di versi lainnya. Yang merekia temukan itu adalah barang-barang rongsokan, pecahan tembikar, dan juga hantu. Di versi yang sama, anjing itu tidak dimakamkan di bawah pohon milik tetangga, tapi di bawah pohon milik kakek sendiri.
Tak hanya itu, sang anjing juga sering kali datang ke dalam mimpi kakek untuk memberikan beberapa pesan. Salah satunya meminta kakek untuk menebang pohon menjadi lesung, atau meminta agar kakek menebarkan abu ke pohon sakura yang sudah mati.
2. Diadaptasi Menjadi Sebuah Lagu
Karena kisahnya sangat menarik dan memiliki pesan moral yang cukup baik, cerita dongeng kakek pemekar bunga yang berasal dari Jepang ini rupanya juga diadaptasi menjadi sebuah lagu anak-anak yang dikenal dengan judul Hanasaka Jijii (花咲爺) di negeri aslinya.
Di dalam lagu tersebut, ada satu perbedaan yang terlihat dibandingkan kisah yang kami utarakan di atas. Salah satunya adalah nama sang anjing peliharaan milik kakek. Dalam lagu ini, anjing tersebut memiliki nama Pochi.
Lagu tersebut diterbitkan dalam buku yang bernama Yōnen Shōka Shohen Gekan (幼年唱歌 初編 下巻) atau yang bermakna Lagu Prasekolah Volume 1 Jilid Terakhir. Lagu yang liriknya ditulis oleh Wasaburou Gekan itu kemudian dijadikan sebagai lagu penyemangat untuk tim bisbol Hiroshima Toyo Carp.
Baca juga: Dongeng Rumpelstiltskin dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Kurcaci yang Bisa Mengabulkan Segala Keinginan
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Kakek Pemekar Bunga dari Jepang Di Atas?
Demikianlah cerita dongeng kakek pemekar bunga yang berasal dari Jepang. Kisahnya menarik dan mengandung pesan moral yang baik, kan? Kalau mau, kamu bisa saja membacakan ceritanya untuk buah hati atau keponakan tersayang.
Kalau masih ingin mencari cerita dongeng lain yang berasal dari Jepang seperti halnya kakek pemekar bunga di atas, langsung saja cek artikel-artikel di kanal Ruang Pena di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan beberapa cerita rakyat atau dongeng yang aslinya dalam bahasa Jepang, seperti Kintaro, Momotaro, atau Kachi-Kachi Yama.
Jika tak menginginkan cerita dongeng yang berasal dari Jepang juga tak masalah. Karena di kanal yang sama kami juga menyediakan berbagai kisah putri seperti Cinderella, fabel tentang beberapa hewan layaknya burung gagak dan kelinci, dan juga cerita 1001 dongeng tentang Abu Nawas.