
Pernahkah kamu mendengar cerita tenten Mowgli dalam dongeng The Jungle Book? Kalau belum, simak saja kisah yang telah kami siapkan khusus untukmu di artikel berikut ini dan dapatkan juga ulasan menariknya!
Ada banyak dongeng menarik yang bisa diceritakan untuk buah hati tersayang. Salah sataunya adalah cerita The Jungle Book yang telah kami siapkan untukmu dalam bahasa Indonesia di bawah ini.
Cerita dongeng The Jungle Book ini tak hanya menarik untuk dibacakan untuk buah hati atau keponakanmu saja. Kamu juga bisa mengajarkan pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari kisahnya.
Jadi tunggu apa lagi? Tanpa banyak berbasa-basi lagi, langsung saja simak cerita dongeng The Jungle Book yang telah kami siapkan di artikel berikut ini. Kemudian, dapatkan juga ulasan menarik seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng The Jungle Book
Saat itu pukul tujuh malam di mana cuaca terasa sangat hangat. Di perbukitan Seeonee, Ayah Serigala bangun dari istirahat siangnya seraya menggaruk-garuk badannya sendiri, menguap, kemudian meregangkan cakarnya satu per satu demi menghilangkan rasa kantuk di ujungnya.
Ibu Serigala berbaring dengan hidung besar abu-abunya bertumpu pada empat ekor anak-anak serigalanya yang sedang bergulingan dan saling memekik. Saat itu, cahaya bulan terlihat bersinar ke mulut gua tempat mereka tinggal.
“Aurgh!” ucap Ayah Serigala, “Sekarang saat berburu lagi.” Ayah Serigala baru saja akan melompat dan berlari menuruni bukit ketika bayangan kecil dengan ekor lebat menyeberangi kediamannya seraya mendengking.
“Semoga saja keberuntungan menyertaimu, Wahai Pimpinan para Serigala. Dan semoga saja keberuntungan serta semoga gigi putih yang kuat tumbuh di anak-anak serigala yang mulia ini, sehingga mereka tak akan pernah melupakan kaum yang lapar di dunia ini.”
Rupanya itu adalah seekor jackal bernama Tabaqui, si Penjilat Piring. Para Serigala di India sangat membenci dan memandang rendah Tabaqui karena hewan jackal itu sering kali berkeliaran membuat keonaran, menyebarkan berita kebohongan, dan memakan potongan kulit apa saja di tumpukan tempat sampah di desa.
Namun, para serigala itu juga takut pada Tabaqui. Karena jackal itu sering kali mendadak berubah menjadi gila. Tabaqui yang menggila biasanya tidak memiliki rasa takut pada siapa pun dan akan berlarian ke sana kemari di dalam hutan. Tak hanya itu, ia juga akan menggigit segala sesuatu yang ia temui di hutan.
Tabaqui yang Tak Sopan
Bahkan, harimau pun akan bersembunyi ketika Tabaqui kecil mulai menggila. Kegilaan itu memang dianggap sebagai hal yang cukup memalukan dan tidak terhormat bagi para hewan-hewan liar. Banyak orang menyebutnya sebagai penyakit “anjing gila”. Namun, bagi para penghuni rimba, penyakit itu disebut sebagai “dewanee” yang artinya kegilaan dan harus mereka hindari.
“Masuklah ke dalam dan lihatlah sendiri,” ucap Ayah Serigala dengan kaku, “Tapi tak ada makanan di sini.”
“Mungkin memang tak ada bagi seorang serigala,” kata Tabaqui, “Namun bagi seseorang yang hina sepertiku, tulang yang sudah kering pun sudah bagaikan pesta yang mewah. Siapalah kami, kaum Gidur-log, kaum jackal, berani-beraninya menjadi seorang pemilih?”
Tanpa permisi, Tabaqui kemudian menyerobot masuk ke bagian belakang gua. Di sana, ia menemukan beberapa tulang rusa jantan dengan sedikit daging yang masih menempel. Tabaqui pun langsung sibuk menggerogoti tulang itu dengan lahap.
“Terima kasih banyak atas santapannya yang lezat ini,” ucap Tabaqui kemudian seraya menjilati bibirnya. “Oh, lihatlah, betapa tampannya anak-anak serigala yang mulia ini. Betapa besar mata mereka! Betapa masih mudanya mereka! Tentu saja, tentu saja. Sudah jelas benar peribahasa yang menyatakan bahwa anak-anak raja itu sejak awal sudah berbakat menjadi orang besar!”
Sebenarnya, Tabaqui, layaknya penghuni rimba lainnya, sangat memahami bahwa memuji anak-anak serigala secara langsung di hadapan mereka itu akan membawa kesialan. Namun, dari dalam hatinya, Tabaqui merasa senang karena Ibu Serigala dan Ayah Serigala mulai terlihat gelisah karenanya.
Kabar Kedatangan Shere Khan
Tabaqui duduk terdiam dan santai seraya menikmati kerusakan dari ucapannya yang penuh kelicikan itu. Kemudian ia melanjutkan ucapannya dengan nada penuh iri dengki.
“Shere Khan, si Besar, telah mengubah dan memindahkan wilayah perburuannya. Ia akan mulai berburu di kawasan perbukitan ini bulan depan. Kurang lebih begitulah yang ia beritahukan padaku.”
Shere Khan adalah seekor harimau berukuran besar yang tinggal di dekat Sungai Waingunga, kurang lebih sekitar tiga puluh kilometer dari area perbukitan itu.
“Ia tidak memiliki hak!” gertak Ayah Serigala dengan penuh amarah, “Sesuai dengan Hukum Rimba, ia tidak diperbolehkan memindahkan wilayah perburuannya tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Karena kehadirannya akan membuat para hewan buruan ketakutan. Setidaknya dalam jarak sekitar lima belas kilometer. Padahal belakangan ini setidaknya aku harus membunuh paling sedikit dua hewan buruan.”
“Pantas saja ibunya memanggilnya Lungri atau si Pincang,” ucap Ibu Serigala dengan sangat geram. “Salah satu kakinya pincang sejak ia lahir. Oleh karena itu ia hanya bisa memangsa hewan ternak. Hal itu tentu saja membuat para penduduk yang tinggal di sekitar Waingunga menjadi marah padanya.”
“Kalau ia datang kemari, kedatangannya tentu juga akan membuat penduduk desa di sekitar rimba ini marah. Para penduduk desa itu akan menjelajahi rimba untuk mencari Shere Khan, ketika harimau itu sudah jauh. Pada akhirnya, kita dan anak-anak kitalah yang harus pergi melarikan diri ketika para manusia mulai membakar padang rumput.”
“Betapa luar biasa! Dan untuk hal itu, kita harus banyak berterima kasih pada Shere Khan!” tutup Ibu Serigala masih dengan penuh kegeraman.
Suara Ancaman Shere Khan
“Bolehkah kusampaikan rasa terima kasihmu itu pada Shere Khan?” tanya Tabaqui dengan sok polos.
“Keluar!” bentak Ayah Serigala dengan penuh amarah. “Keluarlah dan berburulah dengan tuanmu itu. Kau sudah cukup banyak membuat kekacauan dalam satu malam.”
“Tentu saja aku akan pergi,” jawab Tabaqui dengan tenang. “Tentunya kalian bisa mendengar suara Shere Khan di semak belukar di bawah sana. Bahkan mungkin sebenarnya aku tak perlu menyampaikan pesanku tadi.”
Ayah Serigala memasang telinganya baik-baik. Dan benar saja, jauh di bawah sana, di sekitar lembah yang berujung ke arah sebuah anak sungai, terdengar suara geraman dan ratapan harimau yang penuh amarah. Kemungkinan suara itu disebabkan karena Shere Khan tak berhasil menangkap hasil buruannya dan sama sekali tak mempedulikan jika seluruh penghuni rimba mengetahui kegagalannya.
“Si bodoh itu,” ucap Ayah Serigala. “Kenapa memulai perburuan malam dengan keributan seperti itu? Apakah dia kira kijang-kijang yang ada di hutan rimba ini sama seperti sapi-sapi peternakan gemuk yang ada di Waingunga?”
“Sepertinya ia tidak berburu sapi atau kijang malam ini,” ucap Ibu Serigala, “Ia sedang berburu manusia.”
Raungan yang penuh dengan rengekan sebelumnya kini berubah menjadi dengkuran geram yang terdengar seolah berasal dari berbagai macam penjuru. Dengkuran itu biasanya membuat kacau balau para penebang kayu dan pengembara yang tidur di tempat terbuka. Biasanya mereka akan langsung terbangun dalam keadaan panik dan berlari tanpa berpikir panjang hingga akhirnya justru membuat mereka menuju ke arah mulut si harimau.
Tentang Hukum Rimba yang Berlaku
“Manusia?” tanya Ayah Serigala dengan penuh kegeraman hingga menunjukkan semua gigi putihnya. “Apakah kumbang dan kodok yang ada di dalam tong itu kurang hingga ia harus memakan manusia? Apalagi dia melakukannya di wilayah perburuan kita!”
Berdasarkan Hukum Rimba, ada aturan yang menyebutkan bahwa segala hal harus memiliki alasannya. Kemudian, binatang buas juga dilarang memakan manusia. Akan menjadi sebuah pengecualian jika binatang buas itu sedang mengajari anak-anaknya tentang cara membunuh. Bahkan pengecualian itu pun harus dilakukan di luar daerah perburuan suku atau kelompoknya.
Pembuatan Hukum Rimba itu bukannya tanpa alasan. Karena jika terjadi perburuan dan pembunuhan terhadap manusia, nantinya cepat atau lambat akan datang orang-orang berkulit putih yang naik gajah dan membawa senjata api. Kemudian orang-orang berkulit berkulit kecokelatan akan datang untuk membuat keributan dengan para hewan buas dengan membawa obor dan gong. Nantinya hal itu akan membuat seluruh isi rimba menderita.
Belum lagi, bagi para hewan buas, manusia adalah makhluk hidup yang sangat lemah dan tak akan bisa mempertahankan diri. Sehingga memburu dan membunuh manusia akan menjadi hal yang sangat tidak adil.
Di antara beberapa binatang buas, terdapat kepercayaan yang sudah terbukti sungguh-sungguh terjadi. Kepercayaan itu adalah mereka yang memakan manusia nantinya akan memiliki kulit berkudis dan giginya rontok.
Kini, suara dengkuran itu terdengar semakin keras dan ditutup dengan geraman yang terdengar sangat meyakinkan. Kemudian terdengar suara tubrukan dan raungan yang tidak mirip dengan suara sebelumnya.
Kedatangan Anak Manusia di Gua Serigala
“Sepertinya itu suara Shere Khan yang gagal,” ucap Ibu Serigala, “Sebenarnya apa yang sedang ia incar?”
Ayah Serigala pun keluar dari gua beberapa langkah untuk dapat mendengar lebih baik. Di luar gua, ia bisa mendengar Shere Khan menggerutu dengan penuh gusar sambil mengobrak-abrik semak-semak.
“Betapa bodohnya Shere Khan karena menyerang tempat para penebang pohon berkumpul di api unggun mereka,” dengus Ayah Serigala, “Pasti Tabaqui menemaninya.”
“Sepertinya ada yang sedang mendaki bukit kita,” ucap Ibu Serigala menggerakkan daun telinganya untuk menajamkan pendengarannya. “Bersiap-siaplah.”
Tebakan Ibu Serigala rupanya benar. Tak lama kemudian terdengar suara gemerisik di semak belukar. Ayah Serigala langsung menundukkan tubuhnya dan bersiap untuk menubruk dan melompat.
Sesudahnya, terjadi pemandangan yang sangat menarik di dunia. Di mana seekor serigala yang sedang melompat mendadak bisa berhenti di udara. Hal itu terjadi karena ia langsung melompat sebelum mengetahui apa yang menjadi sasarannya. Barulah ketika ia menyadari apa yang ada di hadapannya, ia mencoba untuk berhenti di udara. Sesudahnya, ia kembali ke tempatnya semula dengan posisi tegak.
“Manusia!” teriak Ayah Serigala, “Ada anak manusia di sini!”
Tepat di hadapannya, berdiri seorang anak bayi yang telanjang dan berkulit cokelat, kemungkinan baru bisa merangkak terlihat sedang berpegangan pada sebuah dahan rendah. Bayi itu terlihat sangat kecil, lembut, dan memiliki lesung pipit yang sangat manis. Bukannya ketakutan, bayi itu justru menengadahkan kepalanya ke arah Ayah Serigala dan tertawa lebar penuh kebahagiaan.
“Apakah itu adalah anak manusia?” tanya Ibu Serigala. “Aku belum pernah melihat anak manusia sama sekali. Coba bawa kemari!”
Bayi Manusia Di Antara Bayi Serigala
Untungnya, seekor serigala bisa membawa sebutir telur di mulutnya tanpa memecahkan telur itu dengan gigi tajamnya. Oleh karena itu, meskipun rahang Ayah Serigala terkatup rapat di tengkuk si bayi manusia, gigi-gigi tajamnya tak sedikitpun menggores bayi tersebut. Kemudian, Ayah Serigala meletakkan bayi manusia itu di antara bayi-bayi serigala miliknya.
“Wah, betapa kecilnya! Betapa telanjang tubuhnya! Dan betapa beraninya!” ucap Ibu Serigala dengan penuh kelembutan. Bayi manusia itu disebut pemberani karena saat itu ia terlihat mendesak badan bayi-bayi serigala yang lain. Ia terlihat menyusup agar bisa mendekat ke kulit hangat Ibu Serigala.
“Lihat ini! Dia juga ikut minum susu dengan bayi-bayi lainnya! Jadi, seperti inikah bayi manusia itu? Aku penasaran adakah serigala yang pernah membanggakan diri karena memiliki bayi manusia di antara bayi-bayi serigalanya?” tanya Ibu Serigala penasaran.
“Sepertinya aku pernah mendengar hal itu terjadi setidaknya satu atau dua kali. Tapi aku belum pernah mendengarnya terjadi di kelompok kita, atau setidaknya di masa selama aku hidup,” jawab Ayah Serigala. “Aku tidak menyangka kalau bayi manusia sama sekali tak berbulu. Rasanya aku bisa saja membunuhnya hanya dengan satu sentuhan kakiku. Namun, ia memandangku tanpa rasa takut sama sekali!”
Mendadak cahaya bulan yang masuk ke dalam gua terlihat seolah ada yang menghalangi. Rupanya, kepala dan bahu Shere Khan yang besar lah penghalang jalan masuk itu. Di belakangnya, terdengar suara Tabaqui yang melengking, “Tuanku! Tuanku! Aku yakin dia masuk kemari!”
“Betapa terhormatnya kami karena dikunjungi seseorang seperti Shere Khan,” ucap Ayah Serigala dengan santun. Meskipun begitu, tatapan matanya terlihat sangat marah. “Apa yang kau inginkan, Shere Khan?”
Shere Khan Meminta Hewan Buruannya Kembali
“Aku menginginkan buruanku. Aku percaya ada anak manusia yang lari kemari,” ucap Shere Khan seraya mengaum kencang, “Orang tuanya sudah melarikan diri, tapi anaknya tertinggal. Sekarang berikan anak itu padaku!”
Seperti yang sudah diduga oleh Ayah Serigala, Shere Khan sudah menerjang masuk ke dalam api unggun para penebang pohon. Kini harimau itu terlihat sangat marah karena kakinya baru saja terbakar.
Untungnya, mulut gua serigala itu terhitung sempit sehingga tak bisa dimasuki sang harimau berukuran besar itu. Kini Shere Khan terlihat seolah terjepit di mulut gua, bahu dan cakarnya tak bisa bergerak banyak. Bisa dibilang ia justru terlihat seperti seseorang yang mencoba berkelahi di dalam tong.
“Para serigala adalah hewan buas yang merdeka,” ucap Ayah Serigala. “Kami hanya mematuhi perintah dari Pimpinan Kelompok. Kami tak akan mematuhi pembunuh ternak yang berkulit loreng. Kini anak manusia itu telah menjadi milik kami. Kami akan membunuhnya jika memang kami memilih untuk melakukan itu.”
Shere Khan merespon ucapan itu dengan geraman keras seolah mengisi seluruh isi gua bagai halilintar. “Ini bukan masalah memilih atau tidak memilih! Memangnya siapa yang berbicara tentang memilih? Demi setiap sapi yang sudah kubunuh, apakah aku harus berdiri di depan gua anjingmu untuk menunggu hakku? Tidak sadarkah kau kalau ini adalah aku, Shere Khan, yang sedang berbicara?”
Mendengar suara geraman itu, Ibu Serigala langsung melompat ke hadapan bayi-bayinya. Kedua matanya terlihat bersinar bagaikan sepasang bulan berwarna hijau di kegelapan. Dengan penuh keberanian ia menantang cahaya mata Shere Khan yang dipenuhi dengan amarah.
Ancaman Raksha Sang Hantu
“Dan tidak sadarkah kau kalau ini adalah aku, Raksha, sang Hantu, yang menjawab. Anak manusia itu adalah milikku, Lungri. Ia milikku sepenuhnya dan tak akan dibunuh. Anak itu akan hidup dan tinggal bersama kelompok kami. Kelak, dengarkan ini kau pemakan kodok, pembunuh ikan, dan pemburu anak kecil telanjang, kelak dia akan memburumu!” ucap Ibu Serigala dengan suara yang tak kalah keras.
“Demi Sambhur yang pernah kubunuh, pulanglah ke ibumu, dasar kau jahanam rimba yang terbakar, kau benar-benar lebih pincang dibandingkan dari saat kau lahir di dunia ini! Pergi kau!” lanjut Ibu Serigala masih dengan suara menggelegar.
Suara itu membuat Ayah Serigala tercengang. Ia hampir saja lupa bahwa pada zaman dahulu Ibu Serigala memiliki julukan sang Hantu. Julukan itu bukanlah sekadar nama kosong semata. Dahulu, ketika ia berniat memenangkan Ibu Serigala, ia harus mengalahkan lima serigala lain.
Shere Khan tentunya juga mengetahui julukan Raksha itu. Meskipun harimau itu mungkin bisa saja menghadapi Ayah Serigala, tapi jelas-jelas ia tak akan bisa melawan Ibu Serigala. Posisi Ibu Serigala sekarang memiliki kedudukan yang jauh lebih menguntungkan, dan jelas-jelas ia akan berjuang mati-matian demi melindungi bayi-bayinya.
Oleh karena itu, Shere Khan langsung mundur beberapa langkah keluar dari mulut gua seraya menggeram marah. Sesampainya di luar, ia berseru dengan suara kencang, “Setiap anjing pasti hanya berani menyalak di halamannya sendiri! Kita lihat saja nanti bagaimana pendapat kelompokmu ketika mereka mengetahui kau melindungi bayi manusia. Bagaimanapun juga, bayi itu adalah milikku! Suatu saat nanti ia pasti akan bertemu dengan gigi tajamku. Dasar kalian semua pencuri berekor tebal!”
Baca juga: Cerita Beruang dan Lebah Madu Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Mengajarkan Pentingnya Kejujuran
Pemberian Nama Mowgli
Ibu Serigala kemudian kembali memeluk bayi-bayinya. Napasnya masih terengah karena menahan amarah.
Ayah Serigala kemudian mendekati Ibu Serigala berusaha menenangkan sang istri. “Namun ucapan Shere Khan sebenarnya ada benarnya juga. Kita harus memperkenalkan bayi manusia itu kepada seluruh kelompok. Apakah kau yakin masih ingin memeliharanya?”
“Tentu saja aku akan memeliharanya!” jawab Ibu Serigala tegas. “Ia datang dalam keadaan telanjang di malam hari, sendirian, dan tentunya kelaparan. Namun, ia sama sekali tak terlihat takut pada kita. Coba lihat, ia bahkan menggeser tubuh salah satu anakku!” Saat itu, memang terlihat sang bayi manusia terlihat mendorong bayi serigala lain demi bisa mendekat ke arah Ibu Serigala.
“Kalau si jagal pincang itu membunuh bayi manusia ini kemudian lari ke Waingunga, nantinya semua manusia akan datang kemari dan mengobrak-abrik semua sarang kita untuk membalas dendam. Memelihara bayi manusia ini? Tentu saja aku akan melakukannya!” lanjut Ibu Serigala masih dengan baerapi-api.
“Tenanglah kau di situ, katak kecil,” ucap Ibu Serigala kali ini ke arah sang bayi manusia, “Mulai sekarang kau adalah Mowgli si Katak. Itu adalah nama untukmu. Dan suatu saat nanti kau pasti akan memburu Shere Khan, seperti halnya Shere Khan yang berusaha memburumu!”
“Namun, bagaimana dengan komentar kelompok kita nanti?” tanya Ayah Serigala.
Bagaimanapun juga, berdasarkan Hukum Rimba, seekor serigala memang diperbolehkan mengundurkan diri dari kelompoknya semula jika sudah waktunya kawin. Namun, begitu anaknya sudah cukup besar untuk bisa berdiri, anak itu harus dibawa ke sidang Dewan Kelompok yang biasanya dilakukan sebulan sekali ketika bulan purnama.
Mendatangi Pertemuan Kelompok
Hal itu dilakukan agar anak-anak tersebut bisa dikenalkan kepada anggota kelompok lainnya. Barulah setelahnya, anak-anak serigala akan dibebaskan berlari ke mana pun. Anak-anak itu tak boleh disentuh apalagi dibunuh oleh serigala mana pun, sampai akhirnya mereka berhasil membunuh kijang buruan pertama mereka. Jika Hukum Rimba tersebut dilanggar, maka sang pelanggar akan mendapatkan hukuman mati.
Ayah Serigala pun menunggu sampai bayi-bayi serigalanya bisa berlari sendiri. Kemudian pada malam bulan purnama ketika Pertemuan Kelompok, ia membawa bayi-bayi serigalanya, sekaligus Mowgli dan Ibu Serigala ke Batu Pertemuan. Tempat itu adalah puncak bukit yang ditutupi batu-batu besar yang bisa digunakan untuk bersembunyi setidaknya seratus ekor serigala.
Akeela, seorang Serigala Tunggal sang Pemimpin Kelompok yang bertubuh besar dan berbulu abu-abu, terlihat sedang berbaring di sebuah batu yang disediakan khusus untuknya. Akeela telah memimpin kelompok ini selama satu tahun dengan kekuatan dan kecerdasannya.
Di bawah dan juga di sekitarnya, terlihat sekitar empat puluhan serigala dengan berbagai ukuran dan warna bulu yang sedang duduk. Ada beberapa serigala tua yang berburu kelabu dan kabarnya bisa mendapatkan kijang buruan seorang diri. Dan juga ada serigala-serigala muda yang berburu hitam tapi masih belum sanggup berburu.
Akeela sendiri semasa mudanya pernah terkena perangkap serigala yang dipasang manusia sebanyak dua kali. Ia juga pernah dipukuli kemudian ditinggal oleh manusia yang mengiranya mati. Oleh karena itu, ia beranggapan kalau manusia memiliki sifat dan kebiasaan hanya suka menyiksa serigala.
Saat itu pun, tak banyak yang berbicara pada Pertemuan Kelompok. Anak-anak serigala terlihat bermain dan berguling-gulingan di tengah lingkaran bersama Ibu dan Ayahnya.
Shere Khan Meminta Sang Anak Manusia
Sesekali, seekor serigala tua akan datang mendekat dan diam-diam memperhatikan salah satu anak serigala. Kemudian, setelah memperhatikan dengan teliti, ia akan kembali ke tempat duduknya dalam diam.
Terkadang, salah satu Ibu Serigala akan mendorong anaknya ke tempat yang disinari bulan purnama. Tujuannya adalah agar ia juga diperhatikan oleh seekor serigala tua.
Setelah beberapa saat, Akeela akan berseru dari atas batunya. “Kalian semua sudah tahu hukumnya! Kalian semua sudah tahu hukumnya! Sejahteralah kita semua, wahai Serigala!”
Kemudian, para Ibu Serigala akan menjawab seruan itu dengan teriakan, “Sejahteralah kita semua! Sejahteralah kita semua, wahai Serigala!” Barulah sesudahnya, para Ayah Serigala akan mendorong bayi-bayinya maju ke tengah lingkaran. Begitu pula dengan Ayah Serigala yang tak hanya mendorong bayi-bayi serigalanya, tapi juga Mowgli si Katak ke tengah lingkaran.
Mowgli pun kemudian maju dengan langkah terseok-seok, duduk juga tertawa, lalu bermain menggunakan kerikil yang berkilauan di tengah cahaya bulan. Sayangnya, Akeela tak pernah sekalipun menunjukkan ketertarikan pada anak-anak yang ada di tengah lingkaran. Ia bahkan sama sekali tak mengangkat kepalanya yang beralaskan kedua cakarnya.
Dengan berbaring, ia terus saja menyerukan “Sejahteralah kita semua!”
Hingga mendadak terdengar suara auman teredam dari balik bebatuan. Itu adalah suara Shere Khan yang kemudian berseru, “Anak itu adalah milikku. Berikanlah anak itu padaku. Memangnya apa yang akan dilakuan Kaum Bebas pada seorang anak manusia?”
Namun, rupanya Akeela sendiri tak menggerakkan tubuhnya atau bahkan telinganya sedikit pun. Ia terus saja melanjutkan ucapannya, “Sejahteralah kita semua, wahai Serigala! Memangnya apa peduli Kaum Bebas pada perintah dari mereka yang tidak termasuk dalam Kaum Bebas? Sejahteralah kita semua!”
Belaan dari Baloo Si Beruang Cokelat
Di sana sini mulai terdengar geraman para serigala yang berkasak-kusuk. Mendadak, seekor serigala muda yang mungkin baru berusia empat tahun, mengulang pertanyaan Shere Khan kepada Akeela, “Memangnya apa yang akan dilakukan Kaum Bebas pada seorang anak manusia?”
“Siapa yang akan menjadi juru bicara untuk anak ini?” tanya Akeela mendadak. “Di antara para Kaum Bebas, siapa yang akan membela dan menjadi juru bicara untuk anak ini?”
Tak ada seekor serigala pun yang menjawab pertanyaan itu. Ibu Serigala pun langsung memasang tubuh bersiap untuk bertarung. Ia mempersiapkan diri jika memang pertarungan tak bisa dihindarkan, ini mungkin akan menjadi pertarungan terakhirnya.
Selain para serigala, di dalam Pertemuan Kelompok itu juga dihadiri oleh hewan lain, yaitu seekor beruang cokelat bernama Baloo. Baloo tua yang terlihat mengantuk itu adalah hewan yang bertugas mengajari anak-anak serigala tentang Hukum Rimba. Biasanya, ia diperbolehkan datang dan pergi kapan pun juga ke mana pun yang ia mau. Karena bagaimanapun juga, beruang cokelat itu hanya memakan kacang-kacangan, umbi-umbian, dan madu.
Sebelum terjadi keributan lebih lanjut, Baloo berdiri menggunakan kedua kaki belakangnya kemudian menggeram dengan suara keras. “Anak manusia? Ada anak manusia di sini?” tanyanya. “Aku akan membela anak manusia itu. Lagi pula tak ada ruginya memiliki anak manusia. Biarkan dia bergabung dalam kelompok kita bersama anak-anak serigala lainnya. Nanti aku sendiri yang akan mengajarinya!”
Meskipun begitu, jawaban dari Baloo masih belum memuaskan Akeela. “Harus ada satu lagi yang membelanya!” ucap Akeela. “Siapa lagi yang akan berdiri di samping Baloo, guru dari anak-anak kita?”
Tawaran dari Bagheera Si Macan Kumbang Hitam
Mendadak, muncul sebuah bayangan berwarna hitam yang menjatuhkan diri di dalam lingkaran itu. Itu adalah Bagheera, sang macan kumbang yang kulitnya berwarna hitam kelam dan berkilau layaknya sutera hitam yang indah.
Semua yang ada di Pertemuan Kelompok itu mengetahui siapa Bagheera, si Macan Kumbang Hitam. Tak ada seorang pun di antara Kaum Bebas yang berani melawan atau berselisih pendapat dengan Bagheera. Alasannya karena macan kumbang itu tak hanya secerdik Tabaqui, tapi juga seberani kerbau liar, dan senekat gajah yang terluka.
Meskipun begitu, Bagheera memiliki suara yang sangat lembut bagaikan madu liar yang menetes dari pohon dan juga kulit yang selembut bulu angsa muda.
“Wahai Akeela dan para Kaum Bebas,” ucap Bagheera dengan geramaan lembut, “Aku sebenarnya tak memiliki hak dalam pertemuan ini. Namun Hukum Rimba mengatakan kalau ada keraguan yang bukan berhubungan dengan pembunuhan anak, maka nyawa anak itu bisa dibeli dengan suatu harga terterntu. Dan Hukum Rimba tidak menentukan siapa yang boleh atau tidak boleh membayar harga itu, bukan?”
“Benar! Benar!” ucap para serigala muda yang kelaparan. “Dengarkanlah Bagheera. Anak itu bisa dibeli dengan suatu harga sesuai dengan Hukum Rimba yang berlaku.”
“Aku tahu aku tak memiliki hak untuk berbicara di sini. Namun, izinkanlah aku untuk berbicara!” ucap Bagheera kemudian.
“Bicaralah, Bagheera! Bicaralah!” ucap sekitar dua puluh serigala yang saling bersautan.
“Akan sangat memalukan jika membunuh anak manusia yang telanjang ini. Lagipula, ia bisa menjadi buruan yang lebih menantang jika sudah tumbuh besar kelak. Oleh karena itu, aku akan menawarkan seekor lembu jantan yang sangat gemuk dan baru saja kubunuh. Lembu itu masih ada sekitar satu kilometer dari sini dan akan kugunakan sebagai harga anak manusia ini. Itu kalau kalian menerimanya sesuai dengan Hukum Rimba yang berlaku!” kata Bagheera.
Mowgli Diterima Oleh Kelompok
Ucapan Bagheera membuat para serigala ribut dengan suara berteriak ramai.
Di antara keributan itu, terdengar suara berat Akeela berseru, “Memangnya kenapa tidak? Nantinya ia juga pasti akan mati saat musim hujan tiba atau mati karena terbakar matahari. Seekor katak telanjang tak mungkin merugikan kita. Biarkan saja ia ikut lari bersama kelompok kita. Di mana letak lembu jantanmu itu, Bagheera? Biarlah katak kecil itu diterima! Sejahteralah kita semua wahai para Serigala!”
Mowgli sendiri sama sekali tak terganggu dengan semua itu. Ia lebih tertarik pada kerikil-kerikilnya dan tak mempedulikan para serigala yang mendekatinya satu per satu untuk memperhatikannya. Tak lama kemudian, para serigala itu pergi menuruni bukit menuju ke tempat lembu jantan yang dijanjikan Bagheera.
Sementara itu, di sana yang tetap tinggal adalah Akeela, Bagheera, Baloo, dan juga keluarga serigala Mowgli. Suara auman Shere Khan yang penuh kekesalan karena Mowgli tak diberikan padanya mendadak memecah kesunyian malam.
“Mengaumlah sesuka hatimu,” ucap Bagheera, “Suatu hari nanti makhluk telanjang ini akan membuatmu mengaum dengan nada yang berbeda. Aku sangat mempercayai itu pasti terjadi!”
“Keputusan yang bijaksana,” kata Akeela. “Manusia dan anaknya dikenal sebagai makhluk yang bijaksana. Semoga saja suatu saat nanti ia bisa membantu kelompok kita.”
“Semoga saja bisa membantu di waktu yang tepat. Karena bagaimana pun juga, tak ada seorang pun yang bisa memimpin kelompok ini selamanya.”
Akeela sama sekali tak mengucapkan apa-apa. Ia hanya memikirkan situasi yang pasti dialami setiap pemimpin kelompok ketika kekuatannya semakin berkurang dan menjadi lebih lemah. Suatu saat nanti ia pasti akan dibunuh oleh serigala lain yang lebih kuat dan pemimpin baru akan menggantikannya.
“Bawalah ia pergi,” ucap Akeela pada Ayah Serigala, “Latihlah ia dengan baik layaknya anggota Kaum Bebas lainnya.” Dan dengan ucapan itu, Mowgli pun akhirnya resmi menjadi anggota Kelompok Serigala Seeonee.
Baca juga: Legenda Minang Cindua Mato Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Pemuda Pemberani Dalam Membela Kebenaran
Sebelas Tahun Kemudian
Sekitar sepuluh atau sebelas tahun kemudian, Mowgli telah terbiasa hidup di antara para serigala. Ia menjalani pengalaman hidup yang sangat menarik. Hingga jika seluruh pengalamannya itu ditulis, pastilah kisahnya tak akan selesai dalam buku berjilid-jilid. Pada dasarnya, ia tumbuh besar bersama anak-anak serigala. Meskipun jelas terlihat kalau bayi-bayi serigala itu tumbuh menjadi dewasa lebih cepat dibandingkan Mowgli.
Untungnya, Ayah Serigala mendidik dan mengajarinya dengan baik. Setiap hal yang ada di hutan menjadi ilmu yang baik untuk sang anak manusia. Mulai dari setiap gemerisik rumput, hembus udara malam, nada suara burung hantu, cakar kelelawar, hingga gemericik air ketika ikan kecil melompat ke permukaan air.
Ketika tidak sedang belajar, Mowgli akan duduk berjemur di bawah sinar matahari atau tidur. Kemudian dia akan makan dan kembali tidur, atau berenang di kolam-kolam yang ada di dalam rimba jika marasa kepanasan atau tubuhnya kotor.
Ketika ia menginginkan madu seperti yang diajarkan oleh Baloo, ia akan memanjat pohon seperti ajaran Bagheera. Ketika awal diajari Bagheera, ia hanya merayap di dahan seperti kungkang, sementara Bagheera tiduran di salah satu dahan dan memanggil Mowgli, “Ayo, melompatlah, Katak Kecil!” Setelah bertahun-tahun berlatih, kini ia berani melompat dari satu dahan ke dahan lainnya layaknya monyet abu-abu.
Ia juga turut serta menghadiri Pertemuan Kelompok di Batu Pertemuan yang masih diadakan setiap bulan purnama tiba. Di sana, ia mempelajari bahwa jika ia menatap tajam pada mata seekor serigala, maka serigala itu akan terpaksa menundukkan mukanya. Setelah mengetahui hal itu, Mowgli terbiasa mempermainkan para serigala dengan kemampuannya menajamkan mata itu.
Pelajaran Penting dari Bagheera
Tak hanya itu, ia juga sering membantu mencabut duri panjang dari para serigala sahabatnya. Hal itu ia lakukan karena tak tega melihat serigala yang menderita akibat duri yang menempel di kaki atau bulu mereka.
Di lain waktu, Mowgli akan berlari menuruni bukit malam-malam, menuju ke wilayah tanah yang ditinggali manusia. Dalam diam dan penuh keheranan, ia akan memperhatikan tingkah laku para manusia di tempat itu. Hal itu dilakukan karena ia sangat tidak mempercayai manusia. Kecurigaan itu dimulai sejak Bagheera menunjukkan sebuah kotak dengan pintu rahasia yang sebegitu tersembunyi sehingga nyaris saja membuatnya terperangkap.
Mengikuti Bagheera memasuki jantung rimba raya merupakan salah satu kegiatan yang paling disukai Mowgli. Kegiatan itu akan dilanjutkan dengan tidur sepanjang siang, lalu menyaksikan Bagheera berburu di malam hari.
Kegiatan itu terasa sangat menyenangkan karena Bagheera akan berburu hewan ke mana saja. Namun, ada satu pengecualian. Sejak Mowgli sudah mulai bisa berpikir, Bagheera mengajarinya untuk tak pernah menyentuh hewan ternak milik manusia.
“Seluruh isi hutan rimba ini adalah milikmu,” ucap Bagheera, “Dan kau diperbolehkan membunuh apa saja yang sekiranya bisa kau bunuh. Namun, demi lembu yang kugunakan untuk membelimu, kau tidak diperbolehkan membunuh atau memakan hewan ternak apa pun, entah masih muda atau tua. Karena begitulah Hukum Rima yang berlaku.” Dan tentu saja Mowgli akan mematuhi dan tak akan melanggar aturan dari orang yang sangat ia percaya itu.
Untungnya, Mowgli tak hanya tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penurut. Namun, ia juga menjadi seorang anak yang kuat dan sehat. Ia sama sekali tak menyadari kalau selama ini sedang mendapatkan pelajaran. Yang diketahui Mowgli adalah ia hanya harus mencari cara untuk makan setiap hari.
Akal Shere Khan Memengaruhi Para Serigala Muda
Ibu Serigala juga sering mengajari Mowgli bahwa Shere Khan bukanlah hewan yang bisa dipercaya. Kemudian, suatu hari nanti ia harus berhasil membunuh harimau itu. Jika saja Mowgli si Katak Kecil itu adalah seekor serigala, mungkin ia akan selalu mengingat pesan dari Ibu Serigala. Sayangnya, karena ia adalah seorang anak manusia yang merasa kalau ia adalah seekor serigala, maka Mowgli sering kali lupa akan pesan itu.
Pesan itu diberikan karena Mowgli sering berpapasan dengan Shere Khan selama berada di rimba. Karena Akeela telah menjadi terlalu tua dan lemah, harimau yang kakinya pincang itu bisa berkumpul bersama para serigala muda dengan mudahnya.
Para serigala muda itu suka saja mengikuti Shere Khan kemanapun dengan harapan bisa mendapatkan sisa makanan. Padahal sejak dahulu Akeela selalu melarang hal itu terjadi. Namun, karena sekarang ia sudah terlalu lemah, tak ada seorang pun yang mendengarkan ucapannya.
Apalagi, Shere Khan sering memuji para serigala muda itu. Ia bahkan menyatakan keheranannya kenapa para pemburu muda yang gagah berani itu mau saja dipimpin oleh seekor serigala yang sudah tinggal menunggu ajalnya. Apalagi ada keberadaan seorang anak manusia yang selalu mendampingi Akeela.
“Kudengar kalian tak pernah berani menatapnya tepat di mata pada setiap pertemuan,” ucap Shere Khan yang membuat para serigala muda itu menggeram penuh amarah.
Hal itu rupanya diketahui oleh Bagheera yang memiliki mata dan telinga di mana-mana. Ia mendengarkan dan menyimak setiap tingkah Shere Khan. Oleh karena itu, ia sering mengingatkan Mowgli kalau serigala itu akan berusaha membunuhnya.
Namun, bukannya takut, Mowgli justru hanya tertawa kemudian menjawab, “Aku kan memiliki anggota kelompok yang lain. Aku juga memilikimu dan juga Baloo meskipun ia pemalas. Jadi aku tidak memiliki alasan untuk takut.”
Kebodohan Mowgli Menantang Tabaqui
Pada suatu siang yang terasa lebih panas dibandingkan hari biasanya, sebuah pemikiran muncul di dalam kepala Bagheera. Hal itu disebabkan oleh kabar yang ia dengar dari Ikki sang Landak. Oleh karena itu, ia berniat bertanya langsung kepada Mowgli si Katak Kecil.
Ketioka mereka berdua sedang berada jauh di dalam rimba dan Mowgli terlihat bersandar pada kulit Bagheera yang hitam indah itu, sang macan kumbang langsung bertanya, “Mowgli kecil, seberapa sering aku memberitahumu bahwa Shere Khan adalah musuhmu?”
“Sangat sering, sebanyak butiran buah di pohon itu,” ucap Mowgli seraya menunjuk salah satu pohon yang terlihat berbuat lebat, “Memangnya kenapa? Aku sedang mengantuk Bagheera. Lagipula Shere Khan hanyalah harimau berekor panjang dan beromong besar. Tidak jauh berbeda dengan Mao si Merak.”
“Namun, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk tidur. Baloo sudah mengetahuinya, begitu pula denganku. Seluruh anggota kelompok mengetahuinya. Bahkan, para kijang yang bodoh saja sudah mengetahuinya. Bahwa Tabaqui telah menemuimu dan berbicara denganmu!” ucap Bagheera.
“Oh, perihal itu,” jawab Mowgli tak kalah santainya. “Memang benar Tabaqui datang padaku beberapa waktu yang lalu. Namun, ia berbicara dengan tidak sopan dan menyebutku si anak telanjang yang tidak cukup berharga untuk menjadi penggali kacang. Oleh karenanya aku menangkap ekor Tabaqui lalu membantingnya dua kali ke pohon kelapa agar memberinya pelajaran.”
“Yang kau lakukan itu adalah sebuah kebodohan. Meskipun Tabaqui adalah biang kerok, tapi sesungguhnya ia memiliki sebuah berita yang berhubungan denganmu. Bukalah kedua matamu, Katak Kecil. Shere Khan tak akan berani membunuhmu di dalam hutan rimba. Namun, ingatlah kalau Akeela sudah sangat tua dan tak lama lagi ia tak akan bisa berburu sendiri. Dan lama kelamaan dia tak akan bisa menjadi pemimpin kelompok lagi.” ucap Bagheera panjang lebar.
Kisah Masa Kecil Bagheera
Belum selesai sampai di sana, Bagheera melanjutkan lagi, “Para serigala yang diperkenalkan padamu pada Pertemuan Kelompok pun sudah tua semua. Sementara para serigala muda mempercayai ucapan Shere Khan yang menyebutkan kalau anak manusia tak patut berada di dalam kelompok. Padahal sebentar lagi kau akan menjadi manusia dewasa.”
“Apalah gunanya menjadi manusia dewasa kalau tak bisa berkumpul dengan kelompoknya?” tanya Mowgli dengan perasaan kesal. “Lagipula aku lahir di hutan rimba dan mematuhi Hukum Rimba. Tak ada satu pun dari serigala di dalam kelompok yang tak pernah kutolong mencabut duri dari kakinya. Mereka semua adalah saudaraku.”
Bagheera kemudian meregangkan tubuh hitamnya. “Katak Kecil,” Ucapnya kemudian, “Coba rabalah area di bawah janggutku.”
Mowgli kecil kemudian mengulurkan tangannya yang kecokelatan dan meraba area di bawah pipi Bagheera. Di balik otot leher yang kuat itu, tersembunyi kulit hitam kemilau yang memiliki petak kecil tanpa bulu.
“Di dalam hutan rimba ini, tak ada satu pun yang mengetahui bahwa aku, Bagheera, memiliki tanda itu. Itu adalah bekas kalung pengikat karena aku dilahirkan di antara manusia. Dan di antara manusia itu pula ibundaku meninggal dunia, tepatnya di dalam kandang di istana Raja di Oodeypura. Oleh karena itu aku dahulu membayar tinggi untukmu di Pertemuan Kelompok katika kau masih bayi. Karena aku juga dilahirkan di antara manusia dan tak pernah melihat rimba,” ucap Bagheera.
Kemudian ia melanjutkan lagi, “Para manusia itu memberiku makan dari balik jeruji yang diulurkan menggunakan nampan besi. Hingga akhirnya aku tersadar aku adalah Bagheera si Macan Kumbang yang bukan merupakan mainan manusia. Dengan sekali pukul, aku berhasil menghancurkan kunci kerangkengku dan pergi. Karena aku sudah mempelajari kebiasaan manusia, makanya aku lebih ditakuti di dalam rimba, melebihi ketakutan kepada Shere Khan. Tidakkah kau juga mengetahui hal itu?”
Pesan Penting dari Bagheera
“Memang benar,” jawab Mowgli, “Seluruh isi hutan rimba takut pada Bagheera, terkecuali Mowgli.”
“Kau memang seorang anak manusia,” ucap sang Macan Kumbang dengan penuh kelembutan. “Namun ingatlah, seperti halnya aku yang telah kembali ke hutan rimbaku, kau pun pada akhirnya akan kembali berkumpul dengan para manusia. Itu pun kalau kau belum terbunuh di Pertemuan Kelompok.”
“Kenapa ada yang ingin membunuhku?” tanya Mowgli keheranan.
“Tataplah mataku,” ucap Bagheera. Mowgli kemudian memalingkan wajahnya dan menatap langsung mata sang Macan Kumbang. Setelah sekitar setengah menit saling bertatap mata, Bagheera terpaksa harus mengalihkan pandangannya.
“Itu adalah penyebabnya,” jelas Bagheera, “Aku saja tak mampu menatap matamu, padahal aku terlahir di kalangan manusia dan aku sangat menyayangimu. Para serigala lain sangat membencimu karena mereka tak bisa menatap matamu. Karena kau memiliki kebijaksanaan, ketulusan untuk mencabut duri dari kaki mereka, karena kau adalah manusia.”
“Aku tak mengetahui semua itu,” ucap Mowgli dengan muram dan mengerutkan keningnya yang beralis tebal.
“Apakah kau ingat bagaimana bunyi Hukum Rimba? Seranglah dahulu baru berbicara kemudian. Sifatmu yang ceroboh dan sembarangan itu menunjukkan bahwa kau adalah anak manusia. Di dalam hatiku aku merasa kalau kelak Akeela tak lagi bisa berburu, seluruh anggota kelompokmu akan melawannya, kemudian melawanmu. Mereka pasti akan mengadakan Pertemuan di Batu Pertemuan. Lalu, oh aku tahu!” Bagheera mendadak melompat berdiri.
“Pergilah segera ke gubuk manusia yang terletak di lembah. Lalu ambillah beberapa Bunga Merah yang mereka pelihara di sana. Hal itu akan memberimu sekutu yang jauh lebih kuat dibandingkan aku, Baloo, atau siapa pun yang berniat membelamu di dalam kelompok. Sekarang ambillah Bunga Merah itu!”
Mowgli Bergegas Pulang
Bunga Merah yang dimaksud oleh Bagheera itu rupanya adalah api. Namun, tak ada satu pun makhluk yang tinggal di hutan rimba menyebutnya dengan nama aslinya. Setiap hewan sangat takut pada benda membara itu hingga akhirnya menciptakan ratusan nama untuk menggambarkannya.
“Bunga Mewah yang tumbuh di luar gubuk manusia ketika malam tiba itu?” tanya Mowgli. “Baiklah, aku akan mengambilnya.”
“Bagus! Itu adalah semangat seorang anak manusia,” ucap Bagheera dengan penuh kebanggaan. “Ingatlah kalau Bunga Merah itu tumbuh di guci-guci berukuran kecil. Ambillah satu dengan cepat lalu simpanlah sampai kau membutuhkannya.”
“Baiklah kalau begitu,” ucap Mowgli. “Aku akan pergi ke sana. Namun, apakah kau yakin, Bagheera?” tanyanya seraya merangkul leher perkasa sang Macan Kumbang Hitam itu dan menatap matanya yang besar, “Yakinkah kau kalau Shere Khan lah yang ada di balik semua ini?”
“Demi setiap Belenggu Patah yang memerdekakanku, aku benar-benar yakin, Katak Kecil,” jawab Bagheera.
“Baiklah. Demi lembu yang kau gunakan untuk membeliku, aku akan menceritakan semua ini pada Shere Khan, lengkap dengan setiap bumbunya,” ucap Mowgli langsung melompat pergi tanpa menunggu jawaban dari Bagheera.
“Begitulah memang manusia,” ucap Bagheera pada dirinya sendiri kemudian kembali berbaring. “Oh, Shere Khan, sepertinya kau telah membuat kesalahan besar ketika berburu katak sepuluh tahun yang lalu.”
Kini Mowgli telah berlari menjauh dengan sekuat tenaga menembus hutan rimba. Ia berlari dengan cepat hingga jantungnya terasa panas di dalam dadanya. Ia baru sampai ke guanya ketika kabut malam sudat turun. Seraya menghirup udara dalam-dalam, ia memandang ke bawah lembah.
Dengan sekali pandang, ia bisa mengetahui kalau anak-anak serigala sedang keluar semua. Sementara Ibu Serigala sedang berada di bagian belakang gua.
Serigala Muda Mempermainkan Akeela
Rupanya, sang Ibu Serigala bisa merasakan ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran katak kecilnya hanya dari suara napas Mowgli.
“Ada apa, nak?” tanya Ibu Serigala dengan lembut.
“Hanya mendengar kicauan kelelawar tentang Shere Khan saja, Ibunda,” sahut Mowgli. “Aku berniat untuk berburu di tanah yang dibajak malam ini.”
Kemudian, tanpa menunggu jawaban dari sang ibunda, ia langsung terjun menuju ke semak-semak lalu terus berlari dan melompat hingga sampai di sungai yang ada di dasar lembah. Di sana, Mowgli menghentikan langkahnya sejenak.
Ia bisa mendengar suara teriakan dari kelompoknya yang berburu. Selain itu, ia juga mendengar jelas suara Sambhur, buruan mereka yang sepertinya sedang berhenti berlari sejenak untuk menghadapi para pemburu.
Tak lama kemudian bisa terdengar suara teriakan jahat dari para serigala muda. “Akeela! Akeela! Ayo biarkan saja di Serigala Tunggal menunjukkan kekuatannya! Berikan kesempatan pada sang Pemimpin Kelompok kita! Ayo melompatlah, Akeela!”
Jika ditilik dari suaranya, Mowgli menduga bahwa sang Serigala Tunggal telah berusaha menubruk buruannya, tapi gagal. Mowgli bisa mendengar suara rahang yang berderak terkatup dan jeritan ketika Sambhur menendang Akeela menggunakan kaki depannya.
Mowgli tak mau menunggu lebih lama lagi. Ia pun berusaha berlari lebih kencang menuju tempat yang diinformasikan Bagheera. Suara jeritan para serigala itu kini terdengar semakin jauh di belakangnya. Sementara di hadapannya Mowgli bisa melihat bahwa ia mulai masuk ke daerah pertanian manusia.
“Benar ucap Bagheera,” pikir Mowgli seraya terengah-engah berusaha menyusupkan diri di antara makanan ternak di bawah jendela salah satu gubuk. “Besok adalah hari penentuan untuk Akeela dan juga diriku.”
Mengambil Bunga Merah dari Desa Manusia
Setelah menenangkan diri, Mowgli mengintip ke dalam gubuk tersebut. Di dalamnya, ia bisa melihat api di perapian. Selain itu, ia juga bisa melihat seorang manusia perempuan yang bangkit dari duduknya kemudian memberi makan api itu dengan gumpalan-gumpalan hitam ketika malam tiba.
Keesokan paginya, ketika kabut pagi masih tebal dan dingin, ia melihat seekor anak manusia membawa keranjang di dalamnya dilapisi tanah, lalu mengisinya dengan gumpalan-gumpalan bara. Ia menutup gumpalan itu menggunakan selimut, lalu dibawa keluar untuk mengurus sapi di kandang.
“Begitu saja?” pikir Mowgli di dalam hatinya. “Kalau seorang anak manusia bisa melakukannya, maka tak ada lagi yang perlu kutakutkan.”
Kemudian Mowgli pergi menuju ke sudut gubuk, menemui sang anak manusia dan merenggut periuk tanah yang di bawanya. Sebelum si anak manusia sempat menjerit ketakutan, Mowgli sudah menghilang di dalam kabut.
“Mereka terlihat sangat mirip denganku,” ucap Mowgli seraya meniup-niup bara api itu seperti yang ia lihat dilakukan oleh manusia perempuan tadi. “Bunga Merah ini akan mati kalau tidak kuberi makanan,” lanjutnya seraya menjatuhkan dahan dan kulit kayu kering ke bara yang memerah itu.
Di tengah perjalanan, ketika sampai di sebuah punggung bukit, ia bertemu dengan Bagheera. Kulit sang macan kumbang hitam itu terlihat gemerlap oleh butir-butir embun pagi.
“Akeela luput dan tak berhasil mendapatkan hewan buruannya,” ucap Bagheera menjelaskan. “Sebenarnya tadi malam para serigala muda itu berniat untuk membunuhnya. Namun, mereka juga memerlukan keberadaanmu. Semalam mereka mencarimu tapi tak bisa menemukanmu setelah mencari-cari di bukit ini.”
“Semalam aku pergi ke tanah yang dibajak,” ucap Mowgli, ” Lihatlah ini, Bagheera, aku sudah menemukan dan mempersiapkan Bunga Merahnya.”
Diundang ke Pertemuan
“Bagus sekali,” ucap Bagheera. “Aku pernah melihat manusia memasukkan dahan kering ke benda itu sehingga membuat Bunga Merah berkembang di ujung dahan kering itu. Apakah kau takut pada bunga itu?”
“Tidak sama sekali. Kenapa aku harus takut? Aku tadi sempat teringat kalau dahulu, sebelum aku menjadi serigala, aku pernah tidur di dekat Bunga Merah ini kemudian merasa nyaman dan aman.”
Sepanjang hari itu, Mowgli duduk di dalam guanya sendiri demi menjaga periuk apinya itu. Sesekali ia memasukkan dahan kering dan memperhatikan Bunga Merahnya mekar. Kemudian, ia akan mencari sebatang dahan yang sekiranya bisa ia gunakan untuk membuat Bunga Merahnya berkembang seperti ucapan Bagheera.
Ketika malam hari tiba, Tabaqui mendadak muncul di pintu gua kemudian berkata dengan sangat kasar bahwa Mowgli diminta untuk menghadiri pertemuan di Batu Pertemuan saat itu juga. Saat itu Mowgli hanya merespon dengan tertawa sampai akhirnya Tabaqui pergi. Pada akhirnya, Mowgli berangkat ke pertemuan itu.
Ketika Mowgli sampai di Batu Pertemuan, Akeela si Serigala Tunggal terlihat tengah berbaring di samping batu yang biasa ia duduki. Hal itu dilakukan Akeela sebagai tanda bahwa kepemimpinan kelompok mereka kini terbuka
Sementara itu, Shere Khan yang diikuti oleh para serigala muda yang biasa mengikutinya berburu kini berjalan hilir mudik ke sana kemari. Dari sekitar mereka, bisa terdengar suara yang memuja-muji Shere Khan.
Mowgli yang membawa periuk apinya kemudian duduk di samping Bagheera yang berbaring. Ia meletakkan periuk api itu di antara kedua kakinya. Ketika semuanya sudah hadir, Shere Khan bersiap memulai pidatonya, di mana ia tak akan mungkin berani melakukannya jika saja Akeela masih berkuasa.
Perseteruan Dalam Pertemuan Kelompok
“Dia tidak memiliki hak,” ucap Bagheera berbisik. “Katakanlah hal itu dengan lantang, katak kecil. Ia hanyalah seekor anak kucing, ia pasti akan ketakutan.”
Dengan segera, Mowgli melompat bangkit dan berteriak, “Kaum Bebas! Apakah sekarang Shere Khan telah menjadi pemimpin kelompok? Memang apa hubungan seekor harimau dengan kepemimpinan kita?”
“Sekarang kepemimpinan itu sedang kosong. Dan aku diminta untuk berbicara…”
Belum selesai Shere Khan berbicara, Mowgli langsung bertanya, “Oleh siapa? Memangnya kita semua ini jackal yang membutuhkan seekor harimau untuk bertahan hidup? Kepemimpinan kelompok ini seharusnya ditentukan oleh kelompok kita sendiri.”
Kemudian terdengar beberapa teriakan ramai dari berbagai arah.
“Diamlah, dasar anak manusia!” ucap seorang serigala muda.
“Biarkanlah dia berbicara. Setidaknya ia sudah mematuhi Hukum Rimba,” ucap serigala muda yang lain.
Pada akhirnya, salah satu dari tetua kelompok berseru, “Lebih baik kita biarkan si Serigala Mati yang berbicara.” Serigala Mati merupakan julukan yang diberikan kepada seorang pemimpin kelompok yang telah kehilangan kemampuannya memimpin.
Akeela kemudian mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara parau, “Kaum Bebas, dan juga kau, para jackal dari Shere Khan, sudah dua belas musim lamanya aku telah memimpin kalian pulang dan pergi berburu. Selama itu, tak satu pun di antara kita yang terluka atau terperangkap. Sekarang aku kehilangan buruanku diakibatkan siasat yang licik.”
Kemudian Akeela lanjut berbicara, “Dengan sengaja kalian menghadapkanku pada buruan jantan yang belum pernah diburu agar kelemahanku bisa menonjol. Betapa siasat yang sangat cerdik. Kalian memiliki hak untuk membunuhku sekarang juga di Batu Pertemuan. Oleh karena itu, aku bertanya, siapa yang berniat mengakhiri hidup Serigala Tunggal, sesuai dengan Hukum Rimba kau harus maju satu per satu!”
Shere Khan Bersikeras Menginginkan Mowgli
Mendadak, suasana menjadi sunyi selama beberapa saat. Tak ada satu pun serigala yang memiliki keberanian untuk maju dan bertempur mati-matian melawan Akeela.
Mendadak, Shere Khan mengaum kencang. “Memangnya apa peduli kita pada si tua yang sudah ompong ini? Jika memang sudah waktunya, ia pasti akan mati nantinya. Namun, sekarang yang seharusnya mati adalah si anak manusia ini. Dengarlah aku, Kaum Bebas! Anak manusia ini pada awalnya adalah makananku dan kini ia sudah hidup terlalu lama.”
Masih sambil berjalan berkeliling, sang harimau itu melanjutkan, “Kini, berikanlah ia padaku. Aku sudah lelah menghadapi kelicikan si manusia-serigala ini. Selama sepuluh musim ia sudah membuat banyak kekacauan di hutan rimba. Aku sangat membencinya hingga ke sumsum tulangku. Kalau anak manusia ini tidak diberikan padaku, aku akan terus berburu di daerah ini dan tak akan menyisakan sepotong tulang pun pada kalian.”
Kemudian, lebih dari setengah anggota kelompok itu berteriak nyaris bersamaan, “Manusia! Manusia! Untuk apa ada manusia di sini? Usirlah manusia itu agar kembali lagi ke bangsanya!”
“Mengusirnya kembali ke bangsanya?” tanya Shere Khan berteriak, “Kemudian membiarkan seisi desa manusia menyerbu kemari? Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Bagaimanapun dia adalah manusia. Berikan saja dia kepadaku. Bukankah tak ada seorang pun di antara kita yang bisa menatap matanya?”
Sekali lagi Akeela mengangkat kepalanya dan berkata, “Anak manusia ini sudah makan makanan kita dan tidur bersama kita. Ia juga ikut menggiring hewan buruan kita. Apalagi ia sama sekali tak pernah menyalahi Hukum Rimba.”
“Tidak ingatkah kalian kalau aku juga telah membayar dengan seekor lembu agar ia bisa diterima di sini?” Kali ini Bagheera yang berbicara dengan suara sangat lembut. “Tidakkah itu cukup untuk menjadi pertanda bahwa anak manusia ini layak diperjuangkan?”
Baca juga: Dongeng Fabel Ular dan Tikus Serta Ulasan Lengkapnya, Kisah Seekor Tikus yang Baik Hati dan Penolong
Pembelaan Akeela untuk Mowgli
“Seekor lembu yang dibayarkan sepuluh tahun yang lalu?” ucap seorang anggota kelompok dengan penuh kegeraman. “Memangnya apa peduli kita pada tulang yang usianya sudah sepuluh tahun?”
“Tidak adakah kepedulianmu pada perjanjian yang sudah dibuat?” tanya Bagheera dengan mempertontonkan deretan giginya yang tajam, “Bukankah kalian adalah Kaum Bebas?”
“Seorang anak manusia tak akan bisa hidup dengan penduduk hutan rimba!” raung Shere Khan tanpa bisa menahan amarahnya, “Serahkan anak itu padaku!”
“Meskipun tidak memiliki hubungan darah, tapi anak manusia ini adalah saudara kami. Dan kini kalian berniat untuk membunuhnya di sini?” tanya Akeela menanggapi. “Sepertinya aku sudah hidup terlalu lama, sehingga di antara kalian ada yang menjadi pemakan ternak. Sementara sebagian lagi mengikuti ajaran Shere Khan dengan pergi ke desa malam-malam lalu merenggut anak-anak dari ambang pintu rumah mereka.”
Belum berhenti sampai di situ, Akeela melanjutkan, “Itu sama saja kalian semua adalah pengecut. Ajalku memang akan tiba dan hidupku sudah tak lagi ada harganya. Karena jika tidak, aku pasti akan menawarkan diri sebagai pengganti anak manusia itu. Namun, demi kehormatan kelompok kita yang sudah kalian lupakan, aku berjanji bahwa jika kalian membiarkan anak manusia ini hidup, aku tak akan menunjukkan gigiku untuk melawan kalian.”
“Aku rela mati tanpa bertarung,” lanjut Akeela. “Dengan begitu, setidaknya ada tiga nyawa yang terselamatkan dari kelompok ini. Kalau kalian setuju, hal itu juga mencegah kalian merasa malu karena sudah membunuh saudara yang tidak memiliki kesalahan apa pun.”
“Dia adalah manusia!” teriak beberapa anggota kelompok saling bersautan. Bahkan beberapa serigala yang berkumpul di sekitar Shere Khan mulai menggoyangkan ekornya tanda bersemangat.
Baca juga: Dongeng Anak-Anak Terbaik dan Sarat Makna, Bunga Melati yang Baik Hati dan Ulasan Lengkapnya
Bunga Merah untuk Para Serigala
“Sekarang adalah waktu yang tepat untukmu bertindak,” bisik Bagheera kepada Mowgli. “Tak ada lagi yang bisa kau lakukan selain bertempur membela dirimu sendiri.”
Dengan segera Mowgli berdiri tegak dan membawa periuk berisi api di tangannya. Ia meregangan tangan seraya menguap dengan sengaja di depan seluruh peserta Pertemuan Kelompok. Meskipun terlihat santai, tapi di dalam hatinya ia merasa sangat marah dan juga sedih. Bagaimanapun, para serigala yang ia anggap sebagai saudaranya sendiri rupanya selama ini telah membencinya.
“Dengarlah kalian semua!” ucap Mowgli dengan suara lantang. “Semua omong kosong anjing ini sebenarnya tak perlu dilanjutkan. Sudah berulang kali kalian menyebutkan bahwa aku ini manusia, meskipun aku lebih ingin menjadi serigala seumur hidupku. Oleh karena itu, aku percaya kalau kata-kata kalian mungkin ada benarnya.”
Kemudian ia melanjutkan lagi, “Oleh karena itu, aku tak akan memanggil kalian sebagai saudaraku lagi. Aku akan memanggil kalian sebagai sag atau anjing, seperti seharusnya seorang manusia memanggil kalian. Apa pun yang ingin kalian lakukan, atau yang tak ingin kalian lakukan, kini tak lagi menjadi keputusan kalian. Semua keputusan itu akan ada di tanganku. Khususnya karena kini, aku, seorang manusia, telah datang kemari dengan membawa sedikit Bunga Merah yang kalian takuti.”
Segera setelah mengucapkan itu, Mowgli membanting periuk itu ke tanah sehingga membuat beberapa baranya membakar lumut kering hingga nyala apinya menjadi berkobar. Para hadirin di Pertemuan itu pun langsung mundur ketakutan.
Mowgli kemudian menyentuhkan ujung dahan keringnya pada kobaran api sehingga membuat dahannya menyala. Kemudian ia mengayunkan dahan itu di atas kepala para serigala yang langsung mundur ketakutan.
Janji Tak Akan Mengkhianati
“Kini kau telah menjadi seseorang yang dipertuan,” bisik Bagheera hanya kepada Mowgli, “Selamatkanlah Akeela dari kematian karena dia adalah sahabatmu selamanya.”
Namun, Akeela sang serigala muram yang tua itu sebenarnya tak pernah meminta ampun seumur hidupnya. Dan kini ia hanya memandang pilu ke arah Mowgli yang terlihat berdiri tegak dengan tubuh telanjang dan rambut terurai di bahunya. Di tambah lagi, cahaya dari dahan yang menyala berkobar itu membuat bayangan Mowgli terlihat berlompatan.
“Bagus sekali,” ucap Mowgli seraya memandang berkeliling. “Kalian semua memang hanyalah anjing yang tak punya nyali. Sekarang aku akan pergi dari kalian dan bergabung dengan kaumku, jika memang para manusia adalah kaumku. Rimba kini telah tertutup untukku dan aku harus melupakan persahabatanku dengan kalian.”
Kemudian Mowgli melanjutkan ucapannya, “Meskipun begitu, aku akan lebih pengampun dibandingkan kalian. Karena aku yakin aku sepenuhnya saudara kalian dalam darah. Aku tak akan pernah mengkhianati kalian seperti halnya yang kalian lakukan padaku.”
Sesudahnya Mowgli menendang api yang ada di tanah hingga beberapa percikan apinya berterbangan. “Tak akan ada pertempuran di dalam kelompok ini. Namun, aku akan memastikan membayar hutangku sebelum aku pergi.”
Langkah kaki Mowgli mendekat ke arah Shere Khan yang sedang duduk dan terlihat kebingungan melihat kobaran api yang menyala. Mowgli kemudian mencengkeram janggut harimau berukuran besar itu. Bagheera sendiri langsung berjalan mendekati demi berjaga-jaga jika saja terjadi kecelakaan.
“Berdirilah kau, kucing besar!” bentak Mowgli. “Berdirilah kalau ada manusia yang berbicara. Kalau tidak, akan kubakar kulitmu!”
Shere Khan hanya terlihat merapatkan telinganya di kepalanya. Kemudian kucing besar itu juga memejamkan matanya karena kobaran api yang ada di dahan dalam genggaman Mowgli terlihat begitu dekat.
Mengusir Shere Khan dan Para Serigala
“Si pembunuh ternak ini pernah berkata akan membunuhku di hadapan pertemuan ini karena gagal membunuhku ketika masih bayi. Omongannya memang selalu sok besar. Coba saja kau gerakkan kumismu sedikit saja, Lungri, lalu akan kumasukkan Bunga Merah ini ke dalam kerongkonganmu!” lanjut Mowgli seraya memukul kepala Shere Khan menggunakan dahan berapinya. Hal itu membuat harimau besar itu merengek ketakutan dan kesakitan.
“Pergilah kau kucing rimba yang terbakar! Dan ingatlah, kalau suatu saat nanti aku kembali ke Batu Pertemuan sebagai manusia, aku akan datang dengan membawa kulit Shere Khan di kepalaku!” bentak Mowgli mengusir Shere Khan.
“Dan untuk yang lainnya, dengarlah,” ucap Mowgli kepada serigala yang lain, “Kalian akan membiarkan Akeela bebas pergi dan hidup sesuka hatinya. Kalau kalian membunuhnya, itu artinya kalian sudah menyalahi perintahku.”
“Sementara kalian,” Mowgli kemudian berpaling ke serigala yang menjadi pengikut ShereKhan. “Kalian tak kuperbolehkan duduk di sini lebih lama seraya mengulurkan lidah seolah kalian adalah makhluk penting. Padahal sebenarnya kalian tak lebih dari anjing-anjing yang sudah seharusnya aku usir dari sini. Pergi!”
Sesudahnya, Mowgli mengayunkan dahan dengan api berkobar di ujungnya ke kiri dan kanan. Hal itu membuat para serigala itu berlarian seraya menjerit-jerit karena percikan apinya mengenai bulu mereka. Pada akhirnya, di tempat itu hanya tersisa Akeela, Bagheera, dan kurang lebih sepuluh ekor serigala yang mendukung Mowgli.
Mendadak, Mowgli merasakan sesuatu yang menyakitkan di dalam tubuhnya. Sesuatu yang sebegitu menyakitkan hingga membuat napasnya sesak dan air mata mengalir di mukanya. Ia tidak mengetahui apa yang ia rasakan itu karena tidak pernah merasakannya sebelumnya.
“Ada apa ini?” tanya Mowgli penasaran merasakan air keluar dari matanya. “Aku sama sekali tak ingin meninggalkan hutan rimba ini. Kenapa aku merasa seperti ini? Apakah aku sedang sekarat, Bagheera?”
Perpisahan Mowgli dan Keluarga Serigalanya
“Tentu saja tidak, katak kecilku. Itu adalah air mata yang biasa keluar dari mata seorang manusia,” ucap Bagheera dengan kelembutan. “Hal itu membuktikan bahwa kau benar-benar seorang manusia, bukan lagi anak manusia serigala. Dan hutan rimba memang akan tertutup bagimu setelah ini. Biarkan air matamu itu jatuh, Mowgli.”
Mendengar hal itu, Mowgli langsung jatuh terduduk dan menangis sejadi-jadinya. Seumur hidupnya tinggal di hutan rimba, baru kali ini ia menangis.
“Sekarang aku akan pergi ke kelompok manusia,” ucap Mowgli setelah berhenti menangis. Namun, aku akan berpamitan terlebih dahulu dengan ibundaku.”
Segera setelah mengucapkan hal itu, ia beranjak pergi menuju ke tempat Ibu Serigala dan Ayah Serigala tinggal. Sesampainya di sana, ia langsung menangis seraya memeluk Ibu Serigala. Sementara itu, saudara-saudara serigalanya terdengar melolong sedih.
“Berjanjilah kalian tak akan melupakanku,” ucap Mowgli kepada saudara-saudaranya itu.
“Selama kami masih bisa mengikuti jejak, kami tak akan pernah melupakanmu, Mowgli,” ucap para saudaranya bergantian. “SEtelah menjadi manusia kelak, datanglah ke kaki bukit. Nanti kita bisa bercakap-cakap di sana. Sesekali kami juga akan datang ke tanah pertanian di malam hari untuk bermain denganmu.”
“Segeralah kembali lagi, katak kecilku yang bijaksana,” ucap Ayah Serigala, “Segeralah datang kembali. Karena aku dan bundamu akan segera menjadi tua.”
“Segeralah datang kembali, anak manusiaku,” kini gantian Ibu Serigala yang berucap, “Dengarlah, karena aku mencintaimu lebih daripada cintaku pada anak-anakku yang lain.”
“Aku berjanji aku pasti akan datang,” jawab Mowgli dengan penuh keyakinan. “Dan ketika aku datang kelak, saat itu aku akan meletakkan kulit Shere Khan di Batu Pertemuan. Jangan pernah lupakan aku, Dan katakan pada seluruh penghuni rimba untuk tidak melupakanku.”
Tepat ketika fajar mulai menyingsing, Mowgli menuruni punggung bukit untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan para manusia. Dan demikianlah cerita dongeng The Jungle Book ini berakhir.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng The Jungle Book
Setelah membaca sinopsis cerita Mowgli dalam dongeng The Jungle Book di atas, jangan lupa ketahui juga ulasan seputar unsur intrinsiknya. Di sini kami menyediakan ulasan seputar tema cerita The Jungle Book, tokoh-tokoh dan latar yang disebutkan dalam kisahnya, alur jalannya cerita, dan juga pesan moral yang bisa dipetik kemudian diajarkan kepada buah hati. Berikut adalah ulasannya:
1. Tema
Tema atau inti cerita dari kisah dongeng The Jungle Book ini adalah tentang petualangan seorang anak manusia yang dibesarkan oleh serigala. Selama itu, ia harus melakukan segala cara untuk bisa berjuang hidup, khususnya melawan seekor harimau yang terus saja berusaha memburunya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh penting yang mewarnai cerita dongeng The Jungle Book yang satu ini. Di antaranya adalah Ayah Serigala, Ibu Serigala, Mowgli sang anak manusia, Baloo si beruang cokelat, Bagheera si macan kumbang hitam, Akeela si serigala tunggal, dan Shere Khan sang harimau pemangsa ternak.
Ayah dan Ibu Serigala digambarkan sebagai seorang orang tua yang bijaksana juga menyayangi anak-anaknya. Bahkan kepada Mowgli yang bukan anak kandung, dan jelas-jelas bukanlah serigala sekalipun, mereka selalu menyayangi dan melindunginya.
Mowgli adalah anak manusia yang sejak bayi dibesarkan oleh Ayah dan Ibu Serigala. Meskipun ia dibesarkan bersama para serigala, tapi ia masih memiliki sifat bijaksana dan kebaikan hatinya sebagai manusia. Ia masih menyayangi keluarga serigalanya dan merasa sangat sedih ketika harus berpisah dengan mereka.
Baloo dan Bagheera adalah dua hewan selain serigala yang sangat menyayangi Mowgli. Mereka berdua merupakan guru yang bijaksana untuk Mowgli yang mengajari segala hal terkait hutan rimba, termasuk tentang kehidupan manusia. Mereka berdua juga sangat menyayangi muridnya itu.
Sementara Shere Khan adalah tokoh antagonis dalam cerita The Jungle Book yang memburu Mowgli sejak masih bayi hingga dewasa. Ia digambarkan sebagai sosok harimau berukuran besar yang sangat licik. Saking liciknya, ia tidak ragu-ragu mempengaruhi para serigala untuk mengikutinya dan mengkhianati para serigala lainnya.
3. Latar
Secara umum, latar daricerita dongeng The Jungle Book ini berada di dalam hutan rimba. Namun, jika dijabarkan secara spesifik, ada beberapa lokasi yang disebutkan di dalam ceritanya, di antaranya adalah kediaman Ibu dan Ayah Serigala, Batu Pertemuan tempat terjadinya Pertemuan Kelompok serigala, dan desa tempat para manusia tinggal.
4. Alur
Jika ditilik dari kisahnya, cerita dongeng The Jungle Book ini memiliki alur jenis progresif alias maju. Sejak awal hingga akhir dongeng, ceritanya dikisahnya secara runut mulai dari kedatangan Mowgli ke dalam keluarga serigala, pengangkatannya sebagai anak, proses perjalanan hidupnya dan perburuan Shere Khan, hingga akhrinya Mowgli memutuskan untuk meninggalkan keluarga serigalanya dan kembali berkumpul bersama manusia.
5. Pesan Moral
Sebagai sebuah dongeng, cerita The Jungle Book ini memiliki pesan moral yang baik dan bisa diajarkan kepada buah hati atau keponakanmu tersayang. Salah satunya adalah untuk selalu melindungi mereka yang jauh lebih lemah darimu. Seperti yang dilakukan oleh Ayah dan Ibu Serigala, Akeela, Bagheera, dan juga Baloo kepada Mowgli.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita dongeng The Jungle Book kamu juga bisa mengetahui beberapa unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah hal-hal dari luar dongengnya yang turut serta mempengaruhi jalannya cerita, seperti nilai-nilai moral, sosial, dan juga budaya yang berlaku di sekitar sang pembuat kisahnya.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng The Jungle Book
Selain unsur intrinsik dan ringkasan cerita The Jungle Book, dalam artikel ini kamu juga bisa mengetahui beberapa fakta menarik seputar dongengnya. Kalau penasaran, langsung saja simak ulasannya berikut ini:
1. Aslinya Terdiri Dari 7 Cerita
Ketika membaca cerita dongeng The Jungle Book yang kami sediakan di atas, kamu mungkin sempat merasa ada beberapa bagian dalam hidup Mowgli yang membuatmu penasaran. Di antaranya adalah perjalanan hidup Mowgli selama sepuluh tahun pertama di hutan, dan juga bagaimanakah hidup si Katak Kecil setelah kembali ke dunia manusia.
Tak perlu khawatir atau bingung. Kalau penasaran, kamu bisa langsung mencari buku cerita The Jungle Book karangan Rudyard Kipling. Karena aslinya, kisah dongeng tersebut terdiri daru tujuh bab cerita yang sangat menarik. Dongeng di atas sebenarnya hanyalah satu bab pertama yang diceritakan dalam buku tersebut yang memiliki judul Saudara-Saudara Mowgli. Bab lainnya adalah Perburuan Kaa, Harimau! Harimau!, Singa Laut Putih, Rikki-tikki-tavi, Toomai Bangsa Gajah, dan Para Abdi Yang Mulia Raja.
Perburuan Kaa menceritakan tentang kisah Mowgli yang diculik oleh komplotan monyet bernama Bandar-log. Hingga akhirnya membuat Baloo dan Bagheera meminta tolong seekor ular phyton bernama Kaa untuk menyelamatkan Mowgli.
Sementara Harimau! Harimau! menceritakan tentang kisah Mowgli ketika kembali ke desa manusia dan diadopsi oleh Messua beserta suaminya. Messua percaya bahwa Mowgli merupakan putranya yang dahulu pernah hilang. Sayangnya, Shere Khan datang ke desa manusia berusaha untuk memburunya sehingga Mowgli memutuskan untuk kembali ke hutan.
Selain kedua bab tersebut, empat bab lainnya menceritakan tentang kehidupan hewan-hewan lain yang tinggal di sekitar hutan tempat Mowgli tinggal. Namun, pada cerita-cerita itu, tokoh Mowgli tak lagi disebutkan.
2. Diadaptasi Menjadi Film Animasi dan Live Action
Layaknya cerita dongeng yang menarik lainnya, The Jungle Book pun pada akhirnya diadaptasi menjadi film animasi dan juga live action. Film animasi pertama yang memiliki judul sama seperti buku cerita dongengnya, yaitu The Jungle Book, dirilis pertama kali pada tahun 1967.
Pada film animasi musikal buatan Walt Disney itu, kisahnya masih mengikuti cerita The Jungle Book asli buatan Rudyard Kipling. Luar biasanya, film animasi tersebut mendapatkan banyak respon positif dari pada penonton. Bahkan, bisa dibilang termasuk film animasi Disney dengan pendapatan bersih tertinggi kedua di Amerika dan Kanada.
Dari keberhasilan itu, Walt Disney kemudian merilis film adaptasi live action dari cerita yang sama pada tahun 1994, film The Jungle Book 2 pada tahun 2003, dan film remake live action pada tahun 2016. Ketiga film tersebut juga mendapatkan respon positif dari para penonton.
Pada film The Jungle Book 2, kisahnya mengikuti garis besar dari cerita yang dituliskan pada bab Harimau! Harimau!. Di mana saat itu Mowgli sudah kembali ke desa manusia tapi masih saja diburu oleh Shere Khan yang menyimpan dendam padanya. Bedanya, pada animasi ini, kisahnya berakhir dengan Mowgli masih tetap tinggal bersama keluarga manusianya, tapi diperbolehkan mengunjungi Baloo dan Bagheera di hutan rimba secara rutin.
Sementara film adaptasi live action tahun 1994 dan 2016, masih mengikuti cerita The Jungle Book yang mengisahkan tentang petualangan Mowgli sejak masih bayi hingga akhirnya memutuskan untuk kembali berkumpul dengan para manusia. Meskipun begitu, rupanya tetap saja ada beberapa perbedaan dari kisahnya. Kalau penasaran apa saja bedanya, langsung ditonton saja filmnya, ya!
Penasaran bagaimana cara bisa menonton filmnya? Kalau penasaran, langsung saja cari full movie dari cerita The Jungle Book ini di beberapa aplikasi atau layanan streaming resmi yang menayangkan filmnya.
Kalau mau, kamu bahkan bisa mengajak keponakan atau buah hatimu untuk menonton filmnya bersama-sama. Karena dengan begitu, kisahnya menjadi lebih menarik ketika disimak oleh buah hati tersayang karena digambarkan menggunakan video yang bergerak dan mengandung warna-warna yang menarik.
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng The Jungle Book yang Kami Sediakan di Atas?
Demikianlah cerita Mowgli dalam dongeng The Jungle Book yang telah kami siapkan khusus untukmu. Kisahnya cukup menarik dan mengandung pesan moral yang baik untuk diajarkan pada buah hatimu, kan?
Kalau masih ingin mencari kisah dongeng tentang hewan yang tak kalah menarik lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena di website PosKata ini. Di sini kamu bisa mendapatkan dongeng Peter Rabbit, kisah dua ekor kambing yang tak mau mengalah, atau cerita Beruang dan Lebah Madu.