
Pernahkah kamu membaca tentang boneka pemecah kacang yang mendadak menjadi hidup? Kalau belum, langsung saja simak cerita dongeng Nutcracker yang telah kami siapkan di artikel berikut ini.
Cerita dongeng Nutcracker dan Mouse King adalah kisah yang menarik untuk dibacakan pada buah hati. Belum lagi, kisahnya mengandung pesan moral yang baik dan bisa juga diajarkan pada mereka.
Nutcracker sendiri artinya adalah boneka pemecah kacang. Dan kisahnya di sini menceritakan tentang sang boneka yang bisa bergerak dan berusaha mengalahkan seekor Raja Tikus yang jahat.
Semakin penasaran dengan cerita dongeng Nutcracker? Langsung saja kisahnya dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya di artikel berikut ini. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Nutcracker
Setiap tanggal dua puluh empat Desember, anak-anak dari dr. Stahlbaum tidak diizinkan untuk masuk ke ruang tamu sepanjang hari, apalagi ruang keluarga. Di waktu senja semakin gelap, di salah satu sudut ruang belakang yang sempit, duduklah Fred dan Maria. Saat itu, suasananya terasa sangat mengerikan bagi mereka. Karena seperti biasanya, tak ada sedikit pun cahaya yang masuk ke dalam ruang itu.
Secara perlahan, Fred berbisik kepada adik perempuanya yang masih berusia tujuh tahun bahwa sejak pagi ia mendengar suara. Terkadang, akan ada suara ketukan lembut dari arah ruang keluarga.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki berukuran kecil dan berkulit gelap terlihat berjalan perlahan dari seberang aula menuju ke pintu masuk dengan membawa kotak besar di bawah tangannya. Fred yang melihatnya merasa yakin bahwa lelaki kecil itu tidak lain adalah Ayah Baptis Drosselmeier.
Maria kemudian mengepalkan tangan kecilnya dan bertepuk tangan dengan suka cita seraya berseru, “Ah, kira-kira benda indah apa yang telah dibuatkan oleh Ayah Baptis Drosselmeier untuk kita kali ini, ya?”
Penasihat Drosselmeier atau yang dipanggil juga sebagai Ayah Baptis Drosselmeier sebenarnya bukanlah pria berparas tampan. Tubuhnya terhitung kecil dan kurus dibandingkan laki-laki lain pada umumnya, dengan banyak kerutan di wajahnya. Ia mengenakan penutup mata hitam di mata kanannya dan tidak punya rambut sama sekali di kepalanya. Oleh karena itu, ia sering kali terlihat mengenakan wig berwarna putih yang terbuat dari kaca dengan kualitas baik.
Tentang Ayah Baptis Drosselmeier
Meskipun begitu, Ayah Baptis Drosselmeier adalah seorang pria yang cerdas. Ia sangat memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan jam dinding atau jam tangan, ia bahkan bisa membuat atau memperbaiki jam sendiri. Jadi, jika ada salah satu jam indah di kediaman dr. Stahlbaum yang rusak dan tak bisa lagi berbunyi, Ayah Baptis Drosselmeier lah yang akan datang untuk memperbaikinya.
Kemudian dia akan melepaskan wig kacanya, melepaskan mantelnya yang berwarna kuning kecokelatan, mengenakan celemek biru, dan menusuk jam menggunakan alat yang runcing. Hal itu sedikit membuat Maria kecil merasa khawatir, tapi untungnya hal itu tidak menyebabkan kerusakan pada jam itu, melainkan menjadikannya semakin hidup.
Setiap kali Ayah Baptis Drosselmeier datang, ia selalu membawakan sesuatu yang indah untuk anak-anak dr. Stahlbaum. Terkadang mainan berbentuk pria kecil yang bisa menggerakkan mata dan membungkukkan tubuhnya, di lain waktu ia membawakan kotak yang ketika dibuka akan ada burung kecil yang melompat keluar, dan masih banyak lagi.
Ketika Malam Natal tiba, Ayah Baptis Drosselmeier selalu menyiapkan sebuah karya yang indah untuk mereka. Karya tersebut dibuatnya dengan susah payah dan membuatnya mengalami banyak masalah. Oleh karena itu, nantinya karya-karya tersebut akan disimpan oleh dr. Stahlbaum agar selalu terjaga baik.
Pada malam itu, Fred berpendapat kalau kali ini hadiah dari Godfather Drosselmeier pastilah berupa sebuah kastel. Di mana semua jenis prajurit akan berbaris ke atas dan ke bawah, sementara prajurit lainnya akan datang dan berusaha mendobrak masuk ke dalam kastel itu. Kemudian prajurit yang ada di dalam kastel akan menembakkan meriam mereka dengan gagah berani sampai semua prajurit akhirnya pecah.
Hadiah yang Diinginkan Fred dan Maria
“Tidak, tidak!” teriak Maria menyela Frederic. “Ayah Baptis Drosselmeier telah memberitahuku dia akan membuat taman yang indah dengan danau besar di dalamnya. Di mana angsa-angsa cantik dengan kerah emas di leher mereka berenang seraya menyanyikan lagu-lagu manis. Kemudian akan ada seorang gadis kecil yang datang ke danau dan membujuk angsanya untuk mendekat ke tepi agar ia bisa memberi mereka makan kue-kue marzipan yang manis.”
“Angsa tak pernah makan kue marzipan,” kali ini Fred yang menyela dengan suara agak kasar, “Lagipula tak mungkin Ayah Baptis Drosselmeier membuat seluruh taman itu sendiri. Bagaimanapun juga, kita hanya boleh memiliki sedikit dari mainannya saja; semua mainan itu akan diambil lagi oleh Papa dan Mama. Aku lebih suka hadiah dari Papa dan Mama karena kita boleh menyimpan semuanya, dan boleh melakukan apa saja pada mainan itu.”
Anak-anak itu sekali lagi mulai menebak-nebak kira-kira hadiah apakah yang akan mereka dapatkan. Maria bahkan teringat akan boneka kesayangannya, Madam Trutchen yang sudah cukup tua. Hampir setiap hari boneka itu jatuh ke lantai sehingga meninggalkan bekas luka gores di wajah sang boneka. Belum lagi, pakaiannya sudah tidak lagi bersih.
Di sisi lain, Frederic menyebutkan bahwa mainan kudanya kini memerlukan kandang dan pasukan sudah kekurangan kavaleri. Papanya mengetahui hal itu dengan baik. Ia yakin kalau Ayah Baptis Drosselmeier tidak membawa pasukan kavaleri, Papa pasti akan membelikan hadiah yang mereka inginkan.
Tanpa terasa, saat itu langit sudah menjadi semakin gelap. Frederic dan Maria duduk semakin berdekatan dan tak lagi berani berbicara sepatah kata pun. Di kejauhan, terdengar suara musik merdu.
Hadiah Indah di Bawah Pohon
Tiba-tiba, pintu ruang belakang itu terbuka lebar dan cahaya yang begitu menyilaukan masuk ke dalam ruangan. Hal itu membuat kedua anak itu heboh berteriak kesilauan dan berdiri terpaku di ambang pintu. Namun, rupanya, setelah itu Papa dan Mama masuk ke dalam ruangan dan langsung memegang tangan kedua anaknya.
“Ayo, anak-anakku tersayang, kita lihat apa yang telah dibawakan Natal untuk kalian tahun ini.” Dan dengan ucapan itu, bersama-sama mereka menuju ke ruang keluarga.
“Ah, alangkah indahnya! Betapa indahnya!” seru Maria dengan penuh kebahagiaan ketika melihat banyaknya hadiah yang tersedia. Kedua mata indahnya terlihat bersinar dan ia tak bisa banyak berkata-kata. Frederic sendiri terlihat dua atau tiga kali melompat jauh lebih tinggi daripada biasanya.
Mereka berdua pastilah telah menjadi anak-anak yang baik dan penurut selama satu tahun belakangan ini. Karena pada Malam Natal tahun sebelumnya, mereka belum pernah sekalipun mendapatkan sebegitu banyak mainan indah seperti malam itu.
Belum lagi dengan keindahan pohon cemara yang berdiri tinggi di tengah ruangan dan dihiasi dengan apel emas juga perak. Sementara berbagai macam manisan dan gula-gula tergantung seperti bunga atau kuncup di setiap cabang pohon itu.
Namun, keindahan terbesar dari pohon itu terletak pada cahaya kecil yang berkilauan di tengah dahannya yang gelap. Di mana ratusan lampu kecil menghiasi sehingga terlihat seperti bintang yang menerangi hadiah-hadiah di bawahnya. Lampu itu begitu indah dan bagaikan mata yang ramah, seolah mengundang anak-anak untuk mengambil bunga atau buahnya. Di sekeliling pohon itu terdapat benda-benda yang sangat berkilauan dan berwarna-warni di mana keindahannya tak bisa digambarkan dengan mudah.
Hadiah dari Mama dan Papa
Tanpa menunggu lama, Maria langsung melihat-lihat boneka yang terlihat cantik dengan satu set gelas minum teh dan berbagai perabotan kecil yang indah. Dan yang sangat menarik perhatiannya adalah gaun sutra yang dihiasi dengan pita-pita manis dan tergantung di bingkai di depan matanya.
Hal itu tentunya langsung membuat Maria semakin kegirangan. Secara berulang ia terus saja berseru dengan penuh semangat, “Ah, rok yang sangat manis! Bolehkah aku mengenakannya sekarang? Ya? Ya, bolehkah Mama? Apa benar gaun ini untukku?”
Sementara itu, Fred sibuk berlari mengelilingi ruangan sebanyak tiga atau empat kali. Mencoba kuda-kudaan barunya yang ia temukan sedang diikat dengan tali kekang ke meja. Ia sempat menyebutkan tentang kuda itu adalah binatang liar, tapi tak masalah baginya karena ia pasti akan segera menjinakkannya.
Kemudian ia meninjau prajurit berkuda barunya yang terlihat sangat elegan dalam seragam berwarna merah dan emas. Setiap prajuritnya terlihat membawa sebuah senjata perak dan menunggangi kuda yang bersinar terang.
Setelah puas melihat hadiah yang mereka dapatkan, Frederic dan Maria kemudian menghabiskan malam dengan melihat buku bergambar yang tergeletak di atas meja. Di dalam buku itu tergambar berbagai jenis bunga yang indah, orang-orang berpakaian warna-warni, dan anak-anak laki-laki juga perempuan yang sedang asyik bermain.
Ketika sedang asyik mewarnai, mendadak terdengar suara bel dari luar rumah. Kedua anak itu sudah mengetahui bahwa itu adalah Ayah Baptis Drosselmeier yang datang untuk membawakan hadiah Natalnya untuk mereka. Dengan sigap mereka langsung berlari menuju ke jendela dan menyibakkan korden yang membentang dari lantai hingga ke langit-langit.
Miniatur Kastel yang Indah
Di balik korden tersebut, kedua anak itu bisa melihat padang rumput hijau yang dipenuhi dengan bunga. Di atasnya, berdirilah kastel yang dihiasi banyak jendela kaca bening dan menara emas.
Sebuah jam musik mulai berputar dan terdengar suaranya dari dalam kastel kecil itu. Ketika pintu-pintu dan jendelanya terbuka, ada banyak pria dan wanita berukuran kecil yang mengenakan topi berbulu dan gaun panjang terlihat berjalan-jalan di dalam aula.
Di aula tengah, terlihat ada banyak lilin kecil yang menyala di atas lampu gantung berwarna perak. Anak-anak yang mengenakan rok putih dengan mantel hijau terlihat tengah menari mengikuti alunan musik. Seorang pria yang mengenakan jubah berwarna hijau zamrud sesekali mengeluarkan kepalanya dari jendela, melambaikan tangannya, dan kembali masuk ke dalam. Sama seperti yang biasanya dilakukan oleh Ayah Baptis Drosselmeier.
Miniatur itu terlihat sangat kecil sekali dan berukuran tidak lebih besar dari ibu jari Papa. Sesekali ia keluar dari pintu kastel, melihat ke sekelilingnya, dan kembali masuk ke dalam.
Fred yang menatap kastel indah itu dengan tangan bertumpu di pinggir jendela kemudian berdiri. “Ayah Baptis Drosselmeier,” panggil Fred dengan suara kencang, “Izinkan aku masuk ke kastelmu.”
Ayah Baptis Drosselmeier menanggapi ucapan itu dengan berkata bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Karena bagaimanapun juga, tinggi atap kastelnya sendiri tidak sampai setinggi Fred. Meskipun begitu, tetap saja si anak laki-laki itu tidak patah semangat. Ia tetap saja meminta beberapa hal pada sang Ayah Baptis.
Di antaranya adalah meminta versi miniatur Ayah Baptis untuk keluar dari pintu yang berbeda, meminta pria yang berbaju hijau berjalan di dalam istana, atau membiarkannya melihat lebih dekat. Sayangnya, semua permintaan itu tidak bisa dilakukan oleh Godfather Drosselmeier karena semua mainan itu dibuat dengan sebuath mekanisme yang tak bisa diubah dengan mudah.
Baca juga: Cerita Dongeng Momotaro dari Jepang, Kisah Keberanian Pemuda Persik dalam Melawan Kejahatan
Ibu Membuat Ayah Baptis Kembali Ceria
Hal itu membuat Frederic merasa sangat kecewa dan kesal. Ia pun menolak untuk menonton kelanjutannya. Ia beranggapan kalau mainan itu tidak bagus karena tidak bisa melakukan hal yang berbeda, Dibandingkan mainan itu, ia lebih senang jika diberi prajurit yang bisa bergerak maju mundur seperti yang ia inginkan.
Sesudahnya, ia langsung beranjak dari duduknya dan beralih pada pasukannya di atas kuda-kuda perak. Dengan sesuka hati ia membuat pasukan itu berlari, menyerang, dan menembak.
Adiknya, Maria pun mengikuti langkah sang kakak dengan perlahan dan lembut. Ia beralasan karena merasa lelah berjalan dan menari di antara boneka-boneka yang ada di kastel.
Respon dari Fred dan Maria membuat Ayah Baptis Drosselmeier merasa muram. Ia pun kemudian berbicara kepada orang tua kedua bocah itu, “Aku sebenarnya membuat karya ini bukanlah untuk anak-anak yang tidak memahami karya seni. Kalau begini lebih baik aku membungkusnya kembali dan membawanya pulang.”
Namun, dengan kelembutan hati, ibunda meminta pada Ayah Baptis Drosselmeier untuk memperlihatkan bagian dalam kastelnya. Ia juga menunjukkan kekaguman pada struktur bagian dalamnya dan juga mekanika untuk membuat boneka itu kembali bergerak.
Untungnya, sikap itu membuat Ayah Baptis Drosselmeier kembali menyatukan mainan itu dan kembali ceria. Ia bahkan memberikan beberapa mainan dan cokelat dengn aroma manis pada anak-anak dr. Stahlbbaum.
Kemudian, Maria dan adik perempuannya yang bernama Louise mengenakan gaun indah hadiahnya. Dengan penuh kebahagiaan, Maria menari mengelilingi adiknya yang masih bayi seolah ingin memamerkan gaun indahnya pada semua orang.
Pertemuan Pertama dengan Boneka Pemecah Kacang
Sebenarnya, Maria sama sekali belum ingin berpisah dengan meja yang penuh dengan hadiah Natal itu. Alasannya karena ia masih belum bisa menemukan apa yang paling ia ingikan. Mendadak, ia tertarik pada sesosok pria kecil yang ada di barisan kavaleri milik Fred.
Prajurit itu terlihat menarik dengan jaket berwarna ungu yang yang indah, pantalon dengan warna yang sama, dan sepatu bots yang rapi. Semakin lama Maria memperhatikan pria kecil itu, gadis kecil itu semakin tertarik dengan ekspresi ramah pada wajah prajurit itu.
Meskipun begitu, tetap saja ada banyak hal yang tidak biasa dari prajurit itu. Di antaranya badannya agak panjang dan besar dibandingkan kaki kecilnya dan kepalanya terlalu besar. Mantelnya terlihat begitu sempit dan terlihat seperti kayu, kemudian prajurit itu juga memakai topi seorang tukang kayu. Ditambah, ada jenggot putih seputih kapas di dagunya.
“Ah, Ayah tersayang,” seru Maria dengan lembut, “Milik siapakah pria kecil menawan yang ada di dekat pohon itu?”
“Pria kecil itu akan bekerja keras untuk kalian semua, anakku,” jawab sang ayah. “Dia bisa memecahkan kacang yang sekeras apa pun menggunakan giginya. Dan dia adalah milikmu, Louise, dan juga Fred.” Setelah mengucapkan itu, sang ayah mengambil pria kecil itu dengan hati-hati.
Kemudian, dr Stahlbaum mengangkat jubah kayunya. Sang pria kecil itu menunjukkan bagaimana mulutnya bisa terbuka lebar dan menunjukkan dua baris gigi yang sangat tajam dan berwarna putih.
Dengan perintah ayahnya, Maria memasukkan sebiji kacang di antara dua gigi itu, dan—Krak! Retak—gigi pria kecil itu menggigit kacangnya hingga kulitnya terlepas. Maria kemudian menangkap biji yang manis itu di tangannya. Berdasarkan penjelasan sang ayah, Maria kini tahu bahwa pria mungil itu merupakan seorang Nutcracker atau boneka pemecah kacang.
Fred Merusak Boneka Pemecah Kacang
Kebahagiaan Maria semakin bertambah ketika dr. Stahlbaum memintanya untuk melindungi dan mengawasi boneka pemecah kacang itu. Namun, Maria harus ingat bahwa Louise dan Fred juga diperbolehkan untuk menggunakan boneka itu sesering mungkin.
Dengan segera Maria langsung memeluk boneka itu dan membuatnya memecahkan kacang-kacang kecil. Tujuannya agar pria kecil itu tidak membuka mulutnya terlalu lebar dan bekerja telralu keras.
Louise yang masih belum terlalu memahami apa-apa pun hanya duduk di samping kakak perempuannya dan melihat boneka itu memecahkan kacang. Sementara Fred yang baru saja merasa lelah menunggangi kuda kemudian melompat mendekat ketika mendengar suara retakan kacang yang nyaring.
Ketika melihat lelaki kecil itu, Fred tertawa terbahak-bahak karena merasa geli melihat proses pemecahan kacang itu. Meskipun begitu, tetap saja ia merasa penasaran dan meminta pada Maria untuk mencobanya.
Tidak seperti Maria yang hanya memecahkan kacang-kacang berukuran kecil, Fred justru memasukkan kacang-kacang yang berukuran besar dan paling keras. Sehingga pada akhirnnya tiga gigi kecil terlepas dan keluar dari rahang bawah boneka itu.
“Ah, boneka pemecah kacang kesayanganku!” pekik Maria seraya merebut bonekanya kembali dari tangan Fred.
“Pria kecil yang aneh dan bodoh!” ucap Fred, “Katanya dia adalah pemecah kacang tapi tidak memiliki gigi yang kuat. Berikan dia padaku, Maria! Aku akan membuatnya memecahkan kacang untukku sampai rahangnya hancur dan semua giginya lepas. Dengan begitu, ia tak akan berguna lagi!”
“Tidak mau!” bentak Maria seraya menangis. “Kau tidak boleh memainkan boneka pemecah kacang kesayanganku ini! Lihat betapa sedih wajahnya saat menatapku karena mulutnya terluka! Kau benar-benar orang yang berhati keras. Kau selalu memukul kudamu dan membiarkan salah satu tentaramu menembak dirinya sendiri!”
Baca juga: Cerita 12 Putri Menari Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Para Putri Raja yang Menari dengan Misterius
Kesedihan dan Kekesalan Maria
“Memang seharusnya begitulah cara bermain yang baik. Kau saja yang tidak tahu bagaimana cara bermainnya!” jawab Fred dengan suara tidak kalah kencang, “Berikan boneka itu padaku! Tidak ingatkah kau pada ucapan Ayah kalau Nutcracker itu juga milikku?”
Ucapan itu membuat Maria menangis dengan kencang kemudian membungkus boneka pemecah kacang itu menggunakan sapu tangan. Pasangan suami istri Stahlbaum bersama Ayah Baptis Drosselmeier kemudian datang.
Awalnya, Ayah Baptis Drosselmeier berusaha membela Fred dan menyuruh Maria berbagi. Namun, dr. Stahlbaum berkata kalau tanggung jawab untuk menjaga boneka pemecah kacang itu sudah ia berikan kepada Maria. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa membantah pilihan yang dibuat oleh gadis itu. Lagipula, Fred seharusnya dihukum karena mengetahui tentara yang terluka tidak bisa masuk ke dalam barisan.
Ucapan sang Ayah membuat Fred sangat malu. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung pergi ke sisi lain meja dan bermain dengan sebagian pasukannya yang ia tempatkan di sana.
Setelah membalut rahang boneka pemecah kacang dengan perban putih yang terbuat dari pita gaunnya, Maria kemudian berusaha mencari gigi sang boneka yang hilang. Ia memperlakukan boneka itu dengan penuh hati-hati, memeluk dan menimangnya seperti bayi di lengannya.
Ia tak melepaskan boneka itu sama sekali. Bahkan ketika ia sedang melihat-lihat gambar di sebuah buku bergambar yang terletak di antara hadiah-hadiah Natal lainnya.
Bibir gadis berusia tujuh tahun itu merengut ketika Ayah Baptis Drosselmeier menertawakannya karena ia menyukai mainan yang jelek itu. Mendadak, ia kembali memikirkan adakah kemiripan dari boneka pemecah kacang itu dengan ayah baptisnya.
“Ayah Baptis Drosselmeier tersayang,” ucap Maria kemudian dengan nada sangat serius. “Siapa tahu kalau kau mengenakan pakaian yang sama seperti boneka pemecah kacang ini dan juga sepatu bot yang indah, kau juga bisa terlihat tampan sepertinya!”
Menyimpan Mainan di Lemari Kaca Besar
Sesudahnya, Maria sama sekali tidak memahami kenapa orang tuanya tertawa terbahak-bahak dan wajah Ayah Baptis Drosselmeier begitu merona merah dan sama sekali tak tertawa seperti sebelumnya.
Di sisi sebelah kiri ruang tengah rumah dr Stahlbaum, terdapat sebuah lemari kaca besar yang menempel di dinding. Di dalamnya, tersimpan semua benda-benda indah dan mainan yang didapatkan Fred, Maria, dan Louise setiap tahunnya. Lemari itu didapatkan sang ayah dari pengrajin yang terampil sewaktu Louise masih bayi. Istri dr. Stahlbaum meletakkan dan mengatur semua benda yang ada di dalam kaca itu dengan baik sehingga bisa terlihat cantik dan cerah ketika dilihat.
Di bagian paling atas lemari yang tak bisa dijangkau oleh Maria dan Fred, terdapat semua hasil karya dari Ayah Baptis Drosselmeier. Tepat di bawahnya adalah buku-buku bergambar, kemudian dua rak di bagian bawahnya dipenuhi dengan berbagai macam benda kesukaan Maria dan Fred.
Biasanya, Maria akan meletakkan rumah-rumahan bonekanya di rak paling bawah. Sementara Fred akan menempatkan pasukan mainannya tepat di rak atasnya.
Begitu pula dengan hari ini. Fred langsung meletakkan pasukannya di rak miliknya. Sementara Maria menggeserkan Madam Trutchen kemudian menyimpannya ke dalam kamar boneka yang baru, yang telah didekorasi sedemikian rupa dengan cantik seolah sedang minum teh bersama. Kemudian dia akan meletakkan boneka barunya yang bernama Miss Clarchen di samping Madam Trutchen.
Malam sudah semakin larut dan Ayah Baptis Drosselmeier sudah pulang sedari tadi. Dr. Stahlbaum pun langsung menyuruh anak-anak itu segera beranjak dari lemari kaca dan pergi ke tempat tidur.
Maria Ingin Bermain Lebih Lama
Namun, Maria yang masih ingin menata mainan-mainannya di rumah bonekanya yang baru memohon dengan penuh kesungguhan untuk tidak buru-buru tidur. Maria sebenarnya merupakan seorang anak yang baik dan bijaksana. Kedua orang tuanya bisa saja meninggalkan Maria dengan mainanya tanpa khawatir.
Meskipun begitu, sang ibunda tetap saja kepikiran kalau putrinya itu terlalu asyik bermain dengan boneka-boneka barunya sampai lupa mematikan cahaya yang ada di sekeliling lemari kacanya. Oleh karena itu, sang ibunda pun mematikan semua cahaya dan menyisakan satu lampu yang tergantung di tengah kamar.
“Kalau sudah selesai, segeralah masuk ke kamarmu, Maria sayang. Agar besok pagi kau bis bangun dengan tepat waktu,” ucap ibunda diikuti langkah kaki menuju ke kamar tidurnya sendiri.
Setelah itu, Maria kembali fokus pada boneka pemecah kacang yang masih terbalut sapu tangan. Ia meletakkannya dengan sangat hati-hati di atas meja dan membuka balutan sapu tangan itu dengan perlahan untuk mengecek lukanya.
“Oh, boneka pemecah kacang yang malang,” ucap Maria dengan lembut, “Semoga kau tidak marah kepada Fred yang telah melukaimu. Karena sesungguhnya dita tidak bermaksud seperti itu. Sebenarnya dia adalah anak laki-laki yang baik, tapi hatinya menjadi sedikit keras karepa pengaruh dari prajurit-prajurit mainannya.”
Sesudahnya, ia melanjutkan lagi ucapannya, “Sekarang aku akan merawatmu dengan perlahan sampai kau menjadi sehat dan bahagia lagi. Aku juga akan memasang gigi-gigimu, memperbaiki bahumu. Namun, karena aku bukanlah Ayah Baptis Drosselmeier yang mengetahui bagaimana caranya…”
Ucapan gadis berusia tujuh tahun itu terhenti ketika ia melihat boneka di hadapannya mendadak mengerutkan bibirnya saat Maria menyebut nama sang ayah baptis. Ketika Maria mengucek matanya untuk meyakinkan apa yang dia lihat, mendadak wajah boneka itu sudah kembali tersenyum sayu seperti sebelumnya.
Maria Menidurkan Boneka Pemecah Kacang
Saat itu, Maria merasa kalau mungkin saja hal itu hanyalah efek sinar dari luar rumah yang mengenai wajah si boneka pemecah kacang sehingga membuatnya terlihat aneh. Ia sangat mempercayai hal itu karena tidak mungkin sebuah boneka kayu bisa mengubah ekspresi wajahnya. Bagaimanapun juga, Maria bukanlah seorang gadis yang bodoh.
Meskipun begitu, Maria tak bisa memungkiri bahwa ia sangat menyayangi bonekanya yang terlihat aneh itu. Bahkan, ia sampai meminta izin pada bonekanya yang lain, Miss Clarchen untuk memberikan tempat tidurnya pada boneka pemecah kacangnya yang sedang sakit dan terluka.
Sayangnya, Miss Clarchen yang mengenakan pakaian Natal berkilauan itu terlihat sangat angkuh dan tidak mengucapkan apa pun. Tetap saja sesudahnya Maria merapikan tempat tidur milik Miss Clarchen, meletakkan Nutcracker secara perlahan di atasnya, kemudian membalutnya dengan pita yang cantik sekaligus penyangga untuk luka di bahunya.
Setelah menarik selimut ke tubuh Nutcracker sampai menutupi ke hidungnya, Maria memindahkan tempat tidur itu ke rak di atasnya, di samping desa buatan yang indah dan dihuni oleh pasukan berbaris milik Fred. Ia merasa kalau boneka pemecah kacang itu tidak seharusnya tidur di dekat Miss Clarchen yang sombong.
Sesudahnya, barulah Maria mengunci lemari itu dan berniat untuk pergi ke kamarnya. Namun, mendadak ia mendengar suara bisikan di belakang kursi, di belakang perapian, dan di belakang lemari.
Penunjuk di jam dinding terdengar berputar dengan semakin keras tapi tidak berdetak sama sekali. Ketika Maria mendongakkan kepalanya, di atas jam dinding itu berdiri seekor burung hantu yang sayapnya begitu panjang hingga menutupi jamnya. Kepalanya jelek dan paruhnya bengkok.
Anehnya, dari mulutnya terdengar dengkuran dan kata-kata:
“Jam, jam, jam, semua mendengkurlah dengan pelan. Raja Tikus memiliki pendengaran yang tajam, purrpurr, pum pum. Bernyanyilah, nyanyikanlah sebuah lagu klasik. Purrpurr, pum pum pukul lonceng yang kecil. Pukullah, segera lakukanlah!
Baca juga: Dongeng Rumpelstiltskin dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Kurcaci yang Bisa Mengabulkan Segala Keinginan
Kemunculan Para Tikus
Sesudahnya, terdengar suara parau pum pum yang membosankan sebanyak dua belas kali. Hal itu membuat Maria merasa sangat kesal. Ia baru saja akan melarikan diri ketika menyadari kalau yang duduk di atas jam dinding itu bukanlah burung hantu, melainkan Ayah Baptis Drosselmeier dengan mantel kuningnya yang menggantung di kedua sisinya seperti sayap.
Maria pun kemudian bangkit dari duduknya dan berteriak dengan penuh tenaga, “Ayah Baptis Drosselmeier! Ayah Baptis Drosselmeier! Apa yang sedang kau lakukan di atas sana? Segeralah turun dan jangan menakut-nakutiku dengan jahat seperti itu, Ayah Baptis Drosselmeier!”
Namun, mendadak terdengar suara tawa dan cicit di sekitar Maria, diikuti dengan suara seribu kaki kecil yang berlari di balik dinding. Dari celah-celah papan lantai kayu, terlihat mata-mata kecil yang berkilauan bagaikan lampu-lampu kecil.
Maria akhirnya menyadari bahwa itu adalah sekelompok tikus yang sedang mengintip. Mendadak, sekelompok tikus kecil dan berbulu tebal maju mundur kemudian berdiri dalam barisan, sama seperti yang biasanya dilakukan Fred pada pasukannya sebelum berperang.
Menariknya, tidak seperti anak kecil lain pada umumnya yang akan merasa jijik pada tikus, Maria justru menganggap hewan kecil berbulu itu lucu. Padahal, setelahnya, tikus-tikus itu mulai bersiul dengan nada yang mengerikan dan tajam, hingga punggung Marie terasa seperti sedingin es.
Normalnya, anak-anak lain seusianya poasti akan langsung lari dan melompat ke tempat tidur dengan cepat lalu menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Namun, Maria yang malang tak bisa melakukan hal itu. Karena di depan kakinya mendadak muncul pasir, kapur, dan pecahan batu bata dari bawah tanah yang menyembur ke atas.
Suara dari Dalam Lemari
Tak hanya itu, sesudahnya juga muncul tujuh kepala tikus yang mengenakan tujuh mahkota berkilauan. Dari bibir mereka terdengar suara desisan dan cicitan yang mengerikan. Segera sesudahnya, tubuh tikus yang menopang tujuh kepala itu keluar.
Hal itu membuat seluruh pasukan tikus langsung bersorak-sorai lalu menjerit keras sebanyak tiga kali. Kemudian, mereka mulai bergerak sekaligus dan berderap ke arah lemari, nyaris melewati Maria yang masih saja berdiri di dekat pintu kaca dari lemari itu.
Pada akhirnya, Maria pun merasa takut dan ngeri hingga jantungnya terasa berdetak dengan sangat kencang dan darahnya seolah berhenti mengalir. Gadis tujuh tahun itu sampai merasa kalau jantungnya bisa sewaktu-waktu melompat keluar dari dadanya dan ia bisa saja mati seketika.
Dengan setengah sadar, tubuh mungil Maria terhuyung ke belakang. Mendadak, terdengar suara denting dan pecahan kaca yang terjatuh setelah terbentur sikunya. Si kecil Maria bisa merasakan rasa sakit yang menusuk tajam di lengan kirinya.
Meskipun begitu, kini hatinya terasa lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Alasannya karena ketika ia melihat ke sekelilingnya, ia tak lagi melihat kerumunan tikus-tikus atau mendengar suara desisan dan juga jeritan.
Maria yakin kalau tikus-tikus itu pasti terkejut akan suara kaca pecah tadi dan kembali masuk ke dalam lubang mereka. Namun, belum selesai rasa tenang itu, mendadak terdengar suara gemuruh aneh dari dalam lemari. Suara itu diikuti dengan bisikan yang mengajak untuk segera bangun dari tidur dan bertempur.
Ketika mendengar suara denting yang harmonis dan cantik, Maria langsung memekik pelan dengan penuh kegembiraan dan melompat ke samping, “Oh, itu kan lonceng kecilku!”
Kebaikan Hati Miss Clarchen
Maria kemudian melihat lonceng miliknya terlihat sangat berkilauan di dalam lemari. Di sekitar lonceng itu, beberapa boneka kecil tampak kebingungan dan berlarian dengan tangan-tangan kecil mereka melambai ke udara.
Mendadak, boneka pemecah kacang bangkit, melemparkan selimutnya, dan melompat dari tidurnya. Ia pun kemudian berteriak dengan keras, “Knak knak knak! Benar-benar tikus yang bodoh. Tikus-tikus yang sangat bodoh!”
Nutcracker kemudian menarik pedang kecilnya dan mengayunkannya ke udara seraya kembali berteriak, “Wahai para pengikutku, teman-teman, dan juga saudara-saudaraku terkasih! Bersediakah kalian membantuku dalam perjuangan yang tak mudah ini?”
Sesudahnya, tiga Scaramouche (boneka badut), satu komedian Venezia yang mengenakan celana pantalon, empat penyapu cerobong, dua pemain kecapi, dan seorang penabuh drum berteriak dengan keras. “Tentu saja kami bersedia, Tuan! Bersama Anda, kami siap menghadapi kematian, kemenangan, dan juga pertempuran!”
Segera setelah mengucapkan itu, mereka melompat dari rak atas dengan penuh antusias dan keberanian. Untungnya, para boneka itu terbuat dari kapas dan sekam sehingga ketika sampai di bawah, mereka jatuh dengan halus seperti halnya gumpalan wol.
Namun, Nutcracker adalah boneka yang terbuat dari kayu. Jika ia memaksakan diri untuk melompat menggunakan kedua kakinya, bisa dipastikan tangan dan kakinya akan langsung patah.
Untungnya, Miss Clarchen bangkit dari sofanya sehingga bisa mengulurkan kedua lengannya untuk menangkap boneka pemecah kacang yang terjun melompat sembari menghunuskan pedangnya.
“Oh, Miss Clarchen yang baik hatinya!” seru Maria dengan semangat. “Betapa aku telah keliru menilaimu sebelumnya. Kini aku yakin kau tadi pasti bersedia menyerahkan ranjangmu kepada Nutcracker dengan senang hati!”
Para Prajurit Boneka Bersiap Perang
Mendadak, Miss Clarchen terlihat merangkul boneka pemecah kacang dan berbicara dengan suara lembut. “Tuanku, kau ini masih terluka dan sakit. Kumohon jangan ikut pergi ke medan pertempuran. Aku yakin anak buahmu yang pemberani dan siap bertempur itu pasti akan bisa memenangkan pertempuran ini. Lebih baik Anda beristirahat dahulu di pelukanku atau menonton kemenanganmu dari pinggir topiku!”
Namun, boneka pemecah kacang itu menolak untuk tinggal diam. Ia bahkan terus bergerak dan menendang hingga Miss Clarchen terpaksa harus menurunkannya. Sesudahnya, sang boneka pemecah kacang itu berlutut dengan satu kaki dan meminta izin untuk berangkat berperang.
Miss Clarchen sendiri membungkukkan tubuhnya untuk meraih lengan Nutcracker dan mengangkatnya dengan lembut. Kemudian, Miss Clarchen melepaskan sabuk kain berpayetnya dan berusaha memakaikannya sebagai jubah Nutcracker.
Belum sempat jubah itu terpasang, sang boneka pemecah kacang langsung memundurkan langkahnya dan langsung melompat selihai burung melewati pinggiran rak terbawah lalu menjejak lantai. Ketika boneka pemecah kacang itu sampai di bawah, cicitan dan pekikan kembali terdengar dengan kencang. Rupanya, di bawah meja besar sudah ada pasukan tikus mematikan yang menunggu. Di antara pasukan itu, menjulanglah tikus besar yang memiliki tujuh kepala.
Tanpa menunggu lama, boneka pemecah kacang langsung berseru dengan lantang agar para penabuh drum memainkan mars peperangan. Dan seketika itu juga penabuh drum menabuhkan drum dan genderangnya dengan sangat kuat. Hal itu sampai membuat kaca lemari bergetar dan menggemakan suaranya.
Kemudian, dari dalam lemari juga terdengar bunyi derak yang rupanya berasal dari tutup-tutup kotak tempat Fred menyimpan pasukannya yang terbuka. Dari dalam kotak itu, keluarlah para prajurit yang langsung membentuk barisan di rak terbawah.
Pertempuran Habis-Habisan
Nutcracker sendiri terlihat sibuk berlari ke sana dan kemari seraya menyerukan kata-kata penyemangat pada pasukannya. Ia juga memerintahkan komedian Venezia untuk bersiul kencang dan memimpin pasukan kavaleri dan artileri. Alasannya karena saat itu anjing peniup terompet tak bisa bergerak. Untungnya, suara siulan sang komedian bisa menyerupai bunyi seratus terompet.
Suara siulan itu kemudian diikuti dengan bunyi ringkikan dan derap kaki kuda dari dalam lemari. Ketika Maria mengintip ke dalam lemari, ia menemukan pasukan kavaleri yang mengenakan jubah baja dan membawa bendera melompat turun dari rak. Kemudian, mereka berderap melintasi lantai dan membentuk barisan yang rapi.
Selain itu, ada juga meriam-meriam milik Fred yang maju ke garda terdepan. Para meriam itu menembakkan bola-bola gula kecil yang ukurannya tak lebih besar daripada kacang polong. Bola-bola itu akan meledak dan membuat para tikus diselimuti dengan gula tepung. Meskipun bola itu tidak menyakitkan, tapi setidaknya bisa membuat para tikus menciutkan semangatnya.
Di atas kursi pendek milik ibu terdapat senapan-senapan berat artileri. Senapan-senapan itu menembakkan biji-biji lada yang bisa langsung melumpuhkan banyak tikus.
Meskipun sudah berusaha keras, tapi tetap saja para pasukan tikus terus maju dan mengambil alih beberapa meriam. Mendadak, ada begitu banyak eributan, asap, dan debu, hingga Maria tak lagi paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. Satu-satunya yang ia ketahui hanyalah, kedua belah pihak kini sedang bertempur habis-habisan. Terkadang, pasukan mainan terlihat jauh lebih unggul, tapi sesekali, pasukan tikus terlihat yang akan menang.
Kekhawatiran Miss Clarchen dan Madam Trutchen
Namun, bukannya berkurang, jumlah pasukan tikus itu justru semakin bertambah. Peluru-peluru kecil yang mereka tembakkan dengan lihai kini mulai mengenai bagian depan dari lemari kaca.
Miss Clarchen dan Madam Trutchen terlihat berjalan mondar mandir dengan penuh kecemasan di dalam lemari. “Apakah aku, sang boneka tercantik ini, akan tewas di saat keremajaanku sedang mekar-mekarnya?” tanya Miss Clarchen.
“Apakah aku terlalu menjaga diriku sendiri sampai harus tewas di kediamanku sendiri? gantian Madam Trutchen yang bertanya.
Mereka berdua kemudian saling berpelukan dan menangis kencang. Sampai-sampai suara mereka mengalahkan suara pertempuran yang ada di luar. Padahal, pertempuran yang terjadi di luar lemari itu terjadi dengan begitu kencang. Meriam meledak dan berdentang, sementara senapan-senapan kecil menembak.
Terdengar juga suara cicit Raja Tikus dan pasukannya yang dibalas dengan seruan perintah Nutcracker yang memberikan perintah di antara suara meriam. Sang komedian memimpin serangan pasukan kavaleri dengan penuh gagah berani. Namun, pasukan artileri tikus terus saja menembak pasukan Frederic dengan bola-bola bau yang meninggalkan noda di jaket merah mereka. Serangan itu membuat para pasukan kavaleri itu kehilangan tekad untuk maju.
Sang komedian kemudian memerintahkan pasukannya untuk berbalik kiri. Karena terlalu bersemangat memberikan perintah, sang komedian ikut-ikutan berbalik kiri. Sehingga, pada akhirnya mereka semua justru berderap berbalik ke kiri dan pulang.
Hal itu rupanya membuat senapan yang ada di kursi pendek kini tidak terlindungi. Gerombolan tikus yang buruk rupa itu pun langsung saja datang mendekat untuk menjungkirkan segalanya, termasuk kursi, senapan, dan juga para pasukan penembak.
Pasukan Kiri yang Masih Bertahan
Nutcracker yang melihat hal itu langsung merasa cemas dan memerintahkan pasukan kanan untuk mundur. Bagi mereka yang sudah pernah memimpin pasukan pertempuran pasti mengetahui bahwa perintah mundur itu tak ada bedanya dengan melarikan diri.
Untungnya, pasukan kiri Nutcracker masih tempur dengan baik. Sehingga masih ada harapan bagi para prajurit dan juga sang jenderal. Ketika pertempurannya semakin memburuk, pasukan kavaleri para tikus yang diam-diam menunggu di bawah meja tulis langsung menyerang pasukan kiri Nutcracker seraya mencicit dan memekik dengan suara mengerikan. Namun, mereka harus menghadapi pertahanan yang sangat hebat.
Perlahan, karena mengetahui kalau lahan di pinggir lemari itu sangat sulit, para pengibar bendera di bawah komando dua kaisar Tiongkok kemudian bergerak membentuk bujur sangkar. Pasukan yang pemberani dengan berbagai warna dan luar biasa itu terdiri dari para tukang kebun, bangsa Alpen, bangsa Tungus, kaum Barbar, para badut, dan bebeapa hewan buas yang bertempur dengan tenang dan penuh keberanian.
Bisa dibilang, batalion elite yang memiliki keberanian tinggi itu mungkin saja langsung meraih kemenangan dari tangan musuh, jika saja kapten tikus tidak menggigit kepala salah satu dari kaisar Tiongkok. Belum lagi, tikus yang sama juga berhasil mengalahkan dua orang Tuns dan seekor monyet sebelum akhirnya tumbang.
Setidaknya, hal itu berhasil menciptakan celah yang bisa dimasuki oleh musuh. Dan langsung saja, seluruh anggota batalion mulai digigiti. Namun, rupanya keuntungan yang didapatkan oleh pasukan musuh dari peristiwa itu hanyalah sedikit. Karena tanpa sengaja, beberapa tikus yang terlalu bersemangat menggigiti lawannya dengan kejam, tanpa sengaja menggigit secarik kertas label hingga tersangkut di tenggorokannya dan membuatnya tercekik hingga tewas.
Kedatangan Pasukan Cadangan
Terlepas dari semua itu, bagi pasukan Nutcracker kondisi pertempurannya justru terlihat semakin memburuk. Setelah mundur, mereka justru mundur semakin jauh hingga kehilangan semakin banyak anggota pasukan. Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah satu kelompok kecil yang tersudut di pinggir lemari.
“Segera panggil pasukan cadangan!” teriak Nutcracker. “Komedian! Scaramouche! Penabuh drum! Di mana kalian?” Jauh di dalam hati Nutcracker, ia berharap ada pasukan baru yang muncul membantunya dari dalam kaca.
Mendadak, beberapa pria dan wanita yang wajahnya keemasan dan mengenakan topi atau helm muncul. Namun, mereka terlihat menggunakan pedang dengan canggung. Sehingga bisa dibilang kedatangan mereka tidak memberikan bantuan yang berarti. Lagipula, satu-satunya yang berhasil mereka jatuhkan adalah topi milik Jenderal Nutcracker.
Para prajurit musuh langsung menggigit kaki mereka hingga lepas. Kemudian ketika terjatuh, mereka langsung melumpuhkan beberapa prajurit Nutcracker.
Pasukan musuh benar-benar terus maju dan membuatnya tak memiliki peluang untuk melarikan diri. Nutcracker baru saja berniat untuk melompat ke pinggiran lemari. Sayangnya kakinya terlalu pendek. Miss Clarchen dan Madam Trutchen yang ada di dalam lemari tak bisa menolong karena keduanya sama-sama pingsan.
Pasukan kavaleri yang berjubah baja mendadak melompat melewati Nutcracker dan masuk ke dalam lemari. Dengan penuh keputusasaan ia berseru, “Kuda! Kuda! Kini kerajaanku tumbang karena seekor kuda!”
Di waktu yang bersamaan, dua penembak musuh mearih jubah kayu Nutcracker kemudian memeganginya kuat-kuat. Kemudian, sembari mencicit penuh kegembiraan, Raja Tikus melompat maju untuk menghabisi Nutcracker.
Maria Jatuh Sakit
Maria sama sekali tak bisa menahan dirinya lagi. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melepaskan sepatu kirinya lalu melemparkan dengan sekuat tenaga ke arah pasukan tikut yang terlihat paling ramai dan berkerumun, yaitu pasukan yang mengelilingi rajanya.
Tepat setelah melemparkan sepatunya, mendadak Maria merasakan pandangannya menjadi kabur. Ia merasakan ada rasa sakit yang menusuk di lengannya. Sebelum sempat mengecek, Maria langsung jatuh pingsan ke lantai.
Tak berapa lama kemudian Maria mendapati dirinya terbangun di ranjangnya sendiri. Saat itu, matahari terlihat bersinar terang menerobos jendela dan membuat embun beku di kaca berkerlip penuh kilau. Ketika membuka mata, yang pertama ia lihat adalah wajah dr. Wendelstern, seorang ahli bedah.
Ketika ibunya mendekat dengan wajah khawatir, Maria langsung menanyakan tentang kabar Nutcracker dan sudahkah tikus-tikusnya pergi. Namun, yang Maria dapatkan justru omelan dari ibundanya. Maria dianggap sebagai anak nakal yang terus saja bermain sampai kelelahan dan mungkin ketakutan karena melihat tikus sampai akhirnya menabrak kaca. Untung saja dr. Wendelstern berhasil mencabut pecahan kaca dari lengan si gadis tujuh tahun itu. Belum lagi, semua mainan, kue jahe, dan bendera yang patah berserakan di seluruh ruangan.
Maria berusaha membela diri dengan menceritakan tentang peperangan yang terjadi antara pasukan boneka dan tikus. Untungnya, dr. Wendelstern terlihat mempercayai Maria dan berusaha menenangkan gadis itu, meyakinkan bahwa tikus-tikusnya sudah pergi dan Nutcracker sudah aman.
Sejak saat itu, Maria harus dirawat di ranjang dan minum obat selama beberapa hari. Karena lengannya masih sakit, ia tidak bisa bermain dengan mainan-mainan miliknya. Selain itu, ilustrasi yang ada di buku bergambar terlihat berbayang sehingga ia pun harus menyingkirkan buku-buku itu. Untungnya, setiap malam, ibundanya akan datang dan membacakan berbagai cerita yang indah.
Dijenguk oleh Ayah Baptis Drosselmeier
Pada suatu malam, setelah ibunda baru saja selesai membacakan kisah Pangeran Fakardin, mendadak pintu terbuka dan masuklah Ayah Baptis Drosselmeier. Ia menyatakan bahwa kedatangannya memiliki tujuan untuk mengecek keadaan Maria yang sedang sakit dan terluka.
Namun, Maria yang melihat jubah kuning Ayah Baptis Drosselmeier justru langsung marah dan menuduh ayah baptisnya itu adalah orang yang jahat karena sudah memanggil Raja Tikus. Tuduhan itu tentu saja membuat ibu Maria terkejut dan langsung meminta maaf kepada Ayah Baptis Drosselmeier.
Mendadak, raut wajah Ayah Baptis Drosselmeier terlihat sangat aneh dan ia berbicara dengan suara monoton, “Pendulum harus berputar dan memilih. Tak bisa berdentang atau berdetik. Namun, sekarang lonceng terdengar begitu kuat dan keras. Ding dan dong, dong dan ding. Gadis cilik janganlah takut. Raja Tikus kini telah pergi. Burung hantu segera kembali. Pek dan pik, pik dan pek. Lonceng berdentang ding dan dong. Jarum jam berputar, putar, dan putar. Pendulum juga berputar. Kling dan klang.”
Ucapan itu tentu saja membuat Maria membelalakkan kedua matanya. Entah kenapa, Ayah Baptis Drosselmeier saat itu terlihat jauh lebih buruk rupa dibandingkan biasanya dan lengan kanannya bergerak maju mundur seperti boneka marionette. Jika saja saat itu tak ada ibunya, Maria pasti akan sangat ketakutan.
Mendadak, terdengar suara Fred yang tertawa kencang. “Kau lucu sekali, Ayah Baptis Drosselmeier! Kau mirip dengan jumping jack yang kulempar ke balik perapian belum lama ini!”
Namun, rupanya tak hanya Maria yang merasa takut dengan ucapan Ayah Baptis Drosselmeier, ibundanya pun terlihat sangat khawatir. “Apa maksud dari hiburan tadi?” tanyanya dengan wajah serius.
Alasan Wajah Nutcracker yang Buruk Rupa
“Ya ampun!” Ayah Baptis Drosselmeier mendadak tertawa. “Itu hanyalah lagu pendek seorang pembuat jam.” Dengan segera ia duduk di sebelah Maria. “Kuharap kau tidak marah karena aku tidak mencongkel keempat belas mata Raja Tikus. Karena aku memiliki sesuatu yang pasti akan membuatmu senang.”
Kemudian, pria bertubuh kecil itu mengeluarkan boneka pemecah kacang dari dalam sakunya. Gigi-gigi boneka itu kini sudah dipasang kembali dan rahangnya yang goyang sudah dikencangkan. Hal itu tentu saja langsung membuat Maria berseru gembira. Ibundanya pun mengingatkan bahwa Ayah Baptis Drosselmeier begitu baik dalam memperlakukan boneka pemecah kacang.
Setelah menyerahkan boneka itu, Ayah Baptis Drosselmeier pun menceritakan tentang kisah Putri Pirlipat dan Lady Mouserinks yang membuat keburukan menimpa keluarga Nutcracker. Maria dan Fred langsung duduk dengan tenang untuk mendengarkan dongeng tersebut.
Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang sangat menyukai daging asap. Sang raja tinggal di istana bersama Ratu Tikus dan tujuh pangeran tikus. Ketujuh pangeran tersebut memiliki selera makan yang besar. Hingga suatu hari mereka memakan daging asap miliki sang raja.
Sang raja pun langsung terbakar amarah ketika melihat kalau daging asapnya tinggal sedikit dan mengetahui yang menghabiskannya adalah para pangeran. Sang raja pun langsung menangkap ketujuh pangeran itu kemudian membunuh mereka semua.
Ratu Tikus yang mendengar kabar itu pun langsung terbakar amarah. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengutuk anak perempuan sang raja, Putri Pirlipat, sebagai bentuk balas dendam atas kematian anak-anaknya. Saat itu juga, wajah cantik Putri Pirlipat berubah menjadi mengerikan.
Kedatangan Pangeran dari Negeri Kue
Betapa sedihnya sang raja karena wajah rupawan putrinya kini menjadi buruk rupa. Ia pun kemudian memanggil seorang peramal dan memintanya untuk mengenyahkan kutukan itu.
Setelah meramalkan nasib sang putri, Peramal itu berkata pada sang raja untuk mencari seorang pemuda yang bisa memecahkan kacang walnut paling keras di dunia. Jika sang pemuda memberikan kacang walnut itu kepada sang putri kemudian berjalan mundur tujuh langkah, setelahnya kutukan pada sang putri pasti akan terangkat.
Tanpa menunggu lama, sang raja langsung memanggil semua pemuda ke istana. Ia membuat sayembara seperti yang diperintahkan sang peramal. Banyak pemuda menawarkan diri untuk menggigit kacang walnut terkeras itu, tapi tak ada satu pun yang berhasil. Yang ada, para pemuda itu justru mematahkan gigi mereka.
Di saat raja mulai putus asa, mendadak majulah seorang pangeran dari Negeri Kue. Luar biasanya, sang pangeran berhasil memecahkan kacang walnut itu dengan sekali gigit hingga menjadi beberapa bagian.
Kemudian, sang pangeran memejamkan matanya, memberikan kacang itu kepada sang putri, dan berjalan mundur selangkah demi selangkah. Putri Pirlipat kemudian memakan kacang itu dan secara perlahan wajahnya beruba menjadi cantik kembali.
Sayangnya, ketika sang pangeran akan melakukan langkah yang ketujuh, mendadak Ratu Tikus muncul entah dari mana. Sang pangeran sama sekali tak melihat kedatangan Ratu Tikus itu sehingga tanpa sengaja menginjak kakinya. Dengan penuh kekesalan, Ratu Tikus langsung mengutuk sang pangeran.
Tubuh sang pangeran mendadak langsung menjadi keras dan wajahnya menjadi buruk rupa. Kini sang pangeran berubah menjadi seekor boneka pemecah kacang yang berwajah jelek dan akhirnya diusir dari istana.
Ajakan untuk Ke Negeri Kue
Sejak mendengar cerita tentang sang boneka pemecah kacang, Maria sering kali tertidur seraya memikirkannya. Mendadak, suatu hari Raja Tikus muncul dan membangunkan Maria. Sang raja memintanya untuk memberikan sebuah buku bergambar sebuah gaun. Kalau Maria menolaknya, sang raja mengancam akan menggigit kepala boneka pemecah kacangnya sampai terlepas.
Keesokan harinya, Maria memberitahukan hal itu kepada sang boneka pemecah kacangnya sambil menangis. Dengan bijaksana, sang boneka pemecah kacang meminta Maria untuk membawakan sebuah pedang untuknya. Karena ia berniat untuk mengalahkan sang Raja Tikus menggunakan pedang itu.
Tanpa menunggu lama, Maria langsung meminjam pedang miliki salah satu serdadu miliki Fred kemudian memberikannya kepada sang boneka pemecah kacang.
Keesokan harinya, Maria sangat mengkhawatirkan boneka pemecah kacang miliknya sampai-sampai tak bisa tidur. Mendadak, ia mendengar suara cicitan dari arah ruang tamu yang langsung membuatnya terperanjat.
Maria kemudian turun dari ranjang ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ketika pintu itu dibuka, rupanya yang ada di baliknya adalah sang boneka pemecah kacang yang berterima kasih karena berkat pedang yang diberikan oleh Maria, akhirnya ia dan mainan lainnya berhasil mengalahkan Raja Tikus.
Sebagai bentuk terima kasih dan balasan asa kebaikannya, boneka pemecah kacang menawarkan pada Maria untuk membawanya ke Negeri Kue. Tentu saja dengan senang hati Maria mengikutinya. Rupanya, dalam waktu singkat mereka sudah sampai ke Negeri Kue. Di sana, Maria bisa menemukan berbagai macam pohon dan tanaman cokelat, kembang gula, sungai yang mengalirkan madu, dan berbagai macam makanan lezat lainnya.
Kembali Pulang Ke Rumah
Selain itu, seluruh rakyat di Negeri Kue pun menyambut kedatangan boneka pemecah kacang dan Maria. Boneka pemecah kacang kemudian mengajak Maria untuk berjalan-jalan ke setiap pelosok Negeri Kue. Maria bisa melihat Hutan Pohon Natal, Danau Mawar, Desa Permen, dan juga Kampung Kue Tart.
Di akhir perjalanan, boneka pemecah kacang memperlihatkan sebuah istana indah bernaa Istana Marzipan tempatnya tinggal. Para putri yang tinggal di Negeri Kue pun menyambut kedatangan mereka berdua dengan penuh kegembiraan. Mereka semua berterima kasih karena Maria telah membantu boneka pemecah kacang dalam menyelamatkan negeri mereka. Betapa senangnya Maria mendengar setiap pujian dan ucapan terima kasih itu.
Namun, tak lama kemudian, ia mendengar suara ibunya. Maria pun menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan berusaha mencari sang ibunda. Ia juga sampai berlari berkeliling istana tapi tak juga berhasil menemukannya.
Dalam kepanikannya, mendadak Maria membuka kedua matanya dan menemukan dirinya berbarik di ranjang kecilnya. Saat itu, matahari sudah tinggi dan hari sudah siang. Ibunya terlihat sedang berdiri di dekatnya dan membangunkannya untuk sarapan.
Rupanya, petualangan Maria di Istana Marzipan membuat para pelayan istana dan putri menggotong Maria pulang lalu membaringkannya di tempat tidur. Dengan penuh bersemangat, Maria pun menceritakan petualangannya yang seru kepada sang ibunda.
Sayangnya, tak ada seorang pun dari keluarga Stahlbaum yang mempercayai cerita Maria. Bagaimana mungkin sebuah boneka kayu bisa hidup dan bergerak. Meskipun begitu, si kecil tetap percaya bahwa itu semua adalah petualangannya yang sungguh benar adanya.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Nutcracker
Setelah membaca cerita dongeng Nutcracker di atas, baca juga ulasan seputar unsur intrinsiknya, yuk! Di sini kami sudah menyiapkan ulasan seputar inti cerita dongeng Nutcracker, tokoh dan perwatakannya, latar yang disebutkan dalam kisahnya, alur jalannya cerita, dan juga pesan moral yang bisa didapatkan.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita dongeng Nutcracker di atas adalah tentang petualangan mainan yang bisa bergerak seperti halnya manusia. Dalam petualangan itu, para mainan harus berusaha melawan Raja Tikus agar kerajaan mereka tetap aman sejahtera.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada banyak sekali tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng Nutcracker di atas. Namun, kami hanya akan menyebutkan dan membahas beberapa tokoh utama atau pentingnya saja.
Di antaranya adalah sepasang suami istri dr. Stahlbaum, Fred, Maria, Ayah Baptis Drosselmeier, Nutrcracker si Boneka Pemecah Kacang, dan Raja Tikus berkepala tujuh.
Pasangan suami istri dr. Stahlbaum merupakan orang tua yang sangat menyayangi buah hatinya. Mereka juga cukup teliti untuk menjaga mainan-mainan dari Ayah Baptis Drosselmeier agar tidak mudah rusak.
Ayah Baptis Drosselmeier adalah rekan kerja dr. Stahlbaum yang sering membuatkan mainan untuk Fred dan Maria. Ia sangat ahli membuat jam dan juga mainan yang bisa bergerak sendiri. Hanya saja, terkadang tingkah lakunya sangat aneh dan mencurigakan.
Fred adalah kakak laki-laki Maria yang suka membuat kerusuhan dengan mainannya. Ia bahkan sampai merusak banyak mainannya. Seperti halnya anak laki-laki lain pada umumnya, Fred sangat suka bermain dengan mainan tentara dan prajurit.
Maria merupakan tokoh utama dari carita di atas. Ia adalah anak perempuan berimajinasi tinggi yang sangat menyayangi dan menjaga seluruh mainannya. Salah satunya adalah Nutcracker sang boneka pemecah kacang yang pemberani dalam melawan Raja Tikus. Bahkan setelah ia terluka sekalipun, ia tetap saja melawan musuh-musuhnya.
Raja Tikus adalah monster mengerikan yang memiliki kepala tujuh. Ia tinggal di bawah rumah keluarga dr. Stahlbaum dan sesekali keluar untuk melawan mainan-mainan milik Fred dan Maria.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam cerita dongeng Nutcracker yang satu ini. Di antaranya adalah kediaman dr. Stahlbaum khususnya ruang keluarga, ruang belakang yang sempit, lemari tempat keluarga itu menyimpan mainan-mainannya, rumah sakit tempat Maria dirawat, dan kamar tidur Maria.
4. Alur
Jika ditilik dari jalannya cerita, kisah dongeng Nutcracker ini termasuk dalam cerita dengan alur maju mundur. Sejak awal cerita sebenarnya beralur maju, tapi pada satu titik, terdapat adegan menceritakan kejadian di masa lalu tentang hidup sang boneka pemecah kacang.
Kisahnya dimulai pada malam Natal di mana anak-anak dr. Stahlbaum menunggu hadiah dari ayah baptis mereka. Tak berapa lama kemudian, Ayah Baptis Drosselmeier datang dengan mambawa istana yang berisi boneka-boneka yang bisa bergerak. Setelah puas menonton pertunjukan dari sang ayah baptis, kedua anak itu bermain menggunakan mainan-mainan hadiah mereka.
Mendadak, Maria melihat dan tertarik pada sebuah boneka pemecah kacang kemudian mempelajarinya. Untungnya, ayahnya mengizinkannya untuk menyimpan dan memainkan mainan itu.
Ketika malam semakin gelap, sang ibunda mengingatkan anak-anaknya untuk segera tidur. Namun, Maria meminta ibunya untuk bermain lebih lama dan akhirnya diizinkan. Tak berapa lama kemudian, mendadak muncul serombongan tikus yang dipimpin oleh seekor Raja Tikus berkepala tujuh yang di setiap kepalanya terdapat mahkota kecil.
Kemunculan para tikus itu diikuti dengan gerakan para mainan yang siap berperang dari dalam lemari. Peperangan pun akhirnya tak bisa dielakkan. Ketika pasukan mainan nyaris kalah, Maria melemparkan sepatunya dan mendadak pingsan. Keesokan harinya, Maria terbangun di rumah sakit dengan seorang dokter ahli bedah di dekatnya.
Maria pun dilarang bermain dan harus dirawat di ranjang selama beberapa hari. Suatu hari, Ayah Baptis Drosselmeier datang menjenguk dan menceritakan tentang kisah boneka pemecah kacang dan Ratu Tikus. Cerita itu membuat Maria sedih dan akhirnya semakin menyayangi boneka pemecah kacang.
Hingga mendadak, suatu hari sang boneka pemecah kacang mengajak Maria berjalan-jalan ke Negeri Kue. Sampai akhirnya ia mendengar suara ibunya dan mendadak terbangun di tempat tidurnya sendiri. Meskipun seluruh anggota keluarganya menyebutkan bahwa petualangannya di Negeri Kue itu hanyalah mimpi semata, tapi Maria tetap percaya bahwa semua itu adalah kenyataan.
5. Pesan Moral
Cerita dongeng Nutcracker di atas memiliki pesan moral yang sangat baik dan bisa diajarkan untuk buah hati tersayang. Bahwa sebagai seorang manusia, seharusnya kita bisa menjadi seperti Maria yang selalu berusaha menyayangi dan memperhatikan Nutcracker. Meskipun boneka pemecah kacang itu terlihat buruk rupa, tapi Maria tetap menyayanginya dengan sepenuh hati.
Kita semua sebagai manusia pun seharusnya juga begitu. Jangan menyayangi orang lain hanya karena penampilannya menarik. Bahkan meskipun orang lain terlihat biasa saja, atau bahkan buruk rupa sekalipun, kita harus tetap menyayanginya dengan sepenuh hati.
Selain unsur intrinsik di atas, di dalam cerita dongeng Nutcracker ini juga bisa didapatkan sedikit ulasan seputar unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah hal-hal dari luar kisah dongengnya yang melengkapi jalannya cerita, seperti nilai sosial, budaya, dan juga moral yang berlaku.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Nutcracker
Setelah mengetahui cerita dan ulasan seputar unsur intrinsik dari dongeng The Nutcracker di atas, jangan lupa dapatkan juga informasi seputar fakta menariknya. Berikut ini kami sediakan ulasannya:
1. Diadaptasi Menjadi Penampilan Balet dan Animasi
Sebenarnya, cerita dongeng Nutcracker dan Raja Tikus ini berasal dari kisah karya E. T. A. Hoffmann yang diterbitkan pada tahun 1816. Sejak awal kemunculannya, kisahnya langsung menarik perhatian banyak orang. Sehingga akhirnya, banyak orang yang mengadaptasi kisahnya menjadi beragam penampilan.
Salah satunya adalah komposer Pyotr Ilyich Tchaikovsky bersama koreografer Marius Petipa dan Lev Ivanov yang menjadikannya sebagai penampilan balet. Selain itu, ada juga komposer Carl Reinecke yang membuat lagu berdasarkan kisah dongengnya pada tahun 1855.
Selain itu, kisahnya juga diadaptasi menjadi film stop motion Jepang berjudul Nutcracker Fantasy pada tahun 1979, film animasi tradiosional Russia berjudul Schelkunchik pada tahun 1973, film animasi Kanada Nutcracker Prince pada tahun 1990, dan film animasi 3D berjudul The Nutcracker pada tahun 2010.
Ada juga film animasi dari Jerman yang benar-benar sesuai dengan cerita aslinya karya E.T.A. Hoffmann dengan judul sama yang dirilis pada tahun 2004. Film animasi tersebut didubbing ke dalam bahasa Inggris oleh Anchor Bay Entertainment.
Selain film animasi, kisahnya juga diadaptasi menjadi film live action. Di antaranya adalah The Nutcracker and the Four Realms pada tahun 2018 yang menceritakan tentang petualangan sang boneka pemecah kacang bersama gadis bernama Clara.
2. Ada Beberapa Versi
Rupanya, cerita dongeng Nutcracker dan Raja Tikus ini memiliki beberapa versi yang berbeda meskipun kurang lebih poin dari ceritanya masih sama. Salah satu perbedaannya adalah nama sang anak perempuan, di mana pada beberapa cerita biasanya disebutkan bahwa namanya adalah Clara, bukan Maria atau Marie.
Selain itu, Fred pun terkadang memiliki nama yang berbeda, yaitu Fritz. Pada beberapa cerita, disebutkan juga nama dari kedua orang tua Maria dan Fred, yaitu Benjamin dan Marie, meskipun pada cerita aslinya nama mereka berdua tidak disebutkan.
Perbedaan lain adalah nama dan identitas dari sang boneka pemecah kacang. Ada yang menyebutkan bahwa sang boneka pemecah kacang bernama Kapten Philip Hoffman, dan ada juga yang menyebutkan kalau boneka itu merupakan keponakan dari Ayah Baptis Drosselmeier dan bernama Hans-Peter.
3. Diadaptasi Bersama Tokoh Lain
Selain diadaptasi menjadi film animasi, ceritanya juga banyak digabungkan dengan tokoh lain dalam beberapa film yang berbeda. Terkadang, ceritanya masih mirip dengan kisah aslinya tapi dengan tokoh yang berbeda, dan di lain waktu kisahnya benar-benar berbeda, tapi terdapat beberapa tokoh yang berasal dari dongengnya.
Di antaranya adalah Mickey Mouse Nutcracker, di mana Minnie Mouse memerankan Maria, sementara Mickey Mouse berperan sebagai Nutcracker. Kemudian ada juga drama musikal Broadway berjudul The Enchanted Nutcracker pada tahun 1961.
Pada tahun 2001, Mattel Entertainment menerbitkan film animasi CGI berjudul Barbie in the Nutcracker. Ada juga film Care Bears Nutcracker Suite pada tahun 1988 dan Tom and Jerry: A Nutcracker Tale pada tahun 2007.
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Nutcracker di Atas?
Jadi bagaimana? Sudah puas membaca cerita dongeng Nutcracker yang kami sediakan di atas? Kisahnya menarik dan seru untuk dibacakan untuk buah hati tersayang, kan?
Kalau masih ingin mencari kisah dongeng anak-anak lain yang tak kalah menariknya, langsung saja cek artikel yang telah kami siapkan di kanal Ruang Pena di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan beragam kisah fabel hewan, dongeng putri kerajaan dari beragam negara, hingga asal usul sebuah wilayah yang ada di Indonesia. Selamat membaca!