
Pernahkah kamu mendengar cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang? Kalau belum, langsung saja dapatkan kisahnya di artikel ini dan ketahui juga ulasan menarik seputar unsur intrinsiknya!
Ada banyak cerita rakyat atau legenda (folklore) dari luar negeri yang terkenal, salah satunya adalah Urashima Taro yang berasal dari Jepang. Pernahkah kamu mendengar kisahnya?
Ceritanya mengisahkan tentang seorang nelayan yang mendapatkan keberuntungan bisa tinggal di sebuah istana karena kebaikan hatinya. Namun, karena sebuah kesalahan, ia justru pada akhirnya mendapatkan sebuah kesialan.
Penasaran dengan apa yang terjadi? Langsung saja simak cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang di bawah ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya.
Cerita Rakyat Urashima Taro dari Jepang
Alkisah pada zaman dahulu kala, di Provinsi Tango di Jepang terdapat sebuah desa kecil nelayan yang bernama Mizu no Ye. Di desa yang terletak di tepi pantai Negeri Sakura itu hiduplah seorang nelayan yang masih muda bernama bernama Urashima Taro.
Urashima Taro merupakan keturunan seorang nelayan. Di mana ayah dan juga kakeknya adalah nelayan yang cukup dikenal di desa tersebut sebagai seseorang yang memiliki kemampuan menangkap ikan yang baik. Rupanya, kemampuan itu pun diturunkan kepada Urashima Taro.
Urashima sendiri pada akhirnya dikenal baik di desa itu sebagai seorang nelayan yang cekatan dan terampil. Saking terampilnya, ia bisa menangkap lebih banyak ikan bonito dan ikan tai dalam satu hari dibandingkan yang dihasilkan oleh rekan-rekan nelayannya dalam satu minggu.
Tak hanya itu, Urashima Taro juga banyak dikenal sebagai seseorang yang memiliki kebaikan hati yang tulus. Seumur hidupnya, ia sama sekali tidak pernah menyakiti siapa pun.
Hal itu sudah bisa terlihat sejak ia masih kecil. Ketika teman-teman sepantarannya suka mengganggu hewan-hewan yang tak bersalah, ia sama sekali tak pernah mengikuti kegiatan yang kejam itu. Ia juga tak peduli jika teman-temannya itu menertawakannya karena tak mau mengikuti permainan mereka.
Dibandingkan mengikuti mereka, sering kali ia justru menegur teman-temannya agar tidak menyiksa atau mengganggu hewan-hewan yang tidak bersalah itu. Namun, mereka sama sekali tidak mempedulikannya dan terus saja mengganggu hewan-hewan kecil tersebut.
Baca juga: Cerita Dongeng Momotaro dari Jepang, Kisah Keberanian Pemuda Persik dalam Melawan Kejahatan
Anak Kecil Pengganggu Kura-Kura
Pada suatu senja di musim panas yang sejuk, Urashima Taro baru saja beranjak pulang dari kegiatan memancingnya. Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan sekumpulan anak-anak.
Anak-anak tersebut terlihat sedang berteriak dan berbicara dengan suara keras, seolah tengah bersemangat tentang sesuatu. Urashima Taro yang penasaran pun berjalan mendekati anak-anak tersebut untuk melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Saat itulah ia baru melihat kalau para bocah itu rupanya sedang menyiksa seekor kura-kura. Seorang anak laki-laki terlihat sedang menarik kura-kura itu ke satu arah, sementara anak yang lain menarik ke arah lainnya. Kemudian ada juga anak yang memukul kura-kura itu menggunakan sebuah tongkat. Dan juga ada anak yang menghantamkan sebongkah batu ke cangkang hewan itu berulang kali.
Melihat hal itu tentu saja membuat Urashima merasa sangat kasihan pada hewan reptil berkaki empat tersebut. Seperti biasanya, ia pun berusaha untuk menyelamatkan hewan malang itu.
“Anak-anak! Hentikan apa yang kalian lakukan itu! Kalau kalian terus memperlakukan kura-kura itu dengan buruk, nantinya ia bisa mati!” ujar Urashima Taro seraya berusaha menyelamatkan sang kura-kura.
Para anak laki-laki yang sebenarnya sudah cukup besar untuk memahami baik dan buruk, tetapi mereka justru terus berusaha mengganggu dan menyakiti kura-kura. Mereka sama sekali tidak mempedulikan teguran halus Urashima.
Bahkan, anak laki-laki yang terlihat paling tua justru menjawab dengan penuh keangkuhan, “Siapa yang peduli apakah hewan itu akan hidup atau mati? Kami sama sekali tidak peduli. Ayo, anak-anak, lanjutkan lagi!”
Membeli Kura-Kura yang Disiksa
Bukannya berhenti menyiksa si kura-kura, anak-anak itu justru semakin menyiksa dan menyakitinya. Urashima pun kemudian berpikir, berusaha mencari cara terbaik untuk menghadapi mereka.
Pada satu titik, ia akhirnya berusaha membujuk mereka untuk menyerahkan kura-kura itu padanya. “Aku yakin kalian semua adalah anak-anak yang baik,” ucapnya seraya tersenyum, “Sekarang, maukah kalian memberikan kura-kura itu padaku? Sebenarnya aku sangat ingin memilikinya.”
“Tidak mau!” jawab anak laki-laki yang paling tua, “Kami tidak akan memberikan kura-kura ini padamu. Kenapa kami harus memberikannya padamu? Kami saja menangkap kura-kura itu dengan tangan kami sendiri!”
“Yang kalian ucapkan itu memang benar,” ucap Urashima masih tetap dengan kelembutan, “Namun kalian tidak perlu khawatir karena aku tidak akan memintanya secara cuma-cuma. Kalau kalian memberikan kura-kura itu padaku, aku akan memberikan sejumlah uang pada kalian. Atau, bisa dibilang kalau paman akan membeli kura-kura itu dari kalian. Bagaimana menurut kalian, anak-anak?”
Di waktu yang bersamaan, dari dalam saku ia mengeluarkan setali uang yang diikat melalui lubang di tengah setiap koinnya. “Lihatlah ini, anak-anak. Dengan uang ini kalian bisa membeli apa pun yang kamu mau. Kalian bisa melakukan banyak hal dengan uang ini dibandingkan dengan kura-kura itu, kan?” ucapnya kemudian.
Semua anak laki-laki itu sebenarnya bukanlah anak yang jahat. Mereka hanyalah anak yang usil saja. Pada akhirnya, mereka pun mendekati Urashima dan salah satu dari mereka menyerahkan kura-kura malang itu.
“Baiklah kalau begitu, Paman. Kami akan memberikan kura-kura itu padamu asalkan kau menyerahkan uang itu pada kami!” Dengan ucapan dari salah satu bocah, kura-kura itu pun berpindah tangan ke Urashima, sementara uangnya menjadi milik para bocah itu. Tepat setelah uangnya berada di tangan si bocah, para anak laki-laki itu langsung berlari melarikan diri.
Berangkat Melaut Seperti Biasa
Setelah mendapatkan hewan reptil itu, Urashima langsung mengusap tempurungnya. Kemudian ia berujar, “Oh, makhluk malang! Malangnya nasibmu! Tenanglah karena kini kau sudah aman. Orang bilang kalau burung bangau bisa hidup selama seribu tahun, tapi kura-kura bisa hidup selama sepuluh ribu tahun.”
Seraya berjalan ke arah pantai, nelayan yang baik hatinya itu terus saja berucap kepada sang kura-kura, “Kau memiliki hidup terpanjang dari makhluk mana pun di dunia ini, tapi kau harus berhadapan dengan bahaya besar berbentuk bocah-bocah nakal itu. Untung saja aku sedang lewat sehingga bisa menyelamatkanmu. Sekarang, aku akan mengembalikanmu pulang ke rumahmu di lautan. Semoga saja kau tidak akan tertangkap oleh bocah nakal itu lagi.”
Sesudahnya, Urashima meletakkan kura-kura itu ke dalam air laut dan menyaksikan ketika hewan itu berenang menjauh hingga tak bisa terlihat dari pandangannya. Barulah kemudian ia kembali pulang ke rumah dalam keadaan sangat lelah.
Keesokan paginya, seperti biasa Urashima pergi melaut menggunakan kapalnya. Saat itu cuacanya cerah dan langit terlihat biru layaknya langit pagi di musim panas pada umumnya. Secara perlahan, Urashima melaut melewati perahu-perahu nelayan lainnya yang belum berangkat melaut.
Entah bagaimana, anehnya pagi hari itu ia merasa jauh lebih bahagia dibandingkan biasanya. Nelayan baik hati itu sempat berpikiran mungkin itu semua karena hari sebelumnya ia baru saja membebaskan seekor kura-kura malang.
Di dalam hati, diam-diam Urashima berdoa agar ia juga bisa hidup lama layaknya kura-kura yang ia selamatkan itu. Dibandingkan hidup sebentar layaknya manusia pada normal, pikirnya hidup selama ribuan tahun tentunya terasa lebih menyenangkan.
Disapa oleh Seekor Kura-Kura
Ketika sedang membayangkan hal itu, mendadak lamunanya tarkaburkan ketika ia mendengar namanya dipanggil beberapa kali. Suara itu terdengar begitu jelas layaknya lonceng yang berdenting di sela angin musim panas di atas laut.
Urashima pun berdiri dan memperhatikan ke segala arah. Pikirnya, suara itu berasal dari salah satu nelayan yang perahunya berhasil menyusulnya. Namun, ketika ia berdiri, pandangannya hanya melihat hamparan air laut yang luas dan tidak terlihat ada tanda-tanda satu pun perahu di dekatnya. Hal itu tentu saja membuatnya bingung. Kalau bukan berasal dari manusia lain, dari manakah suara itu berasal?
Betapa terkejutnya Urashima ketika pandangannya terarah ke salah satu sisi perahu dan menemukan seekor kura-kura terlihat berenang mengelilingi perahunya. Keterkejutan itu semakin bertambah ketika ia mengenali kura-kura itu sebagai reptil yang baru saja ia selamatkan kemarin.
“Tuan Kura-Kura!” sapa Urashima Taro dengan sopan, “Apakah kau yang baru saja memanggil namaku?”
Sang kura-kura menganggukkan kepalanya beberapa kali seraya berkata, “Benar sekali. Karena kemarin kau telah menyelamatkan hidupku, hari ini aku datang untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasihku atas kebaikanmu.”
“Betapa sopannya kau, Tuan Kura-Kura.” balas sang nelayan dengan santun, “Kemari, naiklah ke perahuku. Kau bisa mengeringkan tempurungmu di bawah sinar matahari di sini. Bukankah kura-kura biasanya suka melakukan hal itu?” Karena menyetujui hal itu, sang kura-kura pun akhirnya naik ke atas perahu dengan bantuan sang nelayan.
Tak lama kemudian, sang kura-kura bertanya, “Urashima, pernahkah kau melihat Rin Gin, Istana dari Raja Naga Laut?”
Tawaran Menuju Istana Raja Laut
Sang nelayan yang ditanya itu pun menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Belum pernah. Selama bertahun-tahun aku sudah menganggap laut sudah seperti rumahku sendiri, dan aku sudah sering mendengar tentang Kerajaan Raja Naga yang ada di bawah laut itu, tapi aku belum pernah melihat tempat itu sama sekali. Jadi kukira, tempat itu pastilah sangat jauh jika memang ada.”
“Begitukah?” tanya sang kura-kura, “Kau belum pernah melihat Istana Raja Laut? Kalau begitu kau sudah melewatkan melihat salah satu pemandangan yang paling indah di seluruh alam semesta. Kalau mau, aku bisa membawamu ke sana dan menjadi pemandumu.”
Betapa terkejutnya Urashima mendengar tawaran itu. “tentu saja aku ingin pergi ke sana. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan berenang yang hebat sepertimu.”
Dan sebelum sang nelayan melanjutkan ucapannya, kura-kura langsung memotong pembicaraan itu. “Apa kau bilang? Tenang saja, Urashima. Kau tidak perlu berenang sendiri! Yang perlu kau lakukan hanyalah naik ke punggungku, dan aku akan membawamu tanpa kesulitan.”
“Namun, bagaimana mungkin aku bisa menunggangi tempurungmu yang kecil itu?” tanya sang nelayan penasaran.
“Meskipun bagimu terlihat tidak masuk akal, tapi kau pasti bisa melakukannya. Kalau mau, coba saja. Naik saja ke tempurungku dan lihat apakah kau bisa melakukannya atau tidak.”
Tepat ketika sang kura-kura selesai berbicara, Urashima menatap ke arah tempurung itu. Dan anehnya, ia merasa seolah sang kura-kura tumbuh menjadi begitu besar sehingga seorang pria dewasa bisa dengan mudah duduk di punggungnya.
“Benar-benar aneh!” ucap Urashima, “Rasanya aku bisa naik ke atas tempurungmu dengan mudah. Baiklah kalau begitu, Tuan Kura-Kura, dengan izinmu aku akan naik ke atas punggungmu!” ucapnya seraya melompat ke cangkang sang kura-kura.
Baca juga: Cerita Enam Serdadu dengan Keahlian Masing-Masing Ingin Mengubah Nasib Beserta Ulasan Lengkapnya
Sampai di Istana Rin Gin
Sang kura-kura yang memasang wajah datar, seolah hal itu adalah hal yang biasa terjadi padanya pun kemudian berkata, “Baiklah, sekarang kita bisa pergi ke dalam laut!” Dengan ucapan itu, kura-kura itu melompat ke dalam permukan air laut dengan Urashime di tempurung punggungnya.
Kura-kura itu kemudian menyelam ke dalam laut dan mengarunginya. Anehnya, pakaian Urashima sama sekali tidak basah oleh air meskipun ia berada di dalam laut.
Setelah sekian lama berenang, akhirnya mereka bisa melihat sebuah gerbang megah di kejauhan. Di belakang gerbang itu bisa terlihat istana yang sangat besar dengan atapnya yang miring hingga meraih cakrawala.
“Wah!” ucap Urashima dengan penuh keterkejutan, “Aku bisa melihat gerbang istana besar di kejauhan! Tuan Kura-Kura, apakah itu adalah gerbang menuju ke Istana Raja Naga?”
“Benar sekali! Itu adalah gerbang besar menuju ke Istana Rin Gin. Dan yang ada di belakangnya itu adalah Kerajaan Raja Laut,” ucap sang kura-kura menjelaskan.
“Apakah itu artinya kita akan menuju ke Istana Raja Laut sekarang?” tanya Urashima semakin bersemangat.
“Tentu saja!” jawab sang kura-kura dengan santai, “Dan dalam sekejap, kita akan sampai ke sana.”
Dan benar saja, tak berapa lama kemudian mereka sampai di samping gerbang dan sang kura-kura langsung berhenti di sana. “Namun sayangnya, kau harus berjalan sendiri hingga sampai ke istana,” ucap sang kura-kura.
Setelah sang nelayan turun, kura-kura itu berjalan ke depan gerbang dan menemui sang penjaga gerbang. Kemudian sang kura-kura berucap pada sang penjaga, “Pria ini adalah Urashima Taro yang berasal dari Jepang. Aku sudah mendapatkan kehormatan untuk membawanya sebagai pengunjung kerajaan ini. Tolong tunjukkan jalan.”
Bertemu Putri Istana yang Cantik
Dengan patuh, sang penjaga gerbang yang rupanya adalah seekor ikan itu pun memimpin jalan masuk melalui gerbang itu. Ketika Urashima berjalan masuk melalui gerbang, mendadak ikan air tawar merah, ikan flounder, ikan sol, ikan sotong, dan beberapa pengikut Raja Naga Laut keluar dari istana untuk menyambutnya.
“Tuan Urashima! Selamat datang di Istana Laut, kediaman dari Raja Naga Laut. Kami semua menyambutmu atas kedatanganmu dari negara yang begitu jauh,” ucap salah satu ikan itu.
Kemudian ikan yang lain melanjutkan, “Dan kami juga menyambutmu, Tuan Kura-Kura. Kami sangat berhutang budi padamu atas segala kesulitan yang harus kau hadapi demi bisa membawa Urashima ke istana ini.”
Sesudahnya, secara bersama-sama para ikan itu berata, “Silakan ikuti kami.” Kemudian mereka secara bersama-sama menunjukkan jalan pada sang tamu agung.
Di sisi lain, Urashima yang hanya seorang anak nelayan misik, tidak terlalu memahami bagaimana harus bersikap di dalam istana. Meskipun begitu, ia sama sekali tidak merasa malu atau khawatir. Dengan tenang dan santainya ia mengikuti langkah pemandunya yang baik hati itu hingga sampai ke bagian dalam istana.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka sampai ke sebuah portal. Mendadak, seorang putri berparas sangat rupawan bersama para pelayannya terlihat keluar dari portal tersebut untuk menyambutnya.
Urashima Taro langsung terpesona ketika melihat sang putri. Ia terlihat jauh lebih cantik dari wanita mana pun yang pernah ditemui sang nelayan. Tak hanya itu, sang putri juga mengenakan pakaian berwarna merah dan hijau layaknya gelombang laut dengan benang emas berkilauan di setiap lipatan gaunnya yang terlihat sangat indah.
Tak hanya itu, rambut hitam sang putri yang tergerai di bahunya terlihat indah layaknya rang putri raja dari ratusan tahun yang lalu. Kemudian ketika ia berbicara, suaranya terdengar seperti lantunan musik yang lembut dan menenangkan.
Tawaran Menjadi Pengantin Sang Putri
Urashima masih tenggelam dalam keterpukauannya pada sang putri hingga ia tak bisa berkata apa-apa. Untungnya, tak lama kemudian ia langsung teringat untuk segera membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat kepada sang putri.
Namun, belum sempat ia membungkukkan tubuhnya, sang putri memegang tangan sang nelayan kemudian membawanya masuk ke dalam sebuah aula yang sangat indah. Kemudian, sang putri menyuruhnya untuk duduk di kursi kehormatan yang ada di aula tersebut.
“Urashima Taro, adalah sebuah kehormatan besar bagiku bisa menyambutmu di kerajaan ayahku,” ucap sang putri, “Tentu kau ingat kemarin kau baru saja menyelamatkan seekor kura-kura. Dan sekarang, aku dikirimkan padamu untuk mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan hidupku. Sebenarnya, aku adalah perwujudan dari kura-kura yang telah kau selamatkan itu.”
Sekali lagi, betapa terkejutnya sang nelayan. Ia tidak menyangka bahwa kura-kura yang ia selamatkan dari bocah nakal itu rupanya adalah seorang putri dari Kerajaan Bawah Laut. Belum selesai keterkejutannya, sang putri kembali melanjutkan ucapannya.
“Kalau mau, sekarang kau bisa tinggal di sini selamanya dan menjalani kehidupan masa muda yang abadi. Di mana musim panas tak pernah mati dan kesedihan tak akan pernah datang. Bahkan, jika kau bersedia, aku akan menjadi pengantinmu dan hidup bersama denganmu dalam kebahagiaan selamanya.”
Mendengarkan ucapan manis sang putri, tentu saja hati Urashima Taro menjadi berbunga-bunga. Apalagi dengan melihat wajah sang putri yang rupawan dalam jarak dekat, ia sampai bertanya-tanya apakah semua itu bukan sekadar mimpi.
Pesta Pernikahan Megah
“Terima kasih ribuan kali atas ucapan baikmu, Putri. Tak ada yang bisa kuharapkan selain diizinkan untuk tinggal bersamamu di negeri yang palin indah ini,” ucap Urashima Taro dengan penuh ketulusan.
Ketika sang nelayan itu sedang berbicara, mendadak gerombolan ikan masuk ke dalam aula. Para ikan itu terlihat mengenakan sebuah pakaian resmi. Tak hanya itu, masing-masing dari mereka membawa sebuah nampan dari karang yang berisi berbagai macam makanan lezat berupa berbagai macam ikan dan rumput laut.
Saat itu, rasanya seolah mereka sedang mengadakan pesta pernikahan dadakan. Meskipun mendadak, tapi pestanya diadakan dengan penuh kemegahan yang memesona. Seluruh warga yang tinggal di kerajaan Raja Laut itu pun merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Setelah sepasang pengantin itu akhirnya mengucap janji pernikahan, suara musik pun terdengar mengalun syahdu dan lagu dinyanyikan dengan indah. Tak hanya itu, beberapa ikan dengan sisik perak dan ekor emas melangkah masuk dan menari dengan gemulai.
Urashima Tarou sangat menikmati pemandangan di hadapannya itu dengan penuh kegembiraan. Seumur hidupnya, tak pernah sekalipun ia menyaksikan dan menghadiri pesta yang begitu menakjubkan.
Setelah pesta itu berakhir, sang putri menawari mempelai pengantin pria itu untuk berjalan-jalan berkeliling istana dan melihat-lihat ke sekeliling kerajaan. Sang nelayan yang beruntung itu pun setuju dengan tawaran tersebut. Ia pun mengikuti mempelai pengantin wanitanya berkeliling melihat keajaiban negeri indah itu. Seperti janji sang putri, di sana kegembiraan dan kemudaan berjalan dengan beriringan, seolah tak ada waktu ataupun usia yang bisa menyentuh mereka.
Istananya sendiri terlihat dibangun dari karang yang sangat indah dan diihasi dengan berbagai macam mutiara. Sebegitu indahnya hingga sang nelayan hanya bisa terpukau dan takjub dan tak bisa berkomentar apa-apa, seolah lidahnya kelu.
Keindahan Taman Istana Raja Laut
Namun, rupanya bagi Urashima Taro, tempat yang paling indah di istana itu adalah taman yang ada di sekeliling kerajaan. Di taman itu, ia bisa melihat dengan jelas pemandangan dan keindahan dari empat musim yang berbeda. Mulai dari musim semi, musim panas, musim gugur, hingga musim dingin.
Ketika ia memandang ke arah timur, pohon plum dan sakura terlihat sedang mekar sepenuhnya. Kemudian burung bulbul terlihat bernyanyian di tepi jalan yang dipenuhi kelopak bunga merah muda, dan kupu-kupu berterbangan dari satu bunga ke bunga lainnya.
Jika menoleh ke arah selatan, seluruh pohon terlihat begitu hijau seperti di tengah musim panas. Kemudian terdengar suara jangkrik yang slaing bersahutan. Sementara di arah barat, pohon maple musim gugur terlihat berwarna merah menyala layaknya langit ketika matahari terbenam. Bunga-bunga krisan pun terlihat mekar dengan sempurna.
Di arah utara, perbedaan warna yang terjadi membuat sang nlayan begitu terpukau. Karena tanahnya terlihat berwarna putih keperakan karena salju. Kemudian seluruh pohon dan bambu pun terlihat putih karena salju. Tak hanya itu, air danau yang ada di taman itu pun terlihat dipenuhi dengan es.
Selama tinggal di kerajaan tersebut, setiap hari selalu ada kegembiraan dan keajaiban baru yang ditemui oleh sang nelayan. Seluruh kebahagiaan tersebut membuatnya melupakan segalanya. termasuk rumahnya di Jepang dan kedua orang tuanya sendiri.
Tanpa terasa, sudah tiga hari lamanya ia tinggal di kerajaan bawah laut itu tanpa memikirkan segala hal yang sudah ia tinggalkan di negerinya. Hingga akhirnya sang nelayan pun tersadar dan kembali teringat akan kedua orang tua dan rumahnya yang ada di Jepang. Ia pun menyadari bahwa sebenarnya tanah yang indah dan istana Raja Laut itu bukanlah miliknya yang bisa ia nikmati begitu saja dengan cuma-cuma.
Baca juga: Kisah Hansel dan Gretel Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Kakak Beradik yang Memiliki Ibu Tiri Jahat
Keinginan Urashima Taro untuk Pulang
“Otohime sayangku,” ucap sang nelayan memanggil nama sang putri, “Seharusnya aku tidak boleh menetap di istana ini karena aku masih memiliki ayah dan ibu yang tua di rumah. Aku khawatir pada apa yang mungkin saja bisa terjadi pada mereka jika tidak ada aku di sisi mereka. Pastinya mereka juga mengkhawatirkanku yang tidak pulang selama beberapa hari. Oleh karena itu, aku harus segera pulang tanpa menunda waktu lebih lama.”
Segera setelah mengucapkan hal itu, ia langsung membereskan barang-barangnya dan mempersiapkan perjalanan dengan penuh tergesa-gesa. Sang putri yang bernama Otohime itu hanya terdiam menyaksikan suaminya yang mempersiapkan diri untuk pulang ke negerinya.
Ketika menyadari bahwa Putri Otohime terlihat diam saja, Urashima pun menghentikan kegiatannya dan mendekati sang istri. Dengan penuh kelembutan, ia menyentuh tangan istrinya dan menatap penuh kasih.
“Istriku Otohime, sebenarnya aku memang merasa hidup denganmu selama sekian lama. Dan selama ini kau sudah menunjukkan kebaikan hati yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Namun, secara terpaksa sekarang aku harus mengucapkan selamat tinggal padamu karena aku harus kembali ke orang tuaku yang sudah tua,” ucap sang nelayan.
Ucapan itu rupanya justru membuat tangis Putri Otohime pecah. Ia pun berkata dengan penuh kelembutan dan kesedihan, “Apakah tinggal di istana ini tidak menyenangkan bagimu, Urashima? Kenapa kau ingin meninggalkanku dengan begitu cepat? Kenapa terlalu terburu-buru? Tak bisakah kau tinggal bersamaku setidaknya satu hari lagi?”
Namun, ingatan tentang orang tuanya yang sudah tua di Jepang membuat sang nelayan merasa galau. Apalagi, berdasarkan budaya di Negeri sakura itu, kewajiban untuk memperhatikan kedua orang tua itu jauh lebih kuat di atas segalanya.
Kotak Tamate Bako yang Berharga
Oleh karena itu, sang nelayan menjawab, “Memang benar aku harus segera kembali pulang ke rumah, tapi bukan berarti aku akan meninggalkanmu. Aku hanya akan menengok orang tuaku selama satu hari saja. Sesudahnya, bisa dipastikan aku pasti akan kembali lagi padamu.”
“Kalau begitu,” ucap Putri Otohime masih dengan penuh kesedihan, “Aku akan merelakanmu pulang kepada ayah dan ibumu hanya dalam satu hari saja. Sebagai bekal, aku akan membawakan tanda cinta ini untukmu. Dan kuharap, kau bisa membawanya kembali kemari.” Kemudian, sang putri menyerahkan sebuah kotak berpernis indah yang diikat dengan tali sutra dan dihiasi dengan jumbai sutra berwarna merah.
Urashima yang merasa sudah mendapatkan terlalu banyak hadiah dari sang putri pun menjadi tak enak ketika menerima hadiah itu.
“Rasanya tak tepat untukku kembali menerima hadiah darimu setelah semua yang telah kau berikan padaku, Putri,” ucap sang nelayan, “Namun, karena semua itu adalah keinginanmu, aku akan menerimanya. Namun, setidaknya bisakah kau memberitahuku kotak apakah ini?”
“Itu adalah Tamate-Bako atau Kotak Tangan Permata,” jawab Putri Otohime, “Di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat berharga. Namun, kau tidak boleh membuka kotak itu apa pun yang terjadi. Kalau kau membukanya, sesuatu yang mengerikan akan terjadi padamu. Kuharap kau bisa berjanji padaku untuk tak akan pernah membuka isi kotaknya.”
Urashima pun berjanji pada istrinya kalau ia tak akan pernah membuka kotak itu, entah apa pun yang terjadi. Sesudahnya, ia mengucapkan selamat tinggal kepada Putri Otohime dan pergi ke pinggir pantai. Di sana, seekor kura-kura berukuran besar terlihat seolah sedang menunggunya.
Baca juga: Cerita Beruang dan Lebah Madu Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Mengajarkan Pentingnya Kejujuran
Sampai di Desa Kembali
Tanpa menunggu lama, sang nelayan langsung naik ke atas punggung reptil raksasa itu. Bersama-sama mereka kembali mengarungi dalam lautan ke arah timur menuju ke Jepang. Sebelum benar-benar menghilang, Urashima menolehkan kepalanya ke belakang untuk terus melambaikan tangan kepada Putri Otohime hingga sosok sang istri itu tak lagi bisa terlihat di kejauhan. Tak lama, gerbang istana dan seluruh tanah Kerajaan Bawah Laut itu tak lagi terlihat dari pandangannya.
Setelah melakukan perjalanan selama beberapa saat, akhirnya Urashima Taro bisa kembali melihat bukit-bukit biru yang menjulang di cakrawala tepat di hadapannya. Kura-kura itu mengantar sang nelayan ke sebuah teluk yang ia kenali dengan baik. Begitu turun dari tempurung sang kura-kura dan melangkahkan kakinya ke pantai, reptil baik hati yang mengantarkannya itu pun berpamitan dan kembali ke Kerajaan Raja Laut.
Namun, saat itu sang nelayan mendadak merasa aneh ketika ia melihat ke arah sekelilingnya. Khususnya ketika ia melihat orang-orang yang berpapasan dengannya. Padahal jika ia melihat ke lingkungan sekitarnya, pantai dan bukitnya terlihat sama seperti sebelumnya. Namun, sang nelayan merasa kalau ada perbedaan dari wajah atau ekspresi orang-orang yang ia kenal itu.
Meskipun merasa bingung dan heran, Urashima Taro tetap melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah. Bahkan, ia berusaha untuk mempercepat langkah kakinya. Saat melihat rumahnya dari kejauhan, sama seperti sebelumnya ia merasa ada sebuah perbedaan yang tidak bisa ia utarakan dengan kata-kata.
“Ayah, aku pulang!” teriak sang nelayan ketika langkahnya sudah lebih dekat ke rumah. Namun, ketika ia baru akan masuk ke dalam rumah, mendadak terlihat seorang pria yang tidak dikenal keluar dari rumahnya itu.
Baca juga: Cerita Dongeng Pohon Apel dan Anak Laki-Laki yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Lengkapnya
Tiga Ratus Tahun yang Lalu
Saat itu, ia mengira kalau mungkin saja kedua orang tuanya sudah pindah ketika ia pergi ke Kerajaan bawah laut. Meskipun begitu, tetap saja ia mulai merasa cemas dan bingung tanpa alasan yang jelas.
“Permisi,” sapa sang nelayan pada pria yang keluar dari rumah, “Namaku adalah Urashima Taro. Sampai beberapa hari yang lalu aku masih tinggal di rumah ini bersama kedua orang tuaku. Sekiranya, bisakah kau memberitahuku kemanakah kedua orang tuaku pergi? Karena setahuku, hingga beberapa hari yang lalu, mereka berdua masih tinggal di sini.”
Ekspresi bingung terlihat dengan jelas di wajah pria asing itu. Masih dengan wajah menatap Urashima Taro dengan saksama, ia pun bertanya, “Apakah kau benar-benar Urashima Taro?”
Sang nelayan pun mengiyakan pertanyaan itu dan mengangguk dengan percaya diri.
Mendadak, sang pria asing itu langsung tertawa terbahak-bahak. “Kau pasti sedang bercanda. Memang benar dahulu ada pria bernama Urashima Taro yang pernah tinggal di desan ini. Namun, hal itu terjadi sekitar tiga ratus tahun yang lalu. Tidak mungkin kalau ia masih hidup sekarang!”
Betapa terkejutnya sang nelayan ketika mendengar ucapan sang pria asing. Ia pun langsung ketakutan karenanya.
“Kumohon, jangan bercanda denganku. Sekarang aku benar-benar bingung. Aku adalah Urashima Taro yang sesungguhnya dan jelas-jelas umurku belum sampai tiga ratus tahun. Hingga empat atau lima hari yang lalu, aku masih tinggal di tempat ini. Kumohon beritahukan yang sesungguhnya padaku tanpa banyak bercanda lagi!” ucap sang nelayan dengan penuh memohon.
Baca juga: Dongeng Rumpelstiltskin dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Kurcaci yang Bisa Mengabulkan Segala Keinginan
Berpikiran untuk Kembali ke Istana Bawah Laut
Namun, ekspresi sang pria asing itu justru terlihat lebih murah. “Kau mungkin saja Urashima Taro atau bukan, aku tak akan pernah tahu kebenarannya. Namun, sosok Urashima Taro yang sering kudengar adalah seorang pria yang hidup tiga ratus tahun yang lalu. Mungkinkah kalau sebenarnya kau adalah rohnya yang datang untuk kembali mengunjungi rumah lamamu?”
Mendengar hal itu, terbakarlah emosi sang nelayan. “Kenapa kau menghinaku!” bentaknya penuh amarah, “Mana mungkin aku adalah seorang roh! Aku adalah manusia yang masih hidup. Apakah kau tidak bisa melihat kakiku masih menginjak tanah!” Kemudian, masih dengan penuh emosi, Urashima Tarou menghentakkan kakinya beberapa kali ke tanah.
“Namun, memang begitulah informasi yang aku ketahui,” ucap sang pria asing, “Urashima Taro yang sering diceritakan oleh kedua orang tuaku hidup tiga ratus tahun yang lalu. Bahkan, hal itu juga banyak dituliskan di legenda desa ini.”
Ucapan itu tentunya membuat sang nelayan semakin kebingungan. Ia pun kembali memutar tubuhnya dan berusaha memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dan benar saja, jika ia memperhatikan baik-baik, sebenarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan desa itu terlihat sangat berbeda dibandingkan dengan apa yang ia ingat sebelum pergi ke Istana Raja Laut.
Kini, perasaan tak enak menjadi menyelimuti dan menghantui pikiran sang nelayan. Ia mulai berpikiran bahwa ucapan sang pria asing itu mungkin saja memang ada benarnya.
Urashima Taro merasa seperti berada di dalam sebuah mimpi yang aneh. Rupanya, beberapa hari yang ia habiskan selama berada di Istana Raja Laut itu rupanya terhitung ratusan tahun lamanya.
Selama itu, kedua orang tuanya dan semua orang yang pernah dikenalnya telah meninggal dunia. Belum lagi, rupanya penduduk desa telah menuliskan kisahnya.
Akhir Hidup Urashima Taro
Baginya, tak ada lagi gunanya tinggal jauh lebih lama di desa tersebut. Akan lebih baik jika ia bergegas kembali ke istrinya yang cantik di negeri dasar laut.
Sang nelayan malang itu pun kemudian kembali berjalan ke arah pantai. Namun, ia sama sekali tak bisa menemukan cara untuk bisa kembali ke dalam laut. Karena bagaimanapun juga, tak mungkin ia berenang sendiri hingga sampai ke istana tersebut. Mendadak, ia teringat akan kotak yang dibawakan oleh istrinya, Tamate- Bako.
“Memang benar kalau sang putri memberitahuku untuk tidak pernah membuka kotak ini. Karena di dalamnya terdapat sesuatu yang sangat berharga. Namun, sekarang aku tidak lagi memiliki rumah dan telah kehilangan segala hal yang aku sayangi di desa ini. Belum lagi, aku tidak bisa menemukan cara untuk kembali ke Istana Bawah Laut,” ucap sang nelayan.
Masih dengan menimang kotak di tangannya itu, Urashima kembali melanjutkan, “Pada saat yang susah dan menyedihkan ini, jika aku membuka kotak ini, tentu isi di dalamnya yang berharga akan bisa membantu hidupku. Jika hal itu tak bisa menunjukkan jalan kembali ke sang putri yang ada di dalam laut, setidaknya aku bisa memulai kehidupan yang baru menggunakan harta tersebut.”
Sebenarnya, hati sang pelayan merasa berat untuk melakukan hal itu. Karena bagaimanapun juga, ia ingin mencoba untuk tidak melanggar janjinya pada sang suami. Namun, setelah menghirup napas panjang dan menghelanya, sang nelayan itu pun membulatkan tekadnya, “Baiklah, aku akan membuka kotak ini dan mengecek isinya!”
Secara perlahan, ia melepaskan tali sutra merah itu kemudian mengangkat kotak berharga itu perlahan. Di dalamnya, ia menemukan tiga gumpalan awan berwarna ungu yang kecil dan lembut. Mendadak, awan itu melayang dan berputar-putar di sekitar kepalanya sesaat sebelum terbang ke langit layaknya uap.
Urashima yang awalnya masih terlihat layaknya pemuda kuat dan tampan berusia dua puluhan tahun itu pun mendadak berubah menjadi sangat tua. Tak hanya wajahnya terlihat berkerut, rambutnya pun memutih, dan punggungnya langsung membungkuk layaknya orang yang bertambah usianya. Kemudian, ia pun terjatuh dan mati di pinggir pantai.
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Urashima Taro dari Jepang
Setelah membaca cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang di atas, jangan lupa ketahui juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Di sini kami menyiapkan beberapa ulasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini adalah tentang kebaikan dan ketulusan hati. Layaknya yang dilakukan sang nelayan ketika membantu kura-kura yang disiksa oleh anak-anak nakal.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tak banyak tokoh yang disebutkan dalam cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini. Meskipun begitu, masing-masing karakternya tetepa memiliki watak yang menarik untuk diulik.
Secara umum, tokoh utama yang disebutkan dalam ceritanya adalah Urashima Taro sang nelayan dan Putri Otohime. Sang nelayan diceritakan memiliki sifat yang baik hati dan suka menolong hewan lain yang lebih membutuhkan bantuannya. Sayangnya, ia juga seseorang yang tak mudah menjaga janjinya pada sang putri untuk tak pernah membuka kotak Tamate-Bako.
Putri Otohime digambarkan sebagai putri yang lembut dan baik hatinya. Ia juga tahu berterima kasih ketika dibantu oleh sang nelayan, dengan menawarkan untuk menikahi Urashima Taro. Tak hanya itu, ia juga menawarkan pada sang nelayan untuk mendapatkan semua keistimewaan dengan tinggal di dalam istana bawah laut itu.
Selain kedua tokoh utama tersebut, ada juga beberapa tokoh pendamping yang turut serta melengkapi ceritanya. Di antaranya adalah anak-anak nakal yang suka mengganggu hewan, kura-kura yang mengantarkan sang nelayan kembali ke Jepang, dan para ikan yang mengadakan pesta pernikahan mendadak
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan di dalam cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini. Di antaranya adalah desa dan rumah tempat sang nelayang tinggal bersama keluarganya, Istana Raja Laut yang ada di dasar laut, dan pinggir pantai tempat sang tokoh utama menemui ajalnya dengan penuh kesedihan.
4. Alur
Jika ditilik dari runtutan kisahnya, cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini memiliki alur maju atau progresif. Cerita rakyat yang berasal dari Jepang ini kisahnya dimulai dari keberadaan seorang nelayan yang memiliki kebaikan hati bernama Urashima Taro. Karena kebaikannya itu, suatu hari ia menolong seekor kura-kura yang sedang diganggu oleh anak-anak nakal.
Siapa sangka rupanya kura-kura itu bukanlah hewan sembarangan. Keesokan harinya, atas pertolongannya itu, sang kura-kura menawarinya untuk pergi ke Istana Raja Laut yang terletak di bawah laut. Sang nelayan pun menyetujui tawaran itu.
Sesampainya di istana yang megah dan indah itu, sang nelayan bertemu dengan seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Otohime. Sang putri rupanya adalah perwujudan dari kura-kura yang diselamatkan oleh sang nelayan.
Sebagai perwujudan terima kasihnya, Putri Otohime menawari Urashima Taro untuk menikahinya dan tinggal bersama di istana tersebut. Sekali lagi, sang nelayan menyetujui hal itu dan pesta pernikahan pun dilaksanakan dengan penuh kemegahan.
Setelah pesta berakhir, mereka berdua berjalan berkeliling istana dan menikmati keindahannya. Namun, mendadak sang nelayan kembali teringat akan kedua orang tuanya di Jepang yang sudah berumur. Ia pun kemudian berpamitan untuk pulang sebentar.
Awalnya, yang putri tentu saja tak mengizinkan suaminya itu untuk pulang. Namun, dengan penuh kesedihan akhirnya ia merelakan Urashima Taro untuk pulang sebentar dengan janji untuk tak pernah membuka kotak Tamate-Bako yang dibawakan Putri Otohime.
Ketika kembali ke Jepang, betapa terkejutnya sang nelayan ketika mendapati kalau rumah yang ia tinggali bersama kedua orang tuanya kini sudah dimiliki oleh orang lain. Keterkejutannya semakin bertambah ketika mendengar bahwa Urashima Taro yang dikenal oleh orang asing itu sudah meninggal tiga ratus tahun yang lalu.
Dengan penuh kesedihan, ia pun pergi ke pinggir pantai dan membuka kotak Tamate Bako yang dibawakan oleh istrinya. Kemudian sang nelayan itu pun berubah menjadi seorang kakek tua yang rambutnya beruban dan akhirnya benar-benar meninggal dunia.
5. Pesan Moral
Seperti halnya kisah-kisah dongeng indah lainnya, cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini juga memiliki beberapa pesan moral yang bisa kamu ajarkan pada buah hati tersayang. Salah satu pesan pentingnya adalah untuk lebih menyayangi hewan dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, meskipun ukurannya lebih kecil darimu sekalipun. Jangan seperti anak-anak nakal di desa yang suka mengganggu hewan kecil seperti kura-kura karena sama saja seperti kamu berusaha untuk membunuhnya.
Selain itu, ketika mendapatkan sebuah amanah, lakukanlah amanah itu dengan sebaik mungkin apa pun yang terjadi. Jangan sampai seperti Urashima Taro yang tidak memenuhi janjinya pada Putri Otohime untuk tidak membuka kotak Tamate-Bako. Pada akhirnya, ia pun menjadi tua dan meninggal dunia.
Selain unsur intrinsik, pada cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang di atas juga bisa didapatkan unsur ekstrinsik. Yaitu unsur-unsur dari luar kisah yang membantu melengkapi ceritanya, seperti nilai sosial, budaya, dan juga moral dari warga yang tinggal di Negeri Sakura.
Baca juga: Cerita Dongeng Momotaro dari Jepang, Kisah Keberanian Pemuda Persik dalam Melawan Kejahatan
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Urashima Taro dari Jepang
Eits, jangan kemana-mana dahulu! Setelah ini masih ada sedikit ulasan seputar fakta menarik cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang ini, lho! Langsung disimak saja, yuk!
1. Memiliki Banyak Versi
Sebagai sebuah cerita rakyat dalam bahasa Jepang, Urashima Taro tentu aslinya diceritakan dalam bentuk tulisan hiragana. Namun, tahukah kamu kalau rupanya di Negeri Sakura sendiri, ada beberapa versi dari kisah dongeng nelayan itu?
Setidaknya, ada empat versi yang dikenal dan sebenarnya masih memiliki kemiripan satu sama lain. Cerita rakyat Urashima Taro dari Jepang yang telah kami uraikan di artikel ini termasuk dari versi Man’yoshu yang sebenarnya berasal dari prosa karya Takahashi no Mushimaro yang berjudul Urashima no ko Mizu no e.
Selain itu, ada versi Otogizoshi. Pada versi tersebut, perbedaannya adalah kura-kura yang diselamatkan oleh sang nelayan bukan disiksa oleh anak-anak, tapi tak sengaja tertangkap kail. Kemudian, perbedaan lainnya adalah setelah sang nelayan membuka kotak Tamate-Bako itu, ia tidak berubah menjadi tua tapi justru berubah menjadi burung jenjang atau burung kuntul kemudian terbang menghilang.
Pada versi antologi Keigo seki, nama sang nelayan bukanlah Urashima Taro melainkan Kitamae Oshima. Sama seperti versi Otogizoshi, di sini Oshima tanpa sengaja menangkap kura-kura ketika sedang memancing. Perbedaan lainnya adalah kotak Tamate-Bako itu terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama berisi bulu burung bangau, lapisan kedua berisi asap putih yang mengubahnya menjadi kakek-kakek, dan lapisan ketiga berisi cermin yang membuatnya menyadari bahwa penampilannya kini berubah menjadi kakek tua.
Versi Tango Fudoki menyebutkan sang tokoh utama dengan nama Urashimako dari Mizunoe juga. Pada versi ini, Urashimako dikisahkan tanpa sengaja menangkap kura-kura dengan lima warna yang mendadak berubah menjadi seorang wanita cantik. Kemudian wanita tersebut mengajaknya ke Tokoyo no Kuni atau yang memiliki arti Bumi Keabadian.
Di tempat tersebut, ia disambut oleh tujuh anak-anak, kemudian delapan anak-anak. Kabarnya, jumlah anak-anak itu digunakan untuk merepresentasikan konstelasi bintang Pleiades dan Taurus. Akhir dari kisah ini, Urashimako masih tetap hidup normal tanpa berubah menjadi tua, tapi ia tak lagi bisa bertemu dengan putri cantik yang telah menjadi istri kesayangannya itu.
Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Urashima Taro dari Jepang di Atas?
Jadi bagaimana? Menarik bukan cerita rakyat Urashima Taro yang berasal dari Jepang di atas? Pasti akan seru kalau kisahnya kamu ceritakan pada buah hati. Jangan lupa, ajarkan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari ceritanya, ya?
Kalau masih ingin mencari dongeng-dongeng lain dari Jepang yang tak kalah menariknya, langsung saja cek artikel lain di kanal Ruang Pena di PosKata ini. Selain cerita rakyat Urashima Taro, kamu juga bisa mendapatkan dongeng Momotaro, Tanabata, atau Si Jempol yang juga berasal dari Jepang. Selamat membaca!