
Untuk yang gemar membaca cerita rakyat, legenda, atau asal usul, sudahkah kamu membaca kisah tentang bunga teratai? Kalau belum, mending simak saja kisah serunya di artikel ini. Dijamin kamu bakalan suka dan tertarik dengan kisahnya.
Siapa, nih, yang suka membaca cerita asal usul atau legenda Nusantara? Kalau kamu orangnya, sudah pernah baca asal usul bunga teratai belum, nih?
Jika belum pernah dengar atau baca ceritanya, secara singkat asal usul bunga teratai mengisahkan tentang seorang putri yang senang sekali berenang. Saking senangnya, ia sampai lupa akan tugas-tugasnya menjadi seorang putri.
Nah, kalau kamu pengen baca kelanjutan kisahnya, sekarang kamu telah berada di tempat yang tepat. Sebab, artikel ini memaparkan dongeng asal usul bunga teratai dan ulasan lengkapnya seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Asal Usul Bunga Teratai
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah desa di Jawa Barat ada kerajaan bernama Umbul Wening. Kerajaan itu tampak megah dan di belakangnya terdapat kolam yang sangat indah.
Pemimpin dari kerajaan itu adalah Prabu Ranubahu. Sang Raja dikenal sebagai sosok yang arif dan sangat menjaga kenyamanan serta ketentraman warganya.
Tak heran bila warga sangat menyukai Prabu Ranubahu. Lalu, Ia menikah dengan seorang Ratu cantik jelita dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Dewi Arum.
Berbeda dengan sang ayah yang ramah dan baik hati, Dewi Arum justru pendiam dan tak begitu punya banyak teman. Ia gemar menghabiskan waktunya seorang diri.
“Nak, tidakkah kau ingin berteman dengan teman-teman sebayamu? Kau juga bisa bermain di luar istana agar melihat indahnya alam ini,” ujar sang Ratu.
“Aku hanya ingin di istana saja, Bu. Berada di keramaian membuatku pusing,” jawab Dewi Arum.
Tak begitu suka dengan sifat anaknya yang pendiam, Prabu Ranubahu kerap mengundang anak-anak dari para pegawai istana untuk menemani Dewi Arum. Namun, gadis pendiam itu tak banyak bicara dan tetap menyindiri.
Gemar Berenang
Pada suatu pagi, seluruh dayang istana merasa terkejut karena tiba-tiba Dewi Arum tak ada di kamarnya. Mereka mencari ke seluruh penjuru istana, tapi tak ketemu.
Sang Ratu dan Raja pun ikut panik. Mereka khawatir ada hal buruk yang menimpa anak semata wayang. Ketika siang datang, tiba-tiba saja Dewi Arum kembali ke kamarnya dengan keadaan basah kuyub.
“Ke mana saja kau pergi? Kami mencarimu ke mana-mana!” ucap Prabu Ranubahu khawatir.
“Aku hanya berenang di danau belakang istana, Yah. Rasanya menyegarkan,” jawab Dewi Arum.
Di satu sisi, sang Raja merasa lega karena ini kali pertama anaknya menginjakkan kakinya di luar istana. Di sisi lain, ia merasa sangat khawatir karena Dewi Arum tak meminta izin kepada siapa pun. Ia bahkan berenang sendirian.
“Lain kali, jangan berenang sendirian, Anakku. Bagaimana bila ada sesuatu yang melukaimu? Mintalah dayang atau pengawal untuk menjagamu di danau,” ucap Prabu Ranubahu.
“Baik Ayah, maafkan aku telah membuatmu khawatir. Maafkan aku juga Ibu, dayang-dayang, dan para pengawal. Bukan maksud hatiku untuk membuat kalian cemas,” ucap Dewi Arum.
Meski pendiam dan tak banyak bicara, Dewi Arum sebenarnya berhati lembut. Ia segera minta maaf setelah tahu sikapnya membuat semua orang khawatir.
Lalu, ia pun berganti baju dan memulai segala aktivitasnya sebagai putri. Ia menjahit, menggambar, dan juga belajar berbagai macam hal.
Berenang Hingga Lupa Waktu
Setelah kejadian menggemparkan itu, Dewi Arum tiap pagi selalu berenang ke danau ditemani beberapa dayang. Ia sangat senang berenang dan mendalami danau.
Bahkan, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berenang. Alhasil, beberapa tugasnya sebagai seorang putri tak terabaikan.
Mendapati anaknya asyik berenang bukannya belajar, sang Raja pun kesal. “Lihatlah, Dewi Arum. Ia seharian hanya berenang, bukan belajar atau menjalankan tugasnya sebagai seorang putri. Aku harus memarahinya,” ucap Prabu Ranubahu pada sang Ratu.
“Jangan dulu, Suamiku. Biar aku yang memberitahunya baik-baik. Jangan sampai ia merasa kamu bersikap kasar padanya,” ucap Ratu.
Ia lalu datang ke danau dan melihat Dewi Arum sedang berenang di tengah. “Anakku, anakku sayang. Kemarilah, menepilah dulu. Ibu hendak bicara padamu,” ucap sang Ratu.
Mendengar sang ibu memanggil, Dewi Arum langsung menepi dan mentas dari air. “Ada apa, Ibunda Ratu?” tanya sang Putri.
“Ibu sangat senang karena kamu pada akhirnya keluar dari istana dan berenang dengan sangat lincahnya. Namun, tidakkah waktumu berenang terlalu lama? Ada baiknya jika kamu tak mengabaikan tugas-tugasmu menjadi seorang putri,” ucap sang Ratu.
“Tapi, Bu. Aku ingin berenang dan tak ingin melakukan hal lain. Belajar sendiri membuatku bosan. Hanya bermain air yang membuatku tak bosan,” ucap Dewi Arum yang ternyata selama ini merasa bosan.
“Ibu harap, kamu bisa membagi waktumu. Kau ini putri Raja, tolonglah untuk menajaga sikap, ya, Nak,” ucap Ratu menasihati.
Dewi Arum mengangguk-angguk tanda mengerti permintaan sang ibu. Keesokan harinya, ia hanya berenang sebentar, lalu menjalankan kegiatan lainnya.
Tak Berlangsung Lama
Raja dan Ratu merasa senang karena Dewi Arum menuruti perkataan orang tuanya. Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama.
Belum genap sebulan, Dewi Arum mengulangi kebiasaan buruknya. Ia menghabiskan waktunya untuk berenang dari pagi hingga sore.
Prabu Ranubahu pun geram. Ia setiap hari memarahi Dewi Arum karena terus-terusan berenang dan mengabaikan tugasnya sebagai seorang putri. Namun, Dewi Arum hanya minta maaf dan mengulanginya esok hari.
Ketika hendak memerintahkan pengawal istana untuk menutup danau, tiba-tiba saja ada kejadian buruk yang menimpa para warga. Ada banyak sekali warga yang menderita penyakit gatal mengerikan hingga membuat Raja kebingungan.
Semakin hari, korbannya pun semakin banyak. Raja bahkan mengundang seluruh tabib di penjuru negeri, tapi tak ada satu pun yang berhasil.
Tiap malam, Raja selalu berdoa pada Tuhan. “Ya, Tuhan. Mohon sembuhkan para wargaku. Tolong jangan biarkan penyakit itu terus-terusan bersarang di tubuh mereka,” ucapnya tiap malam.
Tiap hari, ada saja orang yang meninggal karena penyakit itu. Raja semakin bingung dan panik. Di sepertiga malam, ia kembali berdoa dan kali ini hingga menangis.
“Ya, Tuhan. Kumohon, selamatkanlah warga. Aku tak ingin mereka merasakan sakit. Tolong bantu mereka. Tolong berikan pencerahan, apa yang harus kami lakukan,” ucap Prabu Ranubahu.
Hidayah Lewat Sebuah Mimpi
Setelah berdoa, Raja pun memutuskan tuk kembali tidur. Ia lalu bermimpi bertemu dengan seorang pria tua.
“Hai, kau Raja yang bijaksana. Aku dengar wargamu sedang mengalami penyakit mematikan. Benarkah begitu?” tanya pria tua itua dalam mimpi raja.
“Benar. Aku sudah melakukan segala cara tuk sembuhkan mereka. Namun, penyakit tersebut tak kunjung sirna,” jawab Prabu.
“Penyakit yang menyerang wargamu bisa disembuhkan dengan bunga-bunga yang ada di sebuah kolam di hutan Krendowahono. Hanya saja yang boleh mengambil bunga itu adalah putrimu, Dewi Arum,” ucap pria tua itu.
Ketika Prabu terbangun dari tidurnya, ia langsung mendatangi anaknya. “Anakku, Dewi Arum. Ayahanda punya tugas besar untukmu. Ini berkaitan dengan keselamatan para warga di kerajaan kita,” ucap Prabu.
“Tugas apa, Ayah?” tanya sang putri.
“Kamu dan beberapa pengawal istana pergilah ke hutan Krendowahono. Lalu, carilah danau indah yang terdapat bunga-bunga. Setelah itu, berenanglah dan petik beberapa bunga dan segeralah pulang,” ucap Prabu.
“Untuk apa bunga itu, Yah? Kenapa harus aku yang mendapatkannya? Aku tak pernah pergi ke hutan belantara,” ucap Dewi Arum merasa takut.
“Dalam mimpiku, bunga-bunga itulah yang dapat menyembuhkan para warga. Namun, hanya kamu yang bisa mengambilnya. Tolong selamatkan warga, Anakku. Kau pasti bisa,” ujar Prabu.
“Baiklah, Yah. Kalau begitu aku dan beberapa pasukan akan segera ke sana,” ucap sang Putri.
Mencari Danau di Hutan Krendowahono
Dewi Arum dan beberapa pengawal istana tiba di hutan Krendowahono di Jawa Tengah setelah melalui perjalanan yang amat sulit. Hutan itu tampak menyeramkan.
Tak ada satu pun orang yang pernah memasukinya. Namun, demi menyelamatkan para warga, Dewi Arum dan pasukan pun memberanikan diri.
Di dalam hutan itu, mereka harus melawan serangan dari binatang-binatang liar. Beruntung saja, pasukan istana memiliki pertahanan yang baik.
Beberapa hari di hutan, mereka tak jua menemukan danau yang Raja mimpikan. “Di mana danau itu berada? Aku sangat lelah mencarinya,” ucap Dewi Arum.
Meski demikian, sang putri tak pernah menyerah mencari. Ia terus-terusan mencari dan mencari tiada henti. Di sisi lain, sang Raja di istana terus-terusan mengkhawatirkan putrinya. Namun, ia tak bisa meninggalkan istana karena harus menjaga para warga.
Pada akhirnya, Dewi Arum berhasil menemukan danau indah di hutan Krendowahono. Danau itu terlihat lebih indah dari yang ada di istana.
Dewi Arum belum pernah melihat danau seindah itu. Karena sangat takjub, ia pun langsung berenang di danau itu. Ia terus-terusan berenang dan merasakan kesegaran airnya.
Sayangnya, kebahagiaan sang putri membuatnya lupa diri. Ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk berenang. Salah satu pengawal pun memperingatkannya.
“Tuan Putri, segeralah ambil bunganya. Kita harus segera kembali untuk menyelamatkan para warga,” teriak salah satu pengawal.
Seolah tak ingin berhenti berenang, Dewi Arum tak mengindahkan perkataan para pengawal. Lalu, salah satu dari pengawal pun bergegas pulang ke istana. Ia ingin memberi tahu Raja bahwa Dewi Arum tak berhenti berenang.
Raja Murka
Karena sudah hapal jalan, pengawal itu berhasil sampai di istana dengan cepat. Raja tak menyangka jika Dewi Arum tak pulang bersamanya.
“Kenapa kau sendirian? Di mana anakku dan pasukan yang lain?” tanya Raja.
“Begini, Tuan. Sebenarnya, kami telah berhasil menemukan danau di hutan Krendowahono. Danau itu tampak indah dan memukau sehingga membuat tuan putri tak mau berhenti berenang. Kami sudah mencoba menghentikannya, tapi ia tak peduli pada kami. Untuk itu, hamba kemari untuk menjemput Raja dan membujuk sang putri tuk kembali,” jelas salah satu pengawal itu.
“Ini tidak bisa dibiarkan,” ucap sang Raja. Ia sudah tak sabar lagi dengan sifat putrinya. “Bagaimana bisa ia mengabaikan tugas penting yang aku berikan padanya? Bagaimana bisa ia mengorbankan nyawa orang-orang untuk kebahagiaannya sendiri?” ucap Raja tak habis pikir.
Ia merasa sangat marah dan geram pada Dewi Arum. Lalu, ia pergi ke hutan Krendowahono didamping para pengawal istana.
Sesampainya di danau, Raja mengamuk. “Dewi Arum! Apa yang kamu lakukan di sini! Bukankah sudah kukatakan padamu jika rakyat sangat butuh bunga yang ada di danau ini. Tapi, kenapa kau malah asyik berenang,” ujar Raja dengan membentak Dewi yang tengah istirahat di tepi danau.
“Aku tak pernah melarangmu berenang. Asalkan kamu mengemban amanah dengan baik! Apa kau tak memikirkan nasib orang-orang yang mati karena kamu asyik bermain air di sini?” imbuh Raja geram.
“Ma…maafkan aku, Ayah. Aku…” Belum sempat Dewi Arum memberi penjelasan, Raja sudah menyelanya.
“Aku tak butuh permintaan maafmu. Aku sangat kecewa atas sikapmu ini. Kau tak pantas menjadi seorang putri dan hidup di istana. Kau pantas hidup di sini seluruh umur hidupmu!” ucap Raja dengan emosi yang memuncak.
Berubah Menjadi Bunga
Setelah mengucap sumpah serapah itu, tiba-tiba saja langit menjadi mendung. Awan-awan hitam menutupi cahaya matahari.
Lalu, tiba-tiba saja, sang Putri menghilang seolah-olah tenggelam di dasar air. Raja terkejut. Ia lalu menyelami danau untuk mencari sang anak.
Bagaimana pun juga, Raja tetaplah ayah yang kan selalu mengampuni putrinya. Namun, Raja tak kunjung menemukan sang putri.
Tak lama kemudian, langit kembali cerah. Lalu, muncullah bunga yang sangat indah dari dalam air itu. Raja meyakini jika bunga itu adalah jelmaan dari Dewi Arum.
“Anakku! Maafkan ayahmu yang telah berkata tanpa berpikir terlebih dahulu. Tolong, kembalilah seperti sedia kala,” ucapnya sambil menangis.
Ia lalu membawa bunga itu ke istana. Raja memerintahkan pengawal untuk membuat kolam seindah dan sebagus mungkin untuk tempat tinggal bunga itu.
Sepanjang hari, Raja dan Ratu menangis tiada henti di kolam itu sambil memandang anaknya yang berubah menjadi bunga. Di sisi lain, berkat bunga itu, para warga telah sembuh dari penyakitnya. Mereka lalu menyebut bunga itu bunga teratai.
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita asal usul Bunga Teratai, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, berikut ulasan singkatnya!
1. Tema
Tema atau inti cerita dari legenda asal usul Bunga Teratai adalah tentang seorang putri yang tak mengemban amanat yang Raja berikan padanya. Meski memiliki tanggung jawab besar dan penting bagi banyak orang, ia justru mementingkan kebahagiaannya sendiri.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam asal usul Bunga Teratai. Mereka adalah Dewi Arum, Prabu Ranubahu, dan sang Ratu.
Dalam legenda ini, Dewi Arum digambarkan sebagai sosok putri yang pendiam dan tak banyak berinteraksi dengan orang lain. Ia lebih senang menghabiskan waktu sendirian dibanding dengan orang-orang di sekitarnya.
Lalu, ia menemukan hobi yang membuatnya ketagihan, yaitu berenang. Ia bisa menghabiskan sepanjang waktunya hanya untuk berenang di danau dekat istana.
Prabu Ranubahu adalah sosok Raja yang bijak dan baik hati. Berkat kerja kerasnya, para warga merasa nyaman dan tentram. Sementara Ratu tak banyak disebutkan dalam dongeng ini. Ia tampak seperti seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya. Buktinya, ia tak ingin sang Raja memarahi sang anak.
3. Latar
Latar tempat dari asal usul Bunga Teratai adalah di sebuah istana megah di Jawa Barat. Secara detail, ada beberapa latar tempat yang menunjang cerita ini, seperti di danau dekat istana, hutan Krendowahono, dan danau indah di dalam hutan itu.
4. Alur Cerita Asal Usul Bunga Teratai
Cerita asal usul Bunga Teratai memiliki alur maju alias progresif. Dongeng berawal dari seorang putri pendiam bernama Dewi Arum yang menemukan hobi menarik baginya, yaitu berenang.
Sepanjang hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk berenang di danau dekat istana. Kebiasaan itu membuat Raja kesal karena Dewi Arum melupakan tugasnya sebagai putri.
Lalu, Raja pun memarahi Dewi Arum dan memintanya untuk lebih bijak dalam membagi waktu. Awalnya, Dewi Arum bisa memperbaiki sikapnya. Ia tetap berenang, tapi tak melupakan tugasnya sebagai seorang putri.
Namun, hal itu tak berlangsung lama. Belum genap sebulan, ia kembali berenang selama berjam-jam dan lupa akan tugas-tugasnya. Baru saja Raja hendak menguras danau itu, tiba-tiba saja kerajaan digemparkan dengan para warga yang terjangkit penyakit mematikan.
Raja memanggil seluruh tabib istana, tapi tak ada satu pun yang bisa mengobati penyakit itu. Ia lalu mengundang seluruh tabib dari beberapa negeri, tapi semua tak berhasil.
Raja fustrasi. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya tuk menyelamatkan para warga. Pada suatu malam, tiba-tiba Raja bermimpi bertemu dengan seorang pria tua.
Pria itu memintanya untuk memerintahkan Dewi Arum mengambil bunga di danau di hutan Krendowahono. Hanya bunga yang diambil sang putri yang bisa menyembuhkan penyakit para warga.
Keesokannya, Dewi Arum dan para pengawal bergegas pergi ke hutan. Setelah melalui perjalanan yang sulit, akhirnya mereka berhasil tiba di danau.
Bukannya bergegas mengambil bunga dan kembali ke istana, Dewi Arum malah asyik berenang. Lalu, datanglah Raja ke danau itu dan mengucapkan sumpah serapa pada sang anak.
Pada akhirnya, Dewi Arum berubah menjadi bunga cantik yang mengambang di danau itu. Raja menyesali perkataannya dan membawa pulang bunga yang kemudian diberi nama bunga teratai itu.
Ajaibnya, bunga yang merupakaan jelmaan dari Dewi Arum tersebut berhasil menyembuhkan para warga. Semua warga berterimakasih pada bunga teratai yang tumbuh indah di kolam istana.
5. Pesan Moral
Ada beberapa amanat yang terkandung dalam cerita asal usul Bunga Teratai. Nilai moral pertama adalah jangan melupakan kewajibanmu. Kamu boleh saja memiliki hobi dan kesenangan, tapi tetap selesaikan apa yang sudah menjadi tugasmu.
Jangan seperti Dewi Arum yang saking senangnya berenang, ia melupakan tugas-tugasnya sebagai putri. Alhasil, sikapnya itu membuat kedua orang tuanya kecewa dan marah.
Pesan berikutnya, jangan menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan kepadamu. Misalnya saja orang tuamu memberimu kepercayaan atau suatu amanat, jagalah itu dengan sepenuh hati.
Raja memberi Dewi Arum kepercayaan untuk mengambil bunga di danau guna menyembuhkan para warga. Dewi Arum punya tanggung jawab dan amanat yang begitu besar. Tapi, ia malah asyik dengan kepentingannya sendiri.
Terakhir, jagalah perkataanmu. Sejatinya, perkataan adalah doa. Jangan sampai kamu mengucapkan hal-hal buruk, karena kita tak tahu doa mana yang akan Tuhan kabulkan.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik Bunga Teratai
Usai membaca cerita asal usul Bunga Teratai beserta unsur intrinsiknya, yuk, tambah wawasanmu dengan membaca fakta-fakta menariknya. Berikut ulasan singkatnya;
1. Memiliki Beragam Jenis
Dalam bahasa latin, teratai disebut dengan nymphaea. Dilansir dari Britannica, bunga teratai memiliki lebih dari 70 jenis. Beberapa di antaranya adalah nymphaea gigantea violacea, nymphaea ampla, dan nymphaea calliantha conard.
Warna dari bunga ini pun beragam. Ada yang putih, biru, merah muda, orange, dan masih banyak lagi.
2. Sering Dianggap Sama dengan Bunga Lotus
Apakah kamu beranggapan bunga lotus dan teratai itu sama? Ya, banyak sekali yang beranggapan kedua bunga itu sama.
Padahal, sebenarnya teratai dan lotus berbeda. Lotus sendiri berasal dari genus Nelumbo. Sementara teratai dari genus Nymphaea.
Lotus adalah sebutan secara global. Di Indonesia sendiri, bunga itu disebut dengan seroja. Kamu pernah mendengarnya, bukan? Sementara bahasa Inggris dari teratai adalah water lily.
Bentuk bunga lotus atau seroja dan teratai sekilas memang terlihat hampir serupa. Ditambah lagi, keduanya sama-sama hidup di air. Tak ayal jika banyak orang yang mengira kedua bunga tersebut adalah sama.
Kelopak teratai cenderung panjang dan runcing serta biasanya bertumpuk dengan rapi. Sementara kelopak lotus berbentuk agak bulat dan besar. Kelopak bunganya juga tidak beraturan dan tidak terlalu banyak.
3. Filosofi Bunga Teratai
Ada beragam filosofi dari bunga teratai, salah satunya adalah meski hidup di lingkungan kotor, bunga ini tetap tumbuh dengan indah. Sejatinya, bunga teratai hidup di air yang berlumpur untuk bertahan hidup,
Meski demikian, bunga teratai tetap tumbuh dan menunjukkan keindahannya. Hal itu menggambarkan bahwa seseorang yang hidup dan tumbuh di lingkungan tak baik, bukan berarti ia adalah orang yang tak baik pula.
Ia mungkin tak bisa memilih di mana lingkungan ia tinggal. Tapi, setiap individu punya pilihan untuk bersikap dan berperilaku.
Selain itu, bunga teratai juga mengajarkan bahwa hidup itu singkat dan sesaat. Setelah mekar, bunga teratai cepat layu, tapi ia tetap mekar dengan keindahannya.
Pada hakikatnya, manusia juga tak hidup abadi. Semuanya akan menemui ajalnya masing-masing. Meski demikian, berikanlah yang terbaik selama kamu masih hidup dan bernyawa.
4. Ada Versi Lain
Dongeng atau legenda memang pada umumnya memiliki beberapa versi. Tak terkecuali dengan asal usul Bunga Teratai ini.
Dilansir dari Kids Britannica, asal usul bunga teratai alias water lily adalah legenda dari Amerika. Dahulu, ada ratusan bintang yang sangat indah di langit. Bintang-bintang itu berjatuhan dan berubah menjadi bunga-bunga indah yang tumbuh di atas danau.
Selain kisah tersebut, ada pula legenda yang mengisahkan tentang seorang kesatria yang tidur di bawah langit malam. Ia bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik jelita.
Gadis itu berkata bahwa dirinya ingin tinggal di suatu tempat yang indah dan banyak orang di sekitarnya. Ia juga mengatakan bahwa dirinya berasal dari langit dan ingin hidup bersama dengan manusia.
Dalam mimpi sang kesatria, gadis itu memintanya untuk menanyakan pada tetua dalam bentuk apa ia harus muncul di muka bumi ini. Keesokan harinya, kesatria itu menceritakan mimpinya pada para tetua. Ia juga menanyakan pertanyaan dari gadis itu.
Para tetua pun menjawab bahwa gadis itu bebas tinggal di mana saja dan dalam wujud apa pun di bumi ini. Tapi, jangan sampai ia salah pilih wujud yang bisa merugikan bumi.
Ketika malam tiba, kesatria itu tidur dan bermimpi tentang gadis itu lagi. Kesatria lalu memberikan jawaban dari para tetua. “Kau bebas memilih apa pun wujudmu dan di mana pun kamu tinggal. Sebab, kami pun tak bisa memutuskan untuk memintamu berwujud apa,” ucapnya.
Tak lama kemudian, gadis itu mengatakan jika ia sudah tahu ingin berubah menjadi apa dan tinggal di mana. “Aku tahu ke mana aku harus tinggal. Aku ini tinggal di tempat yang buruk dan mengubahnya menjadi suatu tempat yang tampak indah sehingga orang-orang menyukainya,” ucapnya.
Keesokan harinya, kesatria dan para tetua terkejut melihat danau berlumpur tempat sampan berlabuh telah dipenuhi bunga-bunga yang sangat indah. Mereka beranggapan bahwa bunga-bunga itu adalah jelmaan dari gadis cantik yang muncul di mimpi sang kesatria.
Sudah Puas dengan Legenda Asal Usul Bunga Teratai?
Itulah tadi legenda asal usul Bunga Teratai beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Apakah kamu sudah cukup puas dengan kisah yang kami paparkan? Kalau kamu suka, yuk, bagikan ke teman-temanmu.
Buat yang butuh cerita rakyat lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada beragam kisah yang bisa kamu pilih, seperti legenda Batu Menangis, cerita rakyat Datu Pujung, kisah asal usul Kota Makassar, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!