
Ada banyak sekali cerita dongeng yang menarik untuk dijadikan sebagai pengantar tidur, salah satunya adalah tentang seorang penjahit kecil yang pemberani. Kalau kamu penasaran seperti apa kisahnya, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di bawah ini.
Apakah kamu sedang mencari kisah pengantar tidur yang bisa mengajarkan buah hati untuk menjadi seseorang berjiwa kesatria dan cerdik? Jika iya, cerita dongeng penjahit kecil yang pemberani ini bisa menjadi jawaban yang tepat.
Kisahnya menceritakan tentang seorang penjahit yang memulai petualangannya karena kepercayaan diri yang terlalu berlebihan. Namun, berkat kecerdikannya, pada akhirnya justru ia berhasil membuat banyak orang tunduk kepadanya.
Kira-kira apa yang terjadi, ya? Daripada penasaran, langsung saja simak cerita dongeng Penjahit Kecil yang pemberani di bawah ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya!
Cerita Dongeng Penjahit Kecil Pemberani
Pada suatu hari di musim panas, seorang penjahit kecil sedang duduk di mejanya yang ada di pinggir jendela. Ia terlihat tengah menjahit dengan penuh semangat.
Tak berapa lama kemudian, seorang petani wanita lewat di luar jendela tersebut seraya berseru, “Dijual selai enak! Dijual selai enak!”
Suara itu terdengar sangat manis di telinga si penjahit kecil. Sehingga ia pun langsung mengeluarkan kepala mungilnya dari jendela dan memanggil sang petani. “Di atas ini, petani yang baik. Lihatlah ke atas sini dan kau akan menemukan pelanggan yang bersedia membelinya!”
Wanita itu pun menaiki tiga anak tangga dengan keranjangnya yang berat hingga mencapai ke jendela kamar itu. Sang penjahit kemudian meminta wanita itu untuk meletakkan semua toples selai miliknya hingga berjajar di hadapannya. Ia memeriksa semua toples itu dengan cara mengangkat dan menciuminya satu persatu.
Sesudahnya ia berkata, “Selai ini sepertinya terlihat enak. Coba timbangkan empat ons untukku, wahai petani yang baik. Atau seperempat pound juga tak masalah bagiku.” Karena bagaimanapun juga, keduanya memiliki berat yang sama.
Petani wanita yang berharap bisa menemukan pasar yang bagus itu pun memberikan apa yang diinginkan sang pembeli. Namun, ia lalu pergi sembari menggerutu penuh kekesalan.
“Sekarang surga akan memberkati selai yang akan kugunakan ini!” seru sang penjahit kecil. “Dan kuharap selainya bisa menopangku dan menjadi sumber kekuatanku.” Setelah berkata itu, ia mengambil sepotong roti dari lemari dan memotongnya lalu mengoleskan selai di atasnya.
“Rasanya pasti tak akan salah,” ujarnya kemudian. “Tapi aku akan menyelesaikan rompi ini terlebih dahulu sebelum mulai menikmati roti dan selai itu.”
Tujuh Sekaligus
Sang penjahit kecil kemudian meletakkan roti itu di sampingnya dan mulai menjahit. Karena ia melakukannya dengan hati ringan, jahitan itu pun semakin lama semakin besar. Di waktu yang bersamaan, bau manis dari selainya mulai menguar dan naik ke langit-langit, di mana ada banyak lalat yang sedang duduk santai. Aroma itu rupanya menarik perhatian para lalat sehingga mereka mulai mengerumuni roti selai itu bersama-sama.
“Ha! Siapa yang mengundang kalian?” ujar sang penjahit seraya berusaha mengusir tamu yang tidak diinginkan itu. Namun, para lalat yang tidak memahami bahasa manusia itu menolak untuk diusir. Meskipun mereka sempat pergi menjauh sebentar, tapi pada akhirnya mereka justru kembali bersama rombongan lebih banyak.
Pada akhirnya, si penjahit kecil yang kehilangan kesabarannya itu pun langsung mengambil kemoceng yang ada di sudut cerobong asapnya. Kemudian ia berseru, “Tunggulah dan aku pasti akan mengusir kalian semua!”
Setelahnya, ia langsung memukuli para lalat itu tanpa ampun menggunakan kemocengnya. Kemudian ia menghitung berapa banyak lalat yang berhasil ia kalahkan. Dan di hadapannya, setidaknya ada tujuh lalat yang terbaring mati dengan kaki terentang.
“Lihatlah betapa putus asanya aku berusaha melawan lalat-lalat itu!” ujarnya pada dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa kagum pada keberaniannya sendiri. “Seluruh penduduk kota harus mengetahui tentang hal ini!”
Tanpa menunggu lama dan dengan tergesa, sang penjahit kecil itu memotong sebuah ikat pinggang, menjahit bagian pinggirnya, dan menyulam huruf besar di atasnya yang berbunyi, “Tujuh sekaligus.”
“Haruskah aku hanya menyebarkannya ke seluruh penduduk kota saja? Tidak, seluruh penjuru dunia harus mendengarnya,” ujarnya dengan jantung berdebar kencang penuh kegembiraan seperti yang dirasakan oleh seekor domba yang mengibaskan ekornya.
Memamerkan Sabuknya Kepada Raksasa
Sang penjahit kemudian mengikatkan ikat pinggang itu ke pinggangnya dan berangkat untuk melihat dunia yang luas. Saat itu ia benar-benar merasa kalau ruang kerjanya itu terlalu kecil untuk menampung kehebatannya.
Sebelum benar-benar berangkat, ia sempat memperhatikan ke sekeliling ruangannya dahulu. Ia berniat mencari apakah ada sesuatu di rumahnya bisa ia bawa sebagai bekal perjalanannya. Sayangnya, ia tidak menemukan apa pun selain keju tua miliknya.
Di depan rumah, ia mengamati seekor burung yang terjebak di sebuah semak-semak. Kemudian ia pun memasukkan burung kecil itu ke dalam dompetnya, tepat di samping keju tua miliknya. Sesudahnya, ia melanjutkan perjalanan dengan riang dan langkah ringan juga lincah. Seolah ia sama sekali tak pernah merasa kelelahan.
Jalan yang ia lewati menuju ke sebuah bukit di mana di atasnya duduk seorang raksasa yang besar dan kuat. Raksasa itu terlihat dengan tenang tengah menikmati pemandangan.
Sang penjahit kecil kemudian menghampiri sang rasa dan menyapanya dengan santun dan riang. “Selamat siang, teman. Kulihat kau sedang duduk dengan nyaman menatap dunia yang luas. Tahukah kau kalau aku sedang dalam perjalanan ke sana? Bagaimana kalau kau menemaniku?”
Namun, raksasa itu justru memandangnya dengan tatapan jijik seraya berkata, “Sungguh makhluk kecil yang malang.”
“Kau benar-benar pintar membuat lelucon.” jawab sang penjahit kecil. Kemudian ia membuka kancing mantelnya dan menunjukkan sabuk besarnya. “Lihatlah, sekarang kau bisa melihat orang seperti apakah aku ini.”
Raksasa itu pun membaca tulisan yang ada di sabuknya. “Tujuh sekaligus,” dan berpikiran kalau yang dimaksud adalah tujuh manusia biasa yang telah dibunuh oleh sang penjahit kecil. Ia pun kemudian menunjukkan rasa hormatnya pada pria berukuran mungil itu.
Tantangan Meremas dan Melempar
Namun, sang raksasa tetap saja berpikiran untuk mengujinya. Ia pun kemudian mengambil sebuah batu dan meremasnya sampai keluar tetesan air dari sana.
“Sekarang cobalah untuk melakukan hal yang sama,” ujar sang Raksasa. “Itu kalau kau memang benar-benar dianggap sebagai seseorang yang sangat kuat.”
“Itu saja?” tanya sang Penjahit Kecil menantang. “Itu mudah saja kulakukan.” Kemudian tanpa menunggu lama ia pun merogoh dompetnya dan mengeluarkan keju yang ia bawa dari rumah. Lalu ia meremasnya sampai keluar air dari dalam keju itu. “Remasanku jauh lebih kuat daripada kamu,” ujarnya kemudian.
Raksasa itu benar-benar tak mengetahui harus berkata apa. Bagaimanapun juga, iua sebenarnya tak bisa mempercayai sang pria berukuran mungil itu. Sebagai pembuktian, ia pun mengangkat batu yang sebelumnya ia peras dan melemparkannya setinggi mungkin hingga tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
“Sekarang, babi kecilku,” ujar sang Raksasa, “Aku mau melihatmu melakukan hal yang sama.”
“Lemparan yang baik,” ujar pria kecil itu, “Namun, kau pasti menyadari kalau batumu pada akhirnya jatuh ke tanah. Kali ini aku akan melemparkan satu yang sama sekali tak akan turun kembali ke tanah.” Tepat setelah mengucapkan itu, ia langsung kembali merogoh ke dalam dompetnya dan menggenggam burung yang sempat dibawanya, lalu melemparkannya ke udara.
Burung yang merasa senang karena akhirnya bisa terbebas itu pun langsung membumbung ke langit dan terbang tinggi tanpa pernah kembali.
“Jadi bagaimana pendapatmu tentang itu, sobat?” tanyanya pada sang Raksasa.
“Rupanya kau benar-benar bisa melempar,” jawab Raksasa itu. “Tapi sekarang mari kita lihat apakah kau bisa membawa beban berat.” Setelah mengucapkan itu, sang Raksasa membawa penjahit kecil itu ke pohon ek besar yang telah ditebang ke tanah.
Cara Mengangkat Pohon Besar
Sesudahnya, sang raksasa berkata, “Kalau kau memang cukup kuat, tentunya kau bisa membantuku membawakan pohon itu keluar dari hutan.”
“Tentu saja,” jawab sang Penjahit Kecil. “Kau hanya perlu membawa batang pohonnya menggunakan bahumu. Nanti aku yang akan menanggung bagian atas dan cabangnya. Karena tentunya itu adalah bagian terberat, kan?”
Raksasa itu menurut saja dan meletakkan batang pohon itu di bahunya. Namun, sang penjahit kecil justru duduk santai di antara dahan-dahan pohonnya. Sang raksasa yang tak bisa melihat apa yang terjadi di belakangnya, pada akhirnya harus membawa sendiri batang pohon dan sang penjahit kecil seperti perjanjian mereka sebelumnya.
Sang penjahit duduk di antara dahan pohon itu dengan penuh semangat. Bahkan, ia sampai bersiul dengan suara kencang, seolah proses membawa pohon itu hanyalah olahraga semata. Sang raksasa, setelah menyeret beban berat itu selama beberapa saat pun mulai merasa kelelahan. Ia merasa seolah tak akan bisa melanjutkan perjalanannya lagi.
Raksasa itu pun kemudian berteriak, “Hei! Aku akan menjatuhkan pohon ini.”
Sang penjahit langsung melompat dengan gesit, dan meraih bagian ujung pohonnya menggunakan kedua tangan. Seolah sebelumnya di sepanjang jalan ia selalu membawa bagian ujung pohonnya. Kemudian ia berkata, “Siapa sangka rupanya seseorang sepertimu tak cukup kuat untuk membawa sebatang pohon.”
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka bersama-sama. Ketika mereka melewati deretan pohon ceri, raksasa itu memegang salah satu puncak pohonnya, di mana di sana terletak buah-buah ceri yang paling matang. Sang raksasa menarik ranting itu turun hingga bisa diraih oleh tangan si penjahit. Kemudian sang raksasa menyuruhnya mengambil buahnya dan menikmatinya.
Akhir Hidup Sang Penjahit?
“Kutawarkan ini kepadamu karena kau adalah orang yang baik,” ujar sang Raksasa. “Kalau kau mau, kau bisa datang dan menghabiskan malam bersama kami di gua.”
Sang penjahit kecil dengan senang hati dan penuh kerelaan pun menyetujui ide itu. Ia senang-senang saja mengikuti teman barunya itu hingga akhirnya mereka sampai di sebuah gua yang penuh dengan beberapa raksasa. Mereka semua terlihat sedang duduk mengelilingi api unggun. Masing-masing dari mereka terlihat memegang domba panggang dan melahapnya dengan nikmat.
Namun, bukan itu yang menjadi perhatian sang penjahit kecil. Ia justru melihat ke arah sekelilingnya seraya berpikir, ‘Tempat ini benar-benar luas dan menyenangkan. Bisa dibilang ada banyak sekali ruang untukku berputar-putar di sini dibandingkan di rumahku.’
Sang raksasa yang mengundangnya untuk datang ke gua pun menunjukkan sebuah tempat tidur lalu menyuruhnya untuk berbaring dan tidur nyenyak di sana. Namun, tempat tidur itu terlalu besar untuknya yang berukuran mungil. Sehingga alih-alih tidur di tengah kasur, ia memilih untuk merangkat ke sudut tempat tidur.
Di tengah malam, ketika sang raksasa mengira penjahit kecil itu sudah tidur terlelap, ia langsung berdiri dan meraih tongkat besinya yang berukuran besar. Dengan kekuatannya yang besar, ia memukul tempat tidur itu dan memecahkannya hingga menjadi dua. Dengan penuh kebanggaan, sang raksasa sangat yakin kalau ia telah berhasil membunuh manusia mungil itu.
Keesokan harinya ketika matahari baru saja terbit, para raksasa itu melakukan kegiatan rutin dengan pergi ke hutan. Mereka sama sekali lupa dengan keberadaan si penjahit kecil. Hingga ketika mendadak, mereka bertemu dengan penjahit itu di dalam hutan dalam keadaan sangat ceria.
Sampai di Halaman Istana Kerajaan
Pemandangan itu tentunya membuat para raksasa ketakutan. Mereka mengira kalau sosok sang penjahit yang mereka lihat itu adalah hantu yang akan menghantui dan membunuh mereka. Para raksasa langsung lari tunggang langgang secepat mungkin.
Sang penjahit kecil yang tidak menyadari apa yang sedang terjadi itu pun hanya berjalan santai meneruskan perjalanannya. Hingga akhirnya setelah waktu yang cukup lama, ia pun sampai di halaman istana kerajaan. Karena jalan yang ia tempuh sangat jauh hingga membuatnya kelelahan, ia pun langsung berbaring di rumput dan tertidur.
Ketika ia sedang berbaring di sana, ada beberapa orang yang mulai datang berkerumun. Mereka semua hanya bisa terpana melihat tulisan “Tujuh Sekaligus” yang ada di ikat pinggang.
“Oh,” ucap salah satu dari orang tersebut, “Kira-kira apa yang diinginkan oleh sang pahlawan besar dari ratusan pertarungan ini di tanah kita yang damai? Ia pastilah seorang pria yang gagah perkasa.”
Orang-orang itu kemudian beranjak dan menemui Raja untuk menginformasikan tentang keberadaan seorang pria kecil yang tengah tidur di rumput halaman istana. Mereka menceritakan tentang kehebatannya dan menyatakan kalau mungkin saja pria itu akan menjadi seseorang yang berguna bagi istana ketika nantinya terjadi peperangan. Mereka pun langsung menyarankan kepada Raja untuk mengamankan pria itu dengan cara apa pun.
Nasihat itu rupanya menyenangkan hati sang raja. Ia kemudian mengirimkan salah satu abdi dalem untuk menemui calon prajurit kecilnya itu. Tugas sang abdi dalem adalah untuk menunggu hingga sang prajurit mungil bangun kemudian menawarinya untuk menjadi komisi di pasukan mereka.
Misi Khusus dari Raja
Sang raja berpikiran panjang dan mendalam tentang masalah itu. Hingga akhirnya ia pun sampai pada satu kesimpulan. Ia memutuskan untuk mengirim seorang utusan pada sang penjahit. Utusan itu diminta untuk menyampaikan pesan di mana kehebatan sang pria kecil itu telah membuat sang Raja terpukau. Oleh karena itu, sang Raja memiliki sebuah tugas yang perlu diselesaikan sang prajurit baru.
Di salah satu hutan yang ada di wilayah kerajaan, tinggal dua raksasa yang sering melakukan banyak kerusakan hingga meresahkan rakyat kerajaan itu. Mereka sering merampok, membunuh, membakar, dan menjarah segala sesuatu milik rakyat kerajaan.
“Tak ada seorang pun yang cukup berani untuk mendekati mereka karena khawatir membahayakan nyawanya. Dan kalau kau bisa mengatasi dan membunuh dua raksasa itu, Raja akan memberikan tawaran padamu untuk menjadikan anak perempuan satu-satunya untuk menjadi istrimu. Raja juga menawarkan setengah dari kerajaannya sebagai hadiah. Tak berhenti sampai di situ, Raja juga akan menawarkan seratus prajurit berkuda untuk mendukungmu kalau perlu,” ujar sang abdi dalem.
“Itu benar-benar hadiah yang tepat untuk seorang pria sepertiku,” pikir sang penjahit kecil, “Tidak setiap hari seseorang mendapatkan tawaran seorang putri cantik dan setengah dari kerajaan dari sang Raja sendiri.”
“Baiklah,” jawabnya kepada sang abdi dalem, “Aku pasti akan mengurus dan mengakhiri hidup para raksasa itu. Namun, sebenarnya aku tidak membutuhkan tawaran seratus prajurit berkuda itu. Seseorang yang bisa membunuh tujuh orang dengan satu pukulan saja tentunya tak perlu takut pada dua raksasa.”
Tanpa menunggu lama, sang penjahit kecil itu pun langsung berangkat ke tempat tujuannya. Meskipun ia menolak tawaran seratus prajurit berkuda, pada akhirnya tetap saja sang raja mengirimkan seratus prajurit untuk mengikuti sang penjahit kecil.
Siasat Melemparkan Batu Ke Raksasa
Namun, ketika sampai di pinggir hutan, ia memerintahkan para prajurit berkuda yang mengikutinya itu untuk menunggu di sana. Ia berencana untuk menangani kedua raksasa itu sendirian.
Setelah mengucapkan itu, ia masuk ke dalam hutan sendirian. Kedua mata kecilnya menatap tajam ke kanan dan ke kiri untuk memperhatikan sekitarnya lebih baik. Setelah berjalan kaki beberapa saat, barulah ia melihat keberadaan dua raksasa yang sedang tidur di bawah pohon. Mereka mendengkur begitu kencang hingga membuat dahan-dahan pohonnya membungkuk akibat angin dari napas dengkuran itu.
Tanpa menunggu lama, penjahit kecil itu langsung mengisi tasnya dengan batu yang ia temukan di tanah. Sesudahnya, ia akan memanjat pohon yang ada di atas kedua raksasa yang sedang berbaring tidur itu.
Sayangnya, ketika ia sedang sampai di tengah pohon, mendadak kakinya tergelincir hingga sampai di salah satu cabang pohon yang ada tepat di atas raksasa yang sedang tidur. Namun, hal itu tidak mengecilkan hatinya. Secara berhati-hati setelah membetulkan posisinya, ia pun mulai melemparkan batu yang ia simpan di dalam tasnya secara satu per satu ke raksasa yang terdekat.
Awalnya, raksasa itu tidak merasakan apa-apa dalam waktu yang lama. Namun, setelah lemparan batu selanjutnya, salah satu raksasa itu pun akhirnya bangun dan langsung mencubit temannya.
“Kenapa kau memukulnya?” tanyanya setelah temannya itu bangun.
Raksasa yang dicubit itu pun hanya bisa keheranan, “Aku tidak memukulmu. Kau pasti sedang bermimpi.”
Setelah itu, keduanya kembali berbaring dan tidur lagi. Kali ini, sang penjahit kecil melemparkan batu lain ke raksasa yang tadi dicubit.
Keberhasilan Mengalahkan Dua Raksasa
Raksasa yang merasakan lemparan batu itu pun langsung melompat bangun dan berteriak pada raksasa yang satunya, “Untuk apa itu? Kenapa kau melemparkan sesuatu padaku?”
“Aku tidak melemparkan apa pun!” geram raksasa yang pertama. Mereka pun kemudian bertengkar sebentar hingga akhirnya kelelahan sendiri. Mereka berdua pun memutuskan untuk berdamai dan kembali melanjutkan tidur.
Sekali lagi, sang penjahit kecil kembali memulai permainan kecilnya. Kini, ia melemparkan batu terbesar yang bisa ia temukan di dalam tasnya menggunakan seluruh kekuatannya yang ada. Batu itu pun langsung mengenai dada raksasa yang pertama.
“Ini benar-benar berlebihan!” teriak sang raksasa seraya melompat layaknya orang gila. Kemudian ia mendorong temannya dengan kasar ke arah pohon sampai tubuh sang teman gemetar.
Raksasa kedua itu pun berusaha menahan diri sebaik mungkin. Namun, pada akhirnya ia pun terbakar amarah dan mulai menghancurkan pohon-pohon yang ada di sekitarnya. Bahkan, mereka berdua saling memukul satu sama lain menggunakan batang-batang pohon yang hancur. Hingga pada akhirnya mereka berdua kelelahan dan pada akhirnya mati.
Setelah memastikan kematian dua raksasa itu, barulah sang penjahit kecil itu melompat turun.
“Ini adalah sebuah berkat untukku,” ujarnya, “Untung saja mereka tidak mencabut atau menghancurkan pohon tempatku bersembunyi. Kalau tidak aku mungkin harus melompat layaknya tupai ke pohon lainnya. Meskipun aku cukup gesit, tapi itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.”
Kemudian ia mengeluarkan pedangnya dan menusukkannya ke anggota tubuh kedua raksasa itu beberapa kali. Setelah itu ia langsung pergi menemui para prajurit berkuda yang menunggu di pinggir hutan.
Tantangan Selanjutnya dari Sang Raja
“Tugas itu sudah selesai kulakukan,” ujarnya kepada para prajurit berkuda itu, “Aku sudah mengakhiri kedua raksasa itu. Dan aku bisa meyakinkan kalian semua kalau itu bukanlah hal yang mudah dilakukan. Karena mereka bahkan sampai merobohkan beberapa pohon dalam upaya mereka membela diri. Untungnya, semua itu tak ada gunanya ketika melawan seseorang yang bisa membunuh tujuh orang sekaligus.”
“Apakah kau terluka?” tanya salah satu prajurit berkuda.
“Tak perlu khawatir,” jawab sang penjahit kecil, “Mereka tidak menyentuh sehelai rambut pun di kepalaku.”
Meskipun begitu, para prajurit berkuda itu masih meragukan ucapan sang penjahit kecil. Mereka tak akan mempercayainya sampai masuk ke dalam hutan dan melihat sendiri raksasa yang telah berlumuran darah dan pohon-pohon yang tercabut sampai ke akarnya hingga tergeletak begitu saja di tanah. Pada akhirnya, para prajurit berkuda itu pun mengakui kemampuan sang penjahit kecil.
Sang penjahit kecil itu kemudian menuntut hadiah yang dijanjikan oleh sang Raja. Dan tentu saja sang raja langsung menyesali janji yang sudah ia buat sebelumnya. Oleh karena itu, ia pun kembali merenungkan cara agar bisa menyingkirkan sang pahlawan kecil itu.
“Sebelum aku menyerahkan tangan putriku dan setengah dari kerjaanku,” ujar sang Raja, “Kau harus melakukan sebuah tindakan keberaniaan lain. Di hutan yang sama ada seekor unicorn yang berlarian dengan bebas. Ia sering kali melakukan banyak kerusakan. Oleh karena itu, kau harus menangkapnya terlebih dahulu.”
Namun, permintaan itu tidak mengecilkan hati sang penjahit kecil. Dengan penuh percaya diri ia menjawab, “Bagiku seekor unicorn tidak lebih menakutkan dibandingkan dua raksasa. Bagaimanapun, prinsipku adalah Tujuh Sekaligus.”
Masih Ada Tantangan Selanjutnya
Tanpa menunggu lama, sang penjahit kecil langsung mengambil seutas tali dan juga kapak kemudian berangkat ke hutan. Sekali lagi, sama seperti sebelumnya, ia meminta para prajurit berkuda yang mengikutinya untuk tetap berada di pinggir hutan.
Setelah masuk ke dalam hutan, ia tak perlu mencari terlalu lama karena unicornnya langsung lewat begitu saja di depan matanya. Ketika melihat si penjahit kecil, unicorn itu langsung berlari lurus ke arahnya seolah berniat untuk menusuknya menggunakan tanduk tajamnya.
“Perlahan, perlahan,” ujarnya, “Tak perlu terlalu cepat, sobat.”
Sang penjahit kecil itu berdiri dalam diam seraya menunggu sampai unicorn itu menjadi lebih dekat. Kemudian, ia langsung melompat ringan ke arah belakang pohon. Unicorn yang sedang berlari sekencang mungkin menggunakan seluruh kekuatannya itu pun langsung menabrak pohon. Bahkan, tanduknya sampai menancap cukup dalam ke batang pohon dan ia tidak memiliki cukup kekuatan untuk menariknya keluar lagi.
Dan dengan begitu saja, sang penjahit kecil telah berhasil menangkap unicorn itu. “Akhirnya unicorn ini bisa kutangkap,” ujarnya seraya keluar dari persembunyiannya di balik pohon dan memasang tali yang ia bawa ke leher unicornnya. Setelahnya, barulah ia menggunakan kapak yang ia bawa untuk melepaskan tanduk itu dari batang pohon.
Setelah semua itu beres, ia membawa hewan ajaib itu ke hadapan sang Raja.
Sekali lagi, sayang raja sama sekali tak mau memberikan hadiah yang sudah ia janjikan. Dan sama seperti sebelumnya, ia memberikan permintaan selanjutnya. Kini, sang penjahit harus menangkap babi hutan besar yang telah sangat merusak hutan. Untuk melakukan pekerjaan itu, sang Raja menawarkan bantuan berupa seorang pemburu.
“Dengan senang hati,” ujar sang penjahit kecil, “Namun, tidakkah tugas ini seperti permainan anak-anak saja?”
Berhasil Menangkap Babi Hutan
Sekali lagi, sama seperti sebelumnya, sang penjahit kecil tidak membawa pemburu itu hingga masuk ke dalam hutan bersamanya. Dan rupanya, para pemburu itu merasa cukup senang untuk tetap tinggal di pinggir hutan. Karena sebenarnya mereka sudah mengetahui kalau para babi hutan raksasa itu sering kali memperlakukan mereka dengan tidak menyenangkan. Tak akan mudah untuk bisa menangkap hewan yang berlari cepat itu sendirian.
Setelah masuk ke dalam hutan, ia langsung bertemu dengan babi hutan yang dimaksud. Hewan buas itu berlari kencang ke arahnya dengan mulut berbusa dan gigi berkilau. Dengan beringasnya, babi hutan itu berusaha menjatuhkan sang penjahit kecil.
Untungnya, sang pahlawan yang gagah berani dan penuh waspada itu bisa menghindar. Ia pun langsung berlari ke sebuah gedung yang ada di dekatnya dengan diikuti oleh babi hutan itu. Setelah masuk ke dalam gedung itu, tanpa menunggu lama ia langsung melompat keluar melalui jendela. Dari sana, ia kembali berlari menuju pintu dan menutupnya rapat.
Kini, binatang buas yang tengah mengamuk itu pun tertangkap di dalam ruangan.
Sang penjahit kecil yang pemberani itu tak membuang waktu dan langsung memanggil para pemburu. Ia ingin menunjukkan pada para pemburu kiriman Raja bahwa pada akhirnya ia berhasil menjadikan babi hutan sebagai tawanan. Tentu saja hal itu membuat para pemburu merasa takjub ketika benar-benar melihat babi hutan itu dengan mata kepala mereka sendiri.
Kemudian mereka melaporkan hal itu kepada Raja. Kini, sang Raja tak akan bisa mengelak lagi. Mau tak mau ia harus menepati janjinya dengan menyerahkan putri dan separuh kerajaannya. Seandainya saja ia tahu kalau pria yang ada di hadapannya itu bukanlah pahlawan sungguhan, melainkan hanya seorang penjahit kecil, pasti hatinya akan menjadi semakin hancur.
Pada akhirnya, pesta pernikahan antara sang penjahit kecil dengan putri pun dirayakan dengan penuh kemegahan dan sedikit kegembiraan. Bahkan, sang pahlawan kini diangkat menjadi raja.
Tak Ada yang Berani Mendekat
Setelah beberapa lama menikah, sang Ratu tanpa sengaja mendengar suaminya mengigau dalam tidurnya. Ia berkata, “Sobatku, coba buatkan rompi itu dan perbaiki celana ini, atau nanti aku pukul telingamu.”
Dari ucapan itu, sang Ratu pun menyadari kalau rupanya suaminya bukanlah seorang pahlawan ataupun pendekat. Ia hanyalah seorang tukang jahit saja. Keesokan paginya ia pun langsung menceritakan hal itu pada ayahnya dan meminta sang ayah untuk menyingkirkan suaminya itu.
Sang Raja yang sebenarnya masih menyimpan dendam pun menyetujui hal itu. Seraya menenangkan putrinya, ia berkata, “Biarkan pintu kamarmu terbuka malam ini dan pelayanku akan berjaga di depan pintu. Ketika nantinya suamimu terlelap, mereka akan masuk ke dalam untuk mengikatnya, membawanya ke kapal, dan membiarkannya pergi berlayar di lautan luas.”
Tentu saja ide itu membuat sang Ratu merasa senang dan puas.
Namun, siapa sangka ucapan itu rupanya didengar oleh seorang pelayan yang setia pada rajanya. Karena merasa tak rela kalau rajanya akan dibuang ke lautan lepas, ia pun melaporkan seluruh ucapan yang ia dengar itu.
Pada malam harinya, ia dan istrinya pergi tidur di waktu yang sama seperti biasanya. Dan ketika sang Ratu merasa kalau suaminya sudah tertidur, ia pun bangun untuk membuka pintu kemudian kembali berbaring.
Ketika mendengar ada suara orang masuk ke dalam kamar mereka, si penjahit kecil yang sebenarnya berpura-pura tidur itu pun mulai berkata, “Sobat, coba buatkan rompi itu atau aku akan memukul telingamu. Aku sudah pernah membunuh tujuh orang sekaligus, membunuh dua raksasa, memimpin penangkapan unicorn, dan menangkap babi hutan. Oleh karena itu, kenapa aku harus merasa takut pada orang yang berusaha membunuhku?”
Sang pelayan yang mendengar itu pun langsung lari ketakutan dan si penjahit tetap menjadi Raja selamanya.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Penjahit Kecil Pemberani
Setelah membaca tentang cerita dongeng Penjahit Kecil Pemberani di atas, kini saatnya kamu mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsik yang telah kami siapkan di bawah ini. Mulai dari tema, tokoh juga perwatakannya, latar terjadinya cerita, alur jalannya dongeng, dan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari kisah penjahit kecil yang pemberani. Berikut adalah ulasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng Penjahit Kecil Pemberani di atas adalah tentang kecerdikan dan keberanian. Seperti halnya yang dilakukan oleh sang tokoh utama setelah memamerkan kemampuannya yang terlalu luar biasa. Meskipun dirasa tak mungkin, tapi akhirnya ia berhasil membuktikan kemampuan itu menggunakan akal cerdiknya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan di sepanjang cerita dongeng Penjahit Kecil yang pemberani di atas. Di antaranya adalah sang penjahit kecil, raksasa yang tinggal di gua, raja, dua raksasa yang bertengkar, dan putri raja.
Sang penjahit digambarkan sebagai seorang pria yang meskipun tubuhnya berukuran kecil, tapi memiliki sifat cerdik dan pemberani. Dengan kedua sifat tersebut, ia bisa melawan raksasa, menangkap unicorn dan babi hutan, hingga akhirnya menjadi seorang raja.
Raksasa yang tinggal di gua adalah raksasa pertama yang meremehkan dan berusaha membunuh sang tukang jahit yang sedang tidur. Namun, ia dan teman-temannya rupanya tidak cukup pemberani. Nyatanya, ketika melihat sang penjahit yang masih berjalan santai, mereka langsung lari tunggang langgang.
Sang raja sebenarnya adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Hanya saja, karena ketakutan dan kekhawatirannya sendiri, ia jadi berpikiran untuk menyingkirkan sang tukang jahit dengan cara mengirimnya ke hewan-hewan buas yang menakutkan. Hingga akhir dongeng, ia masih saja berusaha menyingkirkan sang penjahit kecil yang pemberani itu. Meskipun begitu, ia adalah seseorang yang menepati janjinya. Nyatanya, ia tetap menikahkan putri kesayangannya dengan sang tukang jahit yang kini diangkat menjadi raja.
Dua raksasa yang bertengkar itu digambarkan memiliki sifat yang mudah diadu domba. Nyatanya, ketika dilempar batu secara bergantian, mereka langsung terbakar amarah dan akhirnya bertengkar.
Sang putri raja digambarkan sebagai sosok yang pendendam. Ketidaksukaannya pada sang suami, langsung membuatnya mencari cara untuk menyingkirkannya. Meskipun pada akhirnya, cara itu rupanya tak berhasil.
3. Latar
Latar lokasi yang disebutkan dalam cerita dongeng Penjahit Kecil Pemberani di atas adalah kediaman sang tokoh utama, hutan tempatnya bertemu dengan raksasa yang mengujinya, gua tempat tinggal raksasa, halaman istana kerajaan, hutan kerajaan tempatnya membunuh raksasa, menangkap unicorn, dan menangkap babi hutan, juga kamar tidur tempatnya nyaris dibunuh oleh pelayan kerajaan.
4. Alur
Setelah membaca cerita dongeng Penjahit Kecil Pemberani di atas, tentu sudah bisa terlihat kalau alur kisahnya adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari keberadaan seorang tukang jahit yang berhasil membunuh tujuh ekor lalat sekaligus. Ia pun menuliskan kemampuannya itu di sabuknya dan memamerkannya pada orang banyak.
Orang pertama yang ia pamerkan adalah seekor raksasa yang langsung meragukan kemampuan itu dan memberikan beragam ujian. Namun, sang penjahit kecil berhasil melakukan semua ujian itu menggunakan kecerdikannya. Ia pun kemudian mendapatkan tawaran untuk menginap di gua sang bersama raksasa lain.
Sekali lagi, berkat kecerdikannya ia berhasil menyelamatkan diri dari niat para raksasa yang ingin membunuhnya. Setelah itu, sang tukang jahit pergi ke istana kerajaan dan mendapatkan beberapa tantangan untuk membuktikan kehebatannya. Mulai dari membunuh dua raksasa yang kerap mengganggu warga, menangkap unicorn, dan juga menangkap babi hutan raksasa berhasil dilakukan dengan baik oleh tukang jahit cilik itu.
Pada akhirnya, ia pun diangkat menjadi raja dan dinikahkan dengan putri tunggal raja. Hingga ketika suatu hari sang putri mendapati kalau rupanya sang suami bukanlah pahlawan sungguhan. Ia pun meminta ayahnya untuk menghabisi suaminya itu.
Untungnya, ada seorang pelayan setia yang mendengar permintaan itu dan langsung memberitahukannya pada sang raja. Malamnya, sang penjahit yang kini menjadi raja itu pun berhasil mengusir pembunuhnya dengan kecerdikannya juga.
5. Pesan Moral
Cerita dongeng Penjahit Kecil yang Pemberani di atas tak hanya menarik, tapi juga mengandung pesan moral yang baik. Di antaranya adalah pengingat untuk tak pernah meremehkan orang yang ukurannya lebih kecil darimu. Karena mungkin saja ia memiliki kemampuan tersembunyi yang tak bisa kamu kalahkan.
Selain itu, jangan pernah berkecil hati kalau memang tubuhmu mungil. Selama kamu bisa menemukan potensi terbaik dalam dirimu, bisa dipastikan kalau kamu pasti akan bisa mengalahkan orang lain yang meremehkanmu.
Selain unsur intrinsik, dalam artikel ini juga bisa dilihat unsur ekstrinsik yang merupakan pengaruh dari luar dongengnya. Di antaranya adalah nilai sosial, budaya, dan juga moral.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Penjahit Kecil Pemberani
Selain unsur instrinsik, di artikel ini kami juga akan menyediakan sedikit ulasan seputar fakta menarik tentang cerita dongeng Penjahit Kecil Pemberani. Kalau penasaran dengan ulasannya, langsung saja simak di bawah ini!
1. Berasal dari Jerman
Cerita Penjahit Kecil Pemberani di atas rupanya berasal dari dongeng berbahasa Jerman karya Grimm Bersaudara. Aslinya, dongeng yang mulai diterbitkan sejak tahun 1812 itu memiliki judul Das tapfere Schneiderlein yang berarti Penjahit Kecil Pemberani.
Kisah yang pertama kali diterbitkan dalam buku Kinder-und Hausmärchen itu kemudian mulai diterjemahkan menjadi berbagai bahasa dan tersebar ke seluruh dunia. Salah satu yang membuat kisahnya mulai dikenal adalah ketika Andrew Lang menyertakan dongengnya dalam buku The Blue Fairy Book dengan judul Seven at One Blow.
2. Memiliki Berbagai Versi
Kisahnya yang menarik membuat dongeng ini banyak diadaptasi oleh beberapa penulis cerita anak-anak di berbagai negara. Tak hanya di negara-negara Eropa saja, tapi juga sampai ke Asia.
Di antaranya adalah versi Denmark dengan judul Den tapre Skrædder (Keberanian Melebihi Kemampuan) yang ditulis oleh Jens Christian Bay, Johnny Gloke yang merupakan versi Inggris karya Joseph Jacobs, The legend of the little Weaver of Duleek Gate (A Tale of Chivalry) atau Legenda Penenun Kecil Gerbang Duleek (Kisah Ksatria) karya Samuel Lover yang berasal dari Irlandia, dan Százat egy ütéssel (Seratus dalam satu serangan) yang berasal dari Hungaria.
Kisah-kisah tersebut rata-rata memiliki cerita yang cukup mirip dengan dongeng Penjahit Kecil Pemberani. Seandainya ada perbedaan pun, biasanya hanya pada nama, jumlah yang dikalahkan, atau siapa saja yang dikalahkan oleh sang tokoh utama.
Selain itu, ada juga kisah yang kurang lebih mirip di negara-negara Asia. seperti Kara Mustapha The Hero dari Turki, Valiant Vicky dari India, dan Sigiris Sinno juga The Nine-killing Khan yang berasal dari Sri Lanka.
Cerita Dongeng Penjahit Kecil Pemberani Sebagai Kisah Pengantar Tidur
Jadi bagaimana menurutmu? Cerita dongeng Penjahit Kecil Pemberani di atas benar-benar menarik dan cocok dijadikan sebagai kisah pengantar tidur, kan? Setelah membacakan kisahnya, jangan lupa ajarkan juga pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari dongengnya, ya?
Kalau masih ingin mencari cerita dongeng anak dalam bahasa Indonesia lain yang bisa dijadikan sebagai kisah sebelum tidur, langsung saja cek artikel-artikel yang telah kami siapkan di Ruang Pena. Di sini kamu bisa mendapatkan dongeng Ikan Emas, cerita Putri Salju, atau kisah 1001 malam Abu Nawas.