
Pernahkah kamu mendengar cerita dongeng seekor Anjing jenis Akita yang bernama Hachiko? Kalau belum, langsung saja simak kisahnya dan sedikit ulasan seputar unsur intrinsik juga fakta menariknya yang telah kami siapkan di bawah ini!
Ada banyak kisah dongeng tentang hewan yang menarik dan mengandung pesan moral yang baik. Salah satunya adalah cerita tentang anjing Akita bernama Hachiko yang berasal dari Jepang.
Kisahnya tak hanya menyentuh hati, tapi juga mengandung pesan moral yang baik. Oleh karena itu, kisahnya banyak diadaptasi menjadi beberapa karya yang tak kalah menariknya.
Semakin penasaran dengan cerita dongeng seekor anjing Akita bernama Hachiko yang berasal dari Negeri Sakura? Langsung saja cek artikel yang telah kami siapkan di bawah ini!
Cerita Dongeng Anjing Hachiko
Pada suatu ketika di tahun 1923, lahirlah seekor anak anjing berjenis Akita yang memiliki ciri khas bentuk ekornya yang melingkar. Anjing yang akhirnya diberi nama Hachi itu terlahir dari seekor anjing betina bernama Aka.
Aka sendiri adalah anjing betina keturunan asli Akita milik keluarga Kondo yang tinggal di sebuah peternakan yang tenang di Odate prefektur Akita. Pada saat itu, Aka baru saja melahirkan empat ekor anak anjing, dan Hachi adalah salah satunya.
Keluarga Kondo berteman baik dengan seorang pria bernama Kakita. Setelah mengetahui kalau Aka baru saja melahirkan empat ekor anak anjing, Kakita meminta salah satu dari anak Aka tersebut untuk diberikan kepada atasannya yang bernama Mase. Rupanya, Mase menginginkan anjing keturunan Akita asli sebagai hadiah untuk temannya yang tinggal di Tokyo.
Untungnya, Keluarga Kondo mengizinkan Kakita untuk membawa salah satu anak Aka. Oleh karena itu, tepat dua puluh hari setelah lahir, Hachi yang terpilih pun dibawa menggunakan kereta ke Tokyo. Sesampainya di Tokyo, Hachi pun dipertemukan dengan teman dari Mase dari keluarga Ueno yang tinggal di dekat stasiun Shibuya.
Ueno Shujiro adalah seorang profesor dan dosen fakultas pertanian di Universitas Tokyou Tei. sekarang, universitas tersebut lebih dikenal dengan nama Universitas Tokyo. Ia tinggal di sebuah rumah yang tak jauh dari stasiun Shibuya bersama istri dan putrinya yang bernama Chizuko.
Selain itu, di rumah itu ada juga seorang Shosai (seseorang yang tinggal untuk membantu sambil belajar di rumah orang lain) yang bernama Ogata dan juga pembantu rumah tangga bernama Oyoshi.
Menjemput Hachi di Stasiun Shibuya
Chizuko adalah seorang anak perempuan yang sangat menyukai anjing. Sebelum ini, mereka memiliki seekor anjing bernama Gonsuke. Namun, ketika Gonsuke meninggal dunia, Chizuko merasa sangat sedih dan menangis selama berhari-hari.
Oleh karena itu, ketika Mase datang bermain ke kediaman keluarga Ueno, Shujiro pun langsung meminta Mase untuk mencarikan anjing lain, khususnya anjing keturunan Akita. Dan kabar baik tentang janji itu pun datang beberapa hari kemudian.
Betapa senangnya Chizuko ketika ia mendengar mereka akan kembali memelihara seekor anjing Akita. Namun, kebahagiaan itu tidak dirasakan oleh ibundanya dan juga Ogata. Sang ibunda tak ingin kalau mereka kembali memelihara seekor anjing, nantinya ia akan kembali melihat kesedihan anaknya ketika anjing itu meninggal dunia. Sama halnya yang terjadi ketika Gonsuke tiada.
Sementara Ogata tidak merasa bahagia karena pada dasarnya memang ia tidak menyukai anjing. Apalagi selama ini dialah yang harus membersihkan kandang dan juga kotoran anjingnya.
Perjalanan kereta dari Akita ke Tokyo sendiri membutuhkan waktu dua hari. Selama itu, Hachi hanya bisa terombang-ambing di dalam kandangnya di kereta. Sehingga ketika tiba di stasiun Shibuya, ia terlihat sangat lemas seolah sudah meninggal dunia.
Untungnya, saat itu bukan Chizuko yang menjemputnya. Sore hari itu mendadak ia diajak pergi menonton konser bersama tunangannya yang bernama Moriyama. Sehingga akhirnya Chizuko meminta tolong Ogata untuk menjemput anjing Akita itu. Kalau tidak, tentu ia langsung menangis sedih di stasiun Shibuya.
Hanya saja, Ogata yang tidak menyukai anjing tentu saja tak ingin menjemput Hachi sendirian. Ia pun meminta Ume, seorang tetangga yang tinggal tak jauh dari rumah Ueno, untuk menemaninya.
Hachi Dipelihara Ueno Shujiro
Ume sebenarnya tidak mau menemani Ogata ke stasiun Shibuya. Namun, karena terus saja didesak oleh Ogata, terpaksa Ume bersedia menemani tetangganya itu sampai ke stasiun Shibuya. Betapa terkejutnya Ume dan Ogata ketika melihat kondisi Hachi yang sudah sekarat seolah sudah meninggal dunia.
Tanpa menunggu lama, mereka langsung membawa anjing Akita itu ke rumah keluarga Ueno. sesampainya di rumah, Hachi langsung diberi secangkir susu oleh Ueno. Hachi pun harus dibangunkan terlebih dahulu untuk meminum susu dan mengembalikan tenaganya. Untungnya, bayi anjing Akita itu langsung meminum habis susunya dengan penuh semangat.
Keesokan harinya, Hachi mulai terlihat sehat dan segar bugar. Ia senang sekali berlari kesana dan kemari mengitari seluruh anggota keluarga Ueno. Lucunya, ketika duduk, kaki depan Hachi seolah membentuk angka delapan. Keluarga Ueno pun mengira mungkin itulah sebabnya ia diberi nama Hachi yang memiliki arti delapan dalam bahasa Jepang.
Awalnya, Chizuko berniat untuk memelihara Hachi sendiri bersama tunangannya. Namun, karena dia masih disibukkan dengan rencana pernikahannya dengan Moriyama, akhirnya ia pun menolak untuk memelihara Hachi. Ia kemudian beralasan kalau ia tidak ingin membagi cintanya kepada calon suaminya itu dengan Hachi.
Pada akhirnya, Hachi pun dipelihara oleh Ueno Shujiro.
Hubungan Shujiro dan Hachi sejak saat itu menjadi sangat dekat. Sebegitu dekatnya sampai-sampai Shujiro sering mengajak anjing kesayangannya itu mandi bersama di Ofuro. Kemudian ketika hujan besar turun, Shujiro langsung membawa Hachi masuk ke dalam rumah. Ia pun tidur sambil memeluk Hachi di ruang baca.
Dari semua rutinitas yang mereka lakukan bersama-sama, ada satu kebiasaan yang paling sering dilakukan. Yaitu kebiasaan Hachi menjemput Ueno Shujiro di stasiun Shibuya.
Setelah Profesor Ueno Meninggal
Setiap hari, Hachi selalu terlihat sedang duduk di dekat pintu keluar untuk menunggu Ueno Shujiro pulang dari kerja. Tak peduli apakah cuaca sedang panas, hujan, atau bahkan bersalju, Hachi selalu menunggu di titik yang sama dan menunggu majikannya pulang.
Hal itu terus saja dilakukan hingga pada suatu hari, seperti biasanya Hachi mengantarkan majikannya sampai ke stasiun kemudian kembali pulang ke rumah. Biasanya, Hachi akan bermain-main dan rebahan di rumah seharian sampai akhirnya waktu Profesor Ueno pulang kerja. Namun, hari itu tidak seperti biasanya, ia terlihat begitu gelisah.
Berulang kali Hachi berjalan ke sana kemari mengelilingi rumah. Ia bahkan berlari mendekati istri majikannya kemudian menarik-narik bajunya. Sayangnya, sang istri tak bisa memahami apa yang diinginkan ataupun kegelisahan Hachi. Padahal, mungkin saja sebenarnya saat itu Hachi merasakan firasat buruk akan terjadi pada majikannya.
Rupanya, firasat itu benar adanya. Di waktu yang bersamaan, Profesor Ueno yang sedang mengajar mendadak terkena serangan jantung. Ia pun terjatuh lemas di dalam kelas. Sayangnya, ketika dokter tiba, nyawa sang profesor sudah tak lagi bisa diselamatkan dan ia pun meninggal dunia.
Sejak majikan Hachi meninggal dunia, istrinya memutuskan untuk pindah tinggal bersama Chizuko, menantu, dan juga cucunya yang bernama Toru. Sementara Ogata terpaksa kembali ke Shizuoka, dan Oyoshi kembali ke kampung halamannya yang ada di Chiba.
Kemudian bagaimana dengan nasib Hachi? Hachi dititipkan kepada kerabat keluarga Ueno, yaitu keluarga Hashida yang ada di Asakusa. Namun, Hachi justru melarikan diri dan kembali ke rumah Ueno. Padahal, saat itu rumah itu sudah ditinggali oleh keluarga Maekawa yang tidak suka anjing.
Hachi Selalu Melarikan Diri
Ume yang saat itu sedang berada di rumah Ueno pun terkejut melihat Hachi. Ia pun kemudian membawa anjing Akita itu rumah Chizuko dan memberitahukan bahwa sekarang rumahnya sudah ada yang membeli.
Melihat Hachi tentu saja istri Ueno langsung terkejut dan membersihkan si anjing Akita yang kotor karena melarikan diri dari Asakusa. Kemudian, istri Profesor Ueno membawa Hachi ke Asakusa untuk menitipkannya lagi pada keluarga Hashida. Namun, ketika sampai ke Asakusa, keluarga Hashida langsung marah-marah karena Hachi melarikan diri. Apalagi, anjing Akita itu rupanya sampai mematahkan rantai yang mengekangnya.
Sekali lagi, istri Ueno meminta maaf dan memohon izin untuk kembali menitipkan Hachi. Untungnya, keluarga Hashida mau menerima dan memelihara Hachi sekali lagi.
Namun, siapa sangka kalau tak berapa lama kemudian Hachi sekali lagi berhasil melarikan diri dan kembali ke rumah keluarga Ueno. Ume yang setiap sore selalu melihat Hachi kembali pulang ke kediaman keluarga Ueno pun kini merasa iba. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa Hachi pulang ke rumahnya sendiri.
Selama beberapa hari, Hachi tinggal dengan penuh ketenangan di kediaman Ume. Setiap sore, ia akan pergi ke stasiun Shibuya seperti yang sering ia lakukan ketika Ueno masih hidup. Kemudian, ia akan kembali pulang, bukan ke rumah keluarga Ueno, tapi ke rumah Ume.
Beberapa hari kemudian, istri Ueno datang berkunjung ke kediaman Ume. Awalnya, ia berniat berpamitan karena akan pulang ke rumah ibunya yang ada di Akita. Ia tak lagi bisa tinggal bersama Chizuko, karena si anak perempuan akan ikut Moriyama, suaminya, pergi dinas ke London.
Hachi yang Sebatang Kara
Betapa terkejutnya istri Ueno ketika melihat Hachi ada di rumah Ume. Namun, setidaknya ia merasa tenang karena anjing Akita itu tak akan melarikan diri jauh dari Asakusa lagi. Ia bahkan meminta keluarga Ume untuk menjaga dan merawat Hachi dengan baik. Tentu saja Ume dan istrinya tidak keberatan untuk melakukan itu. Bagaimanapun juga, mereka berdua sebenarnya menyukai anjing Akita yang menggemaskan itu.
Sore harinya, mereka berdua mengantarkan istri Ueno hingga ke stasiun Shibuya. Sayangnya, ketika pasangan suami istri Ume itu kembali ke rumah, mendadak Ume terkena serangan jantung dan meninggal dunia. Betapa sedihnya istri Ume karena ditinggal oleh suaminya.
Dengan penuh kesedihan, ia memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya. Sayangnya, ia tak bisa membawa serta Hachi hingga ke kampung halamannya. Secara terpaksa, ia pun harus meninggalkan anjing Akita itu sebatang kara.
Sejak saat itu, Hachi menjadi anjing liar yang hidup sebatang kara dan ditinggalkan oleh orang-orang yang mencintai dan dicintainya. Ia sama sekali tidak memiliki tempat untuk pulang. Meskipun begitu, tetap saja setiap sore ia selalu datang ke stasiun Shibuya untuk menunggu Ueno pulang. Anjing malang itu sama sekali tak menyadari kalau majikannya itu sebenarnya telah tiada.
Tome, seorang pemilik warung sate yang ada di depan stasiun Shibuya selalu memperhatikan Hachi yang setiap sore selalu duduk di depan pintu keluar stasiun. Seolah anjing Akita itu sedang menunggu seseorang yang tak juga pulang.
Tome langsung merasa iba dan teriris hatinya setiap kali melihat kesetiaan Hachi yang menunggu entah siapa. Tak peduli apakah cuaca sedang panas, dingin, atau bahkan bersalju sekalipun, Hachi selalu duduk dengan setia di depan pintu stasiun Shibuya.
Istri Ueno Menjemput Hachi
Rupanya keberadaan Hachi itu tak hanya menarik perhatian sang penjual sate di depan stasiun, tapi juga orang banyak yang sering berlalu-lalang menuju ke stasiun Shibuya. Bahkan seorang wartawan koran Asahi pun tertarik untuk menuliskan kisah sang anjing Akita yang selalu setia menunggu majikannya.
Siapa sangka rupanya artikel tersebut juga secara tidak sengaja dibaca oleh istri Ueno yang sedang berada di Akita. Ia pun langsung memutuskan untuk pergi ke Tokyo dan menemui Hachi. Ia benar-benar merasa heran kenapa Ume menelantarkan Hachi, padahal is sudah menitipkan anjing Akita itu padanya.
Betapa terkejutnya istri Ueno ketika mendapati rupanya Ume sudah meninggal dunia. Sementara istri Ume pulang ke kampung halamannya. Akhirnya, malam hari itu istri Ueno berkeliling daerah itu bersama Hachi untuk mencari penginapan yang bersedia menerima anjing peliharaan.
Membutuhkan waktu lama baginya untuk bisa menemukan penginapan itu. Untungnya, ada sebuah penginapan kecil di dekat stasiun yang bersedia menyewakan kamarnya. Istri Ueno pun tanpa menunggu lama langsung memandikan dan memberi makan Hachi. Setelah itu, gantian istri Ueno yang mandi dan membersihkan diri.
Namun, ketika ia baru saja selesai membersihkan diri, rupanya Hachi sudah tak ada lagi di kamar. Dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran, istri Ueno berusaha mencari anjing Akita itu ke sana dan kemari. Namun, setelah beberapa lama, ia tak juga bisa menemukannya. Pada akhirnya, ia pun menyerah dan memutuskan untuk pulang.
Dalam perjalanan kembali ke penginapan itu, istri Ueno teringat akan stasiun Shibuya tempat Hachi selalu menunggu kepulangan Ueno. Ia pun berpikiran kalau mungkin saja besok sore Hachi akan datang ke sana.
Pertemuan Kembali Hachi dengan Majikannya
Keesokan harinya, ketika sore hari tiba, istri Ueno langsung datang ke stasiun Shibuya. Ia terus saja menunggu kedatangan anjing Akita itu. Namun, anehnya tidak seperti biasanya, Hachi tidak muncul sama sekali.
Karena sudah menunggu terlalu lama, istri Ueno kemudian mendatangi warung sate milik Tome dan menanyakan kalau sang penjual sate itu melihat Hachi. Rupanya, Tome pun belum melihat keberadaan Hachi seharian. Akhirnya, istri Ueno memutuskan untuk menitipkan uang pada Tome agar digunakan untuk memberi makan Hachi jika sewaktu-waktu anjing Akita itu muncul. Sesudahnya, ia pun memutuskan untuk pulang kembali ke Akita.
Rupanya, sebenarnya saat itu Hachi sudah datang ke stasiun Shibuya. Hanya saja anjing Akita itu memutuskan untuk bersembunyi di dekat pintu stasiun. Ia sama sekali tidak mau menghampiri istri majikannya karena takut nantinya akan dititipkan ke orang lain lagi.
Sejak saat itu, keluarga Tome yang selalu mengurus dan memberi makan Hachi. Anjing Akita itu pun mengetahui ketika merasa lapar ia langsung datang ke warung milik Tome.
Tanpa terasa, musim terus saja berganti dan musim dingin kembali datang. Pada suatu hari, ketika tengah turun salju, seperti biasanya Hachi pun dengan tertatih-tatih datang ke stasiun Shibuya. Saat itu, kakinya tengah pincang akibat terluka ketika dikejar oleh petugas hewan liar. Luka itu sangat parah hingga terkadang kakinya tak bisa digerakkan.
Meskipun begitu, Hachi tetap memaksakan diri untuk menunggu di pintu stasiun. Untungnya, saat itu mendadak ia melihat sesosok orang yang sangat ia kenal tengah berjalan keluar dari pintu stasiun. Orang itu adalah majikannya yang selama bertahun-tahun telah ia tunggu. Majikan itu pun langsung mengusap kepala Hachi.
Tak lama kemudian, badan Hachi yang kurus itu terkulai layu dan tak lagi bergerak. Melihat hal itu, Tome langsung berlari menghampiri Hachi dan mengguncangkan tubuhnya. Sayangnya, kini Hachi telah tiada dan kembali berkumpul bersama majikannya.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Anjing Bernama Hachiko
Setelah membaca cerita dongeng tentang anjing bernama Hachiko di atas, kini saatnya kamu mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya! Di sini kami sudah menyiapkan ulasan seputar tema cerita si anjing Akita, tokoh-tokoh yang disebutkan sepanjang dongeng, latar berlangsungnya kisah Hachiko, alur, dan juga amanat yang bisa didapatkan. Berikut ini adalah ulasannya!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah dongeng seekor anjing Akita bernama Hachiko ini adalah tentang kesetiaan. Hal itu bisa terlihat dari sikap Hachi yang terus saja menunggu kedatangan Ueno meskipun majikannya itu sebenarnya sudah meninggal dunia.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan di sepanjang cerita anjing Akita bernama Hachiko ini. Tokoh utamanya adalah Hachi, Ueno, dan istri Ueno. sementara tokoh tambahannya adalah Chizuko, Moriyama, Ume, Ogata, Tome, dan Oyoshi. Di bawah ini, kami hanya akan membahas penokohan dari para tokoh utamanya saja.
Dalam cerita ini, Hachiko atau Hachi adalah anjing keturunan asli dari Akita yang merupakan putra dari Aka. Sifat yang paling menonjol dari hewan itu adalah setia pada majikannya. Tak hanya itu, ia juga digambarkan sebagai hewan yang baik dan bisa dipercaya.
Ueno Shujiro adalah profesor yang mengajar di fakultas pertanian Universitas Tokyo Tei. ia juga merupakan ayah dari Chizuko. Ia digambarkan sebagai seorang pria yang sangat menyukai dan memperhatikan anjingnya. Bahkan ia sampai mandi bersama-sama di ofuro dan mengajaknya masuk ke rumah ketika hujan turun.
Istri Ueno awalnya tidak setuju untuk merawat anjing peliharaan lain setelah GOnsuke meninggal dunia. Namun, karena didesak oleh putrinya, akhirnya ia pun setuju. Meskipun ia sempat meninggalkan Hachi pada saudara dan tetangganya, bukan berarti ia adalah seorang pemilik yang tidak bertanggung jawab. Nyatanya, ia tetap kembali ke Tokyo ketika mengetahui bahwa tak ada seorang pun yang merawat Hachi.
3. Latar
Dalam cerita dongeng anjing bernama Hachiko di atas, ada beberapa latar tempat yang disebutkan. Di antaranya adalah kota Odate prefektur Akita tempat kelahiran Hachi, rumah Ueno yang ada di Tokyo (lebih detailnya tak jauh dari stasiun Shibuya), dan Asakusa tempat pertama kali Hachi dititipkan.
Sementara latar waktu yang sering muncul di dalam cerita ini adalah musim dingin. Bahkan, Hachi lahir dan meninggal dunia tepat pada waktu musim dingin. Kemungkinan, latar waktunya banyak dipilih waktu musim dingin karena musim tersebut melambangkan kesepian dan kesendirian.
4. Alur
Jika ditilik dari jalannya cerita, kisah dongeng tentang anjing Akita bernama Hachiko ini memiliki alur maju. Ceritanya dimulai dari kelahiran Hachi yang kemudian dikirim ke Tokyo untuk dirawat oleh keluarga Ueno. Kemudian kisahnya menceritakan tentang hubungan Hachi dengan keluarga Ueno hingga akhirnya Ueno meninggal dunia dan meninggalkan Hachi sendirian.
Setelah itu, kisahnya menceritakan tentang perjalanan Hachi setelah ditinggalkan oleh majikannya. Di mana ia mulai banyak dititipkan ke banyak kerabat, mulai dari keluarga Hashida di Asakusa, kembali ke Tokyo dan tinggal bersama Ume, hingga akhirnya dijaga oleh Tome si pemilik warung sate. Kisahnya berakhir ketika Hachi meninggal dunia dalam keadaan duduk di depan pintu keluar stasiun Shibuya.
5. Pesan Moral
Dalam setiap cerita biasanya akan ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, begitu pula dengan dongeng anjing Akita bernama Hachiko di atas. Di antaranya adalah tentang rasa kasih sayang yang diberikan dengan tulus bisa menjadi kenangan terindah yang tak akan terlupakan. Sama halnya seperti kasih sayang Ueno kepada anjingnya.
Kemudian ingatlah untuk tak pernah melupakan jasa atau kebaikan seseorang yang telah merawat dan mencintai kita dengan penuh ketulusan. Seperti halnya Hachi yang tak pernah melupakan kebaikan Ueno yang telah merawatnya sejak kecil.
Selain unsur intrinsik, di cerita dongeng anjing bernama Hachiko ini kamu juga bisa menemukan pengaruh dari luar atau unsur ekstrinsiknya. Seperti nilai sosial, moral, dan juga budaya yang berlaku di Jepang.
Fakta Menarik tentang Cerita Anjing Hachiko
Setelah mengetahui ulasan seputar unsur intrinsiknya, kini kamu juga bisa mengetahui beberapa fakta menarik seputar cerita anjing bernama Hachiko. Berikut ini kami siapkan ulasannya:
1. Terinspirasi Kisah Nyata
Beberapa orang mungkin sudah mengetahui kalau cerita tentang anjing bernama Hachiko ini terinspirasi dari kisah nyata. Namun, tidak banyak yang mengetahui Hachiko ini jenis anjing apa dan benarkah yang terjadi itu sama seperti cerita dongengnya.
Rupanya, nyaris semua yang disebutkan dalam kisah di atas itu memang sama seperti cerita aslinya. Meskipun tetap saja ada beberapa perbedaan, seperti penyebab kematian Ueno bukanlah sakit jantung, tapi Hemorrhagia cerebral atau pendarahan di dalam atau di sekitar otak.
Kemudian dalam kisah aslinya rupanya Ueno sendiri yang ingin merawat anjing Akita itu dan membawanya pulang ke Tokyo. Setelah majikannya meninggal dunia, Hachi terus saja datang ke stasiun Shibuya selama sembilan tahun, sembilan bulan, dan lima belas hari.
Kisahnya menjadi terkenal, setelah salah satu murid Ueno melihat anjing Akita yang selalu menunggu majikannya di stasiun Shibuya. Sang murid yang bernama Hirokichi Saito itu sebenarnya adalah seorang ahli yang meneliti anjing Akita. Ia pun memutuskan untuk mengikuti Hachi hingga sampai ke rumah mantan tukang kebun keluarga Ueno yang bernama Kozaburo Kobayashi.
Saito kemudian mendapat semua cerita tentang Hachi dari Kobayashi dan mulai menerbitkan artikel tentang Hachi, termasuk di koran Asahi Shimbun. Sejak saat itu, semakin banyak orang yang penasaran dan sering membawakan makanan atau sekadar duduk di samping Hachi.
Hachi yang asli pun sebenarnya tidak meninggal dunia ketika menunggu majikannya di depan pintu stasiun. Melainkan, ia meninggal di salah satu pinggir jalan Shibuya. Para peneliti yang mempelajari jenazahnya pun menemukan bahwa anjing Akita itu menderita kanker dan cacing jantung. Diperkirakan, penyakit itulah penyebab kematian Hachi.
2. Diadaptasi Menjadi Berbagai Karya Seni
Cerita kesetiaan sang anjing bernama Hachiko yang menarik itu telah menginspirasi banyak orang. Salah satunya yang terkenal adalah pembuatan patung tembaga yang diletakkan di depan salah satu pintu stasiun Shibuya. Sebegitu terkenalnya, pintu masuk tersebut banyak disebut sebagai Pintu Masuk/Keluar Hachiko. Patung yang sama juga didirikan di tanah kelahiran Hachiko, yaitu di depan stasiun Odate.
Selain itu, kisahnya juga diangkat menjadi beberapa karya sastra. Seperti buku anak-anak berjudul Taka-chan dan Aku: Perjalanan Anjing ke Jepang (1967), film Hachiko Monogatari atau Kisah Hachiko (1987), buku anak-anak Hachiko: The True Story of a Loyal Dog atau Hachiko: Kisah Nyata seorang Anjing Setia (2004), dan film Hachi: A Dog’s Tale atau Hachi: Kisah Seekor Anjing (2009).
Bahkan, film Hachi: A Dog’s Tale yang dibintangi oleh Richard Gere dan Joan Allen itu menjadi sangat terkenal. Hingga akhirnya, patung Hachiko yang sama pun didirikan di Taman Woonsocket, Rhode Island, tempat yang digunakan sebagai stasiun Bedridge tempat meninggalnya sang anjing Akita yang ada di film tersebut.
Inspirasi dari Cerita tentang Seekor Anjing Bernama Hachiko
Demikianlah cerita dongeng seekor anjing bernama Hachiko yang indah dan mengandung pesan moral yang baik. Kisahnya cocok dibacakan sebagai dongeng sebelum tidur, kan? Setelah membacakan kisahnya, jangan lupa untuk mengajarkan pesan moral yang bisa kamu dapatkan, ya?
Kalau masih ingin mencari cerita-cerita dongeng lain yang tak kalah indahnya, langsung saja cek artikel-artikel yang telah kami siapkan di kanal Ruang Pena di PosKata ini. Di sini kamu bisa mendapatkan dongeng putri dan pangeran seperti Putri Tidur atau Cinderella, kisah fabel hewan seperti Ayam dan Tikus atau Kucing dan Serigala, dan juga asal-usul beberapa kota besar di Indonesia seperti Semarang, Yogyakarta, atau Jakarta.
Selain kisah dongeng, di PosKata kamu juga bisa mendapatkan berbagai ulasan menarik yang tak kalah serunya. Seperti kata-kata inspirasi yang bisa kamu kirimkan untuk orang-orang yang kami sayang, arti beberapa kata yang ada di dalam kamus bahasa Indonesia, dan juga sejarah yang pernah terjadi di Indonesia. Selamat membaca!