
Kamu suka membaca dongeng singkat tentang buah-buahan? Yuk, baca dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya yang kisahnya seru di artikel ini! Selamat membaca!
Membaca dongeng singkat sebelum tidur adalah kegiatan seru yang bisa kamu lakukan, baik sendiri maupun bersama anak-anak. Salah satu cerita singkat yang seru adalah dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya.
Kamu sudah pernah membaca kisahnya? Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang kebun raja yang ditumbuhi beberapa pohon, termasuk pepaya dan kelapa. Lalu, Kelapa menceritakan kelebihannya pada setiap pohon yang ada di kebun itu. Beberapa pohon mencibir, tapi Pepaya hanya diam saja.
Kenapa pohon Pepaya hanya diam saja? Tidakkah ia merasa kesal dengan kesombongan Kelapa? Kalau mau tahu jawabannya, yuk, simak dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya di artikel ini!
Cerita Dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang Raja di istana yang sangat megah. Sang Raja terkenal baik hati, ramah, dan tidak sombong.
Meski seorang pemimpin, Raja sangat gemar berkebun. Di kebun istana yang sangat luas, Raja menanam begitu banyak pohon buah-buahan.
Ada nangka, apel, jambu, pepaya dan kelapa. Raja selalu memperhatikan pohon-pohonnya tiap pagi. Ia juga meminta tukang kebun untuk merawat pohon-pohon itu dengan baik.
“Aku sangat senang dengan tumbuhan-tumbuhan di kebun ini. Mereka tumbuh dengan sangat baik. Buah-buah yang dihasilkan pun manis dan lezat,” ucap Raja saat di kebun.
“Ini semua karena Raja selalu memperhatikan pohon-pohon ini. Tentu saja pohon yang dirawat dengan baik akan menghasilkan buah yang nikmat,” jawab si tukang kebun.
Si Kelapa yang Sombong
Pada suatu sore, si pohon Kelapa menyombongkan kelebihannya pada pohon Apel. “Hai, Apel. Apa kelebihanmu?” tanyanya singkat.
“Buahku manis. Raja sangat suka buahku,” jawabnya penuh keceriaan.
“Itu saja? Hmm, kau hanya memiliki satu kelebihan. Sangat berbeda denganku,” jawab si Kelapa.
“Apa maksudmu? Memangnya apa kelebihanmu?” tanya Apel mulai kesal.
“Tentu saja banyak. Lihatlah pohonku. Menjulang tinggi sehingga aku tampak gagah. Tak ada yang bisa menandingi tingginya pohonku,” ucapnya.
“Halah, memang kenapa dengan pohon yang tinggi? Tak ada gunanya,” ucap Apel.
“Tentu saja ada! Pokoknya aku tumbuhan paling tinggi dan tak ada yang bisa menandingiku,” ucap Kelapa yang kemudian mengajak ngobrol Pisang.
“Hai, Pisang. Kenapa tubuhmu gemuk sekali? Batangmu juga licin. Orang-orang pasti tak bisa memanjatmu,” ucap Kelapa mengejek.
“Biarkan saja, yang penting orang-orang menyukai buahku yang mudah dimakan ini,” jawab Pisang.
“Hahaha, apa gunanya buah yang mudah dimakan tapi cepat busuk? Lihatlah buahku. Bisa tahan lama, tak cepat membusuk,” ucap si Kelapa.
Pisang hanya diam saja. Raut wajahnya tampak kesal. Ia tak menyukai Kelapa yang pamer kelebihannya.
Mengejek Pepaya
Melihat Apel dan Pisang tampak kesal, Kelapa merasa sangat bangga. Ia berpikir bila pohon-pohon itu iri kepadanya. “Semua pohon harus mengakui bahwa akulah yang paling hebat di sini,” ucap Kelapa dalam hati.
Ia kemudian memamerkan kelebihannya pada si Pepaya. “Hei, Pepaya, kau punya kelebihan apa?” tanyanya. Namun, Pepaya hanya tersenyum. Ia tak ingin menggubris perkataan Kelapa.
“Kenapa kau hanya diam saja? Oh, jangan-jangan kamu tak punya kelebihan, ya? Hahaha,” ucap Kelapa.
“Lihatlah aku. Kelebihanku sangat banyak. Tubuhku sangat tinggi. Dari daun hingga batangku, semuanya bermanfaat,” imbuhnya sombong. Pepaya tetap terdiam. Ia hanya menanggapi perkataan Kelapa dengan senyuman.
“Buahku, saat belum tua, orang-orang sangat senang meminumnya. Katanya sangat menyegarkan. Kalau sudah tua, buahku dipakai untuk membuat makanan. Bermanfaat banget, kan? Berbeda dengan buahmu, kalau masih muda, rasanya tak enak,” ucapnya pamer.
“Nggak cuma itu saja, batangku pun dipakai untuk membuat beragam furnitur, seperti pintu, kursi, atau meja. Sedangkan batangmu mudah lapuk, nggak bermanfaat,” imbuhnya sombong.
Pepaya tetap diam saja. Ia tak begitu memerdulikan perkataan Kelapa. Sesekali, ia tersenyum untuk menghargai Kelapa yang mengajaknya bicara.
“Oh, ya, satu lagi. Aku hampir lupa. Daunku pun bermanfaat, loh. Orang-orang biasa memakainya untuk membuat ketupat. Bahkan, batang daunku juga bermanfaat untuk sapu lidi. Memang aku ini sangat bermanfaat bagi semua orang,” ucapnya makin sombong.
Pepaya yang Bijak
Karena Pepaya tak memberi respon apa-apa, Kelapa pun kesal padanya. “Kenapa kau diam saja? Ah, kau tak seru. Kau pasti merasa iri pada kelebihanku, kan? Pohon-pohon lain juga merasa iri kepadaku,” ucap pohon Kelapa.
“Aku rasa mereka tak iri kepadamu. Hanya saja, mereka sangat kesal kepadamu. Kau tak sadari itu, kah?” ucap Pepaya akhirnya buka suara.
“Lagipula, setiap makhluk hidup ciptaan Tuhan itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kau memang tinggi, aku tahu itu. Tapi, aku tak menyusahkan orang lain. Jika ada yang ingin mengambil buahku, mereka tak perlu memanjat setinggi itu. Tak perlu khawatir jatuh atau pun terluka,” ucap Pepaya.
“Selain itu, memangnya hanya daunmu saja yang bermanfaat? Daunku pun juga. Meski rasanya pahit, orang-orang senang merebus daunku dan menjadikannya lalapan. Kau ingat ketika anak Raja sakit? Mereka memetik daunku untuk dijadikan obat,” imbuhnya. Kelapa hanya terdiam mendengar perkataan itu.
“Kau juga bilang batangmu bagus untuk membuat furnitur? Hmm, kau harus sadari kalau batangmu mudah keropos. Lihatlah Jati, bahkan beberapa furnitur istana menggunakan batang pohon jati, bukan batangmu,” tambahnya.
“Memang benar, buahmu tampak lezat meski masih muda dan tak mudah busuk. Tapi, buahku pun bermanfaat. Siapa pun yang memakan buahku, pasti pencernaannya akan lancar. Pada intinya, kita tak seharusnya sombong dengan kelebihan kita. Sebab, semuanya pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak hanya kamu saja yang punya kelebihan, semua pohon di sini juga punya. Karena itulah Raja menanam beragam jenis pohon di kebunnya,” ucap Pepaya.
Kelapa terangguk-angguk mendengar ucapan Pepaya. “Benar katamu. Aku tak seharusnya sombong. Setiap makhluk ciptaan Tuhan punya kelebihannya masing-masing. Maafkan aku Pepaya, maafkan aku teman-teman,” ucap Kelapa.
Unsur Intrinsik
Setelah membaca dongeng singkat Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya di atas, kurang lengkap rasanya kalau kamu belum mengulik unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng ini adalah tentang kesombongan. Sebuah pohon Kelapa merasa dirinyalah yang paling sempurna.
Ia menganggap pohon lain tak sepadan dengan dirinya. Padahal, setiap makhluk ciptaan Tuhan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh utama dalam dongeng ini tentu saja adalah pohon Pepaya dan pohon Kelapa. Pohon Kelapa adalah tokoh utama yang bersifat sombong dan suka pamer.
Ia merasa dirinyalah yang paling sempurna dan bermanfaat di bumi ini. Pada kenyataannya, setiap pohon punya manfaatnya masing-masing.
Sementara pohon Pepaya digambarkan sebagai sosok yang bijaksana dan tenang. Dirinyalah yang menyadarkan Kelapa bahwa tak ada satu pun ciptaan Tuhan yang terlahir sempurna. Semua pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Selain kedua tokoh utama itu, dongeng tumbuhan ini juga memiliki beberapa tokoh pendukung. Mereka adalah Raja, Tukang Kebun, pohon Apel, dan pohon Pisang.
3. Latar
Latar tempat dari dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya adalah di kebun istana. Hanya saja, dongeng ini tak menyebutkan nama kerajaan atau pun detail lokasinya.
4. Alur Cerita Dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya
Alur cerita dari dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya adalah maju. Cerita berawal dari pohon Kelapa yang menyombongkan kelebihannya pada tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Selain menyombongkan diri, ia juga menghina kekurangan tumbuhan lain. Pada si Apel, ia menghina buahnya cepat membusuk. Begitu pun dengan si Pepaya dan Pisang. Ia berkata bahwa buah-buaham mereka cepat busuk, tak seperti buah yang ia hasilkan.
Apel dan Pisang tentu saja merasa kesal dengan kesombongan Kelapa. Namun, hanya Pepaya yang berani menjawab setiap kesombongan si Kelapa.
Ia mengatakan bahwa tak seharusnya Kelapa menyombongkan diri. Pada hakikatnya, setiap ciptaan Tuhan itu tak ada yang sempurna. Semuanya pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Pohon Kelapa memang punya banyak manfaat, tapi orang-orang kerap merasa kesulitan untuk memanjat pohon dan membuka buahnya. Batangnya memang bisa untuk membuat furnitur, tapi tidak cukup kuat dan kokoh.
Kelapa merasa perkataan pepaya ada benarnya. Ia lalu meminta maaf pada semua pohon karena telah melukai perasaan mereka. Sejak saat itu, si Kelapa tak lagi bersifat sombong.
5. Pesan Moral
Pesan apa yang terdapat dalam dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya? Amanat utamanya adalah janganlah kamu merasa sombong dengan kelebihanmu.
Setiap orang sejatinya punya kelebihannya masing-masing. Sifat sombong hanya akan membuatmu dibenci oleh orang lain.
Selain jangan sombong, jangalah kamu merendahkan orang lain. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kamu tak akan menjadi hebat hanya karena merendahkan orang lain.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Nah, sebelum mengakhiri artikel ini, ada informasi penting dari dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya yang sayang untuk kamu lewatkan, yaitu fakta menariknya. Yuk, simak langsung saja;
1. Ada Versi Lain
Sama seperti dongeng pada umumnya, kisah Pohon Kelapa dan Pohon pepaya pun mempunyai beragam versi. Secara garis besar kisahnya sama, yaitu tentang kesombongan si pohon Kelapa.
Namun, ada satu versi yang akhir ceritanya berbeda. Di akhir cerita, versi lain mengisahkan bahwa pohon Kelapa tetap sombong meski Pepaya telah secara bijak menjelaskan bahwa setiap pohon punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Waktu hujan lebat datang, daun-daun pohon Kelapa terhempas angin dan menjatuhi beberapa pohon. Tak hanya itu, daun-daun kelapa yang besar itu juga merusak beberapa rumah yang ada di sekitarnya.
Alhasil, Tukang Kebun atas persetujuan Raja pun memangkas pohon Kelapa itu. Setelah itu, barulah pohon Kelapa menyadari kalau ia tak seharusnya merasa sombong dan setiap pohon pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sudah Puas dengan Cerita Dongeng Pohon Pepaya dan Pohon Kelapa di Atas?
Demikianlah artikel yang mengulik dongeng Pohon Kelapa dan Pohon Pepaya beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Kamu suka dan sudah cukup puas dengan kisahnya, kan?
Kalau butuh bacaan lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak dongeng yang bisa kamu pilih, seperti kisah Beauty and the Beast, dongeng Bunga Mawar yang Sombong, cerita Pangeran Ikan, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!