
Lewat cerita legenda Bunga Pohon Apel yang ada di artikel ini, kamu bisa mendapatkan beberapa pesan moral penting. Ceritanya pun sangat menarik tuk kamu baca. Yuk, simak langsung saja kisahnya!
Ingin menceritakan dongeng tentang tumbuhan kepada adik atau mungkin anakmu? Tentu saja ada beragam dongeng tumbuhan yang bisa kamu pilih, salah satunya adalah legenda Bunga Pohon Apel.
Kamu mungkin belum familier dengan dongeng tersebut. Ringkasnya, legenda Bunga Pohon Apel mengisahkan tentang seorang pangeran yang sedang berkelana di sebuah hutan. Lalu, ia menemukan bunga pohon apel yang sangat unik dan ajaib.
Seperti apa keunikan dan keajaibannya? Yuk, biar nggak penasaran mending baca langsung artikel yang mengulas legenda Bunga Pohon Apel beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya ini!
Cerita Legenda Bunga Pohon Apel
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pangeran bernama Alger yang sangat ahli berburu. Tiap kali ada kesempatan, ia selalu menjelajahi hutan dan berburu dengan kudanya dari pagi hingga larut malam.
Pada suatu kesempatan, Pangeran Alger yang pemberani memasuki hutan yang sebelumnya belum pernah ia datangi. Terlalu asyik menjelajahi hutan, Pangeran Alger pun tersesat.
Ia berputar-putar di dalam hutan, tapi tak juga menemukan jalan keluar. Lalu, ia tiba-tiba menemukan sebuah tepi hutan. Saat keluar dari tepi itu, ia hanya melihat hamparan padang pasir yang kosong.
Terlalu lama tersesat, Pangeran pun merasa dahaga. Namun, persediaan airnya telah habis. Ia juga tak dapat menemukan sumber mata air.
Saat berjalan dengan keadaan tenggorokan yang kering kerontang, ia tiba-tiba melihat sebuah pohon apel yang amat besar. Ia sangat senang menyaksikan buah-buah apel di pohon itu telah matang dan tampak lezat.
Pangeran pun langsung turun dari kudanya dan mengeluarkan pisau kecil. Ia memetik apel dan membelahnya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja seorang gadis cantik melompat keluar dari dalam apel itu. Gadis itu berteriak, “AIR! AIR!”
Pangeran Alger terkejut dan tak tahu berbuat apa. Ia hanya menatap gadis itu tanpa bicara sepatah kata pun. Tak lama kemudian, gadis itu menghilang begitu saja bagaikan uap.
Putri Cantik Jelita
Saat tersadar dari rasa tidak percaya atas apa yang barusan dilihatnya, Pangeran kembali mengambil sebuah apel dan membelahnya. Lagi-lagi, kejadian ajaib itu terjadi. Seorang gadis tiba-tiba muncul dan berteriak, “AIR! AIR!”
Sang Pangeran kembali terkejut dan tak melakukan apa pun. Matanya terbelalak, tak percaya dengan apa yang ia saksikan. Namun, gadis itu menghilang lagi bagaikan uap.
Lalu, Pangeran Alger memetik buah apel ketiga. Kali ini, ia tak ingin lagi melakukan kesalahan yang sama.
“Jika aku membelah apel ini lalu muncul seorang gadis lagi, tak mungkin bila aku membiarkannya menguap. Aku harus memberinya air. Tapi, bagaimana ini? Aku tak kunjung mendapatkan air,” gumam sang Pangeran.
Ia lalu memasukkan buah apel itu kedalam jubahnya, lalu menunggangi kudanya. “Ayo, kita temukan sumber mata air!” ucapnya pada kuda.
Setelah lama mencari, akhirnya mereka menemukan sungai. Pangeran Alger melompat turun dari kudanya dan mengambil apel ketiganya.
Dengan perlahan, ia membelah apel itu. Lalu, muncullah gadis ketiga dari dalam apel. Kali ini, gadis itu juga berteriak, “AIR! AIR!”
Dengan cepat, Pangeran Alger mengambil air dengan tangannya dan mengguyur gadis cantik itu. Cara itu berhasil. Gadis dari buah apel tak menghilang. Ia tampak senang dan ceria.
“Terima kasih, Tuan, karena kau telah menyelamatkan nyawaku,” ucap gadis.
“Siapa kamu? Kenapa kamu bisa keluar dari buah apel? Dari mana kau berasal?” tanya Pangeran Alger.
“Namaku Mekar, Tuan,” jawab gadis itu sambil meringkuk kedinginan.
Pangeran Alger segera menutup pundak gadis itu dengan jubahnya. “Lantas, dari mana asalmu? Aku akan mengantarmu pulang,” tanya sang Pangeran.
Seketika wajah gadis itu murung. Ia diam saja tak menjawab pertanyaan dari sang Pangeran. Hal itu membuat Pangeran Alger merasa iba.
Penyihir Jahat
Tak ingin gadis itu sendirian, sang Pangeran pun memberinya pertolongan. “Kamu tunggulah di sini. Aku akan pulang ke istana dan memjemputmu dengan kereta istana. Aku akan membawa beberapa prajurit agar kau merasa aman,” ucap sang Pangeran.
“Benarkah? Aku harap Tuan tak berubah pikiran,” jawab Mekar.
“Aku berjanji akan menjemputmu. Seorang Pangeran harus menepati janjinya,” ucap sang Pangeran.
Ia lalu naik ke kudanya dan bergegas meninggalkan Mekar untuk kembali ke istana. Namun, ada penyihir jahat bernama Sukma yang jahat dan ingin menguasai Negeri,
Ia lalu muncul di dekat Mekar dan merebut jubah milik pangeran yang menutupi pundaknya. “Kembalikan! Itu jubah yang Pangeran pinjamkan kepadaku!” teriak Mekar.
“Hahaha, kau pikir kau bisa melawanku!” ucap penyihir jahat itu sambil mengayunkan tongkatnya. Ia menyihir Mekar agar tak ada satu pun orang yang mengenalinya.
Sukma lalu menutupi kepalanya dengan jubah milik Pangeran Alger. Ia pun menunggu kedatangan sang pangeran di tepi sungai. Setelah lama menunggu, akhirnya, Pangeran pun datang juga.
Ia tak bisa melihat wajah Sukma karena tertutupi dengan jubahnya. Ia mengira jika gadis itu adalah Mekar.
“Maafkan aku terlalu lama. Aku tadi sempat tersesat,” ucap sang Pangeran. “Mari naik ke keretaku. Aku akan membawamu ke istana. Kau aman di sana,” imbuhnya.
Pangeran Alger Merasa Bimbang
Saat memasuki kereta, Pangeran terkejut dengan wajah gadis yang memakai jubahnya itu. Wajahnya sangatlah berbeda dengan gadis apel yang ia selamatkan.
“Apakah kau betul gadis dari buah apel?” tanya Pangeran tak percaya.
Sukma si penyihir jahat itu pun meyeringai. “Tentu saja, Tuan. Aku ini mekar. Gadis apel yang kamu selamatkan. Sekarang, Tuan memenuhi janji untuk membawaku ke istana, bukan? Jangan-jangan Tuan ingin ingkar janji karena melihat wajahku yang asli? Bukankah pemimpin harus menepati janjinya?” ucap Sukma menyudutkan Pangeran.
Pangeran Alger tak tahu harus berkata apa. Hatinya sungguh tak memercayai apa yang di hadapannya ini. Namun, ia tetap membawa Sukma yang mengaku Mekar itu ke istana.
Sesampainya di istana, orang-orang terkejut menyaksikan Pangeran turun dari kereta dengan seorang nenek tua. Ada yang menertawakan Pangeran, ada pula yang menangis sedih.
Pangeran merasa bimbang. Ia tak hanya merasa telah dibohongi, tapi ia juga merasa nenek tua yang mengaku Mekar itu memiliki aura jahat. “Apa yang harus aku lakukan?” ucapnya dalam hati.
Semakin lama, wajah Sukma makin tampak mengerikan. Ditambah lagi, ia selalu berbuat sesuka hati dan ingin sekali menguasai istana serta negeri ini.
Belum lama di sana, banyak sekali pegawai istana dan warga yang mengeluhkan sikap semena-mena penyihir jahat itu. Namun, Pangeran tak tahu harus berbuat apa.
Merpati Putih Mendatangi Pangeran
Saat Pangeran menatap luar istana dari jendela kamarnya, tiba-tiba ada seekor merpati putih yang hinggap di pundaknya. Merpati itu seakan berbisi di telinga sang Pangeran.
“Kuuu kkkuuuu… Kuuuu kkuuu…” suara itu terdengar lirih dan memilukan hati.
Pangeran Alger makin sedih mendengar suara itu. Ia tak kuasa menahan air matanya. “Apa yang ingin kau sampaikan padaku?” tanya sang Pangeran.
Secara ajaib, burung merpati itu lalu menjawab dengan bahasa manusia. “Dengarkan aku, Tuan. Ini hidupmu, sejatilah cintamu. Namun, sungguh palsu gadis itu,” ucap burung itu.
Pangeran Alger terkejut. “Apa yang coba kau katakan? Apa maksudmu?” tanyanya.
Belum sempat merpati itu menjawab, tiba-tiba saja ada ketukan pintu di kamarnya. Ternyata, ia adalah Sukma. Merpati langsung terbang meninggalkan istana.
“Ada apa kau datang ke kamarku?” tanya Pangeran dari balik pintu enggan membukanya.
“Aku mendengarmu berbicara dengan seseorang, Tuan. Dengan siapa Tuan berbicara?” tanya penyihir jahat itu.
“Aku tak berbicara dengan siapa pun! Pergilah, aku tak ingin diganggu!” ucap Pangeran Alger.
“Hahaha, baiklah. Tak mengapa bila Tuan enggan memberitahuku. Aku akan mencari tahunya sendiri. Hahaha,” ucap nenek sihir itu.
Mendengar suara penyihir itu membuat Pangeran Alger merasa cemas. Ia khawatir bila istana dan negeri ini akan hancur bila nenek itu terus di sekitarnya.
Terus Menghindari Penyihir
Hari berikutnya, Pangeran Alger berusaha menghindari penyihir jahat itu. Setelah makan, ia masuk ke kamarnya dan memikirkan rencana untuk menyingkirkan nenek tua yang mulai tampak jahat itu.
Pangeran bisa menduga jika nenek tua itu ingin menguasai istana dan negeri ini. Namun, ia tak ingin gegabah dalam bertindak. Lagipula, ia masih berharap bila nenek tua itu berubah menjadi gadis cantik dan baik yang ditemuinya waktu di hutan.
Saat memikirkan rencana sambil berdiri di dekat jendela, seekor merpati yang sama datang kembali. Merpati itu berbisik lagi, “Dengarkan aku, Tuan. Ini hidupmu. Sejatilah cintamu. Namun, sungguh palsu gadis itu. Mekar yang sejati sedang tidur. Ia berada di pelukan aliran sungai. Di sanalah ia berdiam diri.”
“Apa maksudmu Mekar di pelukan air sungai? Tolong berikan aku informasi yang jelas,” tanya Pangeran dengna tatapan penuh tanda tanya.
Namun, lagi-lagi, sebelum merpati menjawab, nenek penyihir itu mengetuk pintu. Ia lalu berkata, “Lagi-lagi kau berbicara dengan seseorang. Sebenarnya, siapa yang kau ajak bicara?”
“Aku tak bicara dengan siapa pun!” ucap Pangeran Alger.
“Hahaha, sebentar lagi aku akan tahu siapa yang kau ajak bicara!” ucap penyihir itu sambil tertawa.
Membunuh Merpati
Pada hari ketiga si penyihir di istana, keadaan semakin memburuk. Sukma semakin sewenang-wenang seakan-akan dialah penguasa istana. Banyak pengawal yang tak menyukainya.
Pangeran Alger terus memikirkan rencana yang paling tepat untuk menyingkiran nenek tua itu. “Aku tak bisa diam saja. Nenek jahat itu harus segera aku singkirkan,” ucapnya dalam hati.
Sementara itu, Sukma rupanya mengintip Pangeran Alger dari lubang kunci. Ia ingin mengetahi dengan siapa sang Pangeran selama ini berbicara. Tak lama kemudian, merpati itu pun kembali menemui Pangeran.
“Dengarkan aku, Tuan! Ini hidupmu. Sejatilah cintamu. Namun sungguh palsu gadis itu. Mekar sedang tertidur di pelukan aliran sungai. Di sanalah ia berdiam. Berbaring sendirian karena kesalahanmu meninggalkannya. Tak ada satu pun orang yang tahu kapan ia akan terbangun,” ucap merpati.
Pangeran Alger semakin yakin bila selama ini ia telah ditipu oleh penyihir jahat. Di sisi lain, Sukma yang tahu ternyata Pangeran berbicara dengan seekor burung, ia lalu memerintahkan pengawal untuk membunuh merpati.
“Pengawal! Nanti dari luar jendela kamar Pangeran, akan ada merpati yang terbang. Tugasmu adalah membunuh merpati itu! Kamu mengerti? Jika kau tak berhasil membunuhnya, kau akan kumasukkan ke dalam penjara!” ucap penyihir itu.
“Baik, Nona,” ucap pengawal tak bisa melawan. Setelah itu, Sukma kembali mengintip dan menguping percakapan Pangeran dan merpati.
“Lantas, apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Mekar?” tanya sang Pangeran pada merpati.
Sebelum merpati menjawab, Sukma mengetuk pintu dengan kerasanya. Ia memaksa masuk ke kamar. Maka, terbanglah merpati itu keluar dari kamar Pangeran.
Seperti yang diperintahkan, pengawal istana pun memanah burung merpati yang terbang dari jendela kamar Pangeran. Merpati itu jatuh tergelatak dan berlumuran darah. Pengawal istana memungutnya dan menyerahkannya pada Sukma.
Sukma yang jahat langsung membakar merpati itu hingga menjadi abu. “Hahaha, akhirnya aku bisa membunuh. Salah siapa kau mengacaukan rencanaku. Hahaha,” ucap Sukma dengan tertawa jahat.
Pohon Apel dan Bunga yang Wangi
Namun, meninggalnya burung merpati bukanlah akhir dari segalanya. Saat merpati terjatuh usai terkena anak panah, ada tiga tetes darah yang jatuh di tanah. Lalu, di tempat itu, tumbuhlah sebuah pohon apel yang berbunga.
Aroma bunganya sangatlah wangi bagaikan parfum yang menyebar hingga ke seluruh taman istana. Tukang taman di istana pun tertarik untuk memelihara pohon itu.
Sepanjang hari, ia menyirami pohon itu. Pada suatu hari, ia mendapati salah satu dahan pohon apel itu berbunga. Bunganya sangat kecil. Tukang taman merasa sedih.
“Kau terlambat muncul, bunga apel kecil. Musim gugur telah datang. Kau sebentar lagi akan gugur dan tak akan pernah menjadi buah apel. Angin kan menerbangkan dirimu dari taman ini,” ucapnya sambil mengamati bunga apel itu.
Karena merasa kasihan dengan bunga itu, tukang taman yang sudah tua itu pun memetiknya. “Hidupmu akan lebih lama bila aku meletakkanmu di vas bunga rumahku,” gumam si kakek tua itu. Benar saja, bunga apel itu pun hidup lebih lama setelah kakek tua meletakkan di dalam vas.
Keesokan harinya, kakek itu kembali ke istana tuk membersihkan taman. Ia menyirami setiap bunga dan pohon. Ia juga menghilangkan hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Ketika sore tiba, ia pun kembali ke rumah. Namun, ia mendapati ada hal aneh yang terjadi. Rumahnya tampak bersih dan rapi, padahal ia belum sempat membereskannya.
“Siapa yang melakukan semua ini? Tampaknya rumah juga sudah aku kunci, tak akan yang bisa masuk,” ucap sang kakek yang hidup sebatang kara karena istrinya telah lama meninggal.
Seorang Gadis Cantik
Keesokan harinya, kakek itu lagi-lagi mendapati rumahnya bersih dan rapi. Ia semakin bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi di rumahnya.
Karenanya, di hari ketiga, ia berpura-pura berangkat kerja. Lalu, ia sembunyi di belakang rumahnya dan mengintip dalam rumah dari balik jendelanya. Ia sangat ingin tahu siapa yang membersihkan rumahnya setiap hari.
Tiba-tiba ia melihat kelopak bunga apel jatuh ke lantai. Lalu, kelopak itu berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Sang kakek sangatlah terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Gadis itu bekerja dengan sangat cepat dan rapi. Saat gadis misterius itu beristirahat, sang kakek lalu membuka pintu rumahnya. Gadis cantik itu seketika berteriak, “AIR! AIR!”
Sang kakek langsung mengambil air dan menyiram gadis itu. Lalu, ia pun gembira dan berterima kasih pada sang kakek. “Terima kasih, Kek, karena kau telah menolongku,” ucapnya.
“Siapa kau? Kenapa kau bisa berubah menjadi manusia?” tanya kakek itu.
“Namaku Mekar, Kek. Maafkan aku telah mengejutkanmu. Tapi, bolehkah aku tinggal di sini tuk sementara waktu? Aku tak tahu harus tinggal di mana,” pinta Mekar.
Sang kakek tak bisa berkata-kata apa. Ia masih terkejut dengan kejadian ini. Ia hanya bisa mengangguk tanda setuju memberi izin pada Mekar tuk tinggal di rumahnya.
“Oya, satu lagi, Kek. Bolehkah aku minta tolong, katakan pada Pangeran Alger bila aku ada di rumahmu?” ucapnya.
“Pangeran? Emm, tentu saja,” ucap kakek lalu berpamitan untuk ke istana.
Pangeran Bertemu Lagi dengan Mekar
Sesampainya di istana, tukang kebun tua itu langsung menemui Pangeran Alger yang sedang duduk di taman. “Tuan, ada hal penting yang hamba ingin sampaikan pada Tuan,” ucapnya berbisik.
“Ada apa? Katakan saja,” jawab Pangeran Alger.
“Datang dan lihatlah rumahku, Tuan. Ada seorang gadis cantik bernama Mekar yang menantimu,” ucap tukang kebun.
“Gadis cantik bernama Mekar? Benarkah? Itu berarti selama ini nenek tua itu menipuku?” ucap Pangeran Alger geram.
Penyihir itu rupanya mendengar percakapan kakek dan Pangeran. Karena kebohongannya telah terungkap, ia pun memutuskan tuk kabur dari istana.
Pangeran Alger bergegas ke rumah tukang kebunnya untuk memastikan apakah benar gadis itu adalah Mekar atau bukan. Sesampainya di sana, Pangeran Alger berlutut dan menangis melihat Mekar.
“Maafkan aku, Mekar. Tak seharusnya aku meninggalkanmu di hutan itu. Tak seharusnya aku percaya dengan nenek tua itu,” ucapnya meminta maaf.
“Pangeran, tenanglah. Kau tak perlu minta maaf. Kau tak bersalah,” ucap Mekar.
“Lantas, apa yang terjadi padamu selama ini? Aku sangat mencemaskanmu,” tanya Pangeran Alger.
Mekar menceritakan segala yang terjadi pada dirinya. Setelah bertemu sang Pangeran di hutan, penyihir Sukma rupanya mengutuk Mekar menjadi seekor burung merpati.
Lalu, Sukma meminta pengawal tuk membunuhnya. Darah Mekar itulah yang kemudian tumbuh menjadi pohon apel dan Mekar menjelma menjadi bunganya.
Raja bersedih mendengar cerita dari Mekar. Ditambah lagi, rupanya, dulu Mekar adalah putri yang cantik jelita. Namun, Sukma menyihir dia dan keluarganya menjadi sebuah pohon apel dan buah-buahnya.
Sihir itu akan hilang bila penyihir Sukma dikalahkan. Pangeran Alger tak bisa diam saja. Ia tak bisa membiarkan penyihir itu berkeliaran dan mengganggu ketenangan.
Pertempuran Antara Pangeran dan Penyihir
Lalu, Pangeran membawa Mekar ke istana. Ia dan beberapa prajurit melakukan perjalanan tuk mencari penyihir Sukma. “Mekar, kamu aman di istana. Izinkan aku mmelakukan pencarian penyihir tua itu. Aku akan membunuhnya sehingga keluargamu bisa kembali,” ucap Pangeran Alger berpamitan.
Mekar selalu berdoa pada Dewa agar Pangeran bisa mengalahkan Sukma. Di sebuah hutan belantara, Pangeran dan prajurit berhasil menemukan singgasana nenek sihir itu.
Lalu, Pangeran dan penyihir itu pun melakukan pertarungan sengit. Meski sudah tua, nenek itu memiliki sihir yang luar biasa. Dengan sekuat tenaga, Pangeran dan para prajurit harus menghindari sihir itu,
Sampai akhirnya, Pangeran berhasil menghunuskan pedang tepat di dada sang penyihir. Sontak, penyihir itu terkapar dan menjadi abu.
Pangeran Alger lalu ke hutan tuk menjemput ayah, ibu, dan saudara Mekar. Ia lalu membawa mereka ke istana tuk bertemu dengan Mekar. Tak lama kemudian, Pangeran melamar Mekar dan mereka pun hidup bahagi selamanya.
Unsur Intrinsik
Cerita legenda Bunga Pohon Apel seru banget, kan? Nah, untuk menambah wawasanmu, simak dulu ulasan seputar unsur intrinsik dari dongeng ini. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari legenda Bunga Pohon Apel ini adalah seorang putri yang dikutuk menjadi buah apel, lalu merpati, dan kemudian menjadi bunga pohon apel. Ia mendapatkan kutukan tersebut dari seorang penyihir tua yang amat jahat.
Untuk menghilangkan kutukan itu, penyihir jahat itu harus dibunuh. Lalu, datanglah seorang pangeran gagah dan pemberani yang kan menolong sang putri dan keluarganya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama protagonis dalam legenda ini, yaitu Pangeran dan Putri Mekar yang dikutuk menjadi buah apel, lalu merpati, dan terakhir menjelma menjadi bunga pohon apel. Pangeran digambarkan sebagai sosok yang senang berkelana dan berburu.
Ia juga pria yang bertanggung jawab dan selalu berhati-hati dalam bertindak. Putri Mekar adalah sosok gadis cantik dan juga baik hati. Buktinya, ia mau membersihkan rumah seorang kakek yang telah menyelamatkannya.
Lantas, siapakah tokoh antagonis dalam legenda Bunga Pohon Apel ini? Siapa lagi kalau bukan penyihir jahat bernama Sukma. Mungkin saja ia iri dengan kebahagiaan dari keluarga Putri Mekar hingga ia tega mengutuk mereka menjadi pohon apel.
3. Latar
Secara detail, latarnya adalah di hutan belantara, padang pasir, tepi sungai, istana, dan rumah kakek tua. Hanya saja, di mana lokasi latar tempat legenda Bunga Pohon Apel ini tak disebutkan secara spesifik.
4. Alur Cerita Legenda Bunga Pohon Apel
Alur cerita dongeng ini adalah maju alias progresif. Cerita berawal dari seorang pangeran bernama Alger yang sedang berkelana di hutan dan tak sengaja menemukan pohon apel yang berbuah ranum.
Ia memetik salah satu buah dan membelahnya. Secara ajaib, seorang gadis muncul dari apel itu dan meminta air. Namun, karena pangeran tak punya air, gadis itu menghilang bagai uap.
Untuk mengatasinya, Pangeran lalu membawa sebuah apel ke dalam jubahnya dan mulai mencari sumber air. Ia berhasil menemukan sungai, dan saat membelah apel, ia langsung mengguyur gadis yang keluar dengan air.
Gadis itu sangat cantik dan Pangeran langsung memberikan jubahnya. Pangeran kembali ke istana untuk membawa kereta tuk menjemputnya. Sialnya, ada penyihir jahat bernama Sukma yang mengambil jubah Pangeran dan mengaku menjadi gadis cantik itu.
Ia mengaku pada Pangeran jika wajah aslinya memang seorang nenek-nenek tua. Dengan penuh keraguan, Pangeran tetap mengajak penyihir itu ke istana.
Kekacauaan satu dan lainnya mulai terjadi di istana akibat sikap si penyihir tua itu. Atas satu dan dua kejadian, sang Putri rupanya menjelma menjadi bunga pohon apel yang kemudian dipelihara oleh tukang kebun istana.
Putri itu lalu berubah lagi menjadi seorang gadis dan berhasil bertemu dengan Pangeran. Pada akhirnya, mereka hidup bahagia karena Pangeran berhasil membunuh penyihir jahat itu.
5. Pesan Moral
Kira-kira, pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik dari cerita legenda Bunga Pohon Apel ini? Pesan moral utama adalah jangan mudah percaya dengan orang asing.
Tak semua orang punya sikap dan itikad yang baik. Tak sedikit pula orang yang mungkin kan sengaja melukai atau menyakiti perasaanmu. Jadi, berhati-hatilah.
Amanat berikutnya, janganlah merasa iri dengan orang lain. Setiap orang tentulah punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kamu tak perlu merasa iri dengan kelebihan orang lain.
Selain unsur intrinsik, legenda Bunga Pohon Apel ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel tentang legenda Bunga Pohon Apel ini, simak dulu fakta menariknya. Berikut ulasan singkatnya;
1. Ada Beberapa Versi dari Legenda Bunga Pohon Apel
Cerita legenda Bunga Pohon Apel ini memiliki versi lain yang kisahnya berbeda jauh. Di sebuah taman dekat istana, hiduplah beberapa bunga yang indah. Saat musim semi datang, bunga-bunga itu bermekaran.
Bunga yang bermekeran duluan adalah milik pohon apel. Ia sangat cantik, memukau, dan harum mewangi. Saat para putri istana datang ke taman, mereka memuji kecantikan bunga pohon apel.
Hal itu membuat bunga pohon apel sombong. Lalu, ia mengejek bunga di bawahnya yang masih belum mekar. “Hai bunga kecil, siapa namamu? Karena kamu belum mekar, tak ada orang yang mendekatimu. Kasihan sekali kamu,” ucapnya sombong,
“Namaku Dandelion. Aku memang tampak buruk bila belum mekar,” ucap bunga itu dengan senyum manis. Ia tak tersinggung dengan ejekan bungan pohon apel.
Lalu, Matahari menyinari bunga pohon apel dan berkata, “Janganlah kamu sombong, Dandelion pun bila mekar sangat cantik.”
Matahari kemudian menyinari Dandelion. Sinar itu membuat mahkota-mahkota bunga kecil itu bermekaran. “Lihatlah, ia tampak begitu cantik, kan?” ucap Matahari.
“Tetap saja, aku yang paling cantik. Dibandingkan dia, aku jauh lebih cantik,” ucap bunga pohon apel tak mau mengalah.
Setelah itu, datanglah segerombolan anak kecil perempuan yang tengah bermain di taman. Mereka memuji keindahan bunga dandelion dan memetik beberapa tangkai.
“Lihatlah, anak-anak kecil itu pun menyukai Dandelion,” ucap Matahari pada bunga pohon apel.
“Apa bagusnya mendapatkan pujian dari anak kecil?” jawabnya kesal.
Lalu para putri kembali datang ke taman dan memandangi bunga dandelion dengan seksama. Rupanya, mereka sedang mengagumi keindahan bunga Dandelion dan hendak melukisnya.
Kejadian itu membuat bunga pohon apel sadar bahwa kecantikan tak seharusnya membuatnya sombong. Sejak saat itu, ia tak lagi mengejek bunga lainnya.
Suka dengan Cerita Legenda Bunga Pohon Apel di Atas?
Demikianlah aritkel yang mengulik tentang cerita legeda Bunga Pohon Apel dan ulasan lengkapnya. Ceritanya seru banget, kan? Kamu suka dengan kisahnya? Kalau suka, yuk, bagiin artikel ini ke teman-temanmu. Atau, kamu bisa juga membacakannya untuk adik atau anakmu.
Buat yang pengin baca kisah dongeng atau legenda tentang tumbuhan lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Selain ada legenda Bunga Pohon Apel, ada pula cerita tentang Mawar yang Sombong, kisah Pohon Pepaya dan Pohon Kelapa, dan legenda Bunga Teratai.
Poskata.com juga memiliki beragam cerita rakyat Nusantara. Beberapa di antaranya adalah legenda Tangkuban Perahu, asal usul Salatiga, legenda Gunung Merapi, dan lain-lain. Selamat membaca!