
Kamu mungkin pernah mendengar atau membaca cerita dongeng tentan Pinokio yang hidungnya akan memanjang jika ia berbohong. JIka ingin membaca kisahnya lagi, langsung saja simak artikel ini hingga habis!
Siapa, sih, yang nggak kenal sama karakter Pinokio? Cerita dongeng Pinokio ini cukup populer di tahun 90-an. Lantas, masih ingatkah kamu dengan kisahnya?
Dongeng Pinokio menceritakan seorang tukang kayu yang tinggal sendirian dan tak berkeluarga. Ia lalu membuat sebuah boneka kayu anak laki-laki yang terlihat seperti nyata. Boneka itu ia beri nama Pinokio.
Kalau penasaran dengan kelanjutan cerita dongeng Pinokio, tak perlu ke mana-mana lagi, mending langsung simak kisahnya di artikel ini, yuk! Nggak cuma kisahnya aja, nih, kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Pinokio
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang tukang kayu yang sudah sangat tua. Namanya adalah Gapeto. Orang-orang biasa menyebutnya paman Gapeto. Ia dikenal baik hati, ramah, dan senang menolong orang-orang di sekitarnya.
Ia hidup sendirian di rumah yang sederhana. Rumah itu dipenuhi dengan barang-barang dari kayu buatannya, seperti jam dinding, music box, dan beberapa mainan anak-anak. Semua anak sangat senang dengan mainan buatan Gapeto.
Pada suatu malam, Gapeto bermimpi memiliki anak laki-laki yang menemani hari-harinya. Saat terbangun, ia menangis karena semua itu tak kenyataan. Ia baru menyadari kalau sebenarnya selama ini ia merasa kesepian.
“Rupanya, aku hanya bermpimpi. Seandainya aku benar-benar punya anak,” ucapnya sedih.
Untuk melampiaskan kesedihannya, paman Gepetto berencana untuk membuat sebuah boneka kayu berupa anak laki-laki. Ia lalu pergi ke hutan untuk mencari kayu terbaik. Ia lalu menemukan kayu pohon pinus kecil.
Dibawanya kayu itu ke rumah dan ia meletakannya di atas meja. Ia mulai memahatnya dengan penuh ketulusan hati. Ia lalu selesai membuat boneka kayu yang terlihat seperti anak laki-laki sungguhan. Tak ayal, paman Gapeto memang seorang pemahat yang handal.
“Mulai saat ini, kau adalah anakku. Kau akan menemaniku dan aku akan memanggilmu Pinokio,” ucapnya sambil memeluk boneka kayunya.
“Seandainya kau benar-benar hidup,” ucap paman lirih sambil meneteskan air mata. Paman Gapeto lalu tidur dan meletakkan Pinokio di atas meja.
Kedatangan Peri Biru yang Membawa Berkah
Saat paman Gapeto tidur, ia bermimpi ada peri biru yang berkata padanya. “Gapeto, kamu selalu menjadi orang yang baik untuk orang-orang di sekitarmu. Kamu sangat berjasa untuk mereka. Karenanya, aku akan memberikan kehidupan untuk pinokio kecilmu,” ucap peri itu dalam mimpinya.
Lalu peri itu mengayungkan tongkatnya pada boneka kayu. Keajaiban pun terjadi, Pinokio bisa hidup dan menari.
“Terima kasih ibu peri karena telah membuatku hidup. Kini aku bisa menari dan berlari,” ucapnya.
“Tapi, kau harus berbuat baik. Jangan sampai kau menyusahkan ayahmu. Jika kau berhasil menjadi anak yang baik, aku akan memberimu hadiah,” ucapnya.
Paman Gapeto terbangun dari tidurnya. Ia terkejut, “Mimpiku terasa sangat nyata. Apakah peri itu benar-benar nyata?”
Gapeto pun melihat boneka kayu yang ia buat. Rupanya, boneka itu benar-benar hidup. Tangan dan kakinya bergerak, serta matanya berkedip.
“Boneka kayu anakku, kamu benar-benar hidup,” ucap Gapeto bahagia dan memeluk Pinokio.
“Terima kasih, Ibu peri, karena engkau telah mewujudkan mimpiku. Aku berjanji akan menjaganya sepenuh hati,” ucap Gapeto dalam hati.
“Nak, namamu adalah Pinokio. Kau memang hanya boneka kayu, tapi aku membuatmu dengan penuh kasih sayang dan kamu akan kehidupan seperti manusia. Kau boleh memanggilku ayah,” ucap Gapeto pada Pinokio.
“Baik, Ayah,” jawab boneka kayu itu.
Pinokio Menjalani Kehidupan
Keesokan harinya, Gapeto dan Pinokio menjalani kegiatan bersama. Ia menunjukkan beberapa mainan seru kepada sang anak.
Setiap hari, mereka selalu bersama dan melakukan kegiatan yang seru. Gapeto sangat menyayangi Pinokio. Begitu pula dengan boneka kayu itu. Ia sangat menyayangi ayahnya.
Suatu hari, Gapeto meminta Pinokio untuk bersekolah. “Anakku, kamu besok akan sekolah. Kamu akan mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan teman di sekolahan,” ucap Gapeto.
“Sekolah? Teman? Wah, aku sudah tak sabar lagi,” ucap Pinokio antusias.
Keesokan harinya, Pinokio hendak pergi ke sekolah. Paman Gapeto memberinya uang, “Anakku, buku ini untuk membeli buku pelajaran di sekolah. Sekarang, berangkatlah dan jangan berhenti sebelum sampai sekolahan. Kamu mengerti?”
“Baik Ayah, aku mengerti,” jawab Pinokio.
Boneka kayu ini sangat bergembira. Ia berjalan ke sekolah sambil bernyanyi. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain. Anak laki-laki itu pun menyapa Pinokio.
“Hai, manusia kayu. Kamu mau pergi ke mana dengan uang sebanyak itu?” tanya si bocah laki-laki.
“Aku mau hendak pergi ke sekolah untuk membeli buku,” jawab Pinokio.
“Hahaha, daripada ke sekolah, lebih baik uang itu untuk membeli permen,” ucap si anak laki-laki.
“Permen? Apa itu permen? Aku baru mendengarnya,” jawab si boneka kayu itu polos.
“Wah, bisa-bisanya katu tak tahu apa itu permen. Permen itu sangat lezat dan manis. Kalau kau mau, aku akan mengantarmu membelinya,” ajak si anak kecil.
Tiba-tiba, seekor belalang ajaib meloncat ke pundak Pinokio. Ia berbisik, “Jangan dengarkan perkataan anak kecil itu. Ingat pesan ayahmu. Kamu harus membeli buku.”
Hidung Bertambah Panjang
Namun, boneka kayu itu tak mendengar saran si belalang. Ia lalu pergi bersama anak laki-laki itu untuk membeli permen.
“Aku ingin membeli permen dengan uang ini,” ucapnya pada si penjual permen.
“Apakah semua uang ini hanya untuk permen saja?” tanya si penjual penasaran.
“Iya, ayahku ingin aku membeli permen dengan uang ini,” ucap Pinokio berbohong. Tiba-tiba saja, hidungnya bertambah panjang.
Akan tetapi, Pinokio tak mengindahkan hidungnya itu. Ia lalu ke luar dari toko. Si anak laki-laki yang sedari tadi menunggu, langsung mencuri semua permen dari Pinokio dan berlari. Artinya, boneka kayu itu telah ditipu.
“Kenapa ia membawa kabur permenku? Jahat sekali. Aku jadi tak bisa memakan permen itu,” ucap Pinokio sedih.
Ia pun melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Di dalam perjalanan, ia bertemu dengan seekora serigala dan kucing ajaib. Kedua hewan itu menyapa boneka kayu, “Halo, kau anak baru ya di desa ini? Siapa namamu?”
“Iya, aku adalah anak dari Paman Gapeto. Namaku Pinokio,” ucapnya.
“Nama yang indah. Karena kamu anak baru, maukah kamu menonton pertunjukkan boneka? Kami punya satu tiket untukmu. Harganya hanya 5 koin saja,” ucap kucing.
“Pertunjukan boneka? Kedengarannya menarik,” ucapnya.
“Tentu saja. Pertunjukannya sangat seru,” ucap serigala.
Pinokio tak kuasa menolak tawaran itu. Ia pun memutuskan tuk menonton pertunjukan boneka. “Aku punya lima koin. Ayahku berkata bahwa uang ini untuk menonton pertunjukan yang menarik,” ucap Pinokio berbohong.
Tanpa ia sadari, hidungnya kembali bertambah panjang. Lalu, ia pun pergi ke pertunjukan boneka. Di tengah jalan, tiba-tiba saja serigala dan kucing menghilang.
Sesampainya di tempat pertunjkkan, rupanya, tiket yang Pinokio beli adalah tiket palsu. Penjaga pertunjukan tak mengizikannya masuk. Lalu, Pinokio hanya bisa duduk di pojok dan menangis.
Bertemu dengan Seorang Pria
Saat menangis di pojokan, tiba-tiba ada seorang pria yang menghampirinya. “Hai, Anak kecil, kenapa kau menangis?”
“Aku ingin menonton pertunjukan boneka itu. Tapi, penjaga menahanku karena tiket yang aku punya ternyata palsu. Aku ditipu,” ucap Pinokio.
“Hmm, kasihan sekali kamu. Perkenalkan, aku adalah Stromboli, pemilik dari pertunjukan boneka ini. Aku sangat terpukau denganmu yang merupakan boneka hidup. Tanpa memaki tali pengatur, kau bisa bergerak ke sana ke mari. Em, maukah kau bergabung dalam pertunjukan boneka?” ucap Stromboli.
Tentu saja Pinokio tak menolak. Ia justru merasa senang bisa ikut dalam pertunjukkan itu. Boneka kayu hidup itu pun naik ke panggung. Ia bernyanyi dan menari dengan sangat lincah.
Para penonton sangat menyukai pertunjukan Pinokio. Mereka pun bertepuk tangan dan berteriak, “Kami mau lagi! Kami mau lagi.”
Pinokio pun makin bersemangat menari. Saking bersemangatnya, ia sampai tidak melihat gerakannya. Tanpa ia sadari, hidungnya yang panjang tersangkut tali boneka dan pertunjukan pun menjadi kacau. Seluruh penonton tertawa melihat pertunjukan yang berantakan itu.
Di akhir acara, ia sangat kelelahan dan merindukan ayahnya, Gapeto. “Stromboli, aku ingin pulang menemui ayahku,” ucapnya minta izin.
“Pulang? Siapa bilang kau boleh pulang? Kini kau adalah milikku,” ucapnya sambil memasukkan Pinokio dalam sebuah sangkar kecil.
Pinokio duduk dan menangis dalam sangkar. Ia sangat merindukan Gapeto. Lalu, belalang lagi-lagi mundul dan berada di pundak Pinokio. “Lihatlah Pinokio, seandainya kamu pergi ke sekolah seperti apa yang Gapeto pinta, kejadian ini tak akan terjadi,” ucap Belalang itu.
Pinokio menangis semakin kencang, ia menyesali perbuatannya. “Benar katamu, Tuan Belalang. Seharusnya aku mematuhi perintah ayahku,” ucapnya sambil menangis.
Lalu, Belalang pun pergi meninggalkan si boneka kayu itu. Ia pergi ke rumah Gapeto untuk memberitahu apa yang telah terjadi pada anaknya. Rupanya, di rumah Gapeto telah menanti Pinokio dengan cemas.
Gapeto Menyelamatkan Anaknya
“Paman Gapeto, Pinokio dalam bahaya. Stromboli, pemilik pertunjukan boneka, mengurungnya di dalam sangkar. Kau harus menolongnya,” ucap Belalang.
Paman Gapeto yang panik langsung berlari ke tempat pertunjukan. Ia dengan cepat mengambil Pinokio. “Anakku, bagaimana bisa kau terjebak di sini,” ucapnya sambil memeluk sang anak.
“Maafkan aku, Ayah,” ucap Pinokio menangis.
Namun, saat Gapeto hendak membawa Pinokio pulang, tiba-tiba saja Stromboli berteriak. “Maling, maling! Berani-beraninya kau mengambil bonekaku! Ia milikku!” teriaknya.
“Boneka ini milikku. Aku yang membuatnya,” ucap Gapeto sambil berlari.
Pinokio pun berpikir cepat. Ia lalu membuat jebakan sehingga Stromboli jatuh dan sebuah kotak boneka menimpanya. Gapeto dan Pinokio akhirnya bisa melarikan diri.
Sesampainya di rumah, Gapeto mendapati hidung anaknya bertambah panjang. “Anakku sayang, lihatlah hidungmu. Itulah yang akan terjadi bila kamu berbohong. Kebohongan apa saja yang telah kau lakukan hari ini? Dan bagaimana bisa kamu bertemu dengan Stromboli itu? Bukankah seharusnya kau ada di sekolah?” tanya Gapeto cemas dan kesal.
“Maafkan aku, Ayah. Dalam perjalanan ke sekolah, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang mengajakku membeli permen. Lalu, aku menggunakan uang darimu untuk membeli permen. Setelah itu, aku bertemu dengan seekor kucing dan serigala yang mengajakku menonton pertunjukan boneka. Rupanya, mereka menipuku,” jelas Pinokio dengan jujur.
“Aku berjanji tak akan bohong lagi, Ayah. Maafkan aku. Aku akan selalu menuruti semua perkataanmu,” ucap Pinokio merasa bersalah. Setelah itu, hidung Pinokio pun kembali ke bentuk semula.
Pinokio Ingkar Janji
Keesokan harinya, Gapeto memberi uang saku pada Pinokio. “Kali ini kau harus benar-benar datang ke sekolah, ya. Jangan terpengaruh dengan orang lain,” ucap Gapeto.
“Iya, Ayah, aku tak akan mengulangi kejadian kemarin,” ucap Pinokio berjanji.
Dalam perjalanan ke sekolah, ia bertemu dengan temannya, Romeo. “Hai, Pinokio. Kamu mau pergi ke mana? Ayo, ikutlah denganku ke taman mainan,” ucap Romeo.
“Tidak bisa, Romeo. Aku harus ke sekolah. Kali ini aku tak akan terpengaruh oleh siapa pun,” ucap Pinokio.
“Yah, sayang sekali. Padahal di taman itu ada banyak mainan bagus, permen, dan coklat. Tidak akan ada orang tua yang memarahimu. Kita bebas melakukan apa pun,” ucap Romeo.
Lagi-lagi, Pinokio tergoda untuk melakukan hal lain selain ke sekolah. “Emm, aku akan ke sana sebentar, setelah itu, aku akan pergi ke sekolah,” ucapnya pada Romeo.
Sesampainya di sana, Romeo dan Pinokio bermain sepuasanya. Mereka juga memakan permen dan memakan coklat yang sangat lezat. Kesenangan itu membuat Pinokio lupa waktu. Ia tak ingat kalau dirinya harus pergi ke sekolah.
Menjadi Keledai
Saat sore tiba, Pinokio merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tiba-tiba saja, ia memiliki telinga dan ekor menyerupai keledai. Dari kejauhan, ia melihat seseorang menunggangi keledai. “Lebih cepat keledai bodoh! Aku akan segera menjual kalian ke pasar!” teriak orang itu.
Pinokio menyadari kalau taman mainan ini punya sihir yang jahat. Siapa pun yang memakan permen dan coklat di taman itu akan berubah menjadi kedelai yang akan dijual di pasar.
Mengetahui hal itu, Pinokio pun berlalu meninggalkan taman mainan. Ia bersembunyi di kerumunan pasar. Lalu, ia mendengar seorang ibu-ibu berkata pada temannya, “Kau sudah dengar kabar heboh? Paman Gapeto sedang mencari anaknya yang tak kunjung pulang dari sekolah. Ia khawatir anaknya mengalami masalah. Bahkan, Gapeto pergi ke laut untuk mencari anaknya,” ucap ibu itu.
“Iya aku mendengarnya, dan kabarnya kapal itu tenggelam di lautan,” jawab temannya.
Mendengar ucapan tersebut, Pinokio merasa sedih dan bersalah pada Gapeto. Tanpa pikir panjang, ia melompat ke laut untuk menyelamatkan ayahnya. Seketika itu pula, ekor dan telinga yang ada pada tubuhnya menghilang.
Ia lalu berenang tanpa arah dan tujuan. Ia hanya ingin mencari sang ayah. Lalu, tiba-tiba saja ada ikan paus besar yang menyantap Pinokio.
Si boneka kayu itu masuk ke perut sang ikan paus. Rupanya, di dalamnya juga ada sang ayah, Gapeto. Mereka saling berpelukan. Pinokio berulang kali meminta maaf pada ayahnya.
Ia lalu menceritakan kejadian yang dialaminya dengan jujur. Untung saja, Gapeto memaafkannya. “Aku memaafkanmu, anakku. Kini, kita harus mencari cara untuk keluar dari perut ikan paus ini,” ucap Gapeto.
Menjadi Manusia Sejati
Lalu, Pinokio mendapatkan ide cemerlang. Ia dan sang ayah mengumpulkan kayu-kayu yang ada di perut ikan paus. Ketika sudah terkumpul cukup banyak, Gapeto membakar kayu itu. Asap pun memenuhi perut dan tenggorokan ikan paus.
Ikan itu batuk sehingga Pinokio dan Gapeto berhasil keluar. Mereka lalu berenang hingga tepi laut. Sesampainya di tepi, sang ayah berterimakasih pada anaknya. “Terimakasih, Anakku. Berkat idemu, kita berhasil menyelamatkan diri. Aku sangat bangga kepadamu,” ucap Gapeto.
Tiba-tiba saja peri biru datang menghampiri mereka. Gapeto terkejut, “Kau adalah peri yang ada dalam mimpiku, aku tak menyangka kau benar-benar ada. Aku sangat berterima kasih padamu karena telah memberikan anak padaku.”
“Karena Pinokio telah menunjukkan kebaikan hatinya, sesuai janjiku, aku akan memberinya hadiah,” ucap peri itu.
Lalu, sang peri mengayunkan tongkatnya ke Pinokio. Rupanya, ia mengubah boneka itu menjadi manusia sungguhan.
“Wah, rupanya kau mengubahku menjadi manusia sungguhan. Terimakasih untuk semua ini, Ibu peri,” ucap Pinokio terharu.
“Oh, peri kau sangatlah baik hati. Aku sangat berterimakasih padamu,” ucap Gapeto.
“Ini adalah upah dari kebaikanmu. Jika kau terus berbuat baik, maka semesta akan membantumu,” ucap peri itu seraya terbang meninggalkan mereka.
Gapeto dan Pinokio pun hidup bahagia. Pinokio selalu membantu ayahnya memahat kayu. Ia juga tak lagi berbohong pada sang ayah.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita dongeng Pinokio, kurang lengkap rasanya kalau kamu belum membaca ulasan seputar unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita dongeng Pinokio adalah tentang keajaiban boneka yang hidup seperti manusia. Boneka itu adalah buatan paman Gapeto yang terkenal baik hati. Seekor peri pun menghidupkan Pinokio. Namun, ia harus bersikap baik dan tak boleh berbohong. Jika ia melakukannya, hidungnya akan bertambah panjang.
2. Tokoh dan Perwatakan
Sesuai judulnya, Pinokio adalah tokoh utama dalam cerita dongeng anak sebelum tidur ini. Ia sebenarnya anak yang baik, tapi ia mudah terhasut dengan ajakan orang lain. Ia terpengaruh oleh ajakan orang asing sehingga melupakan pesan dari ayahnya,
Selain Pinokio, Gapeto juga adalah tokoh utama protagonis dalam cerita dongeng ini. Ia digambarkan sebagai seorang pria yang baik hati dan suka menolong. Namun, ia tak punya anak dan keluarga alias hidup sebatang kara.
Tokoh antagonis dalam dongeng cerita panjang ini ada banyak. Mereka adalah anak laki-laki, si kucing, serigala, Stromboli, dan Romeo. Bahkan, Stromboli tega memasukkan Pinokio ke dalam kandang.
Cerita dongeng ini juga memiliki tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita. Siapa lagi kalau bukan ibu peri biru yang mengubah boneka kayu Pinokio menjadi manusia sungguhan.
3. Latar
Cerita dongeng Pinokio ini menggunakan beberapa latar tempat. Beberapa di antaranya adalah rumah Gepeto, hutan, toko permen, tempat pertunjukan, dan taman mainan. Selain itu, cerita ini juga menggunakan latar tempat laut dan perut ikan paus.
4. Alur Cerita Dongeng Pinokio
Alur cerita dongeng Pinokio adalah maju atau progresif. Cerita bermula dari seorang paman pemahat kayu bernama Gepeto yang hidup sebatang kara dan mendambakan seorang anak laki-laki.
Ia lalu membuat boneka kayu yang diberi nama Pinokio. Karena kebaikan hati Gepeto selama ini, Peri Biru menghidupkan Pinokio. Boneka kayu itu bisa bergerak, menari, bicara, dan berpikir.
Peri Biru berpesan pada Pinokio agar menjaga sikapnya. Jika ia dapat berbuat baik, kelak, Peri Biru akan memberinya hadiah spesial.
Gepeto dan boneka kayu yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu menjalani kehidupan dengan penuh keceriaan. Hingga suatu hari, Gepeto meminta Pinokio tuk masuk sekolah.
Gepeto memberi anaknya uang untuk membeli buku di sekolahan. Namun, dalam perjalanannya ke sekolah, Pinokio mengalami beberapa rintangan. Hingga akhirnya, ia dikurung dalam sebuah kandang oleh pria penyelanggara pertunjukkan.
Beruntung, Gepeto dapat menyelamatkan anaknya. Namun, keesokan harinya, lagi-lagi Pinokio terpengaruh temannya. Bukannya ke sekolah, mereka malah pergi ke taman mainan.
Pinokio tiba-tiba memiliki ekor dan telinga seperti kedelai. Rupanya, siapa pun yang makan coklat dan permen di taman mainan itu akan berubah menjadi kedelai. Ia pun melarikan diri, tapi tak berani pulang.
Selama berhari-hari Gepeto mencari Pinokio. Ia bahkan mencari anaknya hingga ke laut. Lalu, terdengar kabar bahwa Gepeto tenggelam di lautan. Kabar itu terdengar hingga telinga Pinokio.
Ia merasa sangat bersalah pada sang ayah. Kemudian, ia berenang ke laut untuk mencari sang ayah. Namun, tiba-tiba saja ada seekor paus yang melahapnya. Ternyata, di dalam perut paus itu Pinokio justru bertemu sang ayah.
Dengan ide cemerlang Pinokio, mereka berhasil keluar dari perut ikan paus. Karena kebaikannya, Peri Biru menghubah Pinokio menjadi manusia sesungguhnya. Ia dan ayahnya pun hidup bahagia.
5. Pesan Moral
Dari cerita dongeng Pinokio ini, pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik? Amanat utama tentu saja adalah jangan berbohong. Apa pun itu, berusahalah untuk selalu berbicara jujur dan apa adanya.
Selain itu, dengarkanlah perintah orang tuamu. Perkataan dan permintaan orang tua itu tentu untuk kebaikan anaknya. Janganlah kamu membantah atau tak mengikuti nasihatnya.
Buktinya, Pinokio berulang kali mengalami kejadian buruk karena ia tak menuruti perintah sang ayah. Ia diminta ke sekolah, tapi malah pergi bermain. Alhasil, kesialan berulang kali ia alami.
Berikutnya, jangan mudah percaya pada orang yang baru saja kamu kenal. Kamu tidak tahu apakah ia orang baik atau tidak. Jadi, berhati-hatilah pada orang asing.
Pesan terakhir, jadilah orang baik seperti Paman Gepeto. Ia sangat senang membantu orang-orang di sekitarnya. Karena itu, semesta pun memberikan keajaiban kepadanya.
Selain unsur instrinsik, cerita dongeng Pinokio ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antara unsur ekstrinsiknya adalah nilai ketuhanan, sosial, budaya, dan moral dari lingkungan di sekitar.
Fakta Menarik
Nah, setelah membaca cerita dongeng Pinokio dan unsur intrinsiknya, jangan lewatkan juga fakta menariknya. Yuk, simak ulasan berikut;
1. Karakter yang Diciptakan oleh Carlo Collodi
Pinokio adalah karakter utama dalam novel berjudul The Advetures of Pinocchio karya Carlo Collodi, penulis asal Italia. Pada tahun 1881, kisahnya diterbitkan pertama kali di majalah anak-anak dan cukup diminati oleh para pembaca.
Kemudian, kisah tersebut dirilis dalam bentuk novel pada tahun 1883 dan cukup populer di beberapa negara. Tak ayal, bila cerita dongeng ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
2. Diapdatasi Menjadi Film dan Tayangan Animasi
Ada banyak film animasi yang mengadaptasi cerita dongeng Pinokio. Beberapa kisahnya sama dengan kisah asli karya Callodi, tapi ada pula yang berbeda.
Film live-action pertama yang mengadaptasi kisah dongeng ini memiliki judul dan cerita yang sama dengan karya Carlo Collodi dan telah tayang pada tahun 1911. Pada tahun 1940, Disney juga mengadaptasi cerita dongeng ini dengan judul Pinocchio. Kisahnya sedikit berbeda dengan novel aslinya.
Selain dua film tersebut, masih banyak tayangan yang mengadaptasi dari cerita dongeng Pinokio, seperti Pinocchio and the Emperor of The Night (1987), The New Adventures of Pinocchio (1999), Pinocchio 3000 (2004), dan masih banyak lain.
3. Memiliki Banyak Versi Cerita
Sudah menjadi hal yang wajar bila sebuah dongeng populer memiliki banyak versi cerita. Tak terkecuali dengan cerita dongeng Pinokio.
Secara garis besar, kisahnya tetap sama, yaitu tentang seorang pemahat kayu tua yang membuat boneka kayu anak laki-laki. Sebab, ia merasa kesepian karena seumur hidupnya hanya hidup seorang diri.
Perbedaan biasanya terletak pada detail cerita. Ada salah satu versi yang mengisahkan bahwa sebenarnya Pinokio dibentuk dari kayu ajaib yang bisa bicara. Karena itu, saat Gapeto memahatnya jadi boneka, kayu itu bisa bergerak bak manusia.
Namun, boneka kayu itu tumbuh menjadi anak yang sangat nakal. Ia berulang kali menyusahkan Gapeto. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan ibu Peri.
Ibu Peri berjanji jika Pinokio dapat berbuat baik selama satu tahun, ia akan mengubahnya menjadi manusia sejati. Karena ingin menjadi manusia, Pinokio pun berusaha tuk bersikap baik.
Ia bahkan belajar dengan tekun sehingga bisa menjadi juara di sekolahnya. Tak hanya itu, ia juga merawat Gapeto dengan baik saat ayahnya itu jatuh sakit. Pinokio lalu terbiasa berbuat baik. Lalu, setahun kemudian, ibu Peri benar-benar mengubah Pinokio menjadi pria sejati.
Yuk, Bagikan Cerita Dongeng Pinokio ke Temanmu!
Itulah tadi cerita dongeng Pinokio beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Ceritanya seru banget, kan? Kalau kamu suka dengan kisahnya, bagikan artikel ini ke teman-temanmu, yuk!
Kalau kamu pengin baca cerita dongeng lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal inspirasi. Ada banyak dongeng yang bisa kamu baca, seperti cerita Putri Rapunzel, Putri Salju, Beauty and The Beast, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!