
Sumber: Wikimedia Commons
Kamu mungkin pernah mendengar nama Hercules dalam dongeng buatan Disney. Namun, pernahkah kamu mendengar kisah aslinya yang berasal dari mitologi Romawi? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di bawah ini.
Kisah dongeng tentang Hercules sebenarnya memiliki berbagai macam versi. Di antaranya adalah versi mitologi Yunani dan Romawi.
Di artikel ini, kami telah menyiapkan kisah dongeng petualangan Hercules versi mitologi Romawi. Kisahnya menceritakan tentang kehidupannya sejak ia baru saja lahir, hingga akhirnya menjemput ajal.
Selain kisahnya, di sini kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Jadi tunggu apa lagi? Langsung saja simak dongeng Hercules dari mitologi Romawi yang telah kami siapkan di artikel berikut!
Cerita Dongeng Hercules
Sumber: Wikimedia Commons
Alkisah pada suatu zaman, hiduplah seorang ratu bernama Alcmena yang tinggal di kota bernama Thebes. Ia memiliki seorang pasangan seorang Dewa Langit dan Petir yang bernama Yupiter. Pasangan tersebut dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Hercules.
Karena sangat mencintai putranya, Dewa Yupiter menetapkan bahwa Hercules akan menjadi seorang makhluk yang sempurna. Tentu saja hal itu memancing amarah dan iri hati beberapa dewa juga dewi, salah satunya adalah Dewi Juno yang juga merupakan istri Dewa Yupiter.
Dengan penuh amarah dan dendam, Dewi Juno mengirimkan dua ular raksasa pada Hercules yang masih bayi. Sang dewi memberikan perintah pada kedua ular tersebut untuk membelit bayi laki-laki itu hingga mati.
Namun, ketika kedua hewan melata utusan Dewi Juno tersebut mendekati, tiba-tiba Hercules langsung berdiri dan menghadapi kedua ular itu dengan penuh keberanian. Alih-alih sang bayi laki-laki mati karena dibelit oleh dua ular utusan Dewi Juno, justru kedua hewan melata itu yang akhirnya mati karena dicekik Hercules.
Sejak saat itu, anak yang juga dikenal dengan nama Heracles itu tumbuh menjadi laki-laki yang sangat kuat. Sayangnya, kekuatan yang berlebihan itu membuatnya angkuh dan mudah terbakar emosi dan marah. Hal itu rupanya justru membuat Dewi Juno merasa senang. Berulang kali ia terus saja menggunakan kelemahan sang anak laki-laki untuk membangkitkan emosi dan amarahnya.
Pada akhirnya, amarah itu sering kali membuat masalah besar antara sang anak laki-laki dengan orang atau dewa lain. Pada akhirnya hal itu semakin membuat Dewi Juno bahagia.
Berada Di Persimpangan Jalan
Salah satu masalah besar yang dibuat Hercules adalah ketika ia terbakar amarah hingga melemparkan kecapi ke arah gurunya. Nahas, kecapi itu mengenai kepala sang guru. Dengan kekuatannya yang besar, kecapi itu membuat sang guru tewas.
Kabar tiadanya sang guru membuat banyak orang merasa sedih, khususnya Ratu Alcmena. Dengan penuh kesedihan, sang ratu dengan terpaksa harus menghukum putranya sendiri. Ia membuang sang putra dari istana dan mempercayakannya kepada seorang penggembala yang hidup di gunung Olimpus.
Herannya, hukuman yang diberikan oleh Ratu Alcmena itu tak membuat Hercules mearasa menyesal, sedih, atau bahkan kecewa sama sekali. Yang ada, ia justru merasa senang dan terbebas dari segala aturan istana.
Setelah keluar dari istana, Hercules banyak menghabiskan waktunya untuk belajar berburu dan memanah. Ia tak takut atau khawatir sama sekali akan kegelapan malam, angin dingin yang mencekap, atau bahkan binatang buas. Ia merasa kalau ia sedang melakukan sebuah petualangan.
Pada suatu hari, dalam perjalanannya berpetualang, ia menemui sebuah persimpangan jalan. Di persimpangan itu, terdapat dua orang perempuan yang berdiri di hadapan masing-masing jalan. Anehnya, kedua gadis itu terlihat seolah tengah menantikan kedatangan putra Dewa Yupiter itu.
Kedua gadis itu mendekati sang laki-laki dengan wajah tersenyum. “Perkenalkan, aku adalah Sang Sukacita,” ucap salah satu gadis yang terlihat cantik dan masih muda, “Kalau kau datang dan berjalan di jalanku yang terbuat dari rumput lembut dan aneka bunga cantik ini, di ujung jalan kau akan menemukan kekayaan dan kebahagiaan.”
Sementara gadis yang satunya tak hanya terlihat tua, tapi wajahnya juga tak rupawan. “Sementara aku adalah Sang Keutamaan. Datanglah dan berjalanlah di jalanku yang terbuat dari batu dan kerikil tajam ini. Nantinya kau akan mendapatkan kemuliaan yang tak akan pernah pudar di ujung jalan,” ucapnya dengan senyum di bibirnya.
Memohon Ampun Atas Kesalahan Besar
Sumber: Wikimedia Commons
“Aku akan ikut denganmu!” ucap Hercules dengan yakin. Tanpa keraguan sama sekali, ia memilih jalur kemuliaan bersama Sang Keutamaan. Dan benar saja, meskipun jalan yang ia lewati berat dan penuh dengan hambatan, tapi pada akhinya ia berhasil mendapatkan kemuliaan.
Sayangnya, hal itu tidak mengubah sifat Hercules sedikit pun. Bahkan, sesudahnya ia justru menjadi lebih cepat terbawa emosinya. Belum lagi, dengan campur tangan Dewi Juno, kini setiap kali Hercules marah, matanya akan terlihat seolah berkilat-kilat layaknya api yang membara.
Pada suatu hari, dengan amarahnya yang meletup-letup, Hercules sampai jadi membunuh istri nya yang bernama Megara dan kedua anak mereka. Barulah ketika amarahnya mereda, ia merasakan penyesalan dan rasa sedih yang mendalam. Ia bahkan sampai menangis sepanjang hari karena menyesali perbuatannya yang terbawa amarah itu.
Tindakan yang bodoh dan jahat itu rupanya membuat para dewa marah. Hingga akhirnya sang laki-laki itu memohon ampunan dan maaf atas kejahatan yang telah ia lakukan kepada istri dan anaknya.
Dalam upaya memohon ampun itu, Hercules kembali pergi berpetualang ke Delphi. Ia harus melewati jalan yang tak mudah dan penuh dengan tantangan. Meskipun begitu, setelah beberapa lama, akhirnya ia sampai di tempat yang dituju.
Di sana, ia bertemu dengan seorang imam wanita bernama Pitia, atau yang dikenal juga sebagai Sang Kepercayaan. Konon, kabarnya imam wanita itu bisa meramalkan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Tujuan kedatangan Hercules tentunya adalah untuk mengetahui tentang kepastian masa depannya dan apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki hidupnya.
Tugas Pertama dari Raja Eurystheus
“Cobalah pergi ke kota Tiryn,” ucap Pitia memberikan saran, “Kemudian mengabdilah pada Raja Eurystheus. Ia adalah pamanmu sendiri. Nantinya, ia akan meletakkan dua belas penderitaan dan kesusahan di atas pundakmu. Kalau kau bisa mengatasi dan menyelesaikan dua belas masalah itu, nantinya kau akan mendapatkan pengampunan dari para dewa.”
Mendengar hal itu, tanpa menunggu lama Hercules langsung berangkat dan memulai perjalanannya menuju ke kota Tiryn. Namun siapa sangka, sesampainya di sana, sang Raja Eurystheus yang pemalu dan penakut justru langsung terlihat ketakutan melihat kedatangan Hercules.
“Saya berniat datang untuk mengabdi kepada Anda, Raja Eurystheus,” ucap putra Dewa Yupiter itu dengan santun, berharap hal itu bisa menenangkan ketakutan sang raja.
“Kalau memang begitu, aku akan memerintahkanmu pergi ke hutan Nemea,” titah Raja Eurystheus, “Di dalam hutan itu terdapat seekor singa yang sering memburu domba-domba dan mencabik-cabik para gembala. Kau harus bisa membunuh singa itu dan membawa kulitnya padaku!”
Rupanya, ada harapan lain dari sang raja untuk Hercules pada perintah itu. Raja Eurystheus berharap perintah itu bisa menjauhkan putra Dewa Yupiter itu sejauh mungkin dan tak perlu kembali datang ke istananya.
“Baiklah, Raja Eurystheus,” jawab Hercules menyetujuinya, “Perintah itu akan segera kulaksanakan.”
Tanpa diperintahkan dua kali, Hercules langsung berangkat menuju ke hutan Nemea. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang warga kota Tiryn yang menyapanya dan bertanya kemana Hercules hendak pergi.
“Tak tahukah kau kalau singa itu tak akan bisa dilukai?” tanya sang penduduk ketika mendengar tentang perintah Raja Eurystheus yang meminta Hercules untuk membunuh singa yang tinggal di dalam hutan Nemea, “Karena kulit singa itu sebenarnya keras seperti besi baja.”
“Aku tak merasa takut sama sekali akan hal itu,” ucap Hercules yakin dan kembali melanjutkan perjalanannya.
Tugas Kedua Melawan Hydra
Sumber: Wikimedia Commons
Hercules kemudian masuk ke dalam hutan dengan penuh keberanian dan percaya diri. Setelah berjalan beberapa lama, ia pun bertemu dengan singa yang diceritakan oleh Raja Eurystheus. Dengan sigap, putra dari Dewa Yupiter itu langsung bersiap menghadapinya.
Ketika melihat kedatangan mangsa baru ke dalam hutan, singa itu langsung melompat menghadang Hercules. Di sisi lain, sang laki-laki pun langsung menyerang singa itu dan menghantamnya dengan tangan kosong. Tak lupa, ia mencekik singa itu hingga akhirnya sang hewan buas itu menemui ajalnya.
Seperti permintaan sang raja, setelah membunuh sang singa, ia juga menguliti hewan sang raja hutan. Kemudian, ia membawa kulit itu kembali ke istana Tiryn dan diberikan pada Raja Eurystheus.
Ketika melihat kedatangan Hercules yang membawa kulit singa itu, tentu saja awalnya sang raja terkejut. Namun, ia tidak berkecil hati. Sekali lagi, ia memberikan misi kepada putra Dewa Yupiter itu.
“Sekarang pergilah ke Lerna dan hadapilah Hydra, seekor binatang mengerikan yang memiliki tujuh kepala. Ia telah membunuh banyak orang dengan semburan napasnya yang beracun. Oleh karena itu, kau harus membunuh binatang buas itu,” ucap Raja Eurystheus sesaat setelah menerima kulit singa itu.
Kali ini, Hercules memutuskan untuk pergi ke Lerna dengan ditemani oleh Iolaus, sahabat terbaiknya. Setelah melakukan perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah danau tak jauh dari kota Lerna. Anehnya, saat itu mereka berdua langsung mencium aroma kematian dan merasakan keheningan yang sangat mencekam.
Namun, mereka tak melihat sosok Hydra sama sekali. Setelah berpikir beberapa lama, Hercules mencoba untuk melemparkan sebongkah batu ke danau dan menyalakan obor seraya berteriak. Harapannya, hal itu bisa mengusik si hewan misterius itu.
Berhasil Mengalahkan Hydra
Usaha Hercules rupanya membuahkan hasil. Tak lama kemudian, air danau bergejolak dan muncul pusaran di permukaan danau. Hydra pun kemudian muncul dengan cepat dari pusaran itu. Di waktu yang bersamaan, dari mulutnya tersembur cairan racun ke arah Hercules dan Iolaus.
Untungnya, mereka berhasil mengelak semburan itu. Kemudian, putra Dewa Yupiter langsung menebaskan pedangnya ke kepala Hydra. Anehnya, dari setiap kepala yang berhasil ditebas itu pasti segera tumbuh lagi dua kepala.
“Iolaus, segera ambil obor,” teriak Hercules pada sahabatnya, “Nanti setelah kupenggal salah satu kepalanya, kau harus segera membakar bekas lukanya.”
“Baiklah,” ucap Iolaus meskipun tubuhnya agak gemetar karena ketakutan. Kemudian dengan cepat ia mengambil obor seperti yang diperintahkan kepadanya.
Setelah Hercules menebas kepala Hydra, Iolaus langsung membakar bagian leher Hydra yang terpenggal. Dan benar saja, kepala binatang mengerikan itu tidak lagi tumbuh. Satu persatu, kepala Hydra ditebas hingga akhirnya hewan itu pun binasa.
Sebelum kembali ke Tiryn, putra dari Dewa Yupiter itu memanfaatkan racun yang ada di darah Hydra. Ia mencelupkan ujung-ujung anak panah miliknya ke dalam darah hewan yang sudah mati itu. Dengan begitu, kini semua anak panahnya memiliki racun di ujungnya.
Setelah selesai, ia langsung kembali lagi ke kerajaan Tiryn dan melapor kepada Raja Eurystheus. Sekali lagi, sang raja terkejut. Karena sebenarnya ia tidak mengharapkan Hercules akan kembali dalam keadaan selamat.
Tugas Membunuh Babi Hutan Raksasa
Sumber: Wikimedia Commons
Oleh karena itu, ketika sang pria perkasa itu kembali ke Tiryn, Raja Eurystheus langsung menyiapkan tugas selanjutnya. Ia memerintahkan Hercules untuk menangkap babi hutan yang ukurannya sangat besar dan sering dikenal dengan nama Eryamnthus, sebab ia sering menculik penduduk sekitar kemudian membunuh mereka.
Tanpa keraguan, Hercules langsung mencari sosok babi hutan yang berukuran sangat besar itu. Ketika akhirnya bertemu, ia tidak merasa takut sama sekali. Ia yakin kalau ia pasti bisa mengalahkan Eryamnthus dengan mudah.
Tak berapa lama kemudian, babi hutan berukuran raksasa itu pun datang dan langsung menyerang Hercules. Beruntung, sang pejuang itu berhasil melompat menghindar dengan cepat dan babi hutan itu justru melarikan diri.
Khawatir kalau ia akan kehilangan kesempatan, Hercules langsung menyergap dan menangkap hewan raksasa itu. Kemudian, setelah berhasil melumpuhkan dengan mudah, ia memanggul babi hutan raksasa itu kembali ke Tiryn.
Sekali lagi, betapa terkejut dan ketakutannya Raja Eurystheus ketika melihat hal itu. Ia sama sekali tak menyangka Hercules akan kembali dengan membawa babi hutan Eryamnthusa yang sudah mati. Sang raja pun mati-matian berusaha memikirkan cara apa lagi yang bisa ia gunakan untuk membuat Hercules kalah.
Saat itu, Raja Eurystheus teringat akan Ceryneia yang dikeramatkan oleh Diana. Ceryneia merupakan seekor rusa betina yang memiliki tanduk emas dan kuku perak. Kabarnya, hewan yang juga berukuran tak biasa itu bisa berlari dengan kecepatan layaknya angin kencang.
Tentu saja, Raja Eurystheus langsung memerintahakan Hercules untuk menangkap Ceryneia. Kali ini ia benar-benar yakin kalau sang pemuda akan mungkin berhasil melakukannya. Karena sejak zaman dahulu, tak ada seorang pun yang bisa menemukan keberadaan Ceryneia yang sering berpindah-pindah.
Baca juga: Legenda Minang Cindua Mato Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Pemuda Pemberani Dalam Membela Kebenaran
Menangkap Ceryneia dan Menghabisi Burung Tembaga
Seperti dugaan sang raja, rusa betina raksasa itu tak kenal lelah dan terus saja berlari tanpa henti. Hercules membutuhkan waktu setidaknya satu tahun sebelum akhirnya berhasil menangkapnya.
Betapa terkejutnya Raja Eurystheus ketika Ceryneia ditampilkan di hadapannya. Apalagi selama satu tahun ia sudah mengira dan berharap pemuda itu sudah gagal dan menyerah berusaha menangkap Ceryneia. Setelah menerima rusa betina raksasa itu, sang raja langsung memberikan tugas kelima.
Tugas selanjutnya yang harus dilakukan oleh Hercules adalah mengusir dan memburu burung-burung raksasa. Burung raksasa tersebut memiliki paruh, sayap, dan bulu yang terbuat dari tembaga. Tak hanya itu, bulunya pun tajam seperti anak panah. Konon, burung-burung yang menguasai danau Tymphalus itu sering membunuh dan memburu manusia.
Tanpa gentar ataupun ragu, Hercules langsung berangkat ke danau Tymphalus dan mengobrak-abrik sarangnya. Hal itu tentu saja membuat para burung marah dan keluar dari sarang. Saat itulah putra dari Dewa Yupiter itu langsung membunuh sejumlah besar burung raksasa itu dengan menggunakan anak panah yang bagian ujungnya sudah diolesi racun dari darah Hydra.
Pada akhirnya, Hercules berhasil membunuh sebagian besar dari burung raksasa tembaga itu menggunakan anak panahnya. Sementara burung-burung lain langsung melarikan diri setelah mendengar suara peluit milik Hercules yang merupakan hadiah dari Dewi Minerva.
Mencuri Ikat Pinggang Ratu Hyppolita
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah menyelesaikan tugas itu, Hercules kembali ke kerajaan Tiryn dan menemui Raja Eurystheus. Mengetahui bahwa Hercules masih saja hidup setelah tugas kelima itu, sang raja langsung memberikan perintah selanjutnya.
Pada tugas berikutnya, Hercules diperintahkan untuk merebut ikat pinggang miliki Hyppolita. Ia adalah seorang ratu penguasa sungai Amazon yang memiliki bala tentara yang hanya terdiri dari wanita. Ikat pinggang milik sang ratu itu teranyam dari emas dan bertaburan manikam. Hal itu menjadikan ikat pinggang itu sangat mengagumkan.
Untuk bisa mendapatkannya, Hercules mengajak beberapa orang temannya. Setelah berkumpul, bersama-sama mereka berangkat ke Amazon. Sesampainya di istana Amazon, mereka langsung menghadap Ratu Hyppolita. Setelah berbasa-basi sebentar, dengan sangat halus dan sopan, Hercules meminta agar ikat pinggang itu dihadiahkan kepadanya.
Dengan kemuliaannya, Ratu Hyppolita langsung setuju memberikan ikat pinggang itu. Namun, ketika sabuk itu baru akan diberikan kepada Hercules, mendadak muncullah Dewi Juno yang rupanya membuntuti sang pemuda dan menyamar menjadi salah satu prajurit wanita Amazon. Sang Dewi Juno mendadak berteriak dan menyebutkan bahwa Hercules sebenarnya berniat merampok Ratu Hyppolita.
Tentu saja hal itu membuat para prajurit wanita Amazon lainnya marah dan langsung berdatangan. Tanpa menunggu penjelasan, mereka langsung menyerang Hercules dan teman-temannya. Sayangnya, dalam pertempuran yang tidak terelakkan itu, salah satu anak panah Hercules tanpa sengaja mengenai tubuh Ratu Hyppolita dan membuatnya terbunuh.
Hal itu membuat Hercules terkejut dan sedih bukan main. Ia langsung memeluk tubuh Hyppolita yang kini sudah terbujur kaku seraya menangis sesenggukan karena menyesali kejadian itu.
Meskipun begitu, pada akhirnya ia tetap kembali ke kerajaan Tiryn dengan membawa ikat pinggang dari Hyppolita. Betapa bahagianya Raja Eurytheus ketika akhirnya bisa memiliki ikat pinggang tersebut. Meskipun begitu, ia tetap menyiapkan tugas berikutnya untuk sang pemuda.
Membersihkan Kandang Sapi
Tugas ketujuh yang harus dilakukan adalah membersihkan kandang sapi milik Raja Augeas hanya dalam satu hari saja. Jika disebutkan seperti itu, tugas itu mungkin terdengar sangat mudah dilakukan. Namun, siapa sangka kalau rupanya Raja Augeas memiliki ribuan sapi yang sering dilepaskan merumput di berbagai padang.
Setiap hari, setelah merumput seharian, ribuan binatang itu akan kembali sendiri ke kandangnya yang berukuran luar biasa besar. Kandang tersebut rupanya sudah tiga puluh tahun belum pernah dibersihkan. Sehingga di dalam kandang itu kini telah menumpuk kotoran yang tak terkira banyaknya.
Tak hanya itu, di dalam kandang itu kini telah dipenuhi dengan berbagai macam ulat dan lalat yang menjijikkan. Dari dalam kandangnya bau busuk merebak tak tertahankan. Jangankan masuk ke dalam kandang, dari jarak beberapa kilometer saja bau itu sudah bisa tercium.
Tentu saja tugas membersihkannya dalam satu hari menjadi sebuah pekerjaan yang sangat mustahil. Meskipun begitu, Hercules tetap menyanggupinya. Hari itu juga ia langsung berangkat ke kandang milik Raja Augeas itu dan memperhatikan lingkungan di sekitar kandang.
Di dekat kandang itu terdapat dua aliran sungai besar dan bersih. Hercules berusaha memanfaatkan aliran sungai itu dengan cara membuat bendungan di bukit-bukit di sekitarnya.
Tujuannya adalah agar aliran sungai itu teralihkan hinggal bisa melewati kandang. Harapannya, aliran sungainya bisa menghanyutkan semua kotoran yang ada di dalam kandang.
Dan benar saja, setelah berhasil membuat bendungan, tak berapa lama kemudian aliran air sungainya melewati kandang dan membilas semua kotoran yang ada di dalamnya. Raja Eurytheus yang melihat hal itu dari kejauhan pun mulai merasa putus asa. Ia semakin merasa kalau ia tak akan pernah bisa membebaskan diri dari bayangan Hercules.
Mencuri Apel Emas
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah berhasil membersihkan kandang itu, Hercules kembali ke kerajaan Tiryn dan bersiap untuk mendapatkan tugas selanjutnya. Pada titik ini, ia sudah merasa tak sabar ingin segera mendapatkan dan menyelesaikan tugas selanjutnya dari Raja Eurytheus.
Tugas kedelapan adalah menangkap kuda-kuda betina yang buas dan mengerikan miliki Raja Diomedes. Konon, kuda-kuda betina tersebut bisa menyemburkan kilat api dari lubang hidung mereka dan sering memakan daging manusia.
Setelah berhasil melakukan itu, Raja Eurytheus langsung menyuruh Hercules untuk menangkap banteng di Pulau Creta. Banteng itu telah menghancurkan semua padang rumput yang hijau dan membantai domba-domba milik para gembala di pulau itu.
Tak hanya itu, Raja Eurytheus juga memerintahkan untuk menangkap banteng-banteng berwarna merah milik raksasa bernama Geryon. Ia merupakan binatang raksasa yang memiliki dua kaki, tiga badan, tiga kepala, dan enam lengan. Tanpa keraguan dan ketakutan, Hercules berhasil menangkap semua hewan itu kemudian membawanya kembali kepada Raja Eurytheus.
“Hercules keponakanku,” ucap Raja Eurytheus setelah mendapatkan bangkai banteng raksasa, “Kau tentu tahu bahwa di arah barat sana ada sebuah pulau. Di sana, ada beberapa Hesperides yang bertugas menjaga apel emas yang dikeramatkan bagi Yupiter. Kini, aku menginginkan sebagian dari buah apel emas itu.”
Tentu saja, tanpa banyak berkomentar atau bertanya, Hercules langsung berangkat untuk melaksanakan tugas itu. Untuk bisa melakukannya, ia harus melakukan perjalanan yang cukup jauh dan tak mudah.
Meskipun begitu, akhirnya ia sampai di pulau para Hesperides dan berhasil mencuri sebagian dari apel emas itu. Sesudahnya, ia pun langsung kembali ke kerajaan Tiryn dan menyerahkan buah apel emas itu kepada Eurytheus.
Tugas Terakhir
Karena sudah kehabisan ide, Raja Eurytheus berniat untuk memberikan tugas paling sulit untuk Hercules. Harapannya adalah ini akan menjadi tugas terakhir yang bisa menggagalkan sang pemuda. Jika tugas itu tak juga menggagalkan Hercules, Raja Eurytheus tak tahu lagi harus memberi tugas apa lagi.
Tugas terakhir itu adalah menangkap Cerberus, yaitu seekor anjing raksasa yang memiliki tiga kepala. Anjing raksasa milik Dewa Pluto, saudara dari Dewa Yupiter itu memiliki tugas menjaga gapura Kerajaan Maut.
Ketika mendengar tugas itu, sebenarnya Hercules merasa bingung. Karena ia merasa tak pantas mencuri Cerberus dari tuannya yang merupakan pamannya sendiri. Oleh karena itu, ia langsung menemui Dewa Pluto secara langsung. Dengan kerendahan hatinya, ia berusaha meminta izin untuk mengambil Cerberus sang anjing penjaga.
Dewa Pluto sendiri sebenarnya tahu betul kalau keponakannya itu sedang memiliki tugas penting agar kesalahannya bisa diampuni. Ia pun kemudian memberikan izin pada keponakannya itu untuk pergi mengambil Cerberus sendiri. Namun, Dewa Pluto tak lupa mengingatkan agar Hercules tetap waspada, karena bagaimanapun juga ia harus menghadapi Cerberus itu sendiri dengan tangan kosong.
Setelah mendapatkan izin itu, Hercules langsung berangkat ke gerbang Kerajaan Maut. Sesuai pesan dari Dewa Pluto, ia menghadapi Cerberus hanya dengan tangan kosong. Luar biasanya, ia bisa melawan dengan sebaik mungkin.
Bahkan, ketika ia berhasil menangkap bagian pangkal ketiga leher Cerberus, anjing raksasa itu pun akhirnya menyerah. Pada akhirnya, Cerberus bersedia mengikuti Hercules dengan patuh untuk menemui Raja Eurytheus.
Betapa terkejut dan ketakutannya sang raja melihat adanya Cerberus yang datang ke istananya. Ia pun langsung mengusir Hercules dan memintanya membawa serta anjing raksasa berkepala tiga itu.
Bertemu dengan Putri Deianira
Sumber: Wikimedia Commons
Kini Hercules telah berhasil menyelesaikan kedua belas tugas itu dengan baik. Ia pun kini mendapatkan pengampunan dari para dewa. Sesudahnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Tiryn dan mulai mengembara berkeliling dunia. Dalam pengembaraannya itu, ia banyak mengalahkan binatang buas, menghukum orang jahat, dan tak lupa membantu mereka yang tak berdaya.
Hingga pada akhirnya ia sampai di sebuah kerajaan bernama Aetolia. Di sana, ia bertemu dengan seorang gadis berwajah rupawan yang rupanya merupakan putri seorang raja. Putri itu memiliki nama Deianira.
Sayangnya, sang putri itu sudah ditunangkan dengan Achelous. Tunangan Putri Deianira itu merupakan seorang tukang sihir raksasa yang bisa berubah bentuk menjadi seekor ular, banteng, atau manusia berkepala kambing.
Meskipun begitu, Hercules tidak berkecil hati. Ia tetap berusaha menemui Achelous demi bisa menyatakan keinginannya untuk memperistri Deianira. Ia merasa yakin kalau ia pasti bisa mengalahkan Achelous, tak peduli ketika berwujud manusia, ular, banteng, atau kambing sekalipun.
Benar saja, tepat setelah Hercules menemui Achelous dan menyatakan keinginannya untuk menikahi Putri Deianira, Achelous langsung berubah menjadi banteng dan menyerang. Untungnya, putra dari Dewa Yupiter itu berhasil mengelak kemudian memegang dan mematahkan tanduk banteng itu.
Ketika tanduk itu patah, Achelous kembali berubah menjadi manusia dan mengaku kalah. Tak hanya itu, ia juga merelakan tunangannya menjadi milik Hercules. Tanpa menunggu lama, Hercules pun akhirnya memperistri Deianira. Bersama-sama, mereka mengembara mengikuti nasibnya ke mana saja. Jika ada masalah, mereka selalu menghadapinya berdua.
Baca juga: Kisah Legenda Minang Rambun Pamenan dan Ulasan Lengkapnya, Cerita Seorang Anak yang Mencari Ibunya
Akhir Hidup Hercules
Hingga pada suatu hari, sungai Euenas yang besar meluap. Padahal, pasangan suami istri itu harus mengarunginya. Terpaksa, Hercules meminta tolong pada Nessus, seekor Centaurus.
Makhluk setengah kuda dan setengah manusia itu pun setuju membantu membawa Putri Deianira hingga ke seberang sungai. Sang putri pun kemudian naik ke atas punggung Nessus. Namun, mendadak centaurus itu justru berusaha kabur seraya membawa Putri Deianira.
Tanpa menunggu lama, Hercules langsung membidikkan anak panahnya yang beracun kemudian melepaskannya hingga mengenai Nessus. Centaurus itu pun langsung terkapar kesakitan.
Di saat tengah sekarat, Nessus langsung menyatakan perasaannya kepada Deianira. Bahwa rupanya upayanya menculik Deianira itu karena sebenarnya ia sangat mencintai sang purti dan berharap bisa memilikinya. Namun, karena ia tidak bisa mengalahkan suami Deianira, akhirnya ia pun hanya bisa berpasrah.
“Demi mendapatkan pengampunanmu, aku akan memberitahumu bahwa kau bisa membuat ramuan ajaib dengan menggunakan darahku,” ucap Nessus kepada Putri Deianira.
“Jika suatu hari nanti Hercules tak lagi mencintaimu, suruhlah ia mengenakan jubah yang sudah kau celupkan ke dalam ramuan ajaib itu. Nantinya ia akan kembali menciuntaimu jauh lebih banyak daripada sebelumnya.” Tepat setelah mengucapkan hal itu, Nessus pun menemui ajalnya.
Beberapa tahun kemudian, Deianira sempat merasa takut dan khawatir suaminya tak lagi mencintainya. Ia pun mencelupkan jubah milik suaminya ke ramuan darah centaurus. Namun, bukannya membuat suaminya semakin mencintainya, rupanya darah centaurus itu justru mengandung racun yang membuat tubuh hercules terbakar oleh nyala api.
Tak peduli beberapa kali sang suami berusaha melepaskan jubahnya, tapi usaha itu terasa begitu sia-sia. Bahkan, semakin lama, rasanya seolah jubah itu semakin meresap masuk ke dalam kulitnya dan pada akhirnya membunuhnya.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Hercules
Sumber: Wikimedia Commons
Seperti yang sudah dibilang di awal, selain ringkasan cerita dongeng Hercules si manusia perkasa, kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsiknya. Berikut ini adalah ulasannya:
1. Tema
Inti cerita dari cerita dongeng Hercules di atas adalah tentang keberanian dan berusaha keras. Seperti halnya sang tokoh utama yang pantang menyerah berusaha menyelesaikan segala tugasnya dengan baik demi mendapatkan pengampunan dari para dewa.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh penting yang disebutkan dalam cerita dongeng di atas, di antaranya adalah Hercules, Dewa Yupiter, Dewi Juno, Raja Eurystheus, dan Putri Deianira.
Secara umum, Hercules memiliki sifat yang mudah terbakar amarah dan emosian. Namun, di balik itu semua, ia juga seseorang yang bertanggung jawab dan pantang menyerah. Sementara ayahnya yang bernama Dewa Yupiter merupakan sosok dewa penguasa langit dan petir yang sangat mencintai putranya. Saking cintanya, ia sampai menjadikan putranya itu sebagai makhluk yang kuat dan sempurna.
Dewi Juno adalah istri dari Dewa Yupiter dan ibu tiri Hercules. Ia sangat cemburu dan iri atas segala perhatian yang diberikan Dewa Yupiter pada putranya. Hingga akhirnya berulang kali ia berniat mencelakai anak tirinya itu dengan berbagai cara.
Raja Eurystheus merupakan pemimpin dari kerajaan Tiryn yang cerdas dan bijaksana. Ia memberikan berbagai macam tugas yang harus diselesaikan oleh Hercules demi mendapatkan pengampunan dari para dewa. Hanya saja, ia juga seseorang yang mudah berkecil hati dan penakut. Sering kali ia tidak berani menemui Hercules yang terlihat terlalu kuat dan menakutkan.
Putri Deianira adalah istri dari Hercules yang berasal dari Kerajaan Aetolia. Sebenarnya, gadis ini sudah bertunangan dengan Achelous, tapi akhirnya ia menikah dengan Herkules setelah pria itu mengalahkan tunangannya. Sayangnya, ia tidak memiliki cukup kepercayaan pada suaminya. Sehingga pada akhirnya ia justru membuat suaminya itu terbunuh.
3. Latar
Ada banyak sekali latar lokasi yg disebutkan dalam cerita dongeng Hercules yang satu ini. Dimulai dari tempat lahir Hercules di kota Thebes, persimpangan jalan tempat ia bertemu Sang Sukacita dan Sang Keutamaan, Delphi tempat ita bertemu Pitia atau Sang Kepercayaan, dan kerajaan Tiryn tempatnya bertemu dengan Raja Eurystheus.
Kemudian ada juga beberapa tempat yang berhubungan dengan misi yang harus diselesaikan oleh Hercules dari Raja Eurystheus. Di antaranya adalah hutan Nemea tempatnya mengalahkan singa raksasa, Lerna tempatnya menghadapi Hydra, danau Tymphalus tempat tinggal burung raksasa tembaga, kerajaan Amazon yang dipimpin oleh Ratu Hyppolita, kandang sapi milik Raja Augeas, pulau tempat buah apel emas tumbuh. dan gapura Kerajaan Maut yang dijaga oleh Cerberus.
Selain tempat-tempat itu, disebutkan juga beberapa lokasi yang disinggahi sang tokoh utama setelah berhasil menyelesaikan seluruh misinya. Beberapa tempat yang disebutkan adalah Kerajaan Aetolia tempat Putri Deianira berasal dan sungai Euenas tempat Nessus berusaha menculik sang putri.
4. Alur
Jika ditilik dari kisahnya, cerita dongeng Hercules ini memiliki alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari kelahiran sang tokoh utama di kota Thebes. Sayangnya, kelahirannya itu menimbulkan kebencian dan iri dengki di hati Dewi Juno, hingga membuat sang dewi berusaha membunuh sang bayi.
Dewi Juno mengirimkan dua ekor ular pada si bayi. Harapannya kedua ular itu akan membelit tubuh bayi itu hingga mati. Namun, rupanya justru bayi Hercules yang kuat itu yang akhirnya membunuh ular itu.
Sayangnya, bayi Hercules itu tumbuh dewasa menjadi pemuda yang mudah marah dan terbawa emosi. Beberapa kali ia melakukan kesalahan besar yang pada akhirnya membuat para dewa marah. Ia pun diusir dari Gunung Olimpus dan harus mencari cara agar diampuni.
Cara yang perlu dilakukan oleh Hercules agar mendapatkan pengampunan adalah dengan menemui Raja Eurystheus di kota Tiryn. Sang raja kemudian memberikan banyak tugas sulit yang harus diselesaikan.
Tugasnya adalah memburu singa di hutan Nemea, membunuh Hydra di Lerna, menghabisi babi hutan raksasa, menangkap rusa betina yang berlari kencang, mengusir burung raksasa di danau Tymphalus, merebut ikat pinggang Ratu Hyppolita, membersihkan kandang sapi Raja Augeas, menangkap kuda betina Raja Diomedes, menangkap banteng di Pulau Creta, menangkap banteng merah miliki Geryon, mencuri sebagian dari apel emas, dan terakhir adalah menaklukkan Cerberus.
Untungnya, Hercules berhasil melaksanakan semua tugas itu dengan baik. Setelah mendapatkan pengampunan, ia pun pergi melanjutkan petualangannya dalam menolong banyak orang.
Di tengah perjalanannya berpetualang, ia bertemu dengan Putri Deianira dan jatuh cinta. Setelah berhasil mengalahkan tunangan sang putri, mereka pun akhirnya menikah. Kehidupan mereka terlihat cukup bahagia, hingga akhirnya mereka bertemu dengan Nessus, seorang centaurus yang memendam hati pada sang putri.
Diam-diam, ia mempengaruhi sang putri untuk mencelupkan jubah Hercules ke dalam darah centaurus. Rupanya, hal itu justru membuat Hercules menemui ajalnya.
5. Pesan Moral
Sebagai kisah dongeng, Hercules memiliki banyak pesan moral yang bisa dicontoh oleh orang kebanyakan. Pesan pertama tentunya adalah jangan mudah terbawa emosi ketika melakukan sesuatu, karena nantinya kamu akan menyesali perbuatan yang kamu lakukan ketika di bawah kendali amarahmu itu. Sama seperti sang tokoh utama yang menyesali perbuatannya yang membuat istri dan kedua anaknya mati.
Pesan selanjutnya adalah jadilah seseorang yang bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh. Khususnya jika berhubungan dengan penyesalanmu. Perbaiki kesalahanmu dengan ketulusan, maka kelak orang-orang yang tadinya kesal padamu akan memaafkanmu.
Kemudian pesan terakhir adalah, jadilah seseorang yang pemberani dan ukur kekuatanmu dengan baik. Meskipun Hercules dikenal sebagai sosok yang pemberani dan tangguh, tapi ketika harus menemui musuh yang sulit, ia tak malu meminta bantuan pada teman-teman atau saudaranya sendiri.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita dongeng Hercules di atas, kamu juga bisa mendapatkan sedikit campur tangan unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar ceritanya yang mempengaruhi jalannya kisah, seperti nilai sosial, budaya, moral, dan sejarah.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Hercules
Setelah mengetahui ulasan seputar unsur intrinsiknya, dapatkan juga informasi tentang fakta menarik cerita dongeng Hercules. Berikut adalah ulasannya:
1. Terdapat Versi Mitologi Yunani
Seperti yang sudah disebutkan di awal, cerita dongeng Hercules ini tak hanya memiliki versi mitologi Romawi saja, tapi juga terdapat versi mitologi Yunani. Secara kisah, kurang lebih keduanya memiliki cerita yang sama. Yang membedakan kedua versi mitologi tersebut biasanyaadalah nama yang digunakan.
Dalam dongeng mitologi Yunani, nama sang pemuda kuat itu bukanlah Hercules, melainkan Herakles. Perbedaan lain adalah nama sang ayah adalah Zeus, dan nama sag ibu tiri yang jahat adalah Hera.
2. Versi Mitologi Romawi yang Berbeda
Di atas sudah disebutkan bahwa cerita dongeng Hercules ini memiliki beberapa versi berbeda di mitologi Yunani dan versi Disney. Namun, rupanya di mitologi Romawi sendiri juga ada versi yang sediki t berbeda.
Perbedaannya adalah pada versi yang berbeda, diceritakan kalau Alcmene, ibunda Hercules, sengaja meninggalkan bayinya di dalam hutan agar terlindungi dari amarah Dewi Juno. Sayangnya, bayi itu ditemukan oleh Dewi Athena yang pada akhirnya membawa bayi itu kepada Dewi Juno.
Kepada Dewi Juno, Dewi Athena menyebutkan kalau bayi itu adalah anak yatim piatu yang ditinggalkan sendirian di hutan dan membutuhkan asupan nutrisi. Karena merasa kasihan, Dewi Juno pun bersedia menyusui bayi yang baru ia temui itu.
Namun, sang bayi justru kemudian menggigit dada Dewi Juno dan membuat air susu sang dewi akhirnya tumpah ke arah langit malam dan membentuk galaksi Bimasakti. Dewi Juno kemudian mengembalikan bayi itu kepada Athena dan memberitahu rekannya itu untuk mengurus bayi itu sendiri. Siapa sangka kalau air susu Dewi Juno yang masuk ke dalam tubuh Hercules meskipun sedikit itu turut serta menambahkan kekuatan sang pemuda.
3. Kisah Versi Disney
Pada kisah versi mitologi Romawi di atas disebutkan kalau Hercules membunuh istrinya yang bernama Megara dan dua anak mereka. Namun, kalau kamu pernah menonton film dongeng Hercules buatan Disney, di sana diceritakan kalau Hercules hidup bahagia selamanya bersama kekasihnya, Megara.
Tak hanya itu, secara plot garis besar sekalipun, kisahnya juga cukup berbeda. Pada versi Disney menceritakan tentang petualangan Hercules yang diturunkan ke bumi karena kejahatan Hades. Untuk bisa kembali ke Gunung Olympus, ia harus menjadi seorang pahlawan sejati.
Dengan bantuan temannya Pegasus dan pelatih pribadinya yang bernama Philoctetes, Hercules pun menlajani berbagai pertempuran melawan berbagai macam monster dan titan. Pada akhirnya, ia harus mengorbankan dirinya sendiri demi bisa menyelamatkan cinta sejatinya, Megara.
Baca juga: Cerita Beruang dan Lebah Madu Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Mengajarkan Pentingnya Kejujuran
Menarik Bukan Cerita Dongeng Hercules Versi Mitologi Romawi di Atas?
Demikianlah cerita dongeng Hercules versi mitologi Romawi yang telah kami siapkan khusus untukmu. Jadi bagaimana? Kisahnya menarik dan memiliki pesan moral yang baik, kan?
Kalau masih ingin mencari cerita lain yang tak kalah menariknya, langsung saja cek artikel-artikel lain di PosKata kanal Ruang Pena. Di sini kamu bisa mendapatkan cerita dongeng Jack si Pemalas, Fabel dua ekor kambing yang tak mau mengalah, atau asal mula terbentuknya Danau Batur.
Ingin membaca artikel lain yang bukan sekadar dongeng ataupun legenda? Tenang saja! Di PosKata ini kamu juga bisa mendapatkan beberapa ulasan menarik lainnya. Di antaranya adalah kumpulan kutipan yang bisa dijadikan sebagai ungkapan perasaanmu, beberapa arti dan pengertian kata-kata yang dijamin bisa menambah wawasanmu, dan juga berbagai sejarah kerajaan kuno yang ada di Indonesia yang akan membuatmu semakin mengenali sekaligus mencintai negeri kita Indonesia. Selamat membaca!