
Pernahkah kamu mendengar cerita keberanian Momotaro yang berasal dari Jepang dan mengandung pesan moral yang baik? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut ini!
Di dunia ini, ada beragam kisah dongeng yang ceritanya menarik dan memiliki pesan moral yang baik untuk diajarkan pada buah hati tercinta. Salah satunya adalah cerita dongeng tentang Momotaro yang berasal dari Jepang,
Kisahnya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang terlahir dari buah persik yang mengapung di atas sungai. Kelak, ia tumbuh menjadi seorang pemuda yuang pemberani dan menjalani sebuah petualangan yang seru dalam membela orang yang lemah dan membutuhkan bantuannya.
Semakin penasaran dengan cerita dongeng petualangan Momotaro yang berasal dari Jepang? Langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di bawah ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya!
Cerita Dongeng Momotaro yang Berasal dari Jepang
Alkisah pada zaman dahulu kala ratusan tahun yang lalu, hiduplah pasangan suami istri yang hidup sederhana di pinggiran desa. Selama bertahun-tahun, mereka hidup dalam kesederhanaan hingga akhirnya menjadi kakek dan nenek.
Meskipun hidup bersama sekian lama, tapi mereka belum juga memiliki keturunan. Untungnya, hal itu sama sekali tak menjadi permasalahan atau kekecewaan dalam hidup pasangan suami istri itu. Mereka bahkan sama sekali tak menyesali atau menyalahkan Dewa. Mereka menerima apa adanya yang telah dikaruniakan Dewa kepada mereka berdua hingga saat ini.
Apakah itu artinya mereka sama sekali tak menginginkan memiliki buah hati? Tentu saja tidak. Terkadang, kerinduan untuk memiliki seorang keturunan itu muncul baik di siang ataupun malam hari.
Pada suatu hari, seperti biasanya sang kakek berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sementara sang nenek pergi ke sungai yang ada di pinggiran hutan desa, tak jauh dari rumah mereka, untuk mencuci pakaian.
Ketika sedang asyik mencuci pakaian, mendadak sang nenek melihat ada buah yang berukuran sangat besar hanyut di permukaan air sungai yang cukup deras. Sang nenek pun penasaran dengan isi dari buah yang berukuran tak biasa itu.
Ketika buah itu melewati tempat nenek mencuci di pinggir sungai, tanpa menunggu lama dan dengan secepat kilat ia langsung meraih buah yang rupanya adalah adalah buah persik raksasa, atau kalau dalam bahasa Jepang disebut juga dengan nama buah Momo.
Saat itu, Nenek langsung berpikiran pasti segar rasanya menikmati buah persik itu di cuaca musim panas bersama kakek. Untuk sementara, sang nenek mengamankan buah persik raksasa itu ke pinggir sungai dan melanjutkan kegiatan mencucinya kembali.
Membelah Buah Persik Raksasa
Setelah selesai mencuci, sang nenek dengan segera langsung membereskan cuciannya. Seraya tak lupa membawa buah persik raksasa itu, ia pun membawa keranjang cuciannya yang penuh dengan pakaian bersih pulang ke rumah. Ia benar-benar tak sabar ingin menunjukkan buah tak biasa itu pada suaminya.
Sesampainya di rumah, nenek menyimpan buah persik itu di sebuah lemari penyimpananan makanan di dapur. Ia tak ingin terburu-buru memotong dan menikmati buah berukuran besar itu sendirian. Nenek lebih memilih bersabar dan menunggu hingga kakek pulang dari mencari kayu. Seraya menunggu, ia pun melanjutkan kegiatannya di dalam rumah.
Tak terasa matahari mulai terbenam dan kakek pulang ke rumah membawa setumpuk kayu bakar untuk persediaan mereka. Seperti biasanya, setelah membersihkan diri dan beristirahat sebentar, kakek akan duduk di depan rumah bersama nenek untuk menikmati langit malam yang indah. Tak hanya itu, mereka pun mengobrol membicarakan tentang banyak hal.
“Kek,” panggil nenek di sela-sela cerita mereka. “Tadi ketika aku mencuci pakaian di sungai, aku menemukan buah persik yang sudah matang dan hanyut di pinggir sungai. Lalu aku membawa buah persik itu pulang.”
“Sekarang di mana buah itu, nek?” tanya kakek penasaran, “Coba sini aku belah siapa tahu rasanya manis.”
“Tapi, kek, buah persik ini sepertinya jauh lebih luar biasa dibandingkan biasanya,” ucap nenek sebelum beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.
Kakek pun hanya bisa terheran-heran mendengar ucapan nenek. Dan keheranan itu pun berubah menjadi keterkejutan ketika kakek melihat nenek kembali seraya membawa buah persik itu.
Mengangkat Anak dari Dalam Buah Persik
“Besar sekali buah persik itu, nek!” komentar kakek ketika nenek menyerahkan buah persik itu dan sebilah pisau yang tadi dibawa serta dari dapur.
Namun, keanehan itu tidak terhenti sampai di situ saja. Ketika kakek baru akan membelah buah persik berukuran besar itu, mendadak buah tersebut terbelah dengan sendirinya.
Kemudian, di dalam buah persik itu terlihat seorang bayi laki-laki yang langsung menangis dengan sangat kerasnya. Hal itu tentu saja membuat kakek dan nenek merasa bingung apa yang harus mereka perbuat pada bayi yang baru mereka temukan itu. Di satu sisi, tentu saja mereka sangat senang karena pada akhirnya bisa memiliki buah hati. Namun, di sisi lain, mereka juga merasa bingung serta serba salah apakah bayi itu boleh mereka rawat dan didik layaknya buah hati mereka sendiri.
Tak berapa lama kemudian, bayi yang keluar dari buah persik raksasa itu pun akhirnya mereda tangisannya. Sang Nenek pun kemudian menggendong bayi itu dan berkata kepada kakek, “Kek, mungkin akan lebih baik kalau kita merawat bayi malang yang satu ini.”
Usulan nenek itu tentu saja langsung mendapatkan persetujuan dari suaminya. Karena tentu saja Kakek pun merasa senang dengan keberadaan seorang anak dalam hidup mereka. Rasanya seolah doa yang mereka panjatkan selama ini kini telah terjawab dari Yang Maha Kuasa.
Namun, sebelum memutuskan untuk membawa pulang bayi itu, ada permasalahan lain yang harus mereka pikirkan terlebih dahulu, yaitu nama. Karena bagaimanapun juga, tidak mungkin mereka memanggil anak itu dengan panggilan “bayi” seumur hidupnya.
“Enaknya kita beri nama siapa, ya, kek?” tanya nenek penasaran dan bersemangat karena tak sabar ingin bisa segera merawat bayi itu.
Pemberian Nama untuk Si Bayi Buah Persik
Kakek tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia berpikir terlebih dahulu nama apa yang baik untuk bayi lucu yang baru saja mereka temukan itu. Saat itu, pandangan kakek mendadak terarah ke buah persik tempat bayi itu baru saja keluar. Buah persik atau yang disebut juga dengan momo dalam bahasa Jepang itu langsung membuat sang kakek terinspirasi.
“Bagaimana kalau kita beri nama Momotaro?” ucap Kakek. Nama itu merupakan gabungan dari Momo yang berarti buah persik, dan Taro yang bermakna anak laki-laki. Oleh karena itu, bisa dibilang Momotaro berarti bocah persik.
Tentu saja Nenek langsung menyetujui nama itu. Selain namanya terdengar indah, setidaknya dengan nama itu mereka bisa selalu mengingat dari mana putra mereka berasal, yaitu dari buah persik.
Sejak saat itu, dengan keberadaan sang bayi menggemaskan itu kediaman Kakek dan Nenek semakin diberkahi dengan keceriaan dan kebahagiaan. Karena bagaimanapun juga, pasangan suami istri itu kini mendapatkan momongan yang mereka harapkan selama sekian lama.
Kebahagiaan itu menjadi semakin lengkap karena Momotaro tumbuh menjadi anak yang sehat dan lucu. Diberi makan apa pun dan seberapa banyak sekalipun, anak itu pasti akan menghabiskannya. Satu piring ataupun dua, Momotaro pasti akan melahapnya hingga benar-benar habis semuanya.
Melihat hal itu, Kakek dan Nenek merasa sangat senang dengan keberadaan buah hatinya itu. Mereka berusaha memanjakan anak buah persiknya itu. Kebahagiaan itu pun semakin berlipat ganda karena anak itu tak pernah rewel ataupun sakit sekalipun selama dirawat oleh Kakek dan Nenek.
Baca juga: Kisah Hansel dan Gretel Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Kakak Beradik yang Memiliki Ibu Tiri Jahat
Tumbuh Menjadi Anak yang Membanggakan
Tanpa terasa, waktu berlalu dengan begitu cepat. Sang bayi yang ditemukan di dalam buah persik itu kini tumbuh menjadi anak laki-laki yang kuat dan memiliki pola pikir yang sangat cerdas. Tak hanya itu, ia pun memiliki kebaikan hati yang tulus.
Bisa dibilang, Momotaro mampu mengungguli kemampuan seluruh anak-anak tetangga mereka yang hidup berdampingan di desa pinggir hutan tersebut. Bahkan, ia cukup terkenal di desa tersebut berkat kecerdasan, kekuatan, dan kebaikan hatinya.
Banyak tetangga mereka yang merasa salut dan kagum kepada Kakek dan Nenek. Karena berkat didikan pasangan suami istri tersebut, desa mereka memiliki seorang anak yang kuat, cerdas, pemberani tanpa rasa takut pada siapa pun, dan selalu membela yang benar.
Rupanya, selama ini Kakek dan Nenek selalu mendidik Momotaro dengan satu kalimat penting. Kalimat itu adalah “Budi pekerti yang baik dan selalu bertanggung jawab merupakan sebuah modal untuk hidup di dunia yang penuh dengan kepalsuan. Maka berbuat jujurlah dalam hidupmu sebagai modal kepercayaan orang lain.”
Kakek dan Nenek sendiri sebenarnya merasa sangat bangga dengan tingkah laku dan budi pekerti buah hati mereka. Karena mereka berdua menyadari bahwa Momotaro bukanlah anak kandung mereka sendiri. Oleh karena itu, jangan sampai anak itu tumbuh menjadi seseorang yang tak sopan atau tak bisa dibanggakan.
Namun, di balik itu semua, Kakek dan Nenek juga menyadari bahwa semua kebaikan dalam sifat Momotaro itu tak hanya karena didikan mereka saja. Pasangan suami istri itu paham bahwa kebaikan itu berasal dari bakat bawaan sejak Momotaro ada di dunia ini.
Solusi untuk Menyelamatkan Penduduk
Suatu hari di sang yang cerah, Momotaro sedang asyik berjalan-jalan bersama Kakek dan Nenek bekeliling desa. Mendadak, di salah satu sisi desa, terlihat ada sosok monster hantu yang merampas uang dan barang berharga milik para penduduk sekitar desa.
Sayangnya, saat itu Kakek dan Nenek menahan sang bocah persik untuk tak ikut campur apa yang terjadi pada warga desa. Karena bagaimanapun juga, saat itu mereka tidak memiliki apa-apa untuk melawan rombongan hantu yang jumlahnya tak sedikit itu.
Hanya saja, Momotaro terus mengingat suara para hantu yang baru saja selesai merampok. Di mana mereka harus segera kembali ke Pulau Hantu. Untuk pertama kalinya, sang bocah persik itu pun mengetahui keberadaan sebuah pulau tempat para monster hantu yang sering mengganggu warga sekitar.
Hal itu tentunya membuat resah hati kecil sang pemuda persik. Ia sama sekali tak menyukai para hantu yang mengganggu kehidupan para warga sekitar.
Ia pun berpikir keras apa yang bisa ia lakukan untuk menghentikan kejahatan itu. Karena jika ia bisa membuat para hantu itu berhenti melakukan kejahatan pada warga sekitar, tentunya para penduduk akan hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu tentunya tak hanya dimiliki oleh warga sekitar saja, tapi juga Kakek dan Nenek.
Setelah memikirkannya semalaman, Momotaro akhirnya menemukan solusinya. Caranya adalah, ia harus pergi ke Pulau Hantu dan membasmi semua hantu yang ada di sana. Setidaknya, ia harus bisa membuat mereka berjanji untuk tak mengganggu manusia lagi.
Minta Izin Pergi ke Pulau Hantu
Keesokan harinya, tak seperti biasanya, Momotaro menghadap kedua orang tuanya dan meminta izin akan pergi berpetualang. Sang bocah persik menyatakan bahwa ia sudah merencanakannya jauh-jauh hari untuk pergi ke tempat yang cukup jauh, yakni di Pulau Hantu. Sayangnya, hal itu tidak langsung mendapatkan persetujuan dari Kakek dan Nenek.
“Nak, coba dengarkan kakek,” ucap sang Kakek, “Kau ini masih terlalu kecil. Dunia luar sana terlalu berbahaya kalau kau pergi terlalu jauh dari rumah. Tidakkah kau ingin menunggu sedikit lebih dewasa dahulu?”
“Tapi aku tak bisa diam saja membiarkan para hantu mengganggu dan membuat resah para warga negeri ini,” jawab sang bocah persik. Dengan pendiriannya yang kuat, ia tetap bersikeras ingin pergi ke Pulau Hantu yang banyak meresahkan warga.
Kakek dan Nenek hanya bisa saling memandang dan merasa gelisah karena buah hati mereka tetap ingin berangkat ke tempat yang mengerikan itu.
“Tidak perlu khawatir atau takut, Kek. Ratusan hantu seperti apa pun tak akan membuatku gentar ataupun mundur. Aku pasti akan bisa menghabisi mereka semua. Aku ingin membalaskan dendam atas semua ulah jahat yang mereka lakukan kepada bangsa manusia,” ucap Momotaro dengan penuh bersemangat.
Melihat hal itu, betapa terenyuhnya hati Kakek dan Nenek. Mau tak mau, mereka pun memberikan izin pada buah hati mereka. Lagipula, mereka berdua yakin kalau bocah persik itu bukanlah anak biasa. Putra mereka itu pasti akan bisa menghadapi hantu-hantu itu dengan mudah.
Meminta Bekal Kibidango
“Namun, sebelum berangkat, aku ingin meminta Nenek membuatkan kibidango sebagai bekalku di perjalanan,” lanjut sang bocah persik yang langsung diiyakan oleh Nenek. Kibidango sendiri adalah kue khas Jepang yang berbentuk bulat seperti bola kecil dan terbuat dari tepung beras yang dimatangkan dengan cara dikukus atau direbus di dalam air.
“Baiklah kalau begitu, Nak,” ucap Kakek berpasrah dan juga memberikan pesan, “Tapi ingatlah, bahwa kamu harus selalu berhati-hati dalam bertindak.” Dan tentu saja pesan dari Kakek itu akan dipegang oleh si bocah persik.
Keesokan harinya, sejak pagi buta Nenek sudah membuatkan kibidango spesial untuk putra kesayangannya itu. Kibidango itu diminta bukannya tanpa alasan. Karena sang bocah persik tahu, bahwa kibidango buatan nenek itu memang dikenal sangat enak, bahkan di kalangan para tetangga mereka. Dengan berbekal kue berbentuk bola itu, sang bocah persik berharap bisa selalu bersemangat karena teringat pada Kakek dan Nenek di rumah.
Setelah mempersiapkan segala keperluannya dan juga bekal kibidango buatan Nenek, Momotaro pun kemudian berpamitan. Ia mengenakan baju dan celana pemberian dari Kakek yang membuatnya terlihat seperti pendekar muda Jepang. Selain itu, ia juga membawa serta senjata berupa pedang samurai pendek atau Katana, yang melengkapi penampilan si bocah persik dan membuatnya terlihat seperti pendekar muda yang gagah berani.
Tak lupa, Kakek dan Nenek menyertakan doanya di setiap langkah si bocah persik dalam perjalanan menuju ke Pulau Hantu. Petualangan Momotaro si bocah persik pun akhirnya dimulai.
Ditemani Seekor Anjing
Ketika memulai petualangannya, baru beberapa langkah si bocah persik keluar dari desanya, mendadak ada seekor anjing yang menggonggong dengan suara sangat kencang. Momotaro pun kemudian menolehkan kepalanya dan menemukan seekor anjing berlari mendekatinya.
“Hei, anak muda! Mau pergi ke mana kau?” tanya anjing yang tadi menggonggong setelah ia berada di dekat sang bocah persik.
“Aku hendak pergi ke Pulau Hantu untuk menumpas hantu-hantu jahat yang merajalela,” jawab Momotaro dengan penuh percaya diri.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan ikut denganmu pergi ke pulau tersebut!” ucap sang anjing, “Namun, bisakah kau memberiku salah satu kibidangomu yang aromanya lezat itu?” Rupanya anjing itu bisa mencium bau wangi kibidango buatan Nenek yang lezat.
“Tentu saja aku akan memberimu satu,” ucap Momotaro seraya mengeluarkan salah satu kue Jepang berbentuk bulat itu kepada sang anjing, “Aku akan memberimu kibidango ini dan mulai sekarang kau akan menjadi anak buahku!”
Sang anjing pun langsung menerima kibidango itu dan melahapnya. Di waktu yang bersamaan, sang bocah persik berucap, “Makanlah kibidango ini dan percayalah bahwa kekuatanmu pasti akan bertambah beribu kali lipat dibandingkan sekarang!”
Dan bersamaan dengan ucapan itu, benar saja sang anjing merasa seperti ada kekuatan lain yang masuk ke dalam tubuhnya. Sesudahnya, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Hantu. Sang anjing pun diangkat menjadi anak buah pertama sang bocah persik yang pemberani itu.
Baca juga: Cerita Kerbau yang Cerdas dan Banyak Akal Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Penuh Pesan Moral
Ditemani Seekor Burung Gagak dan Monyet
Setelah mereka melanjutkan perjalanan, di tengah jalan mereka bertemu dengan seekor burung gagak. Anehnya, burung berwarna hitam itu terus saja terbang melayang di atas kepala sang bocah persik dan mengikuti langkah mereka berdua.
Momotaro pun menyadari bahwa mungkin saja sama seperti anjing sebelumnya, burung gagak itu bisa mencium aroma lezat dari kibidango buatan nenek. Ia pun kemudian mengeluarkan wadah perbekalannya dan mengeluarkan salah satu kibidango dan mengulurkannya pada burung gagak yang masih melayang di atas kepalanya.
Burung gagak itu pun langsung terbang rendah dan melahap habis kibidango yang ditawarkan oleh sang bocah persik. Sama seperti sebelumnya, burung itu juga merasakan ada kekuatan lain yang masuk ke dalam tubuhnya.
Burung gagak itu kemudian juga menyatakan kalau ia ingin menjadi pengikut sang bocah persik. Untungnya, Momotaro memperbolehkan burung gagak itu untuk menjadi anak buahnya yang kedua. Tak lama kemudian, mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanannya.
Setelah melanjutkan perjalanannya, mendadak ada seekor monyet yang menghalangi jalan mereka dan berteriak-teriak berharap bisa ikut serta. Monyet itu beralasan bahwa ia ingin ikut berjuang untuk membela kebenaran yang akan ditegakkan oleh sang pemuda persik yang pemberani.
Namun, sebelum melanjutkan perjalanan mereka, sama seperti sebelumnya, monyet itu juga meminta sebuah kibidango dari bekal Momotaro yang beraroma lezat. Dan sama seperti sebelumnya, dengan senang hati sang bocah persik memberikan salah satu bekalnya untuk monyet dan mengangkatnya sebagai anak buah ketiga untuk membantunya melawan kejahatan di Pulau Hantu.
Kini lengkaplah sudah tim pembasmi kejahatan di Pulau Hantu yang dipimpin oleh Momotaro yang pemberani. Kemudian diikuti oleh anjing yang menjadi pembawa panji bendera, monyet yang berniat membantu menyerang dan membasmi musuhh dengan membawa sebuah tombak, serta burung gagak yang menjadi mata-mata untuk menyelidiki keadaan di sekitar mereka.
Baca juga: Cerita Pangeran Ikan dan Ulasan Lengkapnya, Dongeng Seorang Pria Tampan yang Disihir Menjadi Ikan
Sampai di Pulau Hantu
Untuk bisa mencapai Pulau Hantu itu, rombongan Momotaro itu harus menyeberangi lautan yang sangat luas. Awalnya, ketiga anak buah sang bocah persik merasa ragu-ragu untuk naik ke atas perahu dan menyeberangi lautan itu.
Melihat keragu-raguan itu, Momotaro langsung menyuruh ketiga anak buahnya itu untuk tidak ikut ke Pulau Hantu. Karena bagaimanapun juga, jika mereka tidak memiliki keberanian untuk menyeberangi lautan, bagaimana bisa mereka berani melawan para monster hantu itu?
Dengan dorongan semangat itu, akhirnya ketiga anak buah Momotaro pun memantapkan hati dan mengikuti sang bocah persik. Mereka menaiki sebuah perahu dan dengan penuh semangat mendayung melewati lautan.
Setelah melakukan perjalanan selama beberapa lama, perahu rombongan bocah persik itu sampai di tepi Pulau Hantu. Di luar pulau itu, terdapat sebuah pintu gerbang seolah berada di depan kerajaan.
Tanpa menunggu lama, si monyet langsung menggedor pintu gerbang tersebut. Tak berapa lama kemudian, dari balik pintu gerbang itu keluarlah seorang hantu dengan kulit berwarna merah dan berwajah seram beserta beberapa hantu lain yang wajahnya tak kalah mengerikan.
“Siapa yang berani-beraninya menggedor pintu gerbang ini?” tanya sang setan merah dengan penuh amarah.
“Perkenalkan! Aku adalah Momotaro, pemudia paling kuat dan perkasa yang ada di seluruh negeri Jepang ini. Dengan kekuatanku, aku akan menghancurkan istana hantu yang telah membuat resah banyak orang!” ucap sang bocah persik dengan gagah berani dan penuh percaya diri.
Tepat setelah mengucapkan kalimat dengan suara menggelegar itu, pemuda persik itu langsung menghunuskan pedangnya dan menusuk siapa saja yang datang mendekat. Terntu saja, tujuannya adalah untuk membunuh setiap musuh yang berusaha melawan. DI sisi lain, setiap musuhnya langsung kalang kabut ketika melihat rekannya satu per satu berguguran.
Sang monyet pun turut serta membantu berjuang menggunakan tombak yang dibawanya. Tanpa ampun dan takut, ia membantai puluhan musuh yang berusaha mendekatinya.
Sementara itu, sang gagak terbang dengan penuh kegesitan dan melawan setiap musuh di dekatnya. Dengan kecepatannya, ia berhasil membuat banyak musuh mati di tangannya. Begitu pula dengan anjing yang turut serta melawan dan menggigit setiap musuh yang ada di dekatnya.
Untungnya, kemampuan dan tenaga mereka terasa tak ada habiskan dan justru terus bertambah hingga beribu kali lipat. Hal itu mungkin disebabkan oleh kibidango buatan Nenek yang mereka makan sebelumnya.
Para Hantu Menyerah
Pada akhirnya, ratusan hantu yang keluar dari gerbang itu pun berlarian berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri. Sementara Momotaro beserta ketiga anak buahnya terus mask ke dalam istana dan mendesak musuh yang lari ke dalam lingkungan istana Hantu.
Di dalam salah satu bangunan yang berukuran sangat besar, terdapat ratusan hantu yang sebenarnya sedang pesta minuman yang memabukkan. Ada yang menyanyi dengan suara keras, ada yang tertidur, dan ada yang tertawa terbahak-bahak.
Betapa terkejutnya para hantu itu ketika mendadak ada banyak hantu yang masuk ke gedung tersebut sambil berlari dan terlihat terluka. Beberapa hantu yang masuk menyebutkan tentang keberadaan seorang pemuda bernama Momotaro yang melukai mereka.
“Siapa Momotaro yang telah membuat kekacauan ini?” bentak beberapa hantu yang sedang berpesta itu saling bersautan. Dengan penuh amarah, mereka berniat untuk mengalahkan sang bocah persik.
Namun apa daya, rupanya tetap saja tak ada satu pun dari semua hantu itu yang bisa mengalahkan sang bocah persik. Bahkan bisa dibilang setiap hantu itu bisa dilempar dengan mudah oleh sang bocah persik, seperti halnya boneka kapas. Seolah-olah Momotaro benar-benar manusia yang paling kuat di Jepang kala itu.
Karena merasa bahwa perlawanan mereka tidak akan ada gunanya, akhirnya sang Jenderal Hantu Hitam yang terkenal perkasa langsung memohon ampunannya pada Momotaro. Ia pun membuat perjanjian tak akan pernah berbuat jahat terdapat para manusia, khususnya mereka yang bertempat tinggal atau pergi mendekati Pulau Hantu.
Dengan kebaikan hatinya, Momotaro pun mempercayai ucapan sang Jenderal Hantu Hitam. Ia juga memberikan ampunannya, selama sang Jenderal Hantu memenuhi janjinya dengan baik. Jika sekali saja janji itu dilanggar, Momotaro tak akan ragu membantai mereka kembali.
Kembali Pulang ke Desa
Sang bocah persik itu kemudian mengambil semua barang-barang yang dicuri hantu-hantu dari para manusia. Tak hanya itu, ia juga mengambil tiga ekor kuda yang memiliki tenaga terkuat untuk mengangkut emas, intan, dan berlian yang ada di dalam gudang penyimpanan Pulau Hantu. Si bocah persik berniat untuk memberikan barang-barang berharga itu sebagai hadiah untuk Kakek dan Nenek.
Momotaro kemudian juga mengambil kuda lain yang bisa mereka gunakan untuk mempercepat perjalanan mereka kembali ke desa. Sesampainya di desa, sang bocah persik menceritakan segala petualangannya kepada kedua orang tuanya itu. Di sisi lain, Kakek dan Nenek merasa senang karena buah hatinya bisa kembali pulang dalam keadaan selamat.
Tak hanya itu, sang bocah persik memberikan segala barang berharga yang ia temukan di Pulau Hantu. Dengan penuh kebijaksanaan, Kakek dan Nenek pun minta buah hatinya untuk membagikan harta itu secara merata kepada seluruh warga desa lainnya. Momotaro pun menyetujui ide cemerlang itu.
Setelah membagikan sebagian dari harta benda yang berharga itu, tak lupa ia mengembalikan beberapa harta rampasan yang ia ambil dari para hantu. Hal itu membuat nama Momotaro semakin terkenal di kalangan para warga sekitar sebagai seorang anak yang pemberani, kuat, dan baik hatinya.
Sejak saat itu, Momotaro hidup dengan penuh kebahagiaan bersama Kakek dan nenek utnuk selamanya.
Unsur Intrinsik Cerita Momotaro
Sudah puas membaca cerita dongeng tentang Momotaro yang berasal dari Jepang di atas? Kini saatnya kamu mengetahui sedikit ulasan tentang unsur intrinsiknya. Di sini kami sudah menyediakan informasi tentang tema, tokoh yang mewarnai ceritanya, latar lokasi yang disebutkan, alur jalannya cerita, dan pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita dongeng Momotaro.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah dongeng Momotaro ini adalah tentang keberanian dan ketulusan. Sama seperti yang dilakukan sang tokoh utama yang tanpa khawatir atau takut berusaha untuk mengusir monster hantu yang memiliki niat jahat pada manusia.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng Momotaro di atas. Mereka memiliki sifat dan perwatakan yang cukup menarik untuk diulas. Di antaranya adalah Kakek, Nenek, Momotaro, Anjing, Gagak, dan Monyet. Selain para tokoh utama itu, ada juga beberapa tokoh pendamping yang turut serta mewarnai ceritanya, yaitu para penduduk desa dan juga hantu-hantu yang suka mengganggu warga.
Secara perwatakan, Kakek dan Nenek digambarkan sebagai pasangan suami istri yang sabar. Hal itu bisa dilihat dari kesabaran mereka dalam menanti kedatangan buah hati dalam hidup mereka. Selain itu, mereka juga sosok yang bijaksana jika dilihat dari segala ajaran yang mereka berikan kepada buah hatinya.
Momotaro adalah putra dari Kakek dan Nenek yang ditemukan dari dalam buah persik yang mengapung di atas sungai. Ia diceritakan sebagai anak yang kuat, cerdas, pemberani, dan memiliki hati yang tulus. Si bocah persik ini juga merupakan seseorang yang memiliki kemauan kuat. Hal itu bisa terlihat ketika ia dengan teguh hati tetap bersikeras ingin pergi ke Pulau Hantu demi menghentikan keresahan warga desa.
Anjing, Burung Gagak, dan Monyet merupakan tiga anak buah Momotaro yang baru ditemui di jalan. Mereka memiliki karakter yang setia dan berjuang keras demi membantu sang bocah persik dalam melawan monster hantu di Pulau Hantu yang selama ini sering meresahkan warga.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam cerita dongeng Momotaro yang satu ini. Di antaranya adalah kediaman Kakek dan Nenek, sungai tempat Nenek mencuci dan menemukan buah persik berisi Momotaro, dan juga Pulau Hantu tempat para monster hantu tinggal.
4. Alur
Jika dilihat dari kisahnya, cerita dongeng Momotaro ini memiliki alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari seorang Nenek yang sedang mencuci pakaian di pinggir sungai dan menemukan sebuah buah persik raksasa. Ia pun membawa pulang buah itu.
Siapa sangka kalau ternyata di dalam buah persik raksasa itu terdapat seorang bayi laki-laki. Sang Nenek dan suaminya pun memutuskan untuk mengadopsi anak itu dan memberinya nama Momotaro.
Setelah dewasa, Momotaro tumbuh menjadi pemuda yang kuat, pemberani, cerdas, dan baik hatinya. Suatu hari, ia menyatakan pada Kakek dan Nenek bahwa ia ingin pergi ke Pulau Hantu untuk melawan para monster hantu yang belakangan ini sering meresahkan warga. Awalnya, Kakek dan Nenek tidak menyetujuinya. Namun, setelah diyakinkan oleh sang bocah persik, mereka pun memberikan izin.
Untungnya, sang bocah persik itu tidak pergi ke Pulau Hantu sendirian. Ia ditemani juga oleh anjing, burung gagak, dan monyet yang ditemuinya di perjalanan. Sesampainya di Pulau Hantu, mereka bertiga membantu sang bocah persik untuk membasmi semua hantu yang ada di sana. Hingga akhirnya para hantu itu pun menyerah dan berjanji tak akan mengganggu manusia lagi.
Akhirnya, mereka pun kembali pulang ke kampung dengan membawa berbagai barang penduduk yang sebelumnya dijarah oleh monster hantu, dan juga membawakan intan dan berlian untuk dibagikan kepada seluruh warga secara merata.
5. Pesan Moral
Ada berapa pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita Momotaro yang berasal dari Jepang di atas. Salah satunya adalah bahwa kejahatan sehebat apa pun yang sudah kamu lakukan, pasti pada waktunya nanti akan dikalahkan oleh kebenaran yang mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Kuasa.
Selain itu, ada juga pesan moral yang bisa dipelajari dari sang tokoh utama. Yaitu jangan pernah ragu untuk berbagi apa pun yang kamu miliki dan melakukan kebaikan kepada siapa pun. Khususnya jika kamu memang mampu dan bisa melakukannya. Ingatlah bahwa siapa pun yang menabur kebaikan, suatu saat nanti pasti akan menuai kebaikan juga.
Selain unsur instrinsik, pada cerita dongeng Momotaro yang berasal dair Jepang ini kamu juga bisa mendapatkan beberapa unsur ekstrinsiknya. Yaitu hal-hal dari luar ceritanya yang mempengaruhi jalannya dongeng, seperti nilai moral, budaya, dan sosial yang berlaku di Jepang.
Baca juga: Cerita Enam Serdadu dengan Keahlian Masing-Masing Ingin Mengubah Nasib Beserta Ulasan Lengkapnya
Fakta Menarik tentang Cerita Momotaro
Setelah membaca cerita dongeng Momotaro yang berasal dari Jepang dang sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, kamu juga bisa mendapatkan beberapa informasi seputar fakta menariknya. Berikut ini kami sediakan ulasannya.
1. Aslinya Memiliki beberapa Versi
Seperti yang sudah disebutkan di awal, cerita Momotaro ini berasal dari Negeri Sakura dan diceritakan dalam bahasa Jepang. Namun, rupanya di negara aslinya, kisah ini memiliki beberapa versi yang berbeda lho. Perbedaan itu muncul tergantung dari periode manakah kisahnya diceritakan.
Cerita dongeng Momotaro yang kami sediakan di artikel ini termasuk dalam kisah versi periode Meiji (1868 – 1912). Pada kisah versi era Genroku (1688 – 1704), terdapat sebuah perbedaan akan bekal yang dibawakan oleh Nenek. Bukannya dibawakan kibidango, sang bocah persik justru dibuatkan bekal toudango, yaitu semacam kue khas Jepang yang berbentuk bulat seperti bola, kemudian diikat menjadi satu dengan tali hingga menyerupai gelang.
Dalam buku cerita versi era Edo, Momotaro tidak terlahir dari buah persik yang dibelah. Melainkan layaknya bayi lain pada normalnya, dilahirkan dari seorang perempuan. Namun, ibunda Momotaro dikisahkan sering kali mengonsumsi buah persik dan seumur hidupnya bukannya bertambah tua justru menjadi lebih muda.
2. Usia Momotaro yang Sebenarnya
Selain perbedaan cerita yang dibedakan berdasarkan dari eranya, ada perbedaan lain yang tak kalah menariknya, yaitu perihal usia Momotaro. Kasus ini biasanya terjadi penggambaran sang tokoh utama dalam karya seni lukisan atau kartun. Pada setiap cerita, sang bocah persik itu sering kali digambarkan memiliki usia yang berbeda-beda.
Awalnya hingga sekitar tahun 1735-an, Momotaro digambarkan sebagai seorang pria berusia 30-an. Kemudian penggambarannya menjadi lebih muda lima tahun alias 25 tahunan hingga tahun 1800. Sejak awal 1800-an hingga akhir era Edo, ia mulai digambarkan sebagai pemuda berusia 20-an tahun.
Pada kisah Hina no Ukegi (雛迺宇計木) yang dituliskan oleh Kamo no Norikiyo, sang tokoh utama dikisahkan berusia 15 tahun 6 bulan. Sementara pada kisah Momotarou Takara no Kurairi, sang bocah persik berusia enam belas tahun.
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Momotaro dari Jepang dan Ulasannya di Atas?
Demikianlah cerita dongeng Momotaro yang berasal dari Jepang. Kisahnya menarik dan mengandung pesan moral yang baik dan bisa diajarkan untuk buah hati dan keponakan tersayang, kan? Kalau mau, kamu bisa saja menceritakannya sebagai dongeng sebelum tidur untuk mereka.
Kalau masih ingin mencari dongeng yang kisahnya tak kalah menarik dan mengandung pesan moral baik lainnya, langsung saja cek artikel-artikel yang telah kami siapkan di kanal Ruang Pena di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan cerita Jack si Pemalas, kisah dua ekor kambing yang tak mau mengalah, dan juga asal mula terbentuknya Danau Batur.