
Kamu ingin membaca cerita rakyat dari Jepang? Sudah pernah membaca cerita rakyat yang cukup populer di Jepang berjudul Tanabata? Tak perlu ke mana-mana lagi, yuk, simak langsung kisah lengkapnya di artikel ini!
Cerita rakyat itu tak hanya dari Indonesia saja. Di Jepang juga ada beragam cerita rakyat atau legenda, salah satunya adalah Tanabata. Kamu sudah pernah membaca kisahnya?
Secara singkat, cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang dewi dan penggembala yang saling jatuh cinta. Awalnya, mereka dekat karena Dewa Langit. Namun, Dewa Langit jugalah yang ingin memisahkan mereka.
Lantas, apakah yang kan terjadi pada kedua sejoli itu? Akankah mereka terpisah? Nah, kalau penasaran dengan kelanjutan kisahnya, tak perlu ke mana-mana lagi. Mending langsung saja simak cerita rakyat Jepang Tanabata yang ada di artikel ini! Nggak cuma ceritanya aja, nih, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Jepang Tanabata
Alkisah, pada zaman dahulu, terlihat bintang-bintang bersinar dengan indah di sungai yang ada di surga. Di sungai itu, hiduplah seorang dewi nan cantik bernama Orihime.
Gadis yang merupakan putri dari Dewa Langit ini menghabiskan kesehariannya dengan menenun di dekat sungai. Kain tenun karya Orihime sangatlah indah karena bisa berubah menjadi lima elemen warna bila terkena cahaya.
Warna-warna kain itu juga bisa berubah saat pergantian musim. Tentu saja bakat Orihime tersebut membuat sang ayah merasa sangat bangga. Namun, karena terlalu sibuk membuat kain tenun, Orihime mengabaikan penampilannya.
Ia bahkan tak memedulikan rambut dan pakaian yang dipakainnya. Melihat putrinya tak memerhatikan penampilan, Dewa Langit merasa sedih dan kecewa.
“Anakku terlalu senang bekerja hingga ia tak peduli pada penampilannya. Padahal, sebentar lagi ia menjadi wanita dewasa. Ia sangat fokus menenun hingga lupa segalanya,” gumam Dewa Langit.
“Bagaimana kalau aku carikan saja ia calon suami? Barangkali jatuh cinta bisa membuatnya sedikit memperhatikan penampilan dan tak hanya bekerja membuat kain tenun,” kata Dewa Langit dalam hati.
Lalu, Dewa Langit pun pergi untuk mencari calon suami anaknya. Ia sudah mencari ke sana ke mari, tetapi tak kunjung menemukan sosok pria yang tepat untuk anaknya.
“Di mana aku bisa menemukan pria yang tepat untuk anakku?” tanya Dewa Langit dalam hati. Setelah seharian tak menemukan pria yang sesuai, Dewa Langit menghentikan pencariannya saat sore menjelang.
Bertemu dengan Hikoboshi
Keesokan harinya, Dewa Langit kembali melakukan pencarian seorang pria yang cocok untuk anaknya. Saat berjalan di sepanjang tepi sungai, ia tanpa sengaja melihat seorang pemuda yang sedang mengurus beberapa sapi di ladang.
Dewa Langit tertarik pada pemuda yang ternyata bernama Hikoboshi itu. Ia terus mengamati gerak-geriknya. “Hmm, pemuda ini bekerja dengan keras. Ia bahkan mengurus seluruh pekerjaan di ladang sendirian dan tanpa beristirahat,” gumamnya dalam hati.
“Jika pemuda pekerja keras ini menikah dengan Orihime. Mereka berdua pasti hidup dengan bahagia,” ucap Dewa Langit berandai-andai. Tanpa pikir panjang, Dewa Langit memutuskan untuk memilih Hikoboshi Sebagai calon menantunya.
Sebagai Dewa Langit, ia pun mengatur pertemuan anaknya dan Hikoboshi yang seolah-olah tanpa sengaja. Ia meminta sang anak untuk mandi di sungai dekat Hikoboshi bekerja.
Orihime menuruti perkataan ayahnya. Ia lalu pergi ke sungai bersama putri-putri yang lain. Sesampainya di sana, mereka mandi sambil bercanda ria. Hikoboshi yang sedang bekerja di ladang dekat sungai mendengar suara para perempuan.
Ia pun terkejut dan mencari di mana suara itu berasal. “Baru kali ini aku mendengar suara gadis tertawa. Dari mana asalnya?” tanyanya dalam hati.
Setelah mencari-cari, Hikoboshi melihat para gadis sedang mandi di sungai. Betapa terkejut dirinya. Ia pun langsung bersembunyi di balik batu karena merasa malu.
Saat bersembunyi di balik batu, ia melihat baju-baju miliki para gadis itu. Ia pun secara acak mengambil salah satu baju itu. “Wah, baju mereka sangatlah halus dan berwarna indah. Aku akan mengambil salah satunya,” ucap Hikoboshi.
Rupanya, yang diambil Hikoboshi adalah pakaian milik Orihime. Setelah mengambil salah satu baju, pemuda itu lalu pergi menjauh dari sungai. Ia tak ingin ketahuan kalau sedang mencuri.
Menjelang senja, Hikoboshi datang kembali ke sungai itu. Ia melihat seorang wanita yang menangis. “Kenapa kau menangis di sungai ini?” tanya pemuda itu.
“Aku kehilangan bajuku sehingga tak bisa kembali ke rumah,” ucap Orihime sembari menangis.
Tinggal Bersama
Meski sempat merasa kasihan pada Orihime, Hikoboshi tetap tak ingin mengembalikan baju yang ia curi. Malahan, ia mengajak gadis itu pulang ke rumahnya.
“Ini kupinjamkan bajuku. Pakailah dan ikut aku ke rumahku. Langit sebentar lagi gelap,” ucap Hikoboshi.
Karena tak tahu lagi harus ke mana, Orihime terpaksa mengikuti perkataan pemuda itu. Sepanjang perjalanan, mereka saling berkenalan. Setelah sekian lama hidup bersama, Orihime dan Hikoboshi pun saling jatuh cinta dan memutuskan tuk menikah.
Di sisi lain, Dewa Langit murka dan geram menyaksikan cara Hikoboshi mendekati anaknya. Ditambah lagi, Orihime kini melupakan pekerjaannya sebagai seorang penenun. Meski begitu, Dewa tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan sang anak.
Setelah sekian lama menikah, Orihime pun melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan. Kehidupan mereka pun semakin bahagia dan lengkap dengan kehadiran si kecil.
Pada suatu pagi, Hikoboshi pergi bekerja di ladang. Sementara Orihime di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak semata wayang mereka.
Saat sedang membersihkan rumah, Orihime seperti melihat ada benda yang berada di atas lemarinya. Karena penasaran, ia pun mengambil benda itu. Betapa terkejutnya karena rupanya barang itu adalah baju yang selama ini ia cari.
“Jadi ternyata selama ini yang mengambil bajuku adalah suamiku sendiri?” tanyanya dalam hati. Ia tak menyangka bila selama ini ia mencintai seorang pria yang telah mencuri bajunya. Meski begitu, ia memaafkan suaminya.
Kembali ke Surga
Setelah itu, ia memakai pakaiannya dan menggendong sang anak yang masih tertidur pulas itu. Ia lalu terbang ke surga untuk kembali ke rumahnya.
Bersamaan dengan itu, suaminya pun pulang ke rumah, Ia melihat istrinya mengenakan pakaian itu dan hendak terbang.
“Istriku, kau mau pergi ke mana? Jangan tinggalkan aku sendiri,” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
“Suamiku, aku tahu kamu yang selama ini mencuri bajuku. Aku telah memaafkanmu. Namun, akhir kembali ke langit. Karena di sanalah tempatku berasal,” kata Orihime seraya terbang meninggalkan suaminya.
“Jangan tinggalkan aku istriku. Bagaimana aku bisa hidup tanpa dirimu,” teriak sang suami memohon.
“Jika kau ingin menemuiku, buatlah seribu pasang sandal jerami, lalu pendamlah dalam tanah di hutan bambu yang tinggi. Setelah itu, panjatlah pohon bambu itu hingga mencapai kerajaan langit. Nanti, kita akan bertemu di sana,” teriak sang istri sambil meninggalkan suaminya.
Perlahan-lahan, Orihime pun menghilang di balik awan putih. Hikoboshi menagis dan menyesali perbuatannya di masa lalu. “Tak seharusnya aku mencuri baju itu. Seharusnya aku mengajaknya berkenalan baik-baik,” ucapnya dalam hati.
Hikoboshi lalu mengumpulkan sebanyak-banyaknya jerami. Siang dan malam ia berusaha membuat seribu pasang sandal jerami. Tanpa kenal lelah, siang dan malam, ia mengumpulkan dan membuat sandal.
Beberapa hari kemudian, ia berhasil membuat 999 pasang sandal jerami. Namun, karena sudah tak sabar ingin menemui istri dan anaknya, ia mengubur 999 pasang sandal itu ke dalam hutan bambu.
Tiba-tiba saja, dari dalam tanah itu, muncullah sebatang pohon bambu yang menjulang sangat tinggi ke angkasa. Hikoboshi lalu menaiki bambu itu sampai ke ujungnya. Meski sangat tinggi, ia tak merasa takut karena kerinduannya terhadap anak dan istrinya.
Namun, karena jumlah sandalnya kurang satu pasang, ia tak bisa mencapai kerajaan langit. Berulang kali Hikoboshi berusaha menggapai kerajaan langit, tapi ia tak kunjung bisa.
Berteriak Memanggil Orihime
Karena tak kunjung bisa menggapai langit surga, ia pun memutuskan untuk memanggil sang istri. “Istriku! Istriku! Datanglah kemari. Aku datang untuk menemuimu, keluarlah, Istriku!” teriak sang suami.
Teriakan itu sampai ke telinga Orihime. Ia pun mendatangi sang suami dan mengulurkan tangannya. “Kemarilah, suamiku. Aku akan menolongmu,” ujarnya.
Mereka pun berpelukan dan saling melepas rindu. Tak lupa juga Hikoboshi berulang kali memeluk anak laki-lakinya itu. Mereka pun menghadap ke Dewa Langit. Karena sudah terlanjur benci dengan Hikoboshi, ia tak merestui hubungan mereka.
Bisa dikatakan, ia menyesal karena telah mengatur pertemuan anaknya dengan pemuda itu. Akan tetapi, Dewa Langit tak ingin terlalu menunjukkan ketidaksukaannya pada hubungan sang anak. Lalu, ia pun mengatur segala rencana untuk memisahkan keduanya.
Suatu hari, sang ayah memerintahkan Hikoboshi untuk mengambil air di sungai dengan keranjang yang banyak lubangnya. Ia meminta menantunya itu untuk tak menumpahkan setetes pun air. Tentu saja hal itu terdengar sangat mustahil.
Hikoboshi sangat bingung memikirkan cara untuk memenuhi keinginan Dewa Langit. Dalam kebingungannya, sang istri pun membantunya. Ia memberi sang suami kertas minyak untuk menutupi lubang-lubang yang ada di keranjang itu.
“Suamiku, kertas minyak ini berfungsi untuk menutupi lubang-lubang yang ada di keranjang itu. Jadi, tutupilah lubangnya, dan ambillah air di sungai,” ucap Orihime.
“Baiklah istriku. Terimakasih banyak karena telah membantuku,” jawab sang suami seraya pergi ke sungai.
Tak lama kemudian, Hikoboshi kembali ke Dewa Langit dan membawa air satu keranjang penuh tanpa menetes sedikit pun. Dewa Langit terkejut. “Ternyata, pemuda ini mempunyai kepandaian,” batinnya dengan tersungut-sungut.
Hikoboshi merasa lega telah berhasil memenuhi perintah sang mertua. Namun, semua itu belum berakhir. Perjuangannya masih berlanjut.
Datangnya Musim Panas
Tak lama kemudian, musim panas pun datang. Di Kerajaan Langit, ada pantangan yang harus dihindari, yaitu memakan buah semangka. Jika ada yang melakukannya, bencana besar akan datang.
Karena Dewa Langit ingin memisahkan sang anak dengan pemda itu, ia pun memerintahkan Hikoboshi untuk memetik semangka dari ladang dan membawanya ke langit.
“Aku ingin kau memetik dan membawa buah semangka ke kerajaan langit. Bisakah kau melakukannya?” tanya Dewa Langit.
“Tentu saja. Aku akan membawakan buah semangka untukmu,” jawab Hikoboshi dengan berani. Dalam hati ia berkata, “Kenapa kali ini tugas yang Dewa berikan sangatlah mudah?”
Namun, pertanyaan itu ia kesampingkan begitu saja. Ia juga tak bercerita dulu pada sang istri. Dengan sigap dan cepat, pemuda itu menuju ke ladang dan memetik buah semangka.
Ia membelahnya dengan sangat berhati-berhati. Akan tetapi, kejadian tak terduga tiba-tiba muncul begitu saja. Dalam buah semangka itu mengalir air dengan derasnya.
Saking derasnya, aliran air itu menyeret Hikoboshi. Dengan sekuat tenaga, ia berteriak minta tolong. “Tolong! Tolong!” teriaknya.
Di sisi lain, Dewa Langit tertawa menyaksikan pemuda itu hanyut di aliran air. Ia merasa puas karena telah berhasil memisahkan anaknya dengan Hikoboshi.
Bertemu di Tanggal Tujuh
Mengetahui sang suami hanyut di aliran air deras, Orihime sangat terkejut. Ia mengetahui bahwa ayahnya adalah dalang dari peristiwa ini. Dengan tangisan dan wajah penuh harap, ia memohon pada sang ayah, “Aku sangat mencintainya, izinkan aku bertemu dengannya. Jika tidak, aku akan melompat ke sungai itu bersamanya.
Tak ingin anak semata wayangnya melakukan perbuatan berbahaya itu, Dewa Langit lalu memutuskan dengan cepat, “Kamu dan suamimu hanya bisa bertemu pada tanggal 7 bulan tujuh.”
Setelah mendengar perkataan sang ayah, Orihime pun mencoba menolong suaminya. Namun, suaminya terbawa aliran sungai itu hingga sangat jauh. Lalu, sang istri pun berteriak, “Suamiku, mari kita bertemu setiap tanggal tujuh bulan tujuh!” ujarnya.
Namun, karena aliran sungai itu sangat deras dan sang suami semakin menjauh, ia hanya mendengar kata “Tujuh”. Hikoboshi pun hanyut hingga ke tepi sungai yang letaknya sangat jauh dari kerajaan langit.
Aliran sungai yang berasal dari buah semangka itu diberi nama Amanogawa. Setiap tanggal 7 tiap bulannya, Hikoboshi selalu menunggu kedatangan sang istri.
Sebab, Hikoboshi hanya mendengar angka 7. Ia mengira jika mereka akan bertemu di tanggal 7 tiap bulannya. Pada akhirnya, saat bulan Juli di tanggal 7 datang, Hikoboshi dan Orihime saling bertemu.
Namun, pada suatu tanggal 7 di bulan Juli, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Mereka pun tidak bisa bertemu karena air sungai mengalir sagat deras.
Karena besarnya cinta mereka, keajaiban pun terjadi. Tiba-tiba saja, datanglah sekawanan burung gagak. Mereka berjejer dan membentangkan sayap sehingga membentuk jembatan. Orihime dan Hikoboshi pun bertemu dengan melewati jembatan itu setiap tahunnya.
Kisah romantis tersebut cukup melegenda di Jepang. Untuk memperingatinya, para warga merayakan festival Tanabata. Dalam bahasa Jepang, Tanabata artinya malam ketujuh.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita rakyat Jepang berjudul Tanabata ini, tambah wawasanmu dengan membaca unsur intrinsiknya, yuk! Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita rakyat Jepang Tanabata ini adalah tentang perjuangan cinta dari Hikoboshi dan Orihime. Sebenarnya, mereka bertemu dengan bantuan dari Dewa Langit, yang mana adalah ayah dari Orihime. Namun, Dewa Langit jugalah yang ingin memisahkan mereka.
2. Tokoh dan Perwatakan
Cerita rakyat Jepang Tanabata ini memiliki beberapa tokoh utama. Mereka adalah Hikoboshi, Orihime, dan Dewa Langit. Hikoboshi dan Orihime adalah tokoh protagonis dalam cerita rakyat Jepang Tanabata ini.
Hikoboshi adalah pemuda yang bekerja keras sebagai penggembala. Awalnya, Dewa Langit menyukainya karena sifat pekerja kerasnya itu. Namun, Hikoboshi melakukan kesalahan yang membuat Dewa Langit tidak menyukainya.
Sementara Orihime digambarkan sebagai wanita yang berbakat dan juga pekerja keras. Ia sangat suka membuat kain tenun hingga lupa untuk memerhatikan penampilannya.
Tak hanya itu, ia juga memiliki karakter pemaaf. Ketika mengetahui suaminya selama ini yang berbuat buruk, ia tetap memaafkannya.
Tokoh antagonis dalam legenda ini adalah Dewa Langit. Awalnya, ia adalah sosok ayah yang baik dan perhatian pada anaknya. Ia jugalah yang berperan dalam mendekatkan Orihime dengan Hikoboshi.
Namun, sifatnya berubah ketika mengetahui Hikoboshi mendekati anaknya dengan cara yang tak lazim. Ia pun berusaha untuk memisahkan anaknya dengan pemuda itu.
3. Latar
Latar cerita rakyat dari Jepang berjudul Tanabata ini ada beragam. Beberapa di antaranya adalah di Kerajaan Langit, ladang di bumi, sungai, rumah Hikoboshi, dan sungai Amanogawa. Sementara setting waktu yang digunakan adalah saat musim kemarau dan musim hujan.
4. Alur Cerita Rakyat Tanabata dari Jepang
Alur dari legenda dari Jepang ini adalah maju. Cerita berawal dari seorang putri bernama Orihime yang terlalu sibuk membuat kain tenun. Karena itu, sang ayah yang merupakan Dewa Langit mencoba mencarikannya seorang suami.
Ia lalu menemukan seorang pemuda dari bumi yang sangat pekerja keras. Namanya adalah Hikoboshi. Ia adalah seorang penggembala yang tak pernah berhenti bekerja.
Ia bekerja di sebuah ladang dekat sungai. Karenanya, Dewa Langit meminta anaknya untuk mandi di sungai dekat ladang itu. Dengan cara yang tak terduga, Hikoboshi berhasil menggaet Orihime dengan mencuri baju gadis cantik itu.
Mereka pun menikah dan memiliki seorang anak. Namun, cara Hikoboshi mendekati putrinya membuat Dewa Langit Murka. Kendati demikian, ia tak bisa berbuat apa-apa.
Kemudian, Orihime menemukan bajunya di atas lemari sang suami. Meski telah memaafkan kesalahan sang suami, ia tetap kembali ke Kerajaan Langit dengan membawa sang anak.
Mendapati istrinya pergi dengan sang anak, Hikoboshi menangis dan menyesali perbuatannya. Dengan cara yang telah dianjurkan Orihime, Hikoboshi pun mengunjungi Kerajaan Langit.
Mengetahui itu, Dewa Langit berusaha untuk memisahkan mereka dengan berbagai cara. Awalnya, ia meminta Hikoboshi mengisi air keranjang berlubang sampai penuh. Namun, ia berhasil menutup lubang-lubang itu dengan kertas minyak pemberian Orihime.
Dewa Langit tak menyerah untuk memisahkan mereka. Ia lalu meminta Hikoboshi membawa semangaka pada musim kemarau. Sebenarnya, membawa semangka saat musim kemarau mengakibatkan bencana di Kerajaan Langit.
Pada akhirnya, terbentuklah sungai besar yang memisahkan Orihime dan Hikoboshi. Mereka hanya bisa bertemu setahun sekali pada tanggal 7 bulan 7 alias Juli. Meski demikian, mereka tetap saling setia. Hingga akhirnya, romansa mereka melegenda.
5. Pesan Moral
Dari cerita rakyat asal Jepang tentang asal-asul festival Tanabata ini, pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik? Tentu saja ada beberapa nilai moral. Pesan utamanya adalah cinta bisa menjadi kekuatan bagi seseorang.
Sebagai contoh, Hikoboshi yang berusaha semaksimal mungkin untuk membuat seribu sandal dari jerami agar bisa menaiki Kerajaan Langit. Pesan berikutnya, jadilah orang yang sabar.
Meski berusaha dari pagi hingga malam untuk membuat seribu sendal, Hikoboshi berhenti membuatnya saat jumlah yang ia dapat adalah 999. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan anak dan istrinya.
Berikutnya, janganlah mencuri hanya demi mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan. Jangan meniru sikap Hikoboshi yang tega mencuri baju dari Orihime. Sebenarnya, ia bisa menggunakan cara lain untuk mendekati seseorang yang ia cintai.
Selain unsur intrinsik, cerita rakyat Jepang Tanabata ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel ini, mending kamu simak dulu fakta menarik dari cerita rakyat Jepang Tanabata, yuk! Apa sajakah itu? Berikut ulasannya;
1. Ada Versi Lain
Pada umumnya, cerita rakyat memang ada beragam versi. Tak terkecuali dengan cerita rakyat Tanabata dari Jepang ini. Ada versi lain yang tak kalah menarik dengan kisah yang telah kami paparkan di artikel ini.
Dalam versi lain, Dewa Langit mempertemukan dengan sengaja Orihime dan Hikoboshi. Mereka pun langsung jatuh cinta. Namun, sejak memadu asmara, mereka hanya bermain-main dan tidak bekerja sama sekali.
Mesin tenun miki Orihime menjadi berdebu karena ia tak menjamahnya. Sapi-sapi peliharaan Hikoboshi pun menjadi kurus karena kelaparan.
Hal itu tentu saja membuat Dewa Langit marah. Ia pun meminta mereka untuk kembali ke pekerjaan masing-masing. Mereka mematuhi perintah Dewa Langit. Namun, mereka tak niat bekerja.
Karenanya, hasil pekerjaan mereka pun tak baik. Kain tenun yang Orihime buat tak sebagus dulu. Hikoboshi pun tak mengerjakan seluruh pekerjaan di ladang sehingga rumput-rumput tumbuh tinggi. Hasil panen menjadi layu dan sapi-sapi jatuh sakit.
Dewa Langit semakin marah dan murka. Ia pun memisahkan Orihime dan Hikoboshi. Orihime dikirim ke sunga surga sebelah barat dan Hikoboshi di sungai bagian timur.
Sejak saat itu, Orihime setiap hari menangis dan tak mau menenun kain. Bahkan ia tak mau makan. Tak hanya Orihime saja, Hikoboshi juga tak mau bekerja di ladang. Ia hanya berdiam diri karena kehilangan semangat akibat tak bertemu pujaan hatinya.
Tak ingin terus-terusan melihat mereka berbuat seperti itu, pada akhirnya Dewa Langit mengizinkan mereka untuk bertemu. Hanya saja, mereka hanya boleh bertemu setahun sekali, yaitu tiap tanggal 7 pada bulan tujuh.
Meski hanya boleh bertemu setahun sekali, Orihime dan Hikoboshi tetap bahagia. Orihime pun bisa membuat kain tenun yang makin indah dari sebelumnya. Hikoboshi juga semakin giat bekerja.
Sapi-sapi pun kembali sehat dan menghasilkan panen yang melimpah. Setiap tanggal 7 di bulan tujuh, mereka bertemu dengan penuh suka cita. Kesetiaan mereka pun melegenda hingga terciptalah festival Tanabata untuk mengenang kisah mereka.
2. Festival Tanabata
Cerita rakyat Tanabata ini memang sangat populer di Jepang. Karenanya, ada Festival Tanabata yang artinya malam tanggal 7 yang biasa diselenggarakan dari bulan Juli hingga Agustus.
Hampri semua wilayah di Jepang merayakan festival yang juga dikenal dengan Festival Bintang ini. Perayaan yang paling meriah adalah di Kota Sendai. Kenapa bisa disebut Festival Bintang?
Konon, Orihime dan Hikoboshi merepresentasikan rasi bintang Vega dan Altair. Kedua bintang itu dipisahkan oleh galaksi Bima Sakti yang merupakan representasi dari sungai Amanogawa.
Lantas, bagaimanakah warga Jepang merayakan festival ini? Tentu saja ada beragam perayaan. Umumnya, mereka akan memajang bambu dengan kertas-kertas warna-warni yang menggantung. Biasanya, bambu-bambu itu terpajang di mall atau shopping street.
Selain itu, anak-anak TK ataupun SD turut merayakan fetival ini dengan melakukan bergam kegiatan. Mereka biasanya menulis harapan di secarik kertas warna-warni, lalu menggantungkannya di pohon bambu.
3. Lagu Tanabata
Saking populernya cerita rakyat Tanabata ini, ada lagu anak-anak berbahasa Jepang berjudul Evening of The Star Festival yang artinya malam festival bintang. Lirik lagu ini menggambarkan keceriaan anak-anak yang menuliskan harapan mereka di secarik kertas warna-warni.
Lalu, mereka menggantungkannya di bambu-bambu di bawah langit berbintang terang. Mereka berharap para bintang itu mengabulkan permintaan mereka. Jika penasaran dengan lagunya, kamu bisa menyaksikannya di Youtube.
Sudah Puas dengan Cerita Rakyat Tanabata dari Jepang Ini?
Demikianlah artikel yang mengulik cerita rakyat dari Jepang berjudul Tanabata ini. Kamu sudah puas dengan kisahnya, kan? Kalau kamu suka, yuk, bagikan artikel cerita rakyat Jepang ini ke teman-temanmu.
Kalau kamu butuh cerita lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak cerita rakyat yang bisa kamu baca. Untuk yang ingin membaca cerita rakyat Nusantara, kamu bisa memilih legenda Tangkuban Perahu, Batu Menangis, kisah Datu Pujung, dan masih banyak lagi.
Nah, selain cerita rakyat, kanal ini juga punya banyak dongeng. Ada dongeng tentang Kelinci dan Kura-Kura, Kerbau yang Cerdas, Hansel dan Gretel, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!