
Suka dengan cerita-cerita rakyat Nusantara? Sudah pernah membaca cerita rakyat dari Bangka Belitung yang mengisahkan tentang Si Penyumpit? Kalau belum, simak kisah serunya di artikel ini, yuk! Selamat membaca!
Bangka Belitung adalah salah satu Provinsi Kepulauan yang terkenal dengan keindahan hamparan pantainya. Di provinsi tersebut juga terdapat beragam cerita legenda yang kisahnya amat menarik. Salah satu cerita rakyat yang menarik adalah Si Penyumpit dan Putri Malam dari Bangka Belitung Selatan.
Sesuai judulnya, legenda ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang pandai menyumpit sehingga ia dikenal dengan nama Penyumpit. Hampir seluruh orang menyukainya, kecuali Pak Raje.
Lantas, konflik seperti apa yang terjadi dalam legenda ini? Kalau penasaran baca ringkasan cerita rakyat Si Penyumpit dan Putri Malam yang ada di artikel ini, yuk! Kami juga telah memaparkan ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Si Penyumpit dari Bangka Belitung
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda di desa kecil di Bangka Belitung Selatan. Pemuda itu sangat pandai menyumpit, sehingga orang-orang menyebutnya Si Penyumpit.
Di desa itu, biasanya orang-orang menangkap hewan dengan sumpitan. Sumpitan sendiri adalah senjata yang digunakan untuk berburu. Penggunaannya adalah dengan cara ditiup. Nah, tak ada seorang pun yang bisa menandingi keahlian Si Penyumpit.
Si Penyumpit hidup sendirian karena kedua orang tuanya telah lama meninggal. Betapa malang nasib pemuda itu karena ayahnya mewariskan utang yang jumlahnya tak sedikit.
Semasa hidup, sang ayah kerap meminjam uang kepada Pak Raje, seorang Kepala Desa yang kikir. Sebenarnya, utangnya tak seberapa. Tapi, Pak Raje memberi bunga yang besar pada para penghutang. Sehingga, utang ayah Si Penyumpit berlipat ganda dan tak kunjung bisa terlunasi.
Pada suatu hari, Pak Raje meminta Penyumpit datang ke rumahnya. Ia punya tugas yang harus pemuda itu laksanakan.
“Hai, Penyumpit! Untuk melunasi utang ayahmu, kau harus menjaga sawahku. Bulir-bulir padi telah menguning, jadi kamu harus menjaganya siang hingga malam. Aku tak akan membayarmu sepeser pun tapi utang ayahmu akan kupotong sedikit,” kata Pak Raje ketus.
“Baik, Pak,” ucap si Penyumpit pasrah.
“Oh, iya, ada satu hal yang harus kamu ingat. Jangan sampai sawahku rusak. Jika rusak, kamu harus membayar semua kerugianku!” ucap Pak Raje dengan gayanya yang sombong. Padahal, di musim panen ini, babi-babi hutan biasanya datang ke sawah dan merusaknya.
Namun, Penyumpit tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Pak Raje. “Baik, Pak. Aku akan menjaga sawahmu dengan baik,” ucapnya.
Menjaga Sawah dengan Baik
Keesokan harinya, Penyumpit mulai menjaga sawah milik Pak Raje. Untuk menambah penghasilannya, ia menunggu sawah sambil mencari kayu-kayu bakar untuk dijual di pasar.
Hidupnya memang jauh dari kata cukup. Ia tak pernah punya uang berlebih, karena Pak Raje selalu mengusiknya. Meski begitu, ia tetap bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesehatan. Ia tak pernah marah dan mengeluh dengan kondisinya.
Selama menjaga sawah, setiap sore, ia pergi ke pasar tuk menjual kayu bakar. Hasil penjualan ia pakai tuk membeli lauk pauk. Lalu, malam harinya ia kembali berjaga di sawah milik Pak Raje.
Di sawah ia tak sendirian. Banyak petani yang juga menjaga sawah miliknya. “Kasihan sekali kau. Bekerja tapi tak dibayar gara-gara Pak Raje yang kikir itu melipat gandakan utang ayahmu,” ucap salah satu petani.
“Tak mengapa. Biarkan dia berbuat semaunya, Tuhan yang kan membalasnya,” ucap pemuda itu.
“Seandainya ayah dan ibumu masih hidup. Kau tak akan menderita seperti ini,” ucap petani itu bersimpati pada Penyumpit.
“Aku tak menderita. Hidup seperti ini pun aku tetap bahagia, yang penting Tuhan beriku tulang yang kuat dan badan yang sehat sehingga bisa terus bekerja,” ucapnya bijak sambil tersenyum.
Enam hari sudah Penyumpit menjaga sawah milik Pak Raje. Ia berhasil melaluinya dengan lancar tanpa hambatan apa pun. Namun, pada hari ketujuh ada masalah menghampiri.
Ketika pemuda itu sedang asyik duduk di tepi sawah, tiba-tiba saja ada babi hutan memasuki sawah Pak Raje. Dengan cepat dan sigap, Penyumpit meniup sumpitannya.
Anak sumpit itu berhasil mengenai kaki babi hutan. Si Penyumpit pun berlari ke arah babi yang terluka. Namun, binatang liar itu sudah menghilang. Hanya ada tetesan darah yang berceceran di sepanjang jalan.
Berubah Menjadi Putri Cantik
Kemudian, Penyumpit mengikuti jejak tetesan darah babi itu hingga ke dalam hutan. “Ke mana perginya babi hutan itu? Aku harus menemukannya. Jika dibiarkan, bisa-bisa sawah Pak Raje dirusaknya,” ucapnya dalam hati.
Setelah lama mencari, akhirnya pemuda itu berhasil menemukan babi hutan. Namun, keajaiban terjadi. Babi itu berbuah menjadi seorang putri yang sangat cantik.
Penyumpit terkesima menyaksikan keajaiban itu. Ia tak dapat berkata apa-apa. Lalu, kekagumannya tersadarkan oleh sang putri yang mengeram kesakitan.
“Wahai, Putri yang cantik. Siapakah kau sebenarnya? Apakah kau babi yang terluka tadi?” tanya Si Penyumpit.
“Benar. Namaku Putri Malam. Aku tadi menjelma menjadi seekor babi hutan,” ucap wanita itu sambil menahan sakit.
“Maafkan aku telah melukaimu, Putri. Izinkan aku untuk mengobati lukamu,” ucap Si Penyumpit.
“Baiklah, tolong obati kakiku,” jawab sang Putri.
Secara perlahan, Si Penyumpit membersihkan luka dan darah yang mengalir di kaki Putri Malam. Lalu, pemuda itu mencabut anak sumpit yang menusuk kaki sang putri.
Putri Malam berteriak kesakikatan. “Tunggu di sini dulu, ya, Putri! Aku akan mencarikan obat untukmu,” ucap Pemuda itu.
Kemudian, Penyumpit pergi mencari daun kemunting untuk mengobati sang Putri. Tak lama setelahnya, ia kembali membawa daun itu. Ia menumbuk daun lalu membalurkannya ke luka sang Putri.
“Rasanya memang akan sakit, Putri. Aku mohon engkau dapat menahannya. Percayalah daun ini ampuh menyembuhkan luka,” ucap Penyumpit.
“Benarkah? Baiklah aku akan menahan rasa sakitnya. Kau cukup pintar. Siapa namamu?” tanya sang Putri.
“Orang-orang biasa memanggilku penyumpit, Putri,” jawabnya sopan.
Bungkusan Ajaib
Tak lama kemudian, obat itu pun selesai dibalurkan ke kaki sang Putri. “Terima kasih telah mengobati kakiku, ya. Sebagai ucapan terima kasih, ini aku beri bungkusan untukmu,” ucap sang Putri.
“Apa ini, Putri? Aku membantumu dengan ikhlas dan tak mengharapkan apa-apa. Lagipula kakimu terluka karena sumpitanku,” ucap pemuda itu.
“Bungkusan ini hanya berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buang jering. Ambillah. Tapi, kamu hanya boleh membukanya ketika tiba di rumah,” pesan sang Putri.
“Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak atas pemberiannya, Putri,” ucap Penyumpit.
Putri lalu pergi meninggalkan Penyumpit. Pemuda itu pun pulang ke rumah. Ia lalu membuka bungkusan itu. Ajaibnya, rempah-rempah itu berubah menjadi emas dan berlian.
“Apa yang terjadi? Keajaiban apa lagi ini? Kenapa rempah-rempah bisa berubah menjadi emas?” ucap Penyumpit bertanya-tanya.
Ia tak percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya. Ia pun kembali ke hutan untuk menanyakan maksud dari semua ini kepada si Putri. Namun, ia tak berhasil menemukan sang Putri.
Lalu, Si Penyumpit bersujud syukur. Ia menganggap pemberian dari sang Putri Malam adalah berkah yang Tuhan turunkan.
Kini, Penyumpit hidup menjadi pemuda kaya raya. Akhirnya, ia bisa membayar lunas hutangnya pada Pak Raje. Maka, terbebaslah ia dari tindakan sewenang-wenang Kepala Desa kikir itu.
Tak hanya bayar utang, Penyumpit juga membantu para tetangga yang kesusahan. Ia membeli sawah dan ladang besar, lalu memperkerjakan para pemuda yang tak bekerja. Berkat Penyumpit, para penduduk yang mulanya bekerja di Pak Raje dengan bayaran sedikit, kini bisa mendapatkan uang yang setimpal dengan kerja keras mereka.
Pak Raje Mencoba Peruntungannya
Pak Raje merasa heran karena Penyumpit berhasil melunasi utangnya. Ditambah lagi, pemuda itu dapat membeli sawah dan ladang. Pak Raje pun menuduh Penyumpit telah melakukan pencurian.
“Bagaimana kau bisa mendapatkan uang untuk melunasi utang dan membeli sawah? Kau pasti mencuri, ya!” tuduh Pak Raje.
“Maaf, Pak. Semiskin apa pun keadaan, saya tak akan pernah mengambil apa yang bukan milik saya,” jawab Penyumpit.
Lalu, Pak Raje mendesaknya. Ia bersikukuh ingin tahu dari mana asal uang yang pemuda itu dapatkan. Pada akhirnya, Penyumpit pun berkata jujur. Ia menceritakan dengan detail kejadian ajaib yang dialaminya waktu menjaga sawah.
Pak Raje mengangguk-angguk tanda mengerti penjelasan Penyumpit. Ia lalu pergi terburu-buru meninggalkan Penyumpit begitu saja. Pemuda itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Kepala Desa.
Rupanya, Pak Raje diam-diam menginginkan keberuntungan yang Penyumpit alami juga terjadi pada dirinya. Ia ingin bertemu Putri Malam dan mendapatkan sebungkus berlian dan emas.
Tengah malam, ia pergi ke sawah untuk melihat-lihat babi hutan. Setelah ada babi yang masuk, ia menyerangnya dengan sumpit. Seperti yang Penyumpit sampaikan, Pak Raje pun mengikuti babi hutan itu.
Ia berhasil menemukan persembunyian babi dan mengobati binatang malang itu. Setelah itu, Pak Raje ketiduran karena ia tak biasa jaga malam. Namun, nasib Pak Raje tak seberuntung Penyumpit.
Bukannya menangkap Putri Malam yang menjelma menjadi babi, ia justru menembak babi hutan sungguhan. Alhasil, ia pun diserang puluhan babi di hutan itu.
Beruntung saja ada Penyumpit yang tengah berjalan-jalan di hutan untuk mencari Putri Malam karena ingin berterima kasih. Penyumpit berhasil menyelamatkan Pak Raje dari serangan para babi.
Meski dulu Pak Raje jahat kepadanya, ia tetap mau mengobati pria itu. Dengan kesabaran dan ketulusan hati, ia meracik obat-obatan dari dedaunan dan mengoleskannya pada luka di sekujur tubuh Kepala Desa.
Selama hampir satu bulan, kondisi Pak Raje pun membaik. Luka-luka yang ia alami sudah banyak yang sembuh. Sejak saat itu, ia tak lagi bersifat jahat dan kikir.
Ia lalu memutuskan tuk pensiun menjadi Kepala Desa dan menyerahkan jabatannya pada Penyumpit. Awalnya, Si Penyumpit menolak. Namun, akhirnya ia menerima jabatan itu dan berhasil menjadi pemimpin yang bijak dan berbudi pekerti luhur.
Unsur Intrinsik
Untuk menambah wawasanmu, simak dulu unsur intrinsik dari cerita rakyat Si Penyumpit asal Bangka Belitung ini, yuk! Berikut ulasan tema hingga pesan moralnya;
1. Tema
Tema atau inti dari cerita rakyat ini adalah tentang Si Penyumpit dari Bangka Belitung yang mendapatkan keberuntungan karena kebaikan hatinya. Sepanjang hidupnya bekerja hanyalah untuk membayar utang ayahnya yang telah meninggal.
Meski demikian, ia tak pernah mengeluh dan selalu berbuat baik kepada orang lain. Karena itulah, ia mendapatkan keajaiban yang merupakan berkah dari Tuhan atas kebaikan hatinya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Sesuai judulnya, tokoh utama dari cerita rakyat dari Bangka Belitung ini adalah Si Penyumpit. Ia adalah pemuda yang bijak dan baik hati. Meski hidup dalam kemiskinan, ia tak pernah mengeluh dan tetap mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadanya.
Sementara tokoh antagonis dalam legenda ini adalah Pak Rejo. Ia merupakan Kepala Desa yang kaya raya tapi kikir. Bahkan, ia melipatgandakan utang dari ayah Penyumpit yang telah mati.
Meski sudah kaya raya, ia tetap mendambakan keberuntungan yang dialami oleh Penyumpit. Namun, karena sifatnya yang jahat, ia tentu saja tak mendapatkan berkah itu.
Tokoh pendukung dalam cerita rakyat dari Bangka Belitung ini adalah Putri Malam yang sempat menjelma menajdi babi hutan dan ditembak oleh Si Penyumpit. Karena mendapatkan emas dan berlian dari Putri Malam, Si Penyumpit menganggap wanita itu adalah pembawa berkah dari Tuhan.
3. Latar
Secara garis besar, latar tempat dari cerita rakyat Si Penyumpit ini adalah di sebuah desa di Bangka Belitung. Lebih detailnya, latar tempat dari cerita ini adalah di sawah, hutan, rumah Penyumpit, dan rumah Kepala Desa.
4. Alur Cerita Rakyat Bangka Belitung Si Penyumpit
Alur cerita dari legenda ini adalah maju alias progresif. Cerita berawal dari seorang pemuda yang pandai menyumpit sehingga dikenal dengan sebutan Si Penyumpit yang berkewajiban tuk membayar utang-utang ayahnya pada si Kepala Desa. Sebenarnya, utang sang ayah tak banyak. Namun, Kepala Desa melipat gandakan utangnya.
Alhasil, Penyumpit bekerja di Kepala Desa tanpa dibayar sepeser pun. Pada suatu hari, Kepala Desa memintanya untuk menjaga sawah. Awalnya, pekerjaan pemuda itu berjalan lancar.
Namun, tiba-tiba saja ada babi hutan yang masuk ke sawah Kepala Desa. Dengan cepat Penyumpit meniup sumpitannya ke kaki babi itu.
Binatang liar itu berlari dan Penyumpit mengejarnya. Lalu, keajaiban pun terjadi. Babi itu berubah menjadi wanita cantik bernama Putri Malam. Penyumpit membantu putri menyembuhkan lukanya.
Lalu, Putri Malam memberi pemuda itu sekantong rempah-rempah yang wajib dibuka di rumah. Setelah dibuka, rupanya rempah-rempah itu berisi sekantong emas dan berlian. Penyumpit menjadi kaya raya dan bisa melunasi utang ayahnya.
Merasa iri dengan keberuntungan Penyumpit, Kepala Desa pun mencoba membidik babi hutan. Nahas, yang ia tembak adalah babi sungguhan. Alhasil, ia mendapatkan serangan dari babi-babi lainnya hingga babak belur.
Untung saja, Penyumpit berhasil menyelamatkan Kepala Desa. Sejak saat itu, Kepala Desa tak lagi kikir dan mundur dari jabatannya. Ia menyerahkan jabatannya kepada Si Penyumpit.
5. Pesan Moral
Bisa menebak amanat dari cerita rakyat Si Penyumpit dan Putri Malam dari Bangka Belitung ini? Salah satu pesan moralnya adalah bersyukurlah atas apa pun pemberian Tuhan untukmu.
Sebab, Tuhan akan menambahkan rezeki pada para umat-Nya yang senantiasa bersyukur dan berdoa kepada-Nya. Begitu pun yang Si Penyumpit alami. Ia memang hidup miskin, tapi tetap bersyukur karena masih diberi ketangguhan dan kesehatan. Alhasil, Tuhan menurunkan berkah berlimpah untuknya.
Pesan moral berikutnya adalah janganlah kamu bersifat kikir. Pada dasarnya, uang bukanlah satu-satunya rezeki yang Tuhan beri. Janganlah kamu menimbun materi apalagi sampai tergila-gila uang hingga mengabaikan solidaritas terhadap sesama umat manusia.
Selain unsur intrinsik, cerita rakyat Si Penyumpit dari Bangka Belitung ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral
Fakta Menarik
Setelah membaca unsur intrinsik dari cerita rakyat ini, kurang lengkap rasanya kalau kamu belum baca fakta menariknya. Berikut penjabaran singkatnya;
1. Ada Versi Lain
Pada umumnya cerita rakyat memang memiliki beberapa versi, begitu pula dengan Si Penyumpit. Secara garis besar kisahnya sama, yakni tentang pemuda bernama Penyumpit yang hidup miskin dan menerima keajaiban ketika bertemu babi yang ternyata jelmaan dari Putri Malam.
Namun, ada satu versi yang detailnya berbeda. Saat Pak Raje mencoba keberuntungannya mencari babi jelmaan Putri Malam, ia malah mendapatkan nasib sial. Dirinya diserang oleh puluhan babi hingga meninggal.
Tubuhnya pun terpisah-pisah karena digigit oleh para babi. Namun, berkat Si Penyumpit, Pak Rejo dapat hidup kembali dan tubuhnya kembali terhubung satu sama lain.
Lalu, ada pula versi yang menceritakan bahwa Si Penyumpit mengikuti babi yang ia sumpit hingga ke suatu rumah. Di rumah itu, ia justru menemui beberapa wanita cantik.
Rupanya, wanita-wanita itu adalah siluman babi. Dan babi yang Penyumpit lukai adalah adik mereka. Lalu, Penyumpit menyembuhkan sang adik kemudian ia mendapatkan hadiah berupa emas dan berlian sehingga menjadi kaya raya.
Bagikan Cerita Rakyat Bangka Belitung Si Penyumpit ke Teman-Temanmu
Nah, itulah tadi cerita rakyat Si Penyumpit dari Bangka Belitung beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Kamu suka dengan cerita ini? Kalau suka, yuk, bagikan artikel ini ke teman-temanmu agar mereka juga bertambah wawasan budayanya.
Nah, kalau kamu masih butuh cerita rakyat Nusantara lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena di Poskata.com. Ada cerita rakyat Si Kelingking yang juga berasal dari Bangka Belitung, legenda Datu Pujung, kisah Batu Menangis, dan lain-lain. Selamat membaca!