
Kamu suka membaca dongeng anak-anak? Ingin membaca dongeng tentang iblis dengan tiga rambut emas? Tak perlu ke mana-mana lagi, langsung saja simak kisah serunya di artikel ini!
Selain Aesop, The Brothers Grimm juga punya banyak cerita anak-anak. Iblis dengan Tiga Rambut Emas adalah salah satu dongeng milik Grimms bersaudara. Kamu mungkin belum pernah mendengar atau membaca kisahnya.
Sebab, kisah Iblis dengan Tiga Rambut Emas ini memang tak sepopuler dongeng Brothers Grimm yang lain. Padahal, kisah ini memiliki cerita yang seru.
Kalau kamu penasaran, tak perlu berlama-lama lagi. Mending langsung saja simak dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas yang ada di artikel ini. Kami juga telah memaparkan ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang petani miskin di desa kecil di Jerman. Istirnya melahirkan bayi laki-laki yang air ketubannya sama sekali tidak pecah.
Jadi, ia lahir diselimuti membran plasenta. Konon, bayi yang lahir dengan kondisi seperti itu sangatlah beruntung. Sebab, ia kelak akan menikahi putri Raja. Ditambah lagi, di leher bayi itu terdapat tanda lahir berbentuk mahkota.
Cerita tentang bayi dan mitosnya itu telah terdengar sampai telinga sang Raja yang memimpin negeri. Ia lalu memastikan berita tersebut pada penasihat kerajaan.
“Benarkah ada bayi yang lahir dengan ketuban utuh?” tanya Raja.
“Benar, Tuan. Menurut lamaran bayi itu akan menikahi putri Raja, Tuan,” jawab penasihat itu.
“Lantas, siapa orang tua dari bayi itu?” tanyanya lagi.
“Seorang petani miskin dari desa kecil, Tuan,” jawab penasihat.
Raja terkejut mendengarnya. Ia tentu saja tak ingin putrinya kelak menikah dengan anak dari rakyat jelata yang miskin. “Aku tak bisa diam saja. Aku harus melenyapkan bayi itu,” ucap sang Raja dalam hati.
Keesokan harinya, ia menyamar menjadi seorang pedagang dan datang menghampiri rumah petani miskin itu. Ia lalu bertanya, “Kau orang miskin. Biarkan aku merawat anakmu agar ia tak hidup dalam kekurangan. Sebagai gantinya, aku akan memberimu dua karung emas.”
Sepasang suami istri itu setuju untuk menyerahkan anak mereka ke saudagar. Namun, mereka tak mengambil emasnya. Mereka hanya ingin sang anak mendapatkan perawatan yang maksimal. “Anak ini pantas mendapatkan hidup yang layak,” kata petani itu.
Raja membawa bayi itu ke hutan. Ia lalu menaruhnya ke dalam sebuah kotak dan membawanya pergi ke sebuah sungai deras. Ia melempar kotak itu ke dalam aliran sungai.
“Kau harus pergi dari dunia ini. Kau tak layak mendapatkan putriku,” ujar Raja jahat itu.
Penggiling Merawat Si Bayi
Rupanya, kotak itu tak tenggelam, tetapi mengapung seperti perahu. Kotak itu cukup aman dan tak ada setetes air pun yang masuk ke dalamnya.
Tak lama kemudian, ada seorang pria penggiling yang sedang berjalan melewati sungai. Ia lalu melihat kotak itu dan mengambilnya, lalu dibawanya pulang ke rumah untuk ia berikan pada sang istri.
Ketika kotak itu dibuka, mereka terkejut karena di dalamnya berisi bayi laki-laki yang sangat tampan. “Tuhan tahu kita tidak bisa memiliki anak. Karena itu, Ia memberikan kita berkah seorang bayi mungil. Terima kasih, Tuhan,” ucap sang Istri bersyukur.
“Anak ini kuberi nama Leo. Ia akan tumbuh menjadi pria pemberani,” ucap sang Suami.
Mereka merawat bayi itu dengan sangat baik. Karenanya, bayi tersebut tumbuh menjadi pria yang pandai, bijak, gagah, dan tampan.
Raja yang sedang berjalan-jalan ke desa terkejut melihat seorang pria dengan tanda lahir mahkota. Ia lalu bertanya pada kedua orang tuanya, “Apakah pemuda gagah itu anak kandung kalian?”
“Bukan, Tuan. Ia kami ambil dari sebuah kotak yang mengalir di sebuah sungai. Betapa keji hati orang yang membuang anak itu. Meski begitu, kami menyayangi putra kami seperti anak sendiri,” ujar penggiling itu.
Raja semakin yakin bila anak itu adalah bayi yang dulu ia buang. Ia tak bisa diam saja. Lalu, ia berkata pada kedua orang tua Leo.
Raja Menitipkan Pesan Pada Leo
“Rakyatku yang baik. Aku punya pesan yang harus segera kusampaikan pada sang Ratu. Sayangnya, aku tak bisa lekas kembali ke istana karena harus pergi dalam waktu yang lama. Bolehkah aku meminta anak kalian untuk mengirimkan pesan dalam sepucuk surat ini pada Ratu?” ucap sang Raja licik.
“Apakah kamu mau memberikan surat ini pada sang Ratu, Nak?” tanya sang Ibu pada Leo.
“Tentu saja aku mau, Bu. Akan menjadi kehormatan bagiku bisa membantu seorang Raja,” ucap Leo.
“Tuan, hamba akan mengantarkan surat tersebut pada Ratu,” ucapnya.
“Baiklah. Tapi jangan kau buka surat ini. Hanya Ratu yang boleh membukanya,” ucap Raja.
Leo menyimpan surat itu dalam kantongnya. Dengan kudanya, ia mulai perjalanan ke istana. Namun, di tengah jalan, tiba-tiba saja kuda itu lari dan memasuki hutan belantara. Leo pun tersesat.
Dalam kegelapan hutan, ia melihat cahaya dari sebuah rumah kecil. Ia pergi mendatangi rumah itu untuk meminta tolong. Setelah mengetuk pintu, ada seorang pria menyeramkan yang membukanya.
“Siapa kau datang malam-malam begini ke rumahku?” tanyanya.
“Em, perkenalkan namaku Leo. Aku tersesat saat hendak ke istana. Bolehkah aku menginap di sini semalam saja? Besok pagi aku akan melanjutkan perjalanan,” ucap Leo.
“Apa kau tak tahu siapa aku? Orang-orang mengenalku sebagai perampok jahat. Kau tak takut padaku?” ucapnya.
Sebenarnya Leo takut mendengar itu. Namun, ia tak kehabisan ide. “Tentu saja aku tahu siapa dirimu. Saat tersesat di sini, aku mendengar orang-orang membicarakanmu. Tapi, aku tak percaya pada orang-orang itu. Melihat rumahmu yang terlihat nyaman, bagiku kau bukanlah orang yang jahat. Lagipula, kalau kau memang jahat, kau tak akan membukakan pintu untukku,” ucap Leo.
Perampok itu terenyuh mendengar ucapan Leo. Baru kali ini ada orang yang begitu baik pada dirinya. “Kalau kau tak takut padaku, masuklah,” ucap perampok itu.
Perampok Mengubah Isi Surat
Leo mendapatkan banyak makanan dari perampok itu. Mereka lalu membicarakan banyak hal. Leo juga menceritakan soal kepentingannya pergi ke istana.
Saat malam tiba, Leo pun tidur dengan nyenyak di kamar tamu milik perampok. Sebenarnya, perampok itu penasaran dengan surat apa yang harus Leo berikan pada Ratu.
Ia pun diam-diam membuka surat itu. Betapa terkejutnya si Perampok membaca isi surat. “Pembawa surat ini adalah orang jahat. Ia harus dikurung dalam ruang bawah tanah kerajaan,” begitulah isi surat itu.
“Leo bukan orang jahat. Raja pasti menjebak dan ingin membunuhnya,” ucap Perampok itu dalam hati.
Tak ingin temannya mendapatkan ketidakadilan, Perampok itu pun menyobek surat itu. Ia lalu mengambil kertas baru dan menulis, “Nikahkan pria pembawa surat ini dengan putri sesegera mungkin. Bahkan sebelum aku pulang.”
Lalu, perampok itu melipat kertasnya dan memasukkannya ke dalam amplop milik kerajaan. Ia kemudian mengembalikannya ke tempat semula. “Kau berhak mendapatkan yang terbaik,” ucapnya dalam hati.
Keesokan harinya, Leo berpamitan pada si Perampok dan bergegas pergi ke istana untuk memberikan surat dari sang Raja. “Terimakasih karena telah menerimaku tinggal di rumahmu, ya. Kau orang yang baik,” ucap Leo pada perampok itu.
Sesampainya di istana, Leo menghadap sang Ratu. “Ratu, hamba ingin memberikan surat yang Raja titipkan,” ucap pria itu.
Menikah dengan Sang Putri
Setelah membaca surat itu, Ratu langsung memanggil sang Putri. “Bella, anakku, kemarilah. Ayah mengatakan bahwa kamu akan menikah dengan pemuda bernama Leo ini. Apakah kau menyetujuinya?” ucap Ratu.
Namanya jodoh, Bella dan Leo langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Bella langsung mengatakan mau menikah dengan Leo.
Keesokan harinya, Ratu langsung menikahkan Bella dan Leo. Kedua orang tua pemuda itu pun turut mendatangi pesta pernikahan. Kedua pengantin baru itu pun hidup bahagia.
Tapi tidak dengan sang Raja. Sepulangnya dari perjalanan panjang, ia terkejut melihat anaknya telah menikah dengan pemuda yang hampir ia bunuh. Ia makin terkejut mendapati isi suratnya telah berubah.
Tak ingin membongkar rahasia liciknya, ia pun mengatur strategi baru. Pada suatu malam, Raja menemui menantu yang sangat ia benci.
“Leo, apakah kau sangat menyayangi anakku?” tanya Raja.
“Tentu saja Baginda. Aku sangat menyayanginya sepenuh hati. Kenapa baginda menanyakan hal itu?” tanya Leo penasaran.
“Aku ingin mengungkapkan sebuah rahasia. Aku harap kau bisa menjaganya. Bahkan Ratu dan Bella pun tak mengetahuinya,” ujar sang Raja berbohong.
“Rahasia apa, Baginda?” tanya pemuda itu penasaran.
“Sebenarnya, Bella pernah mendapatkan kutukan. Ia akan meninggal pada usia 16 tahun. Artinya, itu akan terjadi sebentar lagi. Sayangnya, aku terlalu tua untuk mengalahkan kutukan itu,” ujar Raja masih berbohong.
“Memangnya, bagaimana cara untuk mengalahkan kutukan itu, Raja?” tanya Leo percaya pada mertuanya.
“Aku harus menemui iblis tiga rambut emas dan mengambil rambutnya itu. Tapi, dia sangatlah hebat. Aku tak akan mampu mengambil rambutnya,” ucap Raja terus berbohong.
“Bagaimana kalau aku saja yang mengambil rambutnya? Aku tak ingin istriku meninggal di usia 16 tahun,” ucap pemuda pemberani ini.
“Baiklah jika kau menyanggupinya. Tapi ingat, ini semua adalah misi rahasia. Jangan sampai ada orang kerajaan yang mengetahuinya. Artinya, kau harus pergi diam-diam,” ucap Raja.
Menemui Iblis dengan Tiga Rambut Emas
Keesokan harinya, Leo melakukan perjalanan ke suatu negeri untuk menemui iblis dengan tiga rambut emas. Ia tak tahu kalau semua itu adalah strategi dari Raja untuk membunuhnya.
Dalam perjalanan, ia harus melewati sebuah kota besar yang tertutup gerbang. Di depang gerbang itu, ada seorang penjaga. Ketika Leo hendak memasuki gerbang, penjaga itu menghadangnya.
“Kau tak boleh sembarang masuk. Kau haruse menjawab dulu pertanyaanku,” ujar si penjaga.
“Pertanyaan apa? Aku akan menjawabnya,” ucap si pemuda cerdas dan gagah itu.
“Kau lihat air mancur itu?” ucapnya sambil menuding sebuah air mancur yang tak ada airnya.
“Sudah lama air mancur itu tak mengalirkan air. Aku berulang kali mengeceknya, tapi airnya tak kunjung keluar. Kau harus bisa menjawabnya,” ujar si Penjaga.
“Aku tahu jawabannya, Tuan penjaga. Hanya saja, aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku punya beberapa tugas penting untuk kuselesaikan dulu. Salah satu tugasku adalah merahasiakan jawaban dari pertanyaanmu. Jika memberitahumu sekarang, kamu akan berubah menjadi keledai. Jadi, aku akan menjawabnya setelah menyelesaikan tugas,” ucapnya dengan cerdas.
Penjaga itu percaya begitu saja dengan ucapan Leo. Ia takut bila dirinya berubah menjadi keledai. Lalu, ia mengizinkan Leo masuk ke kota besar itu.
Setelah berhasil melewati kota besar itu, ia harus melewati sebuah kota lain. Di kota itu juga ada gerbang dan penjaga. Si penjaga itu memberi Leo pertanyaan.
“Sebelum masuk ke kota ini, jawablah dulu pertanyaanku. Dulu, pohon di kota ini menghasilkan apel emas. Tapi, kenapa sekarang pohon ini tak mengeluarkan apel emas? Bahkan, daun pun tak muncul dari pohon ini,” tanya penjaga itu.
Leo menjawab dengan jawaban yang sama dengan penjaga di kota besar. Penjaga tersebut sama-sama percaya pada ucapan Leo dan takut bila berubah menjadi keledai. Ia pun mengizinkan pemuda cerdas itu memasuki kota.
Bertemu dengan Nenek dari Sang Iblis
Sebelum tiba di sebuah hutan tempat tinggal iblis berambut emas, pemuda itu masih harus menyeberangi sebuah sungai. Ia lalu bertemu dengan seorang tukang perahu yang siap mengantarnya untuk menyeberang sungai.
Lagi-lagi, ia mendapatkan pertanyaan. “Sebelum aku membantumu menyeberang, jawab dulu pertanyaanku. Kenapa aku harus selalu mendayung perahu ini dari satu sisi sungai ke sisi yang lain? Aku ingin bebas dari pekerjaan ini, tapi rasanya aku tak bisa,” tanyanya.
Lalu, Leo pun menjawab dengan kalimat yang sama dengan dua penjaga tadi. Tukang perahu itu lalu mengantarnya menyeberangi sungai.
Setelah menyeberangi sungai, Leo menemukan rumah iblis. Sebelum memasuki rumah itu, ia bertemu dengan seorang nenek yang sedang memetik buah mangga.
Nenek itu terkejut mendapati pemuda yang ada di belakangnya. “Apa yang kau lakukan di sini? Pergilah sebelum cucuku datang. Ia bisa saja membunuhmu,” ucap sang Nenek yang wajahnya tampak menyeramkan itu.
“Nenek, kenapa kau tampak kaget saat melihatku? Apakah ada hal yang nenek sembunyikan?” tanya Leo.
“Hmm, cucuku tidak pernah mengizinkanku memetik mangga ini. Ia bisa marah besar bila aku melakukannya. Karena itulah aku terkejut saat melihatmu. Kupikir kau cucuku,” jelas sang Nenek.
Meminta Tolong Pada Nenek
“Oh, begitu rupanya. Nenek, aku akan menjaga rahasiamu memetik mangga. Sebagai gantinya, bantulah aku,” tanya pemuda itu.
“Apakah itu?” tanya sang Nenek.
“Aku punya tiga teka-teki yang membuatku tak bisa tidur tenang, Nek. Tolong bantu aku mencari jawabannya. Pertama, kenapa air mancur di kota besar tak bisa mengalirkan air? Kedua, kenapa pohon yang biasa menghasilkan apel emas, kini tak bisa menghasilkannya lagi? Terakhir, kenapa seorang tukang dayung di sungai itu tak bisa berhenti dari pekerjaannya?” tanya Leo.
“Hmmm, aku pun tak tahu jawaban dari pertanyaanmu. Hal itu juga membuatku penasaran. Cucuku adalah iblis yang tahu segalanya. Aku akan membantumu menanyakannya,” ujar sang Nenek.
“Oya satu lagi, Nek. Bisakah kau mencabut tiga helai rambut emas dari cucumu? Jika tidak, aku bisa kehilangan istriku,” ucapnya.
“Kehilangan istrimu? Apa maksudnya?” tanya nenek itu.
Leo lalu menceritakan kutukan yang diterima Putri Bella dari Iblis itu. Lalu, si nenek pun tertawa. “Kau polos sekali anak muda! Jelas saja kau ditipu oleh Raja itu. Ia pasti ingin memusnahkanmu. Percayalah padaku, cucuku tak pernah memberi kutukan pada siapa pun. Tapi, aku akan tetap memberimu tiga helai rambut dari cucuku. Lalu, berikan tiga helai itu pada Raja yang jahat itu,” ucap sang Nenek.
Leo merasa sedih mendengar ucapan wanita tua itu. Ia tak menyangka sang Raja menipunya. Nenek itu lalu mengubah Leo menjadi seekor semut dan memasukannya ke dalam kantong. Ia lalu pergi menemui cucunya yang sedang tidur pulas.
Berhasil Memiliki Tiga Rambut Emas sang Iblis
Nenek membangunkan cucunya dengan cara mencabut satu rambut. Terbangun karena kesakitan, Iblis itu pun bertanya dengan kesal, “Kenapa kau mencabut rambutku?”
“Aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, ada seseorang yang memberiku pertanyaan. Hal itu membuatku tak bisa tidur lagi. Aku penasaran jawabannya,” ujar sang Nenek.
“Pertanyaan apa?” jawab sang Iblis kesal sambil menahan kantuk.
“Jadi, di kota besar, kenapa ada air mancur yang tak bisa lagi mengeluarkan air. Ada apa, ya?”
“Oh, itu karena di bawah air mancur ada seekor katak besar. Ia harus diusir dulu, baru air akan keluar,” ujar Iblis. Tak berselang lama, Iblis itu kembali tidur.
Nenek itu lalu mencabut helai rambut cucunya lagi. “Aw!” jerit Iblis. “Apalagi, Nek!” tanyanya makin kesal.
“Aku lagi-lagi bermimpi aneh. Jadi, ada seseorang bertanya padaku. Kenapa pohon apel emas tak lagi menghasilkan apel? Bahkan, daunnya pun tak tumbuh?” tanyanya lagi.
“Hmm, mudah sekali. Penyebabnya adalah tikus yang ada di dalam akar. Ia harus dimusnahkan bila ingin apel emas muncul lagi,” ujar si Iblis.
Setelah itu, Iblis mencabut rambut terakhirnya sendiri. “Nih! Aku berikan padamu rambutku yang terakhir agar kau tak bisa mencabutnya lagi!” ucap Iblis marah-marah.
“Kalau begitu, biarkan aku bertanya lagi. Kenapa seorang tukang perahu tak bisa berhenti dari pekerjaannya? Padahal, ia ingin sekali berhenti,” tanyak Nenek.
“Penyebabnya terletak di dayung perahu. Dayung itu terkena kutukan. Jika tukang perahu ingin menghentikan kutukannya, ia harus menyerahkan dayung itu kepada orang lain,” ujar Iblis.
“Sekarang, rambutku sudah habis! Kau tak bisa menggangguku lagi. Biarkan aku tidur,” ucap Iblis yang langsung tertidur.
Menjawab Pertanyaan Tukang Perahu
Ketika Iblis terlelap dalam tidurnya, Nenek itu pergi keluar rumah dan mengubah Leo kembali menjadi manusia. “Ini tiga rambut cucuku. Segera tunjukkan pada Raja jahat itu. Lalu, kau juga sudah tahu jawaban-jawaban dari pertanyaanmu, kan? Sekarang pergilah! Cucuku akan bangun jika langit semakin gelap. Sebelum ia mencium aroma manusia, pergilah menjauh,” ucap sang Nenek.
“Baik, Nek. Terima kasih banyak karena telah membantuku,” ujar Leo sambil meninggalkan tempat itu. Ia lalu kembali ke sungai untuk menyebranginya.
Di sungai itu, ia bertemu dengan tukang perahu yang kembali menanyakan pertanyaan yang sama dengan sebelumnya. “Jadi, apakah kau akan menjawab pertanyaanku tadi?” tanyanya.
“Tentu saja, tapi aku akan menjawabnya setelah kau membantuku menyeberangi sungai ini,” ucap Leo.
“Baik, naiklah,” perintah tukang perahu.
Pemuda cerdas itu lalu menaiki perahu dan mulai menyeberangi sungai. Setibanya di seberang, ia pun memberi tahu jawaban yang ia dapat untuk tukang perahu.
“Dayung ini terkutuk. Kamu hanya bisa menghilangkan kutukan dengan cara menyerahkan dayung ini pada orang lain. Dengan begitu, kutukan akan berpindah ke orang tersebut,” ucap Leo.
“Oh, begitu. Baiklah terima kasih, Tuan,” ucap tukang perahu.
Menjawab Pertanyaan Penjaga Pintu Gerbang
Setelah menyeberangi sungai, ia pun melewati satu kota dan ketika hendak keluar, penjaga gerbang kembali menanyakan pertanyaannya tadi.
“Jadi, kenapa buah apel di pohon ini tak muncul lagi?” tanyanya.
“Di bawah akar pohon apel ini terdapat tikus yang sangat besar. Kamu harus mengusirnya jika ingin apel emas tumbuh lagi di pohon ini,” ucap Leo.
Kemudian, penjaga itu menggali bawah pohon apel dan benar saja, ada banyak tikus besar bersarang di sana. Ia lalu mengusir para tikus itu.
Dalam waktu sekejap, daun-daun keluar dari pohon itu beserta buah apel emas. Para warga dan penjaga gerbang merasa bahagia. Sebagai ucapan terima kasih, penjaga gerbang memberi Leo dua karung apel emas.
Setelah itu, Leo melanjutkan perjalanan untuk kembali ke istana. Setibanya di kota besar, ia bertemu dengan penjaganya. “Kau sudah bisa menjawab pertanyaanku sekarang, bukan?” tanya penjaga gerbang kota besar itu.
“Mudah saja. Di bawah air mancur itu, ada katak besar yang menghalangi air mengalir. Usirlah katak itu agar air bisa mengalir lagi,” ucap Leo.
Penjaga itu pun melihat ke dalam air mancur. Rupanya, di dalam itu memang benar ada katak yang amat besar. Penjaga langsung mengusirnya. Setelah katak pergi, air pun mengalir dengan deras.
“Terima kasih, Tuan, atas jawaban yang sangat membantu. Kini air mancur ini tampak indah lagi. Sebagai ucapan terima kasih, aku akan memberimu emas,” ucap penjaga gerbang.
Pulang ke Istana
Leo pulang ke istana dengan membawa banyak sekali kantong emas. Sesampainya di istana, Raja terkejut melihat Leo masih selamat dan justru membawa banyak emas.
“Raja, aku telah membawakanmu tiga helai rambut emas sang iblis. Artinya, sang Putri sudah terbebas dari kutukannya, bukan?” ucap Leo. Ia tetap menuruti perintah Raja meski dirinya telah dibohongi.
Fokus raja yang jahat itu justru teralihkan dengan banyaknya emas yang menantunya bawa. Seketika, ia lupa dengan misinya membunuh Leo.
“Dari mana kau dapatkan emas sebanyak itu?” tanya Raja.
Merasa Raja adalah orang yang jahat, Leo tak bisa diam saja. Ia lalu menjawab, “Aku mendapatkannya setelah menyeberangi sungai di dekat kota.”
Mendengar jawaban itu, Raja langsung bergegas ke sana sendirian. Ia pergi ke sungai dan menemui tukang perahu. “Sebrangkan aku menggunakan perahumu sekarang juga!” perintah Raja membentak. Ia sudah tak sabar ingin mendapatkan emas.
Tukang perahu menganggap kedatangan Raja adalah kesempatan besar untuknya terbebas dari kutukan dayung itu. Ia lalu mengatakan pada sang Raja, “Aku sudah tak sanggup bila harus mendayung perahu ini secara cepat. Bagaimana kalau kau mendayungnya sendiri?” ucap tukang perahu itu.
“Dasar tidak becus! Serahkan dayungnya! Akan aku sebrangi sendiri sungai ini!” ucap Raja merebut dayung itu.
Seketika, kutukan dayung pun pindah Raja. Ia tiba-tiba saja merasa tak ingin pergi dari perahu itu. Sepanjang hari, ia sibuk mendayung perahunya.
“Kenapa aku tak bisa melepaskan keinginanku untuk mendayung perahu ini?” ucap Raja.
Kemudian, Leo menggantikan raja jahat itu sebagai pemimpin. Kecerdasan dan kebaikan Leo membuat rakyat sanga menyukainya. Negeri yang ia pimpin pun semakin maju dan berkembang.
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas, tambah wawasanmu dengan mengulik unsur intrinsiknya, yuk. Berikut ulasannya;
1. Tema
Meski dongeng ini berjudul Iblis dengan Tiga Rambut Emas, tema ceritanya adalah tentang perjuangan seorang anak yang beruntung. Raja berulang kali membunuhnya, tapi ia selalu berhasil selamat.
Raja berusaha membunuhnya karena ingin melawan takdir yang telah ditetapkan. Seberapa kerasnya Raja berusaha, semesta seolah memberikan keberuntungan pada Leo sehingga ia selalu mendapatkan keselamatan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh dalam cerita dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas ini. Tokoj utama protagonis adalah Leo. Dongeng ini menggambarkan Leo sebagai anak yang cerdas, bijak, dan gagah pemberani.
Meski begitu, ia digambarkan sebagai sosok yang memiliki masa lalu kelam. Sebab, ia sempat dihanyutkan dalam sebuah sungai. Beruntung ada seseorang yang menolongnya.
Tokoh antagonis utama dalam dongeng ini ada dua, yaitu Raja dan Iblis dengan tiga rambut emas. Raja adalah sosok pemimpin yang keji dan gila harta. Tak ingin anaknya menikah dengan rakyat jelata miskin, ia tega merencenakan pembunuhan pada pemuda yang ditakdirkan menjadi calon suami anaknya.
Penggambaran iblis dengan tiga rambut emas dalam dongeng ini adalah sosok yang menyeramkan. Konon, ia suka memakan manusia di malam hari. Meski demikian, ia adalah sosok yang tahu segalanya. Terbukti, ia bisa menjawab seluruh persoalan yang terjadi di negeri ini, seperti pohon emas apel yang tiba-tiba tak berbuah, air mancur yang tak berair, dan tukang perahu yang tak bisa berhenti dengan pekerjaannya.
Selain tiga tokoh tersebut, dongeng ini juga memiliki beberapa tokoh pendukung yang turut mewarnai dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas. Mereka adalah petani miskin, penggiling yang kemudian menjadi orang tua asuh Leo, perampok, dua penjaga gerbang kota, tukang perahu, nenek, ratu, dan putri Bella.
3. Latar
Dongeng Tiga Iblis dengan Rambut Emas terjadi di berbagai latar tempat. Latar pertama adalah di sebuah rumah milik petani miskin, kemudian di hutan, sungai, dan rumah seorang penggiling yang menyelamatkan Leo.
Cerita ini juga menggunakan latar tempat di rumah seorang perampok yang ternyata baik hati dan kerajaan. Saat Leo melakukan perjalanan untuk menemui iblis, latar yang digunakan adalah gerbang kota besar, gerbang kota berikutnya, sungai, dan rumah iblis.
4. Alur Cerita Dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas
Alur dongeng ini adalah maju atau progresif. Cerita bermula dari kelahiran seorang bayi yang masih utuh dengan placenta atau ketubannya. Konon, bayi itu akan selalu mendapatkan keberuntungan dan bakal menikah dengan seorang putri raja.
Raja tak ingin putrinya menikah engan rakyat jelata. Lalu, ia meletakkan bayi itu ke dalam kotak dan membuangnya ke sungai. Beruntung bayi itu diselamatkan oleh seorang penggiling.
Bayi bernama Leo itu tumbuh menjadi pria yang tampan, cerdas, dan gagah pemberani. Raja mendapati anak yang sempat ia buang masih hidup. Ia lalu merencanakan untuk membunuh Leo. Namun, lagi-lagi Raja mengalami kegagalan. Pada akhirnya, Leo tetap menikah dengan anak Raja, yaitu Putri Bella.
Tak mudah menyerah, Raja kemudian meminta Leo untuk mengambil tiga lembar rambut emas milik iblis untuk membebaskan putri dari kutukan. Jelas saja itu tak benar. Semua adalah rencana licik Raja untuk membinasakan Leo.
Leo melewati dua kota dan menyeberangi 1 sungai agar bisa sampai ke rumah iblis itu. Saat melewai tiga tempat tersebut, ia selalu mendapatkan pertanyaan. Ia berjanji akan menjawab semuanya saat selesai dengan tugasnya.
Sesampainya di rumah iblis, dengan bantuan nenek, ia berhasil memiliki tiga helai rambut emas. Bahkan, ia juga mendapatkan jawaban dari tiga pertanyaan orang-orang. Saat hendak kembali ke istana, ia menjawab tiga pertanyaan.
Ia lalu mendapatkan hadiah berupa emas dari penjaga gerbang sebuah kota karena berhasil menyelesaikan permasalahan mereka. Pulang ke istana dengan sejumlah emas, membuat Raja gelap mata.
Mengetahui Raja adalah pemimpin licik, Leo memberi tahu bahwa emas itu ia dapatkan di seberang sungai. Raja yang gila harta langsung pergi ke sungai dan hendak menyeberanginya.
Tukang perahu itu menyerahkan dayungnya ke sang Raja agar ia menyeberanginya sendiri. Rupanya, dayung itu menyimpan kutukan. Siapa pun yang menyentuhnya, ia akan menjadi tukang perahu selamanya.
5. Pesan Moral
Kira-kira, pesan moral apa saja yang bisa kamu petik dari cerita dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas ini? Tentu saja ada beberapa amanat.
Nilai moral utamanya adalah jangan jadi raja yang gila harta. Hanya karena tak ingin mendapatkan menantu rakyat jelata, seorang pemimpin yang seharusnya bijak malah mencoba membunuh bayi.
Pesan berikutnya, orang yang baik akan selalu mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Seperti halnya Leo yang selalu bersikap baik pada orang-orang di sekitarnya. Karenanya, ia juga selalu mendapatkan pertolongan dari banyak orang.
Amanat terakhir, bersikaplah cerdas dan tenang dalam menghadapi suatu masalah. Seperti yang Leo selalu lakukan. Tiap menghadapi masalah, pemuda ini selalu bersikap tenang, sehingga bisa menyelesaikannya dengan cara yang cerdas dan bijak.
Selain unsur intrinsik, cerita dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Usai membaca dongeng dan unsur intrinsik dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas, lengkapi wawasanmu dengan membaca fakta menariknya. Berikut ulasannya;
1. Ada Versi Lain
Cerita dongeng yang kami paparkan di artikel ini merupakan adaptasi dari dongeng milik Brothers Grimm. Kendati demikian, ada banyak versi lain dari dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Ini.
Secara garis besar, kisah dari beragam versi hampir sama, yakni tentang seorang anak beruntung yang ditakdirkan menjadi suami dari anak raja. Namun, detail dari masing-masing versi memiliki perbedaan.
Salah satu versi lain menyebutkan bahwa anak beruntung yang merupakan bayi dari petani miskin tak lahir dengan ketuban utuh. Namun, ia hanya memiliki tanda lahir berbentuk mahkota di lehernya.
Kemudian, raja yang mengaku menjadi pedagang sempat meminta anak itu. Namun, petani menolak. Setelah raja menawarkan sebongkah emas, sepasang petani itu mau menyerahkan anakn mereka. Dengan kata lain, mereka menjual sang anak.
Perbedaan lain adalah si anak beruntuk tak bertemu langsung dengan perampok. Ia mendatangi rumah perampok saat tersesat di hutan. Namun, ia bertemu dengan nenek dari para perampok yang mengizinkannya tinggal.
Saat itu, para perampok sedang melakukan aksinya. Ketika tiba di rumah, para perampok mendapati anak beruntung itu sedang tertidur. Namun, mereka tetap mengubah isi surat.
2. Banyak Video Animasi yang Mengadaptasi Dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas
Cerita dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas memang seru dan menarik. Tak heran, ada beberapa video animasi yang mengadaptasi kisahnya.
Ada yang kisahnya serupa dengan dongeng milik Brothers Grim, ada pula yang berbeda. Kamu bisa menonton tayangannya dalam bahasa Indonesia atau pun bahasa asing di YouTube.
Bagikan Dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas ke Teman-Temanmu
Demikianlah artikel yang mengulik tentang dongeng Iblis dengan Tiga Rambut Emas beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Ceritanya seru banget, kan? Kalau kamu suka, yuk, bagikan artikel ini ke teman-temanmu.
Buat yang masih pengin baca cerita lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak kutipan yang bisa kamu baca. Misalnya saja seperti cerita dongeng Tujuh Burung Gagak, dongeng Singa dan Kelinci, legenda Batu Menangis, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!