Suka cerita dongeng yang punya pesan moral? Kalau ingin yang tentang kebijaksanaan, dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung di artikel ini bisa kamu jadikan pilihan. Pesan moral dan beragam unsur intrinsik lainnya pun telah kami rangkum. Yuk, cek langsung!
Kancil dalam beberapa dongeng kerap digambarkan sebagai tokoh yang cerdas dan licik. Bila ingin cerita kancil versi bijaksana, dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung mungkin bisa dijadikan pilihan.
Dalam kisah tersebut, si hewan cerdas ini berteman dengan semut-semut di hutan. Mereka kerap mencari makan bersama. Namun, makanan mereka dicuri oleh seekor cicak. Untuk itu, Sang Kancil mencari cara untuk menghentikan perbuatan Cicak.
Penasaran dengan kelanjutan kisahnya? Bila iya, langsung saja lanjutkan baca artikel ini. Tak hanya dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung saja, di bawah ini juga telah kami paparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Yuk, simak langsung!
Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung
Pada suatu hari, di sebuah hutan, Kancil dan sekawanan semut sedang bermain bersama. Kancil melompat kegirangan ke sana ke mari. Sementara para semut bercanda tawa. Sesekali mereka bernyanyi bersama.
Beberapa semut sedang berjalan menyusuri parit. Lalu, mereka melihat ada pohon apel yang telah berbuah. Apel-apelnya tampak sudah masak dan lezat. Mereka pun memanggil Sang Kancil, “Ciiiiil, ada pohon apel yang sudah berbuah. Cepat kamu petik. Kami ingin menyantapnya.”
Maka, dengan gesit Sang Kancil melompat dan menyundul apel-apel itu hingga berjatuhan. Para semut berbondong-bondong memunguti apel yang berjatuhan dan mengumpulkannya ke tepian.
Saat sudah terkumpul banyak, mereka bersama-sama membawanya ke tempat yang nyaman untuk beristirahat. Mereka lalu berteduh di bawah sebuah pohon yang lebat. Dengan sangat lahap mereka menyantap apel.
“Hmmm, sudah tak lama aku memakan apel yang masih segar. Rasanya sungguh nikmat. Benar, kan, Cil?” tanya salah satu semut.
“Iya, sangat nikmat. Aku sangat menyukainya. Ada banyak pula apel yang kita punya. Bisa untuk makanan kita esok hari,” jawab hewan berkaki empat ini.
Cicak Badung Mencuri Makanan
Namun, saat mereka sedang menikmati makanan, tiba-tiba saja ada seekor binatang melata yang merayap dengan cepat ke arah buah apel. “Happp!” dengan cepat ia mengambil beberapa buah apel dengan mulutnya. Ia lalu kabur begitu saja.
Salah satu semut yang mengetahuinya langsung berteriak, “Kawan! Lihatlah, apel kita diambil oleh Cicak!”. Lalu, semut-semut lain pun berteriak, “Ada pencuri! Pencuri!”.
Kancil yang sedang enak-enak berjemur sembari memakan apel pun terkejut. Ia lalu bertanya pada para semut, “Apa yang terjadi? Kenapa kalian berteriak?”.
“Apel-apel kita diambil oleh cicak badung, Cil! Enak saja dia mengambilnya. Padahal kita sudah berusaha memetiknya. Huhu,” ucap salah satu semut yang menyaksikan aksi pencurian si Cicak.
“Dia besok pasti akan kembali lagi untuk mencuri,” saut semut yang lain.
“Tenang teman-teman! Aku akan memikirkan cara untuk membuat cicak badung itu jera. Kalian tak perlu bersedih, ya!” ujar Kancil yang bijak.
Keesokan harinya, dia menceritakan pada teman-temannya tentang rencana untuk membuat jera si Cicak. “Jadi begini teman-teman, bagaimana kalau kita mengganti apel-apel itu dengan cabai merah yang segar? Lalu, Cicak itu akan kapok mencuri makanan kita lagi,” bisiknya pada para semut.
Mendengar rencana tersebut, para semut pun tertawa kegirangan. Mereka setuju dan yakin rencana tersebut bakal berhasil. Setelah itu, mereka pun mencari pohon cabai yang tumbuh di sekitar hutan.
Saat menemukannya, mereka memetik cabai yang sudah merah dan besar. Selama perjalanan menuju ke tempat istirahat, mereka tertawa terbahak-bahak mengingat rencana yang akan dilakukan.
“Aku sudah tak sabar ingin melihat Cicak Badung kepedasan saat menyantap cabai ini,” ucap salah satu semut.
“Sama, aku juga sudah tak sabar. Semoga saja ia kapok mencuri makanan kita.” sambung semut yang lain.
Sesampainya pada tempat istirahat, terlihat Sang Kancil yang sedang menjaga makanan mereka. “Cil, lihatlah, kami membawa cabai yang sangat merah dan nampak segar,” ucap salah satu semut. Mereka lalu memotong-motong cabai menjadi bagian-bagian kecil.
Rencana Mengelabui Cicak Badung
Potongan cabai itu sengaja diletakkan di pinggir dan tidak diawasi oleh para semut. Mereka tertawa riang, bergandengan tangan, dan menari-nari. Sesekali mereka bernyanyi dan melirik ke arah cabai.
“Buah merah, buah merah, enak sekali. Jangan lupa kawan yang paling manis ditaruh dipinggir, buat dimakan nanti. Lalalala, yeyeye,” senandung para semut.
Saat para semut asik berpesta, Cicak kembali datang dan langsung mengambil buah-buahan merah dengan mulutnya. Ia lalu kabur dan bersembunyi. Menyadari hal tersebut, para semut langsung tertawa terbahak-bahak. Saat membawa kabur buah merah itu, Cicak mendengar gelak tawa para semut.
“Kenapa mereka malah tertawa? Kemarin saja mereka sedih saat aku mengambil apel mereka. Kenapa sekarang terlihat bahagia?” ucap Cicak dalam hati. Ia kebingungan dengan sikap aneh para semut.
Tak ingin pikir panjang, ia lalu memakan seluruh buah merah yang diambilnya. Karena kekenyangan, ia lalu tertidur pulas. Tampaknya, si Cicak tak merasa kepedasan setelah melahap habis cabai-cabai itu.
Saat terbangun dari tidurnya, Cicak kembali bertanya-tanya perihal para semut yang justru tertawa saat makanan mereka diambil. Saking penasarannya, ia pun kembali ke tempat istirahat para semut.
Setibanya di sana, ia melihat para semut sedang mengobrol dengan Sang Kancil. Ia pun mengendap-endap bersembunyi di balik batu dekat mereka. Karena penasaran, ia menguping percakapan mereka.
“Sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti sekarang sedang merasakan pedasnya cabai segar yang kita petik,” ujar salah satu semut.
“Iya, biar dia tahu rasa. Makanya jangan suka mencuri apa yang jadi milik orang lain. Sekarang, ia kena batunya,” jawab salah satu semut yang kesal karena sikap Cicak.
Pengakuan Sang Kancil
Sang Kancil lalu menyela percakapan para semut, “Teman-teman, aku mau mengatakan sesuatu. Sebenarnya, cabainya tadi telah kuganti dengan potongan buah apel.”
“Jadi, tadi si Cicak tak mengambil cabai? Percuma dong! Kita gagal memberi pelajaran pada si Cicak. Esok pasti dia akan mengambil makanan kita lagi,” ucap salah satu semut mewakili teman-temannya. Mereka merasa kecewa dengan sikap Sang Kancil.
“Bukan tanpa alasan teman-teman, aku melakukannya karena kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri itu akan curiga dan meneliti buah-buah yang kan dicurinya. Saat tahu buah itu ternyata cabai, ia tak akan memakannya dan kan kembali esok untuk mengambil buah yang lain. Jadi, aku menggantinya dengan buah apel yang banyak. Biarkan saja dia kekenyangan agar tak mengganggu kita,” ungkap si hewan cerdas ini dengan bijak.
Para semut saling berpandang-pandangan, mereka mengakui bahwa tak sanggup menahan tawa. Mereka memang tak bisa berpura-pura. Selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata adalah sikap mereka.
“Nanti aku akan menghampiri Cicak yang bandel itu. Kan kubawakannya sekeranjang apel. Selain itu, aku juga kan memberinya nasihat agar tak mencuri makanan-makanan kita lagi,” ujar si Kancil.
Dari balik batu, Cicak yang sedari tadi bersembunyi mendengar seluruh percakapan antara para semut dan Sang Kancil. Ia merasa terharu dengan sikap bijak mereka. Rasa bersalah pun muncul dari dasar hatinya.
Pada suatu sore yang indah, Kancil menemui Cicak dan membawa sekeranjang apel. “Kawanku, ini kuberikan padamu apel hasil kami berburu. Janganlah sesekali kamu mencuri lagi,” ucap Sang Kancil.
Cicak pun menangis dan meminta maaf. “Maafkan aku, Cil. Aku takkan mencuri makanan-makananmu lagi,” ucapnya dengan isak tangis. Lalu, Cicak turut bergabung dengan para semut dan Sang Kancil. Setiap hari, mereka mencari makanan bersama. Mereka pun berteman dengan sangat baik.
Unsur Intrinsik Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung
Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung cukup menarik, bukan? Sehingga, bisa kamu ceritakan pada si kecil. Selain ceritanya, pada artikel ini juga telah kami rangkum unsur intrinsiknya. Berikut ulasannya;
1. Tema
Walau memiliki kisah yang sederhana, dongeng ini memiliki tema atau inti cerita yang cukup mengesankan, yakni mengenai kebijaksanaan. Orang yang bijak, takkan membalas orang jahat dengan kejahatan, tapi kebaikan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada tiga tokoh yang turut mewarnai dongeng ini. Pertama adalah Kancil yang punya sikap baik hati, bijak, dan banyak akal. Awalnya ia memang merencanakan pembalasan dendam, tapi semua itu ternyata tak jadi dilakukan.
Tokoh berikutnya adalah para semut. Sesuai cerita ini, para semut memiliki sikap yang jujur dan tak bisa berpura-pura. Hal itu terlihat dan ketidakmampuan mereka menahan tawa saat hendak menipu si Cicak. Nah, si Cicak sendiri adalah tokoh terakhir yang memiliki sifat buruk, yaitu suka mencuri. Namun, ia mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada semut dan Kancil.
3. Latar
Dari dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung ini, bisakah kamu menebak mana saja latar tempatnya? Buat yang bisa menjawab latar tempatnya adalah hutan dan parit, berarti kalian telah menyimak dengan baik cerita ini. Mengingat kisah ini adalah cerita fiksi yang tak benar-benar terjadi, maka tak ada penjelasan detail daerah mana parit dan hutan ini berada.
4. Alur Cerita
Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung menggunakan alur maju. Jalan ceritanya berawal dari para semut dan Kancil yang menemukan apel. Lalu, Cicak Badung mengambil beberapa apel mereka.
Sang Kancil awalnya merencanakan suatu hal buruk untuk memberi pelajaran pada si Cicak. Tapi karena sikap bijaknya, ia hanya menasehati Cicak agar tak melakukan pencurian lagi. Untungnya, si Cicak mengakui kesalahan dan mereka pun menjadi teman baik.
5. Pesan Moral
Ada dua pesan moral yang dapat kamu petik dari kisah ini. Pertama, janganlah mengambil apa yang bukan milikmu alias jangan mencuri. Bila memang membutuhkan benda yang dimiliki orang lain, berusahalah untuk mendapatkannya dengan cara yang benar.
Pesan berikutnya adalah jangan membalas orang yang jahat dengan kejahatan. Cukup berikan nasihat dan peringatan pada orang yang telah berbuat jahat. Bila dibalas dengan kejahatan, maka tak ada bedanya kamu dengan orang yang jahat.
Tak hanya unsur intrinsik, dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung juga memiliki unsur ekstrinsik, yaitu yang berkaitan dengan latar belakang budaya masyarakat, sehingga mereka menggunakan dongeng sebagai salah satu cara memberikan pelajaran dan nasihat kepada anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa.
Fakta Menarik
Penasaran dengan fakta menarik dari dongeng singkat ini? Hilangkan rasa penasaranmu dengan membaca ulasan berikut ini;
1. Memiliki Beragam Versi Cerita
Sebenarnya, Sang Kancil dan Cicak Badung memiliki beberapa versi cerita. Akan tetapi, cerita yang telah kami paparkan ini adalah yang paling populer. Ditambah lagi, ceritanya memiliki pesan moral yang baik untuk diberitahukan pada si kecil.
Si Kancil sendiri sebenarnya memiliki beragam kisah. Tak hanya dengan Cicak, ada pula dongeng Kancil dengan Harimau, Buaya, Siput, dan lain-lain. Dalam beberapa cerita tersebut, ada yang menggambarkan tokoh kancil sebagai sosok yang licik dan penuh tipu muslihat.
Sudah Puas dengan Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung Ini?
Inilah akhir dari dongeng Sang Kancil dan Cicak badung yang memiliki kisah menarik. Kamu sudah cukup puas dengan cerita yang kami sampaikan? Bila sudah, kamu dapat menceritakannya pada si kecil atau keponakanmu yang masih kecil.
Buat yang ingin penasaran dengan cerita lainnya, langsung saja cek kanal Ruang Pena pada situs PosKata.com. Ada dongeng mengenai Ikan dan Burung, Angsa dan Telur Emas, Singa dan Tikus, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!