
Kalau kamu suka cerita Putri Duyung versi Disney, kamu harus membaca kisah dongeng versi aslinya di artikel ini. Selain ceritanya, ketahui juga fakta-fakta menarik dan unsur intrinsiknya!
Kamu mungkin sudah sering mendengar atau membaca cerita dongeng Putri Duyung kecil versi Disney yang diberi judul Little Mermaid. Namun, pernahkah kamu mengetahui cerita aslinya yang memiliki akhir berbeda?
Kisah yang dimaksud adalah karya asli buatan Hans Christian Andersen, seorang penulis dongeng anak-anak dari Denmark. Cerita yang baru pertama kali diterbitkan pada tahun 1837 tersebut kemudian diceritakan kembali dengan akhir yang lebih membahagiakan pada tahun 1989.
Kalau belum pernah mendengar versi aslinya, langsung saja simak cerita yang telah kami siapkan di artikel ini. Selain kisahnya, kamu juga bisa mengetahui unsur intrinsik dan beberapa fakta menariknya, lho! Selamat membaca!
Cerita Dongeng Putri Duyung
Alkisah di dasar laut dalam yang airnya sejernih kristal, terdapat kastel-kastel yang indah. Kastel dengan taman-taman bunga laut yang indah itu milik sebuah kerajaan bawah laut. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja Laut yang memiliki enam orang putri duyung yang sangat cantik.
Dari keenam putri tersebut, sang putri bungsulah yang paling cantik dan rupawan. Kulitnya mulus bagai pualam, rambutnya panjang lebat, matanya sebiru lautan terdalam, dan suaranya sangat merdu.
Pada suatu hari, sang nenek dari para putri duyung tersebut bercerita. Ketika para putri sudah berusia lima belas tahun, mereka akan diizinkan untuk muncul ke permukaan laut dan melihat dunia luar. Hal tersebut tentu saja membuat para putri bersemangat.
Satu per satu, masing-masing putri mendapatkan izin untuk berenang ke permukaan laut. Karena putri bungsu yang paling muda, ia harus menunggu momen tersebut lebih lama daripada kakak-kakaknya. Setiap kali ada saudaranya yang pergi ke permukaan laut, ia akan menanti dengan penuh harap di depan istana. Ia akan menyimak setiap cerita tentang indahnya sinar bulan, kapal-kapal besar yang berlayar, rumah di pinggir pantai, dan indahnya pepohonan.
Giliran Putri Bungsu
Setelah penantian lama, akhirnya tibalah giliran putri duyung bungsu untuk bisa melihat dunia luar. Sejak pagi, ia sudah tak sabar bisa melihat keindahan bulan dan pantai seperti yang selama ini diceritakan oleh kakak-kakaknya.
Ketika malam tiba, dengan ditemani oleh seorang pengawal, putri bungsu berenang ke permukaan laut. Saat muncul ke permukaan, ia langsung terpana melihat keindahan sinar bulan dan sebuah kapal besar yang ramai penumpangnya.
Sang putri kemudian mengintip ke dalam salah satu jendela kapal tersebut dan mendapati banyak orang yang berpesta. Di antara orang-orang tersebut, ada seorang pangeran muda yang tampan dan langsung menarik perhatian si duyung kecil. Rupanya, pesta tersebut merupakan perayaan ulang tahun ke-16 untuk sang pangeran.
Mendadak, putri bungsu dikejutkan oleh suara ledakan di atas laut diikuti dengan jatuhnya bintang-bintang. Untuk pertama kalinya, putri bungsu melihat kembang api yang langsung membuatnya terpukau.
Baca juga: Baca Kisah Cinderalas Asal Jawa Timur dan Ulasan Menariknya di Sini, Yuk!
Badai Besar
Di tengah kekagumannya, ia menyadari kalau badai besar akan datang. Ia pun teringat kalau para manusia itu bukanlah duyung yang bisa berenang ke dalam lautan untuk menghindari badai. Namun, putri bungsu tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengingatkan mereka.
Benar saja, tak lama kemudian badai datang menghantam. Pesta ulang tahun itu pun berakhir karena kapalnya tenggelam. Mendadak putri bungsu teringat, jika para manusia itu tenggelam, nantinya mereka akan mati seperti patung-patung yang ada di taman istana. Ia tak ingin pangeran yang baru ia temui menjadi patung.
Dengan segera ia menyelam dan mencari pangeran yang sudah tersapu badai. Setelah berhasil menemukan sang pangeran, ia langsung mengangkatnya hingga ke permukaan laut. Dengan bantuan ombak, ia berhasil membawa pangeran hingga ke tepi pantai.
Sesampainya di tepi pantai, putri bungsu membelai kepala pangeran dan mengagumi ketampanan wajah serta kulitnya yang bagai pualam. Ia kemudian mencium kening pangeran berharap hal itu bisa membuatnya terbangun.
Mendadak, suara lonceng terdengar nyaring dari gereja yang ada di dekat pantai. Beberapa gadis terlihat keluar dari gereja tersebut. Sang putri duyung yang terkejut pun bersembunyi di balik sebuah batu besar sambil mengamati keadaan pangeran.
Tak lama, nampak seorang gadis cantik yang berjalan mendekati pangeran. Awalnya, sang gadis terlihat takut dan khawatir. Namun, rasa takut itu mulai hilang saat pangeran tersadar.
“Kau telah menyelamatkan nyawaku!” ucap pangeran saat melihat sang gadis cantik di dekatnya, “Terima kasih, penyelamat hidupku!”
Melihat hal itu, putri duyung kecil langsung merasa sedih. “Akulah yang menolongmu, pangeran!” pikirnya seraya kembali masuk ke dalam laut untuk kembali ke istana.
Kegalauan Putri Duyung
Sekembalinya ke kastel bawah laut, putri duyung bungsu selalu teringat akan dunia manusia dan keindahannya. Ia ingin menjadi seperti manusia yang bisa berkeliling dunia dan menaiki bukit-bukit indah.
Sayangnya, semua itu hanya menjadi bunga tidur semata. Karena bagaimanapun juga, ia tidak memiliki sepasang kaki yang indah. Yang ia miliki adalah ekor duyung yang tak akan bisa membuatnya berjalan.
Apalagi, ia juga mengetahui kalau umur manusia tidak sepanjang duyung. Jika ia memilih untuk hidup seperti manusia, akan ada banyak hal yang harus ia korbankan.
Meskipun begitu, selama berhari-hari putri bungsu terus memikirkan sang pangeran. Bahkan, setiap hari ia selalu datang ke permukaan laut tempat terakhir kali melihat sang pangeran, seolah berharap pemuda itu ada di sana.
Ketika kembali ke kastel sekalipun, ia hanya bisa merenung, melamun, dan bersedih. Sampai-sampai tanaman-tanaman yang ada di tamannya tumbuh liar menjadi semak belukar.
Kakak-kakaknya sampai merasa khawatir pada adik bungsunya itu. Namun, putri bungsu tak bisa menceritakan kegelisahannya kepada mereka. Karena ia tahu, kakak-kakaknya akan melakukan segala cara untuk membuatnya lupa kalau ia ingin memiliki sepasang kaki.
Pada akhirnya, putri duyung bungsu itu mencari cara sendiri. Suatu hari, ia teringat akan keberadaan seorang penyihir laut yang tinggal di palung paling dalam. Dengan segera dan diam-diam, ia meninggalkan istana demi menemui penyihir tersebut.
Baca juga: Cerita Rakyat Terjadinya Gunung Merapi dan Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Dibaca
Bertemu Penyihir Laut
“Aku tahu apa keinginanmu,” ucap penyihir laut ketika putri duyung bungsu baru sampai di pintu palung. “Aku tahu kamu ingin membuang ekormu dan menukarnya dengan sepasang kaki, bukan? Semua itu kamu lakukan hanya demi bisa bertemu dengan pangeran yang kamu sukai? Kamu tahu kalau kamu harus menukarkan setengah hidupmu demi sepasang kaki itu?” sang penyihir langsung memberikan banyak pertanyaan.
Meskipun bingung karena penyihir laut sudah mengetahui keinginannya, putri duyung kecil pun hanya bisa terdiam dan mengangguk.
“Baiklah! Aku akan memberikan ramuan ini padamu! Berenanglah sampai ke tepi pantai sebelum matahari terbit! Kemudian minumlah ramuan ini di sana, maka ekormu akan menghilang dan berubah menjadi sepasang kaki yang cantik. Kamu akan bisa berjalan, berlari, atau bahkan menari-nari. Namun, setiap langkah yang kamu ambil akan terasa seperti menginjak pisau tajam. Apakah kamu bisa menangggungnya?” tanya penyihir.
Awalnya, putri duyung kecil merasa ragu karena syarat yang dibuat terasa terlalu berat. Namun, keinginan kerasnya untuk menjadi manusia membuat segala keraguan itu menyingkir. “Aku pasti bisa,” ucap sang putri masih dengan suara gemetar.
“Dan ingatlah! Setelah berubah menjadi manusia, kamu tak akan bisa kembali menjadi putri duyung! Jika kamu tak bisa mendapatkan cinta sejatimu, kamu akan mati dan menjadi buih laut!” lanjut sang penyihir, “dan bayarannya pun tak murah.”
“Apa pun akan aku berikan, penyihir!” jawab sang putri dengan penuh keyakinan. “Suaramu yang indah itu. Aku mau kamu memberikan suaramu itu padaku!” jawab sang penyihir.
Jawaban itu tentu saja membuat putri duyung bungsu kembali ragu. Ia tak ingin kehilangan suara indahnya. Namun, jika ia tidak menyanggupi permintaan sang penyihir, ia tak akan bisa memiliki sepasang kaki yang indah.
Setelah pergulatan batin yang cukup lama, putri duyung kecil akhirnya menyetujui permintaan sang penyihir. Ia merelakan penyihir memotong lidahnya kemudian menerima ramuan yang telah dijanjikan.
Sepasang Kaki Indah
Setelah mendapatkan ramuan tersebut, putri duyung kecil berenang ke permukaan laut dan menuju tepi pantai. Ia lalu meminum ramuan yang diberikan oleh penyihir. Tepat setelah menenggaknya, ia merasakan seperti ada dua pedang yang menusuk tubuhnya, kemudian ia pingsan.
Ketika tersadar kembali, ekor ikannya kini telah menghilang dan digantikan oleh sepasang kaki yang indah. Di waktu yang bersamaan, seorang pangeran datang menghampirinya.
“Siapa namamu?” tanya sang pangeran. Namun, karena lidahnya baru saja dipotong, putri duyung tak bisa menjawab pertanyaan itu. Meskipun begitu, pangeran tetap mengajaknya ke istana karena terpukau dengan kecantikan sang putri.
Sesampainya di istana, pangeran memberikan makanan dan pakaian yang indah. Saat para dayang menari, putri duyung pun ikut menari dengan sangat indah, meskipun sebenarnya saat itu langkah kakinya begitu menyakitkan.
Pada suatu hari, sang pangeran harus pergi ke kerajaan lain untuk dijodohkan. Hal tersebut langsung membuat putri duyung merasa sedih. Rasa sedih itu semakin menjadi ketika pangeran menyebutkan kalau ia sebenarnya tidak ingin dijodohkan, ia hanya ingin menikah dengan perempuan yang telah menyelamatkannya di pantai dahulu.
“Akulah yang menyelamatkanmu, pangeran!” teriak putri duyung di dalam hati.
Keesokan harinya ia menemani pangeran ke kerajaan tempat putri yang akan dijodohkan berasal. Betapa terkejutnya sang pangeran ketika mendapati bahwa putri yang akan dijodohkan dengannya adalah perempuan yang dahulu ia temui di pinggir pantai. Pangeran pun merasa senang karena merasa telah bertemu dengan jodohnya.
Hal tersebut tentu saja membuat harapan putri duyung semakin pupus. Meskipun ia tahu pasti kalau bukan perempuan itu yang telah menolong pangeran, tapi putri duyung tak bisa berkata apa-apa.
Rasa sedih itu semakin menjadi-jadi ketika menyadari bahwa ia akan segera mati karena tidak bisa menemukan cinta sejatinya. Segala penyesalan atas pilihan yang telah ia buat rasanya tak ada gunanya.
Pulang Ke Laut?
Pesta pernikahan antara pangeran dan putri akhirnya dilaksanakan di atas kapal di tengah laut dengan sangat meriah. Karena mengetahui bahwa ini adalah hari terakhirnya hidup, di malam pesta itu putri duyung menari sepuasnya.
Ketika malam tiba dan semua orang sudah tertidur lelap di kapal, tiba-tiba putri duyung bungsu dikejutkan oleh kedatangan kelima kakaknya. Mereka datang membawa sebuah pisau perak untuk adik bungsunya.
“Kami sudah mengetahui ceritamu dari penyihir laut. Demi mendapatkan belati sakti ini, kami juga telah merelakan rambut kami pada penyihir laut. Tusukkanlah ke jantung pangeran, adik. Darah pangeran yang mengalir di kakimu akan mengubahmu kembali menjadi duyung. Ini adalah kesempatan terakhirmu! Cepat lakukan!” ucap salah satu kakaknya.
Putri duyung bungsu kemudian mengambil pisau perak tersebut dan membawanya ke kamar tempat pangeran dan istrinya tidur. Ketika ia hendak menusukkan pisau tersebut ke jantung pangeran, tiba-tiba ia mendengar pangeran menggumamkan nama sang istri dalam tidurnya.
Ia pun langsung keluar dari ruangan tersebut dan membuang pisau perak itu ke laut. Di ufuk timur, ia bisa melihat semburat merah pertanda matahari mulai terbit.
Sambil menangis, putri duyung bungsu menceburkan dirinya ke laut. Untuk terakhir kalinya, ia memandang kapal milik pangeran. Seketika itu pula tubuh sang putri duyung berubah menjadi buih-buih laut seindah mutiara.
Kelima kakaknya yang melihat hal tersebut hanya bisa bersedih dan membawa kabar duka tersebut pulang ke istana bawah laut.
Baca juga: Kisah Hikayat Hang Tuah dan Ulasannya yang Sarat Pesan Kepahlawanan
Unsur Intrinsik Kisah Putri Duyung
Bagaimana cerita dongeng Putri Duyung yang telah kami siapkan di artikel ini? Seru untuk dibacakan untuk buah hati tercinta, kan? Setelah membaca ceritanya, sekarang kamu juga bisa mengetahui beberapa unsur intrinsiknya, seperti:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah ini adalah mengenai pengorbanan. Sejak awal cerita, dikisahkan sang putri duyung bungsu mengorbankan suaranya demi bisa menjadi manusia dan bertemu dengan sang pangeran. Dan pada akhirnya, ia juga mengorbankan hidup dan lebih memilih membiarkan pangeran tetap hidup.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam cerita dongeng Putri Duyung ini terdapat tiga tokoh utama, yaitu putri duyung bungsu, pangeran, dan sang penyihir laut. Secara penokohan, putri duyung bungsu memiliki sifat ingin tahu yang sangat tinggi dan rela berkorban. Namun, ia juga berpikiran pendek dan tidak memperkirakan hal-hal buruk yang mungkin terjadi atas keputusan yang ia buat.
Pangeran memiliki sifat suka menolong dan teguh pada pendirian. Hal tersebut terlihat dari usahanya untuk membantu putri duyung bungsu berjalan kemudian membawanya ke kastel. Selain itu, ia memilih untuk menunggu dan menemukan gadis idamannya yang telah menyelamatkannya dari laut, meskipun sebenarnya orang yang ia tunggu itu bukanlah sang putri duyung bungsu.
Sang Penyihir laut merupakan tokoh antagonis yang memiliki sifat licik dan jahat. Ia membuat banyak syarat tak mudah bagi putri duyung bungsu yang ingin menjadi manusia. Kemudian ketika putri duyung bungsu menyanggupi semua permintaan itu, sang penyihir menjadi tamak dan meminta suara indah sang putri.
Selain ketiga tokoh utama tersebut, ada beberapa tokoh tambahan yang mendukung cerita. Di antaranya adalah raja laut, enam kakak putri duyung bungsu, nenek dari para putri, dan gadis gereja yang akhirnya menjadi istri pangeran.
3. Latar
Ada beberapa latar yang dikisahkan pada cerita dongeng Putri Duyung ini. Di antaranya adalah kastel atau istana bawah laut, permukaan laut, pinggir pantai, palung laut, istana, dan di dalam kapal.
Sedangkan latar waktu ceritanya adalah pagi, siang, sore, dan malam hari. Waktu-waktu tersebut banyak disebutkan khususnya pada momen sang pesta di atas kapal dan kepergian putri duyung bungsu ke dunia manusia untuk mengubah ekornya menjadi kaki.
4. Alur
Cerita dongeng tentang Putri Duyung kecil ini memiliki alur maju. Kisahnya dimulai dengan sang nenek yang menyebutkan bahwa sang putri duyung diperbolehkan pergi ke permukaan laut sebentar di momen ulang tahunnya yang ke-15. Sejak saat itu, ia selalu berharap untuk bisa memiliki sepasang kaki dan tinggal di dunia manusia bersama pangeran yang ia sukai.
Konflik bermula ketika ia sudah memiliki kaki dengan mengorbankan hidupnya pada seorang penyihir laut, tapi tetap saja pangeran memilih untuk menikah dengan perempuan lain. Ia pun harus memilih untuk kembali pada kehidupan lamanya dengan cara membunuh pangeran, atau membiarkan pangeran hidup tapi dirinya sendiri yang menghilang.
5. Pesan Moral
Dari kisah ini, ada satu pesan moral yang bisa dipetik, yaitu jangan mengambil risiko yang terlalu besar untuk sesuatu hal yang tak pasti. Seperti yang terlihat dari pilihan putri duyung yang bertekad kuat untuk meninggalkan dasar laut demi bertemu dengan pangeran yang dicintainya. Padahal, belum tentu sang pangeran memiliki perasaan yang sama.
Selain instrinsiknya, dalam cerita dongeng Putri Duyung ini terdapat juga unsur ekstrinsik. Seperti norma yang berlaku di masyarakat sekitar, seperti nilai budaya, sosial, moral, dan agama.
Baca juga: Simak Kisah Hikayat Bunga Kemuning dan Ulasan Menariknya di Sini!
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Putri Duyung
Setelah membahas tentang unsur intrinsiknya, kini kamu bisa mengetahui tentang fakta menarik seputar cerita dongeng Putri Duyung. Langsung saja simak ulasan ceritanya berikut.
1. Cerita Dongeng Versi Disney
Seperti yang sudah disebutkan di awal, kisah ini sudah diadaptasi oleh Disney dengan judul Little Mermaid. Dalam cerita dongeng versi Disney tersebut, sang putri duyung dikenal dengan nama Ariel. Secara umum, kisahnya kurang lebih sama. Tentang seorang putri duyung kecil yang jatuh cinta dengan pangeran manusia dan rela melakukan segala cara agar bisa bersama pria tersebut.
Perbedaan kisahnya terletak pada akhir cerita. Di mana dalam Little Mermaid, Ariel menggunakan ramuan pengembali suara dari kakak-kakaknya kemudian menyanyikan lagu laut. Lagu yang didengar oleh pangeran ketika baru saja diselamatkan dari tenggelam itu langsung membuat sang pangeran tersadar. Rupanya, wanita yang menyelamatkannya dari amukan badai adalah Ariel, bukan putri dari kerajaan tetangga.
Pangeran akhirnya membatalkan pernikahannya dengan sang putri, dan meminang Ariel untuk menjadi istrinya. Tipikal kisah Disney pada umumnya, sang pangeran dan Ariel hidup bahagia selamanya.
2. Cerita Dongeng Versi Sulawesi Tengah
Selain versi Disney, di Indonesia sendiri terdapat cerita legenda tentang asal mula putri ikan duyung yang berasal dari Sulawesi Tengah. Dalam kisah ini, awalnya menceritakan tentang hidup sepasang suami istri dengan tiga anaknya yang masih kecil. Karena tinggal di pinggir laut, mereka terbiasa memakan ikan.
Suatu hari, ikan yang dihidangkan saat sarapan tidak habis dimakan. Sang suami pun berpesan pada istrinya untuk menyimpan ikan tersebut untuk makan malam. Pada siang harinya, sang istri dan ketiga anaknya makan bersama. Mendadak sang bungsu menangis karena meminta ikan yang disimpan di dalam lemari. Padahal ikan tersebut disimpan di lemari untuk makan malam ayahnya. Tangisan si bungsu baru berhenti setelah ia mendapatkan ikan yang disimpan di dalam lemari itu.
Ketika sang ayah pulang bekerja, ia berniat untuk langsung makan dengan sisa ikan sarapan tadi. Namun, pecahlah amarahnya ketika mengetahui bahwa si bungsu telah memakan ikan tersebut. Ia bahkan langsung memaksa istrinya untuk mencari ikan di laut sebanyak-banyaknya.
Dengan perasaan sedih dan sakit hati, sang istri pergi meninggalkan suami dan ketiga anaknya untuk mencari ikan. Selama satu hingga dua hari, ketiga anak tersebut terus mencari ibunya. Hingga akhirnya pada hari ketiga, mereka memutuskan untuk pergi ke laut mencari sang ibunda.
Setelah berteriak beberapa kali memanggil ibunya, mereka mendengar suara sang ibunda dari kejauhan. Namun, setelah bertemu, sang ibunda hanya memberikan ikan pada mereka kemudian menyuruh pulang. Hal tersebut selalu terjadi selama beberapa hari hingga akhirnya sang putri sulung menyadari bahwa bagian pinggang hingga kaki ibunya memiliki sisik dan berbentuk seperti ekor ikan.
Ketiga kakak adik itu pun hanya bisa menangis karena menyadari ibundanya tak akan pernah kembali ke rumah lagi. Meski begitu, secara berkala kakak beradik itu selalu pergi ke tepi laut kemudian memanggil ibunya dan menghabiskan waktu bersama-sama.
Baca juga: Cerita Rakyat Telaga Bidadari, “Jaka Tarub” dari Banjarmasin Beserta Ulasan Menariknya
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng tentang Putri Duyung di Artikel Ini?
Demikianlah cerita dongeng Putri Duyung asli karya Hans Christian Andersen beserta unsur intrinsik dan fakta-faktar menariknya. Sudah puas dengan ceritanya belum?
Kalau belum, tanpa menunggu lama langsung saja cek artikel-artikel di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisah Jaka Tarub, Sangkuriang, Roro Jonggrang, dan masih banyak lagi.