
Cerita rakyat Nusantara itu ada beragam, lho. Dari beberapa daerah punya kisah dan sejarahnya masing-masing. Di Kalimantan Selatan, ada cerita sejarah Datu Pujung. Kalau ingin membaca ceritanya, langsung saja cek ulasannya di artikel ini.
Indonesia memang kaya akan cerita rakyat Nusantara yang menarik tuk disimak. Dari Kalimantan Selatan, ada cerita rakyat Datu Pujung yang juga merupakan kisah sejarah Pulau Kaget. Kamu sudah pernah mendengar kisahnya?
Secara singkat, cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang pria tua yang arif dan bijaksana bernama Pujung dan kerap dipanggil Datu Pujung. Tak ada satu orang pun yang tahun dari mana asal pria itu. Rupanya, ia memiliki kesaktian yang bisa menyelamatkan negeri dari mara bahaya.
Seperti apakah kesaktian pria yang bijak ini? Kalau penasaran dengan kisahnya, tak perlu ke mana-mana lagi. Mending langsung saja simak cerita sejarah Datu Pujung beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya di bawah ini!
Cerita Sejarah Datu Pujung
Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Pemimpin dari kerajaan tersebut adalah Sultan Suriansyah yang terkenal ramah dan bijaksana.
Pada masa kepemimpinannya, hiduplah seorang laki-laki tua yang tinggal sebatang kara. Orang-orang memanggilnya si Pujung. Terkadang, mereka juga memanggilnya Datu Pujung.
Pria tua itu sangat bijak dan baik kepada warga sekitarnya. Ia juga menguasai banyak ilmu sehingga menjadi panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Anehnya, tak ada satu pun orang yang tahu asal usul dari kakek tua ini.
Pada suatu hari, Kerajaan Banjar kedatangan tamu asing. Para warga mendapati para tamu itu menaiki sebuah kapal berbendera asing yang sedang bergerak menuju pelabuhan Muara Sungai Barito, lebih tepatnya di Muara Kuin atau Delta Kuin.
Karena para warga merasa asing, mereka pun berbondong-bondong menyongsong kedatangan kapal yang panjang dan besar itu. Mereka merasa keheranan, ditambah lagi, ada anak buah kapal yang unik. Rambutnya pirang seperti rambut jagung dan matanya biru seperti air laut.
Ternyata, sifat para pelaut itu sangatlah angkuh. Mereka tampak mencurigakan. Dari kejauhan, para warga melihat para pelaut itu membawa senjata-senjata api.
Sang Raja Panik
Mengetahui gerak-gerik mencurigakan dari para pelaut asing, para warga pun bergegas melaporkan mereka ke Sultan Suriansyah, sang Penguasa Negeri. “Tuan, kami hendak melapor. Di Muara Kuin telah hadir para tamu asing yang sikapnya angkuh, Tuan. Bahkan, mereka membawa senjata api. Kami khawatir bila mereka akan melukai kami,” lapor salah satu warga.
“Siapa mereka? Berani-beraninya membuat wargaku resah?” ucap Sultan geram.
“Kami juga tidak tahu, Tuan. Mata mereka berwarna biru dan rambutnya pirang. Tubuh mereka tinggi dan kekar,” jawab warga itu.
Mendengar cerita itu, Sultan Suriansyah segera mengumpulkan para hulubalang Kerajaan Banjar untuk mengadakan musyawarah. Mereka memikirkan rencana antisipasi serangan mendadak dari tamu asing itu. Karenanya, seluruh prajurit istana pun siaga di sekitar istana.
“Aku punya firasat kalau kedatangan pelaut asing dengan kapal besar itu akan membawa bencana dan kehancuran di negeri tercinta kita ini. Sebelum hal itu terjadi, sebaiknya kita menyiapkan barikade di muara sungai sebelum mereka sampai di pelabuhan,” ucap Sultan Suriansyah dalam musyawarah itu.
“Mohon ampun, Baginda. Muara sungai sangat dalam dan berarus deras. Tampaknya, kita hanya bisa membuat barikade dari pohon-pohon besar dan berbatang tinggi. Lalu, pohon itu kita tancapkan ke dasar sungai,” ucap salah satu hulubalang.
Baginda Raja menerima saran tersebut. “Baiklah, kau boleh pakai cara itu. Bentuk dan bahannya terserah kalian. Cepat lakukan sekarang, sebelum para pelaut asing itu tiba di sini!” seru Sultan memberi perintah dan keputusan.
“Tapi, mohon maaf, Tuan. Bukan maksud hamba tak ingin segera bertindak. Namun, mengingat waktunya sangat mendesak dan jumlah bala bantuan kita sangat terbatas, kita tak mungkin bisa menyelesaikannya dengan cepat,” ucap salah satu hulubalang.
“Hmm, benar juga,” ucap Sultan berpikir.
Mengadakan Sayembara
Beberapa saat kemudian, ada seorang hulubalang yang mendapatkan ide. “Karena waktu kita tak banyak, bagaimana kalau kita buat sayembara saja? Barang siapa yang mampu meramu dan menancapkan batang kayu ke dasar sungai secara cepat, maka akan kita beri hadiah yang besar,” usulnya.
“Aku setuju dengan usul tersebut,” ujar sang Pemimpin.
“Tetapi, Baginda. Tampaknya hanya orang sakti yang bisa melakukan pekerjaan tersebut. Orang biasa seperti kita tak akan mungkin bisa meramu dan menancapkan batang kayu besar ke dasar sungai dengan cepat. Semua itu mustahil, Baginda,” ujar salah satu petugas pelabuhan.
“Benar, Baginda. Tampaknya, tak ada warga di negeri ini yang memiliki kesaktian tersebut,” tambah hulubalang lain.
Lalu, suasana mendadak hening sejenak. Seluruh hulubalang yang hadir dalam musyawarah hanya terdiam dan menunduk. Mereka tak tahu harus berbuat apa lagi.
Tiba-tiba, suasana hening itu dipecahkan oleh seorang pria dari arah belakang. “Mohon maaf, Tuan dan Baginda. Hamba pikir, mengadakan sayembara adalah ide yang bagus,” ujar seorang pria yang mengenakan jubah. Sontak, semua pandangan tertuju kepadanya.
“Memang bagus. tapi siapa yang bisa mengikuti sayembara itu? Tak ada satu pun orang yang bisa melakukannya dalam waktu singkat,” ujar salah satu hulubalang.
“Benar sekali. Sudah pasti tak ada yang bisa melakukannya. Memangnya kau sanggup?” imbuh hulubalang yang lain dengan nada sedikit melecehkan. Para peserta musyawarah pun langsung menertawakannya.
Kondisi tak enak itu langsung Sultan hentikan. “Hentikan! Biarkan pria ini menyelesaikan dulu ucapannya. Beraninya kalian memutus pembicaraan orang lain,” ujar Baginda Raja geram.
“Maafkan kami, Tuan,” ucap para hulubalang.
Pria Misterius
“Terima kasih, Baginda. Hamba memang belum selesai bicara. Karena situasi yang terhimpit, tampaknya beberapa di antara kita tidak sabaran,” ucap pria berjubah yang misterius itu.
Lalu, ia perlahan-lahan menjelaskan strateginya untuk menyelamatkan negeri. “Kalian semua benar, meramu kayu menjadi barikade itu bukanlah tugas yang mudah. Menancapkannya ke dasar sungai juga bukan tugas yang cepat tuk dilakukan. Semua itu memerlukan waktu yang cukup lama. Musuh kita dalam kapal layar besar itu akan cepat mengetahui jika kita sedang membuat barikade. Alhasil, mereka akan menyerang kita sebelum barikade selesai,” ucap pria itu.
“Lantas, apa yang sebaiknya kita perbuat? Kau punya ide?” ucap Sultan.
“Jika dipercaya. Izinkan hamba mengerjakannya menurut kemampuan dan cara hamba. Hamba bisa menjami kapal asing itu akan kandang di Muara Sungai Barito,” ucapnya.
Seluruh hulubalang tertawa dengan kencang. Mereka meragukan kemampuan pria tua itu. “Hahahaha, kamu itu sudah tua renta. Mana bisa kau menyelamatkan negeri ini! Kalau ngomong tolong yang masusk akal,” ucap salah satu hulubalang meledek.
Sultan Suriansyah lalu memukul mejanya dengan palu. “Kalau kalian tak bisa berkata baik, tolong diam saja. Biarkan bapak ini menyelesaikan perkataannya,” ucap sang Raja kesal dengan sikap para hulubalang.
“Jadi, cara apa yang akan kau perbuat untuk menyelamatkan negeri ini? Aku akan perintahkan para prajurit tuk membantumu,” imbuh sang Pemimpin.
Datu Pujung Meminta Kepercayaan Sang Raja
“Tak perlu, Tuan. Hamba bisa menyelesaikannya sendiri. Namun, Hamba mohon agar Baginda memberikan kepercayaannya kepada saya. Tugas ini juga saya lakukan bukan karena hadiah. Tapi, demi keselamatan negeri kita,” ucap pria itu.
“Hamba akan mulai menyelematkan negeri ini sekarang juga. Hamba pamit undur diri,” ucap pria itu seraya meninggalkan musyawarah.
Semua orang yang ada di tempat itu pun tercengang. “Siapa gerangan pria itu?” tanya Sultan Suriansyah kepada para hulubalang.
“Hamba tak tahu, Tuhan. Beliau menutupi wajahnya dengan kerudung. Hamba tak bisa menyaksikannya,” ucap salah satu hulubalang.
“Lantas, apakah kita bisa mempercayainya, Tuan?” tanya salah seorang peserta.
“Kita bisa mempercayainya, Tuan. Orang misterius tadi adalah Datu Pujung. Saya tadi sempat melihat wajahnya karena saya duduk bersebelahan dengannya,” jawab salah satu hulubalang.
“Siapakah gerangan Datu Pujung?” ucap Baginda Raja.
“Di kalangan kami para warga, Datu Pujung adalah orang tua yang kami segani. Ia punya banyak ilmu dan sangat baik serta bijak,” jawab orang itu.
Kemudian, Baginda Raja memutuskan tuk mempercayai Datu Pujung. “Baiklah, kalau begitu, kita tunggu kesaktian pria itu hingga malam ini. Semoga saja ia dapat kita andalkan,” ucap sang Raja.
Kesakitan Datu Pujung
Malam pun semakin gelap. Di istana, Baginda Raja dan para hulubalang bersiaga dengan senjata, barangkali Datu Pujung butuh bantuan. Sementara itu, di kapal besar, para pelaut asing sedang mondar mandir sambil menenteng senjata.
Langkah mereka tiba-tiba terhenti. Mereka merasa kapal sedang miring ke kanan. Belum sempat berkata apa-apa, mereka sudah terjatuh ke sungai. Tak lama kemudian, kapal miring ke kiri sehingga para penjaga di sayap kiri juga terjatuh.
Merasa ada yang aneh, kapten kapal pun membunyikan tanda bahaya. Anak buah kapal yang semula di alam kapal pun keluar dengan senjata lengkap. Di atas perahu, mereka melihat seorang berjubah putih di atas geladak.
Karena tak mengenali sosok tersebut, para anak buah kapal pun mengepungnya. Orang berjubah putih itu melarikan diri. Para prajurit kapal berteriak, “Jangan sampai orang itu lolos! Tangkap dia hidup-hidup!”
Hingga akhirnya, pria berjubah putih tersudut di haluan kapal. Para prajurit asing itu berhasil mengepungnya. Karena tak bisa lari lagi, orang berjubah putih itu pun menghentakkan kakinya ke kapal berulang kali.
Kapal itu berderak pecah. Orang berjubah putih melompat ke sungai. Hanya dengan satu lompatan saja, ia sudah berada jauh dari kapal. Para prajurit asing tercengang. Mereka lalu menembak orang berkerudung putih itu. Keheningan malam pun pecah oleh suara-suara tembakan yang menggema.
Tampaknya tembakan mereka berhasil mengenai pria misterius itu. Mereka terdiam sejenak sambil melihat apakah orang itu benar-benar sudah mati atau belum.
Dalam keheningan, ada suara gelak tawa memecahkan suasana. “Hahaha, yang kalian tembak itu hanya bajuku,” terdengar tawa dan suara lantang dari sudut kapal.
Karena sangat gelap, semua mata prajurit kapal pun fokus ke arah sumber suara. Suara itu semakin kencang, “Kalian tidak bisa melihatku, ya? Hahaha. Coba tembak aku kalau berani!”
Merasa dilecehkan, para prajurit menembak ke arah sumber suara tanpa tahu apa yang mereka tembak. Ternyata, mereka saling menembak kawan sendiri.
Berhasil Mengecoh Lawan
Tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar, “Mata kalian kurang jeli! Kalian tak bisa melihatku, kan? Hahaha.” Para prajurit merasa sumber suara berasa dari arah kemudi kapal.
Tanpa basa-basi, mereka langsung menembak arah kemudi kapal. Sudah puas mempermainkan para prajurit, pria berjubah putih itu melayang ke udara dan meluncur ke atas kapal.
Sekali hentakan, kapal itu langsung terbelah menjadi dua. Anak buah kapal dan seluruh isi kapal tenggelam ke dasar Sungai Barito. Itu berarti, Kerajaan Banjar berhasil ia selamatkan. Seluruh penduduk merasa lega dan bahagia
Pria berjubah putih yang ternyata Datu Pujung itu mendapatkan hadiah dari Sultan Suriansyah. “Karena kau telah berhasil menyelamatkan Negeri ini. Aku akan memberimu hadiah sesuai yang telah aku janjikan,” ucap Baginda Raja.
“Aku akan memberimu jabatan di istana, emas berlian, dan makanan lezat. Bila masih kurang, aku akan memberi apa pun yang kamu mau,” imbuhnya.
“Hadiah berupa pangkat hamba terima dengan senang hati. Saya berterima kasih akan hal itu. Namun, saat ini, izinkan hamba mengembalikan seluruh hadiah tersebut. Hamba tak pantas mendapatkan jabatan,” ujar Datu Pujung menepati janjinya.
“Hmm, kalau begitu, apa yang kau pinta Datu? Beritahu aku. Akan aku kabulkan apa pun permintaanmu. Atau, bawalah makanan-makanan ini bersamamu. Jika kurang, akan kue\beri tambahan,” ucap Sultan Suriansyah.
“Hamba tak pernah kekurangan makanan, karena bumi ini sangat luas dan setiap jengkal tanahnya menjadi rezeki bagi siapa pun yang mau berusaha. Barangkali di luar sana ada yang membuthkan makanan, ke sanalah sebaiknya hadiah ini Tuanku berikan,” ucapnya bijak.
“Aku hanya meminta selembar baju sebagai penutup aurat. Berkenankah Baginda memberi hamba selembar baju?” ucap Datu Pujung.
“Tentu saja, aku akan memberi apa yang kamu mau. Sungguh mulia benar hatimu,” puji Sultan Suriansyah.
Unsur Intrinsik
Usai membaca cerita sejarah Datu Pujung di atas, apakah kamu jadi penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak ulasan singkatnya berikut ini;
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita sejarah Datu Pujung adalah tentang kesaktian seorang pria yang berhasil menyelamatkan sebuah negeri. Di tengah hiruk pikuk para hulubalang, ia berhasil mengalahkan para pelaut asing seorang diri.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh utama dalam cerita sejarah ini adalah Datu Pujung dan Sultan Suriansyah. Datu Pujung digambarkan sebagai pria tua yang bijak dan disegani karena memiliki banyak ilmu. Namun, ia adalah pria misterius yang tak orang ketahui asal-usulnya.
Sementara Sultan Suriansyah adalah pemimpin dari Kerajaan Banjar yang juga dikenal bijak dan ramah. Selain tokoh utama, legenda Datu Pujung juga memiliki beberapa tokoh pendukung. Mereka adalah para hulubalang istana yang turu mewarnai cerita.
Tokoh antagonis dalam cerita ini adalah para pelaut asing yang hendak melakukan penyerangan di Kerajaan Banjar. Untung saja, Datu Pujung berhasil mengalahkan mereka.
3. Latar
Cerita rakyat ini menggunakan beberapa latar tempat yang berada di Kalimantan Selatan. Tempat-tempatnya adalah Kerajaan Banjar, Muara Sungai Barito, dan kapal milik pelaut asing.
4. Alur Cerita Sejarah Datu Pujung
Alur cerita cerita sejarah Datu Pujung adalah maju atau progresif. Cerita bermula dari beberapa warga di negeri Banjar yang mendapati ada kapal besar yang dikendarai oleh pelaut asing yang mengarah ke pelabuhan Muara Barito. Karena para pelaut itu menenteng senjata dan berlagak angkuh, mereka pun melaporkannya ke Sultan Suriansyah.
Dengan sigap, Sultan Suriansyah mengumpulkan para hulubalang untuk membicarakan soal kedatangan pelaut asing itu. Seorang hulubalang memberi saran menghalang para pelaut asing dengan barikade.
Namun, Muara Barito terlalu dalam, sehingga membutuhkan pohon yang besar. Merancang barikade dengan pohon besar tentunya memakan waktu yang cukup lama. Hulubalang lainnya menyarankan sang Raja untuk membuka sayembara, bagi siapa saja yang bisa merancang barikade dengan cepat, maka ia akan mendapatkan hadiah besar.
Sayangnya, saran tersebut ditolak oleh salah satu hulubalang. Alasannya, tak ada satu pun orang sakti di negeri ini yang bisa membuat barikade dengan pohon besar dengan cepat. Mereka lalu berpikir dengan keras.
Di tengah keheningan, Datu Pujung yang mengenakan jubah putih tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya bisa mengalahkan para pelaut asing itu. Ia hanya meminta sang Raja percaya kepadanya.
Karena tak ada pilihan lain, sang Raja pun mempercayai Datu Pujung. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengecoh dan mengalahkan para pelaut asing dengan tangan kosong. Hebatnya lagi, ia tak meminta hadiah apa pun dari sang Raja.
5. Pesan Moral
Dari cerita sejarah Datu Pujung ini ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik. Sultan Suriansyah mengajarkan untuk menjadi pemimpin yang bijak dan bersikap baik.
Lalu, si Pujung alias Datu sakti dari Kalimantan ini mengajarkan kita untuk membantu tanpa pamrih. Demi keselamatan Kerajaan Banjar beserta masyarakatnya, ia menunjukkan kesaktiannya dan berhasil mengalahkan para pelaut asing yang hendak menyerang.
Meski sangat berjasa, ia sama sekali tak meminta imbalan pada sang Raja. Ia ikhlas membantu negeri tersebut. Baginya, rezeki akan datang dengan sendirinya. Ia bahkan meminta sang Raja untuk memberikan imbalannya kepada warga yang membutuhkan.
Selain unsur instrinsik, cerita sejarah Datu Pujung ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Di antara unsur ekstrinsiknya adalah nilai ketuhanan, sosial, budaya, dan moral dari lingkungan di sekitar.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel yang memaparkan kisah legenda Indonesia ini, kamu wajib banget membaca fakta menariknya. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya;
1. Cerita Rakyat Datu Pujung Menjadi Sejarah Asal-Usul Pulau Kaget
Kamu pernah mendengar tentang Pulau Kaget? Pulau tersebut berada di Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimatan Selatan. Konon, Pulau Kaget terbentuk dari potongan-potongan kapal yang dihancurkan Datu Pujung.
Potongan-potongan kapal itu cukup besar dan tertimbun lumpur sehingga menjadi endapan. Para warga lalu menyebutnya Pulau Kaget. Pulau itu terkenal akan keindahannya.
Selain itu, Pulau Kaget juga telah diresmikan oleh pemerintah sebagai cagar alam. Pulau tersebut menjadi tempat tinggal bagi para bekantan yang merupakan maskot fauna dari provinsi Kalimantan Selatan.
Bekantan adalah jenis monyet berhidung panjang. Konon, bekantan merupakan para pelaut asing yang dikutuk oleh Datu Pujung menjadi monyet. Karena itulah bekantan memiliki hidung yang panjang.
2. Ada Versi Lain
Pada umumnya, cerita rakyat atau legenda memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita sejarah Datu Pujung ini. Secara garis besar, semua versi memiliki kisah yang sama, yaitu ada pelaut asing yang menyerang negeri Banjar.
Perbedaannya terletak di detail cerita. Ada satu versi yang menyebutkan bila Datu Pujung adalah pemimpin sebuah kerajaan di Muara Kuin yang terletak di Banjarmasin. Ia terkenal gagah perkasa dan pemberani.
Pada suatu hari, ada kapal dari Inggris yang hendak menguasai kerajaan miliknya. Untuk menggagalkan rencana mereka, Datu Pujung mengeluarkan persyaratan bagi setiap pendatang yang ingin tinggal di negeri Banjar.
Mereka harus membelah kayu besar tanpa alat apa pun. Datu Pujung tentu saja bisa membelahnya dengan mudah, karena ia memiliki kesaktian. Namun, para pelaut asal Inggris itu tak bisa memenuhi persyaratan. ]
Meski begitu, mereka tetap nekat ingin menguasai negeri Banjar. Karena itu, Datu Pujung pun terpaksa mengeluarkan kesaktiannya. Ia menenggelamkan kapal beserta para penumpangnya dengan satu kali hentakan. Lalu, bangkai kapal dan potongan-potongan kayu itu menjelma menjadi sebuah pulau.
Bagikan Cerita Sejarah Datu Pujung Pada Teman-Temanmu
Demikianlah salah satu contoh cerita asal-usul Pulau Kaget yang merupakan sejarah dari Datu Pujung. Kisahnya sangat menarik dan sarat akan pesan moral, kan? Kalau kamu suka, segera bagikan kisahnya kepada teman-temanmu.
Buat yang ingin membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada beragam cerita Nusantara yang bisa kamu baca, seperti asal-usul nama Kota Makassar, legenda Minang Rambun, kisah Angso Duo, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!