
Kamu mungkin masih belum familier dengan cerita rakyat dari Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing. Ceritanya cukup menarik dan sarat akan pesan moral, lho. Kalau penasaran, sekarang kamu sudah berada di tempat tepat. Yuk, simak langsung kisahnya!
Jambi memiliki beberapa cerita rakyat yang kisahnya seru. Ada kisah Putri Tangguk, Rangkayo Hitam, dan Si Kelingking. Selain tiga contoh tersebut, ada pula cerita rakyat Ibu Kandungku Seekor Kucing yang juga berasal dari Jambi.
Sesuai judulnya, legenda ini mengisahkan tentang seekor kucing yang memiliki dua anak perempuan. Anehnya, anak-anaknya bukanlah seekor kucing, melainkan manusia. Kedua anak tersebut sempat malu memiliki ibu seekor hewan berkaki empat.
Lantas, apa yang kan terjadi dengan kedua putri tersebut? Apakah mereka selamanya akan malu punya ibu seekor kucing? Kalau penasaran, tak usah berlama-lama lagi, mending langsung saja simak cerita rakyat dari Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing ini sekarang juga. Ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan.
Cerita Rakyat Jambi, Ibu Kandungku Seekor Kucing
Pada zaman dahulu, di sebuah desa kecil di Jambi, hiduplah kakak beradik yang sangat cantik. Sang kakak bernama Mima dan adiknya bernama Mimi. Tak hanya cantik, mereka juga ramah dan baik hati.
Mereka tinggal bersama sang ibu di sebuah rumah yang sangat sederhana. Anehnya, ibu mereka bukanlah seorang manusia. Melainkan seekor kucing. Tak ada satu orang pun di desa itu yang mengetahui bagaimana bisa seekor kucing memiliki anak manusia.
Mima dan Mimi juga tak paham kenapa bisa memiliki ibu seekor hewan berkaki empat. Meski begitu, kedua putri itu sangatlah menyayangi ibu mereka. Mereka tak pernah sedikit pun melawan perintah dari sang ibu.
Karena kecantikan dan kebaikan hati mereka, banyak pemuda yang terpikat dengan Mima dan Mimi. Tak sedikit yang berminat untuk meminang kedua putri cantik itu. Namun, tak satu pun yang berhasil memikat hati Mima dan Mimi.
Hingga suatu hari, ada dua orang kakak adik bernama Jaka dan Putra yang menarik hati Mima dan Mimi. Kedua pria itu sangatlah baik. Mereka anak saudagar kaya raya dari desa seberang. Setelah lama saling suka dan kenal, Jaka hendak meminang Mima. Sementara Putri ingin menjadikan Mimi sebagai istrinya.
“Mima, sudah lama kita saling kenal dan saling suka. Oleh karena itu, perkenankan Jaka bertemu dengan orang tuamu. Jaka ingin melamarmu. Apakah kamu berkenan?” tanya Jaka pada Mima.
Di hari yang sama, Putra juga mengatakan keinginannya untuk menikahi Mimi. Hanya saja, Mima dan Mimi tak langsung menerima lamaran tersebut. Tentunya, mereka butuh pertimbangan dari sang Ibu. Ditambah lagi, Mima dan Mimi juga belum mengatakan keadaan keluarga mereka yang sesungguhnya.
Baca juga: Kisah Sawerigading dari Sulawesi Selatan & Ulasan Menariknya, Penyemangat Agar Pantang Menyerah
Mengatakan Pada Sang Ibu
Ketika malam tiba, Mima dan Mimi meminta izin dan pertimbangan dari sang Ibu perihal lamaran dari kekasih mereka. Tentu saja mereka berharap ia menerima lamaran dari para kekasih.
“Ibu, pagi tadi, Jaka dan Putra berkata kalau ingin menemui Ibu. Mereka ingin menikahi kami, Bu. Kira-kira, bolehkah kami menikah dengan mereka, Bu?” tanya Mima.
“Tentu saja Ibu tak akan melarang kalian menikah. Kalau sudah sama-sama dewasa, apalagi yang mau kalian tunggu? Menikahlah anak-anakku,” ucap sang Ibu. Mendengar jawaban tersebut, Mima dan Mimi merasa sangat lega dan bahagia. Mereka lalu memeluk sang Ibu dengan erat.
“Aku sudah tak sabar ingin memberitahukan berita baik ini pada Jaka,” ucap Mima.
“Sama, Kak. Aku juga ingin esok segera tiba agar bisa memberi tahu Putra,” jawab Mimi.
Keesokan harinya, Mima dan Mimi datang menemui Jaka dan Putra. Mereka lalu menceritakan bahwa ayah mereka telah tiada. Jadi, mereka hanya memiliki seorang ibu. Hal itu tentu tak jadi masalah buat Jaka dan Putra.
Lalu, Mima dan Mimi mengajak Jaka dan Putra pulang ke rumah. Mereka hendak memperkenalkan kekasih masing-masing pada sang Ibu. Sesampainya di rumah, Mima dan Mimi langsung memperkenalkan Jaka dan Putra pada ibu mereka.
Sontak, Jaka dan Putra terkejut. “Apa maksud kalian? Kami kemari untuk bertemu dengan ibu kalian. Kenapa malah kalian kenalkan kepada seekor kucing?” tanya Jaka dan Putra kebingungan.
“Ia memang ibu kami,” jawab Mima.
“Kalian hendak mempermainkan kami, ya? Kami tak suka cara bercanda kalian. Bukankah hari ini akan menjadi momen penting bagi kita? Kenapa kalian malah bersikap kekanak-kanakan?” tanya Jaka yang masih tak percaya.
“Kami tak bercanda. Memang ia adalah ibu kami,” jawab Mima.
“Kalau begitu, maafkan kami. Terpaksa kami harus membatalkan pinangan ini. Apa kata orang tua kami bila tahu calon besan mereka adalah seekor kucing,” ucap Putra dan Jaka sembari melangkah pergi dari rumah Mima dan Mimi.
Mencari Ibu Baru
Betapa sedih hati Mima dan Mimi. Mereka tak menyangka jika Jaka dan Putra bakal membatalkan lamaran. Karena itu, Mima dan Mimi sangat membenci sang Ibu. Mereka sangat kecewa dan menyesal punya ibu seekor binatang.
Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari ibu baru. Tentu saja, keputusan mereka membuat hati sang Ibu sangat sakit. Namun, mau bagaimana lagi. Sang Ibu hanya bisa menangis melihat anak-anaknya hendak mencari pengganti dirinya.
Mima dan Mimi lalu keluar rumah untuk mencari ibu baru. Sampai sore menjelang, mereka tak kunjung menemukan sosok yang tepat. Lalu, mereka melihat keindahan matahari senja. “Kak, lihatlah. Matahari ternyata kalau sore hari nampak sangat indah. Kalau pagi ia memberi cahaya dan menghangatkan. Tidakkah membanggakan bila punya ibu matahari?” ucap Mimi.
“Benar sekali, Mim. Bagaimana kalau kita menemui matahari? Lalu, tanyakan padanya berkenankah menjadi ibu kita,” ucap Mima.
Kemudian, mereka mendatangi matahari. “Wahai Matahari, kamu sangat hangat pada pagi hari, gagah saat siang, dan sangat memukau waktu sore tiba. Untuk itu, maukah kau menjadi ibu kami?” tanya kedua gadis cantik itu.
Matahari tersenyum mendengar ucapan Mima dan Mimi. Ia lalu berkata, “Pujian kalian terlalu berlebihan gadis cantik. Aku tak sehebat itu. Apabila awan datang, maka sinarku menjadi sangat gelap. Jadi, menurutku awanlah yang paling cocok menjadi ibu kalian.”
“Baiklah kalau begitu,” ucap kedua anak tersebut. Mereka lalu datang menemui awan.
“Awan yang baik. Kau tampak sangat anggun. Bentukmu bak kapas yang lembut. Ketika berubah menjadi hitam, kamu tampak sangat gagah. Matahari yang sangat panas pun bisa kau kalahkan. Oleh karena itu, maukah kau menjadi ibu kami?” pinta mereka.
“Kalian terlalu berlebihan gadis cantik. Memang bentukku indah bak kapas. Tapi, aku sebenarnya tak sehebat itu. Saat angin datang, aku akan terhempas ke gunung. Lalu, gunung akan menghalangi keindahanku. Kalau mau ibu yang kuat dan indah, mintalah kepada gunung,” ucap sang awan.
Tak Kunjung Mendapatkan Ibu
Hampir berputus asa, Mima dan Mimi lalu beranjak meninggalkan awan. Mereka lalu pergi menemui gunung. Tentu saja, gunung berada di tempat yang jauh. Mereka pun melakukan perjalanan yang cukup lama.
Ketika hampir sampai, mereka melihat keindahan dan kegagahan gunung. “Kak, lihatlah. Gunung memang sangatlah gagah dan indah. Ia layak menjadi ibu kita,” ucap Mimi bersemangat.
“Iya, Mimi. Semoga ia mau menjadi ibu kita,” ucap sang kakak yang merasa lelah.
Setibanya di tempat gunung berada, mereka lalu memintanya menjadi ibu mereka. “Wahai Gunung, kamu tampak sangat indah, gagah, dan kokoh. Maukah kau menjadi ibu kami? Kami ingin punya ibu yang kokoh dan indah,” ucap Mima dan Mimi.
Gunung terdiam mendengar ucapan kedua gadis itu. Ia tak tersenyum atau pun tertawa. Dirinya justru merasa bingung kenapa kedua gadis cantik ini menginginkannya menjadi ibu mereka.
“Wahai kalian gadis cantik. Kenapa kalian berpikir aku layak menjadi seorang ibu? Percayalah, aku tak sehebat yang kalian kira. Aku memang besar dan gagah. Tapi, lihat saja tubuhku. Ada banyak sekali lubang. Kalian tahu siapa yang melubangi tubuhku? Kalian pasti tak akan menyangkanya,” tanya Gunung.
“Memangnya, siapa yang melubangi tubuhmu?” tanya Mima penasaran.
“Tikus adalah yang membuat lubang di tubuhku. Bayangkan betapa hebatnya tikus yang bisa membuat lubang di tubuhku. Kurasa, tikus adalah sosok yang kalian cari,” saran Gunung pada Mima dan Mimi.
Menemui Tikus
Dengan perasaan sedikit kecewa, Mima dan Mimi memutuskan untuk pergi meninggalkan Gunung. Mereka lalu berjalan mengitari gunung untuk mencari rumah tikus. “Kak, apakah kau tahu di mana rumah tikus? Sepertinya kita sudah berjalan cukup jauh, tapi masih belum bisa menemukan rumahnya,” tanya Mimi,
“Aku juga tak tahu di mana rumahnya, Mim. Tapi, semoga saja tikus mau menjadi ibu hebat buat kita,” jawab sang kakak. Ketika berjalan menyusuri tanah lapang yang berada di pinggiran gunung, mereka mekuhat hewan kecil sedang menggali tanah.
“Kak, bukankah itu seekor tikus? teriak Mimi senang.
“Ayo kita segera mendekatinya,” jawab sang kakak sambil berjalan menghampiri tikus.
“Wahai Tikus, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Mima.
“Oh, hai gadis-gadis cantik. Aku sedang menggali tanah sampai berlubang untuk kujadikan sebagai rumah,” ucap Tikus.
“Wah, betapa hebatnya dirimu. Meski tubuhmu kecil, kau mampu melubangi tanah yang keras. Bahkan, tubuh gunung yang besar itu pun dapat kamu lubangi. Tampaknya, kau punya gigi yang teramat tajam. Karena itu, maukah kau menjadi ibu kami?” tanya Mima dan Mimi.
“Hahahaha, apakah kalian sedang bercanda? Aku menjadi ibu kalian? Hahaha,” ucap Tikus menertawakan Mima dan Mimi.
“Kami tak bercanda, Tikus. Kami sangat ingin kau menjadi ibu kami. Sebab, kamu sangatlah kuat,” pinta kedua gadis itu.
“Bagaimana bisa kalian menganggap aku kuat? Aku memang bisa menggali tanah dengan mudahnya. Tapi, ada satu hewan yang membuatku ketakutan. Kau tahu hewan apakah itu?” tanya sang Tikus.
“Tidak tahu. Hewan apakah itu?” tanya Mimi.
“Aku ini sangat takut kepada kucing. Hewan itu sangatlah kuat. Lihat saja taringnya, sangat tajam sehingga bisa saja merobek-robek tubuhku. Jadi, kalau kalian mau memiliki ibu yang kuat, carilah kucing. Hanya dia yang mampu mengalahkan hewan sepertiku,” ucap Tikus.
“Apa? Seekor kucing?” teriak Mima dan Mimi terkejut.
Kembali ke Pelukan Ibu
Betapa terkejutnya Mima dan Mimi mendengar bahwa Tikus takut dengan kucing. Mereka tak menyangka jika selama ini mereka telah mendapatkan yang terbaik. Hanya saja, mereka kurang bersyukur. Mima dan Mimi pun menangis sejadi-jadinya.
“Hai, kenapa kalian menangis? Apa kata-kataku menyinggu perasaan kalian?” tanya Tikus.
“Benarkah kucing adalah yang pantas menjadi ibu kami?” tanya Mima terisak.
“Hmm, katamu kau mencari ibu yang kuat? Kucing adalah sosok yang kuat. Ia juga lucu dan menggemaskan. Aku ini hewan yang dikenal jorok. Tubuhku juga kecil. Banyak orang yang menjauh dariku,” ucap Tikus.
Mendengar ucapan tersebut, membuat Mima dan Mimi semakin menangis. Mereka lalu pergi meninggalkan tikus dan kembali pulang. Namun, sebenarnya mereka merasa sangat malu karena telah mencampakkan sang ibu.
“Kak, bagaimana kalau ibu menolak kita kembali?” tanya Mimi.
“Tidak. Aku yakin ibu akan menerima kita kembali,” ucap Mima menenangkan adiknya. Ia sendiri sebenarnya tak yakin. Mengingat sifatnya dan Mimi sudah sangat kurang ajar.
Kemudian, mereka pun sampai di depan rumah. Hendak masuk, tapi mereka meragu. Lalu, keluarlah si Ibu kucing. Ia menyambut anak-anaknya dengan senyum hangat.
“Kalian sudah pulang anak-anakku? Ayo masuk. Malam sudah semakin larut. Kalian beristirahatlah,” ucap sang Ibu.
“I..ibu tak marah kepada kami? Kami sudah bersikap jahat pada Ibu,” ucap Mima.
“Kalian tak jahat kepada Ibu. Kalian adalah anak-anak ibu yang paling manis dan baik,” ucap sang Ibu sambil menyeka air mata anak-anaknya.
Mendengar ucapan sang Ibu, Mima dan Mimi menangis. Mereka lalu meminta maaf berulang kali pada sang ibu. Setelah itu, Mima dan Mimi tak mau lagi mencari ibu lain.
Unsur Intrinsik
Cerita rakyat Ibu Kandungku Seekor Kucing yang berasal dari Jambi ini cukup menarik, kan? Setelah membaca kisahnya, mungkin kamu jadi penasaran dengan informasi seputar unsur intrinsiknya. Berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita rakyat Jambi ini adalah tentang dua putri cantik yang memiliki ibu kandung seekor kucing. Awalnya mereka baik-baik saja. Namun, karena batal menikah, mereka pun menyesal punya ibu seekor kucing.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh utama dalam cerita rakyat Ibu Kandungku Seekor Kucing dari Jambi ini adalah dua orang anak cantik bernama Mima dan Mimi serta Ibu mereka. Mima dan Mimi digambarkan sebagai gadis cantik yang baik hati dan ramah.
Namun, karena batal menikah, mereka menjadi dua orang yang kurang bersyukur. Bahkan, mereka menyesal memiliki ibu seekor kucing. Sementara sang Ibu memiliki sifat yang baik dan pemaaf. Meski anak-anaknya telah menyakiti perasaannya, ia tetap memaafkan mereka.
Selain tiga tokoh utama tersebut, cerita rakyat Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing ini juga memiliki beberapa tokoh pendukung. Mereka adalah Matahari, Awan, Gunung, dan Tikus. Mereka bertiga cukup rendah hati dan tidak sombong.
3. Latar
Cerita rakyat Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing ini menggunakan beberapa latar tempat di Jambi. Sebut saja rumah Mima dan Mimi, sebuah desa kecil, gunung, dan tanang lapang.
4. Alur
Alur cerita rakyat ini adalah maju. Kisahnya bermula dari dua orang gadis cantik bernama Mima dan Mimi yang memiliki ibu kandung seekor kucing.
Awalnya, mereka tak masalah dengan kondisi sang ibu. Namun, kekasih mereka membatalkan rencana pernikahan karena tak mau punya ibu mertua seekor kucing.
Karena itu, Mima dan Mimi merasa kecewa dan menyesal punya ibu seekor hewan. Lalu, mereka pergi mengelilingi desa untuk mencari ibu baru.
Beberapa sosok yang mereka minta untuk menjadi ibu adalah matahari, awan, gunung, dan terakhir tikus. Pada akhirnya, tikus mengatakan bahwa ia kurang pantas menjadi seorang ibu. Sebab, ia tak sekuat kucing.
Karenanya, Tikus menyarankan Mima dan Mimi untuk menjadikan kucing sebagai ibu mereka. Mendengar hal tersebut tentu membuat Mima dan Mimi tersadar bahwa selama ini mereka telah memiliki ibu terbaik dan terhebat.
Setelah itu, mereka kembali ke rumah dan minta maaf pada sang ibu. Beruntung, ibu mereka mau memaafkan. Meski sakit hati, ia tetap menyangi anak-anaknya dengan tulus.
5. Pesan Moral
Pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik dari cerita rakyat Jambi ini? Tentu saja ada beberapa pesan moral, salah satunya bersyukurlah atas segala nikmat yang Tuhan berikan kepadamu.
Kalau mau bersyukur, niscaya hidupmu akan terasa bahagia dan tenang. Jangan seperti Mima dan Mimi yang tak bersyukur karena memiliki ibu seekor kucing.
Selain itu, amanat yang bisa kamu petik dari kisah ini adalah sayangi dan hormati ibumu. Sejatinya, ibulah orang yang paling berjasa dalam kehidupanmu.
Dari matahari, awan, gunung, dan tikus, belajarlah sikap rendah hati. Meski punya kehebatan masing-masing, mereka tak besar kepala.
Tak hanya unsur intrinsik, cerita rakyat Ibu Kandungku Seekor Kucing dari Jambi ini juga mempunyai unsur ekstrinsik. Sebut saja seperti kepercayaan masyarakat setempat dan budaya yang berkembang di tengah-tengahnya.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel ini, ada baiknya bila kamu membaca dulu fakta menarik dari cerita rakyat Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing ini. Berikut ulasan singkatnya;
1. Ada Beberapa Versi Cerita
Secara garis besar, beberapa versi cerita rakyat ini memiliki alur dan kisah yang sama. Perbedaannya terletak di beberapa detail kisahnya saja.
Ada satu versi yang menceritakan bahwa Putra dan Jaka tak mempermasalahkan ibu Mima dan Mimi. Namun, tidak dengan orang tua Putra dan Jaka. Mereka tak mau punya besan seekor kucing. Bagi mereka, hal itu sangat memalukan.
Kemudian, Mima dan Mimi mencari orang tua baru seorang manusia. Hanya saja, mereka justru dijadikan sebagai budak. Oleh karena itu, mereka kembali ke pelukan sang ibu kucing.
Baca juga: Cerita Legenda Kali Gajah Wong dari Yogyakarta yang Menarik Tuk Dibaca Beserta Ulasan Lengkapnya
Sudah Puas dengan Cerita Rakyat Jambi Ibu Kandungku Seekor Kucing?
Inilah akhir dari cerita rakyat Ibu Kandungku Seekor Kucing yang berasal dari Jambi ini. Ceritanya cukup seru, kan? Kalau suka dan puas dengan kisah yang kami paparkan, kamu bisa membagikannya pada teman-temanmu.
Buat yang mau baca kisah lainnya, terus baca kanal Ruang Pena pada situs Poskata.com. Ada beragam legenda nusantara yang seru tuk kamu baca, seperti legenda Batu Kepampang, kisah Danau Lipan, dan asal mula Telaga Biru.