
Pernahkah kamu mendengar kisah Putri Anastasia yang berasal dari Rusia? Kalau belum dan penasaran dengan ceritanya yang ternyata terinspirasi dari kisah nyata, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut ini!
Kisah tentang Putri Anastasia Nikolaevna Romanova dari Rusia bisa dibilang adalah cerita yang cukup menarik sebagai dongeng. Karena sebenarnya dongeng tersebut berasal dari cerita nyata putri bungsu Tsar Nicholas II.
Di mana pada tahun 1918, seluruh anggota keluarga Tsar Nicholas II, termasuk anak-anaknya dihabisi oleh kelompok polisi rahasia Bolsheviks. Hanya saja, tak ada yang bisa menemukan tubuh Grand Duchess Anastasia Nikolaevna.
Jadi penasaran kan bagaimana nasib Putri Anastasia dalam kisah dongengnya? Tanpa menunggu lama, langsung saja simak artikel ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya!
Kisah Dongeng Putri Anastasia
“Jayalah Tsar!”
“Jayalah sang Putri!”
“Jayalah keluarga Romanov, untuk setiap anggota keluarganya!”
Dari seluruh bagian ruang dansa di Istana Musim Dingin, bisa terdengar suara para tamu yang penuh kegembiraan. Putri Anastasia Romanov bisa mendengarnya dengan jelas. Perhiasan para tamu itu berkilauan layaknya kunang-kunang di bawah sinar lampu lilin. Namun, wajah mereka terlihat kabur.
Berada di dalam dekapan sang ayah, Anastasia terus saja menari melintasi lantai. Kepalanya sudah terasa pusing dan kakinya sangat lelah. Tapi sang putri tetap saja tidak peduli.
“Untuk kejayaan sepanjang tiga ratus tahun lagi!” teriak sebuah suara.
Tahun ini adalah perayaan hari jadi yang megah. Tepat pada hari ini, keluarga putri Anastasia telah memimpin Russia selama tiga ratus tahun lamanya. Meskipun begitu, ada saja beberapa masalah yang mengganjal. Khususnya para warga yang mengancam akan melakukan pemberontakan. Dan juga keberadaan penasihat keluarga yang bernama Rasputin, yang kini telah beralih menjadi seorang pengkhianat. Bahkan, belakangan ini, pemikiran tentang keberadaan Rasputin yang berkantung mata tebal cukup untuk membuat sang putri bergidik.
Untungnya, Tsar Nicholas II, ayah dari Putri Anastasia itu kini melarang Rasputin datang ke Istana.
Anastasia memeluk ayahnya erat. Setelah ini sang ayah akan berdansa dengan sang ibunda dan tiga kakak perempuannya.
Anastasia hanya ingin menikmati setiap langkah anggun mereka.
Duk. Alexi menabraknya dari belakang dan terjatuh di lantai dansa. “Owww!”
“Hati-hati!” Anastasia memarahi adik laki-lakinya.
Alexi langsung duduk dan menjulurkan lidahnya.
“Tsar Rusia yang selanjutnya,” ucap Anastasia seraya terkikik, “harus mengambil pelajaran menari.”
Ucapan itu membuat Tsar Nicholas tertawa terbahak-bahak. Ketika orkestra memainkan nada terakhirnya, sang Raja membungkuk pada Anastasia.
Hadiah dari Permaisuri Marie
Ketika Anastasia balas membungkuk, ia mulai menyadari kalau kerumunan tamu mulai terbuka. Dari tengahnya, masuklah seorang wanita berambut perak yang mengenakan gaun megah, Janda Permaisuri Marie, ibu dari sang Tsar.
Tanpa menunggu lama, Anastasia langsung berlari melintasi lapangan. Neneknya itu sebenarnya tinggal di Paris, oleh karena itu setiap pertemuan dengannya adalah sebuah kesempatan langka. “Nenek!” teriaknya seraya menggenggam tangan sang Permaisuri. “Kau akan menginap di sini cukup lama, kan?”
“Anastasia,” ucap Permaisuri Marie dengan senyum kesedihan, “Aku harus segera kembali setelah pesta dansanya berakhir. Namun, kali ini aku akan memberikan sesuatu yang spesial untukmu. Sesuatu yang bisa diingat.”
Di tangan sang Permaisuri terdapat sebuah kotak perhiasan yang halus dan terbuat dari kayu.
“Apakah itu adalah kotak perhiasan?” tanya Anastasia dengan penuh semangat.
Permaisuri Marie kemudian menyerahkan sebuah kunci emas yang berbentuk bunga pada sangPutri. Kunci tersebut digantungkan dalam bentuk kalung. Ia meletakkan kunci itu di dalam kotak tersebut dan mendadak sebuah lagu terdengar mengalun pelan.
“Ini lagu pengantar tidur kita!” seru Anastasia.
“Kau bisa memainkannya di malam hari sebelum tidur dan beranggapan kalau akulah yang menyanyikannya untukmu,” ujar Permaisuri Marie seraya mengulurkan kuncinya.
“Bacalah ukiran yang tertulis di dalamnya.”
Anastasia menyipitkan matanya. “Bersama-sama di Paris,” ucapnya membaca tulisan itu.
“Benarkah? Apakah aku akan pergi ke Paris? Oh, Nenek!”
Anastasia melingkarkan lengannya memeluk sang Permaisuri, tapi sang Nenek tidak berbalik memeluknya. Yang ada, wajah Permaisuri Marie kini justru terlihat lebih pucat. Kedua matanya terus saja menatap ke arah pintu.
Angin dingin mendadak masuk ke dalam ruang dansa. Terdengar suara kencang teriakan seorang wanita.
Kedatangan Rasputin sang Tamu Tak Diundang
Para tamu pun bergegas menyingkir, memberi ruang untuk seorang tamu berjenggot yang mengenakan jubah berwarna gelap. Rambutnya yang panjang dan kusut terlihat berkibaran ketika pandangannya menyusuri para tamu yang datang.
Mendadak, seekor kelelawar terbang menukik dari atas langit-langit berkubah yang tinggi. Kelelawar itu bertengger di pundak sang pria misterius sementara kedua mata birunya yang dingin menatap lurus ke arah Tsar Nicholas.
“Kau kira kau bisa menyingkirkan Rasputin yang Agung?” teriak sang tamu yang tak diundang. “Akulah yang akan menghancurkanmu. Peganglah kata-kataku! Kau dan seluruh anggota keluargamu akan mati dalam beberapa minggu. Aku tak akan berhenti sampai aku melihat sendiri kehancuran seluruh keluarga besar Romanov selamanya!”
Rasputin kemudian mengangkat tinggi-tinggi relikui berat yang menjuntai dari tali panjang di tangannya. Relikui itu terbuat dari silinder kaca yang berisi sebuah cairan yang berkilauan dan terlihat bergerak-gerak seolah berdenyut.
Krrrrak!
Anastasia melompat mundur. Sambaran petir mendadak melesat keluar dari relikui itu yang langsung memotong rantai yang menahan lampu gantung. Lampu itu langsung jatuh ke lantai dan pecah, menjadikan ruang dansa itu tenggelam dalam kegelapan.
Anastasia muda langsung memeluk ayahnya erat. Sebelum pertemuan ini, ia sama sekali tak pernah mempercayai kalau Rasputin memiliki kemampuan sihir. Namun, sekarang ia mempercayainya dan ketakutan.
Teriakan penuh keterkejutan dan ketakutan yang ada di belakang Rasputin mulai terdengar memudar. Ketika ia berjalan melintasi halaman istana, kedua matanya tertuju pada gerbang besi yang berat.
Dari luar gerbang itu, terdengar teriakan dan tangisan yang berbeda, yaitu suara protes penuh kemarahan dari kumpulan pemberontak. Wajah mereka terlihat sangat merah penuh amarah. Beberapa orang terlihat mengangkat senapan, sementara yang lainnya mengangkat batu bata dan batu tinggi-tinggi.
Para Pemberontak Masuk Ke Istana
Rasputin tersenyum. Orang-orang itu terlihat penuh amarah. Sayangnya mereka terkunci di luar gerbang. Ada solusi untuk semua itu.
Sembari bersembunyi di kegelapan malam, Rasputin mengangkat relikuinya. “Penuhilah kutukanku,” bisiknya, “dan kuncilah tawaran kegelapan kami.”
Seberkas cahaya meledak dari dalam relikui itu. Cahaya itu langsung mengelilingi gerbang dan menghancurkan kuncinya.
Dengan suara yang meraung dan menggema di dinding istana, para pengunjuk rasa dan pemberontak langsung menyerbu gerbang itu. Batu bata dan bebatuan terbang memasuki jendela istana. Sementara itu, sekelompok pria kekar mulai menurunkan patung sang Tsar.
Rasputin menyaksikan semua itu dengan penuh ketenangan. Pekerjaannya kini telah selesai.
Begitu pula dengan seluruh anggota keluarga Romanov.
Krrrrak! Krrrrak!
Suara senapan ditembakkan. Dimitri langsung meringkuk bersembunyi di salah satu terowongan gelap yang ada di belakang kamar tidur kerajaan. Di sekelilingnya ia bisa mendengar suara pecahan kaca dan teriakan penuh amarah. Para pemberontak itu kini sudah masuk ke dalam istana sekarang, dan Dimitri bisa dipastikan tak akan bergerak sama sekali. Lagi pula, jika para petani itu berniat untuk membunuh seluruh anggota keluarga kerajaan, bisa dipastikan mereka pasti akan membunuh seluruh pelayan.
“Anastasia! Kembali! Kembali!”
Telinga Dimitri menajam ketika mendengar suara yang ada di dekatnya itu. Apa yang sedang dilakukan oleh Permaisuri di lantai atas ini?
“Kotak musikku!” teriak Putri Anastasia. Suaranya terdengar tepat di balik tembok.
Krrrrak! Krrrrak!
Para pemberontak kini telah mengerumuni lorong. Sang Permaisuri dan Putri Anastasia sudah terjebak.
Dimitri langsung membuka sebuah lorong rahasia di salah satu dinding kamar tidur. “Kemarilah! Kita keluar melalui kamar pelayan!”
Dimitri langsung melesat masuk ke dalam kamar dan mendorong kedua majikannya menuju lorong rahasia itu. Mendadak, sesuatu terjatuh dari tangan Anastasia dan jatuh ke lantai.
Dikejar Hingga Ke Sungai yang Membeku
“Kotak musikku!” Putri Anastasia berteriak kaget. Mendadak pintu kamar tidur yang ada di belakang mereka terbuka lebar.
“Lupakan kotaknya,” ucap Dimitri seraya menutup rapat pintu lorong rahasia itu.
Sekarang Dimitri berada di ruangan itu sendirian. Seorang pria bertubuh besar mendadak masuk dengan mencengkeram sebuah senapan. “Di mana mereka, nak?” teriaknya penuh amarah.
“Me-me-mereka tidak ada di sini,” jawab Dimitri tergagap.
Pria itu memukul Dimitri menggunakan popor senapan. Seraya mengerang, Dimitri pun terjatuh ke lantai. Ketika pria bertubuh besar itu mengamuk dan menghancurkan seisi ruangan, Dimitri meraih kotak musik Putri Anastasia yang sebelumnya terjatuh kemudian menyembunyikannya di balik tubuhnya.
Siapa sangka rupanya seluruh kejadian itu disaksikan oleh seekor kelelawar putih kecil yang mengawasi dari luar jendela. Ia memperhatikan setiap detail pelarian Putri Anastasia dan neneknya. Tak berapa lama kemudian, ia pun kemudian terbang menemui tuannya, Rasputin.
Di waktu yang bersamaan, Putri Anastasia masing mengikuti langkah neneknya melintasi halaman, melalui jalan ke jalan, dan melewati sungai yang membeku. “Nenek!” teriaknya ketika tersandung di atas es.
“Tetaplah mengikuti langkahku, sayang!” Permaisuri Maries balas berteriak.
Angin yang sedingin es terasa menggigit wajah Anastasia ketika ia berjalan dengan bergegas menuju ke jembatan batu. Di bawahnya, kini esnya pasti jauh lebih tipis. Mereka harus sangat berhati-hati.
“Aha!” suara teriakan yang berat terdengar nyaring.
Anastasia berteriak kencang. Dari jauh di atas jembatan, Rasputin langsung melompat turun. Pria itu mendarat dengan keras hingga menembus lapisan es yang tipis. Saat ia mulai tenggelam, pria jahat itu langsung meraih pergelangan kaki Putri Anastasia.
“Kau tak akan pernah melarikan diri dariku, Nak!” teriak Rasputin. “Tak akan pernah!”
Perpisahan Terakhir di Stasiun
“Lepaskan aku!” teriak Anastasia seraya menendang pegangan besi.
Bersamaan dengan suara retakannya yang tajam, lapisan es itu kembali pecah. Rasputin pun terjatuh hingga ke dalam air yang sangat dingin. “Bartok!” teriaknya.
“Tuan!” terdengar suara yang melengking.
Seekor kelelawar terlihat sedang terbang menukik tajam ke arah Rasputin. Sayangnya, mata pria yang berjanggut itu kini sudah berbalik. Secara perlahan, ia tenggelam ke bawah permukaan sungai dan menyisakan relikui yang bercahaya. Tak lama kemudian, cahaya itu pun mulai menghilang juga, bersamaan dengan relikuinya yang terbang dibawa oleh si kelelawar.
“Kemari, Anastasia!” suara Permaisuri Marie terdengar mendesak.
Karena tubuhnya mulai mati rasa karena kedinginan dan jiwanya terguncang karena kematian Rasputin, Anastasia beberapa kali tersandung dan terjerembap.
Ketika mereka akhirnya tiba di stasiun kereta St. Petersburg, peronnya sudah dipenuhi oleh orang-orang. Mereka semua berusaha mendesak masuk ke dalam kereta dalam keadaan panik. Secara serentak mereka semua berusaha melarikan diri dari pemberontakan.
“Anastasia, cepatlah!” teriak sang Permaisuri. Tepat di hadapan sang Putri, Permaisuri Marie ditarik masuk ke dalam kereta.
Anastasia berusaha berlari sekencang mungkin untuk mengejar neneknya. “Nenek!”
“Pegang tanganku!”
Anastasia meraih tangan neneknya yang terulur ke arahnya. Ia menggenggam tangan sang Nenek erat-erat.
Namun, kereta itu mulai menambah kecepatannya. Sementara kerumunan yang ada di sekitarnya mulai berdesak-desakan dan mendorong tubuhnya. Sehingga pada akhirnya, sang Putri pun mulai kehilangan keseimbangannya. Jemarinya mulai tergelincir dan tergelincir.
“Anastasia!”
Sang Putri pun mulai terhuyung-huyung dan terpeleset. Suara jeritan putus asa neneknya adalah suara terakhir yang ia dengar sebelum kepalanya kemudian membentur lantai peron.
Sepuluh Tahun Kemudian
“Sstt! Di sini!” teriak seorang pria yang mengenakan pakaian compang-camping.
Di seberang jalanan yang ramai itu, seorang wanita bergigi renggang terlihat mengangkat satu set piyama. “Terjatuh dari truk! Sebuah tawaran yang besar.”
“Kalendar baru untuk tahun 1926!” ujar sebuah suara sengau.
Di sekitar Dimitri, terdengar banyak teriakan putus asa orang-orang. Teriakan dari pasar gelap St. Petersburg. Teriakan orang-orang miskin yang berjuang demi bisa mendapatkan uang ilegal. Hal itu terpaksa mereka lakukan karena uang legal yang beredar tak pernah cukup untuk mereka. Dimitri berusaha untuk mengabaikan mereka dan menaikkan kerah kemejanya yang lusuh untuk melawan hawa dingin.
Dimitri cukup terkenal di jalanan. Selama sepuluh tahun terakhir, khususnya sejak kejatuhan keluarga Romanov, ia menjadi salah satu penipu paling licik di kota tersebut.
Namun, Dimitri sudah merasa lelah menjadi miskin. Kini ia telah berumur dua puluh tahun, kuat, tampan, dan ambisius. Ia ingin melarikan diri dari Rusia dan bisa berkeliling dunia.
Dan sekarang ia sudah memiliki sebuah rencana. Sebuah rencana yang sempurna. Selama bertahun-tahun, ada banyak desas-desus yang beredar di seluruh kota. Khususnya desas-desus tentang Putri Anastasia yang rupanya berhasil meloloskan diri dari pemberontakan dan rupanya masih hidup.
Bagi Dimitri, semua itu tentu hanyalah omong kosong semata. Seluruh anggota keluarga kerajaan, kecuali Permaisuri Marie, sudah ditangkap dan dieksekusi sejak sepuluh tahun yang lalu. Namun anehnya, Permaisuri Marie yang kini telah tinggal di Paris tetap saja menawarkan hadiah yang sangat besar jika ada yang bisa membuktikan bahwa kisah seputar keberadaan Putri Anastasia itu benar-benar terbukti.
Meskipun begitu, Dimitri tetap saja bertekad untuk mengumpulkan hadiah itu.
Rencana Sempurna Dimitri dan Vladimir
Bagaimanapun juga, di sebuah negara sebesar Rusia, beberapa gadis yang berusia delapan tahun bisa menjadi tipuan yang sempurna. Yang perlu ia lakukan hanyalah menemukannya.
Dari antara kerumunan, terlihat teman Dimitri yang bernama Vladimir sedang berjalan sendirian. Vladimir adalah seorang pria tua dan sedikit, yah, gemuk. Dahulu ia pernah menjadi seorang bangsawan kaya raya. Dimitri ingat sering melihat Vladimir di istana kerajaan, terlihat sedang menggoda sepupu sang Permaisuri yang bernama Sophie. Namun, sekarang, ia sama sekali tak adaq bedanya dengan orang lain pada umumnya di Rusia. Setelah wolnya yang halus terlihat sudah memiliki banyak tambalan dan terlihat usang.
Dan, sama halnya seperti Dimitri, pria itu juga sangat ingin melarikan diri dari Rusia. Kedua pria itu berdiri di pinggir jalan yang berbatu.
“Aku sudah mendapatkan teater untuk audisi kita,” bisik Vladimir.
“Sekarang yang perlu kita lakukan adalah mencari gadis itu,” ucap Dimitri. “Pikirkan saja, Vlad. Kalau rencana ini berhasil, kita tak perlu lagi memalsukan uang kertas, tak perlu lagi mencuri barang. Kita akan mendapatkan tiga tiket untuk keluar dari Negeri ini. Satu untukmu, satu untukku, dan satu untuk Anastasia. Bayangkan seberapa banyak Permaisuri Marie membayar kita!”
“Kita akan menjadi kaya raya,” ucap Vladimir.
Dimitri menyeringai. “Dan kita bisa keluar dari sini!”
Di pinggiran kota, tak jauh dari pantai Laut Baltik, terdapat sebuah panti asuhan yang terlihat cukup rusak. Sejak terjadinya pemberontakan, jumlah anak di panti asuhan tersebut semakin bertambah. Kini, suara jeritan anak-anak bisa terdengar sepanjang siang dan malam. Begitu pula dengan suara teriakan penuh amarah pimpinan panti, Kamerad Phlegmenkof.
Gadis Berambut Merah yang Keras Kepala
Banyak orang yang berkata bahwa Kamerad Phlegmenkof adalah seseorang yang sangat ketat dan kaku dalam menjalankan panti asuhannya. Bahkan, ia dibilang seperti sebuah perahu kecil yang ketat.
Hanya ada satu orang di panti asuhan tersebut yang dikenal lebih tangguh dan lebih keras kepala dibandingkan Kamerad Phlegmenkof. Orang itu adalah seorang gadis berambut merah yang baru saja berusia delapan belas tahun. Gadis itu biasa dikenal dengan nama Anya, tapi sebenarnya tak ada seorang pun yang mengetahui siapa nama aslinya.
Anya datang ke panti asuhan tersebut sepuluh tahun yang lalu dengan cedera kepala yang membuatnya kehilangan ingatan. Ia sama sekali tak bisa mengingat nama, alamat, ataupun anggota keluarganya. Satu-satunya barang yang ia bawa saat itu adalah sebuah kalung rantai dengan kunci emas kecil berbentuk bunga mawar yang tergantung. Di belakangnya, terdapat sebuah tulisan yang tertulis: Bersama di Paris.
Anya sedang meraba kalung itu seraya menatap keluar jendela panti asuhan, ketika Kamerad Phlegmenkof berjalan mendekat.
“Anya, aku mendapatkan pekerjaan di pabrik ikan untukmu!” ucap sang pimpinan panti asuhan dengan senyum puas. “Kau lihat jalan itu? Kau hanya perlu mengikuti jalan itu hingga sampai di persimpangan jalan, belok ke kiri, dan… Anya, apa kau mendengarku?”
“Ya, aku mendengarmu, Kamerad Phlegmenkof,” jawab Anya setengah hati..
Kamerad Phlegmenkof merengut, “Kau telah menjadi duri di sisiku sejak kau dibawa kemari. Bertindak layaknya Ratu Sheba bukannya seseorang yang tanpa nama. Dan selama sepuluh tahun belakangan ini aku sudah memberimu makan, memberimu pakaian, dan memberikan perlindungan di atas kepalamu.”
Anya sendiri sebenarnya sudah pernah mendengar ucapan itu sebelumnya. Ketika kata Sheba itu disebutkan, ia bisa mengucapkan kata-kata yang sama seperti sang pimpinan panti.
Belok ke Kiri atau Ke Kanan?
“Bagaimana bisa,” ucap Kamerad Phlegmenkof dengan gigi terkatup, “Kau tidak pernah tahu siapa jati dirimu yang sebenarnya sebelum kau datang kemari, tapi kau bisa mengingat semua kelimat itu?”
Anya berbalik dari jendela, “Aku tahu!” ia bersikeras seraya menunjukkan kalungnya.
Dengan penuh amarah, Kamerad Phlegmenkof meraih kalung itu kemudian membaca tulisannya, “Bersama di Paris.” Sang pimpinan panti kemudian tertawa terbahak-bahak. “Jadi kau berniat pergi ke Perancis untuk menemukan keluargamu? Nona Anya kecil, sudah waktunya kau lebih menyadari tempatmu dalam hidup. Dan lebih banyak bersyukur juga!”
Ketika Kamerad Phlegmenkof berjalan pergi dengan terhuyung-huyung, Anya berlari keluar dari panti asuhan itu.
“Lebih banyak bersyukur,” Anya menirukan ucapan itu. “Aku banyak bersyukur! Cukup bersyukur untuk pergi dari sini!”
Berani-beraninya Kamerad Phlegmenkof mengolok-oloknya! Berani-beraninya sang pimpinan panti asuhan mengolok-olok tulisan di kalungnya! Anya tahu tulisan itu bermakna spesial. “Siapa pun yang memberikan kalung ini padaku pastilah mencintaiku,” ucapnya pada dirinya sendiri. Suatu hari nanti ia pasti mengetahui siapa orang itu.
Tanpa terasa, Anya akhirnya sampai di persimpangan jalan. Di sana, terdapat sebuah tanda tua yang bertuliskan Desa Nelayan ke arah kiri dan St. Petersburg ke arah kanan.
“Dia bilang belok ke kiri,” gumam Anya seraya menyentuh kunci emasnya. “Aku tahu apa yang ada di sebelah kiri. Dan bisa dipastikan kalau aku hanya akan menjadi Anya si anah yatim selamanya. Namun, kalau aku belok ke kanan, mungkin saja aku bisa menemukan jalan ke…” Anya menggelengkan kepalanya. “Ini terlalu gila. Aku? Pergi ke Paris?”
Anya mendongakkan kepalanya ke arah langit dan memejamkan mata. Ia berdoa agar bisa mendapatkan pertanda. Sebuah petunjuk, sinyal, apa pun!
Tak Ada Tiket Tanpa Visa Keluar
Mendadak, Anya tersedak. Seseorang atau sesuatu telah menarik syal yang ia kenakan. Kedua matanya langsung terbuka lebar dan ia berbalik untuk melihat penyerangnya. Rupanya, itu adalah seekor anjing bertelinga turun.
“Aku tidak memiliki waktu untuk bermain-main sekarang!” Anya bersikeras. “Aku sedang menunggu…”
Mendadak, anjing itu menariknya dengan keras hingga membuat Anya terjatuh ke salju. Setelah menggonggong dengan keras, anjing itu terlihat seolah berusaha menariknya ke arah St. Petersburg.
Sebuah pertanda. Anya tersenyum. Ini adalah pertanda yang ia pinta.
Perjalan menuju ke St. Petersburg benar-benar terasa panjang dan melelahkan. Namun, itu semua masih jauh lebih baik dibandingkan apa yang harus ia hadapi di kota. St. Petersburg adalah kota antrean. Antrean untuk roti, antrean susu, antrean koran. Setelah kau selesai mengantre di satu hal, kau harus mengantre di hal lain.
Ketika Anya sudah sampai di depan antrean tiket perjalanan, kini ia sudah bersahabat dekat dengan anjing kecilnya. Ia bahkan sudah memberinya nama: Pooka.
Setelah menunggu selama beberapa jam lamanya, Anya akhirnya berjalan mendekati petugas tiket. “Tolong satu tiket ke Paris.”
Sang petugas tiket memelototinya, “Ada visa keluar?”
“Visa keluar?” Anya mengulang ucapannya.
“Kalau tidak memiliki visa keluar, tak akan ada tiket!” Sang petugas tiket kemudian memasang sebuah tanda di jendelanya yang bertuliskan ‘Waktu Istirahat’, kemudian menutup jendela itu tepat di depan muka Anya.
Air mata langsung menggenang di mata Anya. Sementara Pooka mengusapkan tubuhnya ke kaki Anya.
“Sssst!” terdengar suara mendesis.
Anya berbalik dan melihat seorang wanita penyapu yang sudah tua. Wanita itu berjalan mendekati Anya dan meninggalkan tumpukan daunnya di pinggir jalan. “Temui Dimitri,” ucapnya berbisik. “Ia bisa membantumu.”
Harapan, Harapan, dan Harapan
“Di mana aku bisa menemukannya?” tanya Anya dengan takut-takut.
“Di istana tua,” jawab sang wanita tua, menunjuk ke arah di balik alun-alun kota. “Tapi kau tidak mendengar informasi ini dari aku!”
Dimitri. Anya berusaha mengingat nama itu di dalam pikirannya. “Terima kasih,” bisiknya.
Setelah menghapus air matanya, Anya mulai berjalan ke arah Istana Musim Dingin yang tua.
“Kita celaka!” Dimitri mengeluh kepada Vladimir.
Kedua pria itu terlihat berjalan menjauh dengan cepat dari Teater Seni St. Petersburg. Audisinya berantakan. Tak ada satu pun gadis yang terlihat paling mendekati Anastasia. Gadis? Beberapa dari mereka bahkan terlihat setua Permaisuri Marie.
Vladimir mengangguk dengan penuh kesedihan. “Sudah selesai. Sekarang segalanya tamat sudah.”
“Gadis itu pasti ada di sini di suatu tempat, Vlad, tepat di dekat kita!” Dimitri kemudian meraih ke dalam tas punggungnya dan mengeluarkan kotak perhiasan, sebuah kotak musik tua yang ia bawa dari istana beberapa tahun yang lalu. “Hanya dengan membawa benda ini dan Permaisuri pasti percaya kalau kita membawa Anastasia yang asli. Sebelum akhirnya ia menyadarinya, kita sudah melarikan diri dan menghabiskan sepuluh juta rubel.
Harapan, harapan, dan harapan.
Itu adalah satu-satunya yang menjaga semangat mereka seraya berjalan menuju ke Istana Musim Dingin yang sudah tua. Kedua sahabat itu sudah sejak lama tinggal di istana itu, bersembunyi di antara lorong-lorong rahasia yang sudah dihafalkan oleh Dimitri sejak masih kecil. Kini, istana itu sudah sama sekali tidak sama seperti dahulu. Saat ini, istananya sudah ditinggalkan, berangin, dan terlalu gelap.
Meskipun begitu, tetap saja bangunan itu termasuk salah satu rumah yang paling besar di kota itu.
Foto Keluarga yang Tak Asing
Sinar matahari sore menyinari kubah Istana Musim Dingin dan memunculkan bayang-bayang yang panjang. Namun, tetap saja Anya tidak terkesan dengan hal itu. Tak ada penjaga, tak ada bendera, bahkan tak ada halaman yang layak. Hanya bangunan yang besar dan tua, seukuran kota kecil tapi membutuhkan cat baru.
Secara perlahan, Anya berjalan mendekati pintu masuk depan. Pintunya sudah tak ada, tapi di depannya ada papan yang dipaku menutupi. Pooka bergegas masuk melalui area sempit di bawahnya.
“Pooka!” Anya berteriak dan langsung menarik papan kayu tua itu. Salah satunya terlepas dengan mudah dan langsung jatuh ke lantai.
Anya berjalan masuk ke dalam kegelapan. Langkah kakinya bergemerincing di lantai marmer. Di sekelilingnya, seberkas cahaya berdebu terlihat menyerbu masuk dari lubang-lubang yang ada di dinding ruang tamu. Furnitur besar terlihat terlapisi debu tebal. Di salah satu dinding terdapat potret yang terlihat gelap. Tak ada satu pun barang-barang yang ditutupi. Seseorang pasti pergi dengan sangat terburu-buru, pikir Anya.
“Halo?” teriak Anya. “Apakah ada orang di dalam?”
Tak ada jawaban. Anya bergerak maju, menuju ke puncak tangga berkarpet yang megah. Di sana, di ruang depan, tergantung sebuah potret keluarga kerajaan. Seorang Tsar berjanggut dengan mata yang baik hati. Seorang Ratu yang cantik. Empat anak perempuan yang masih muda dan seorang putra kecil. Entah bagaimana, mereka terlihat tidak asing, khususnya sang putri bungsu. Anya tersenyum ketika akhirnya ia menyadari alasannya, gadis itu terlihat seperti versi muda dari dirinya sendiri.
Anya berbalik dan mendapati dirinya berada di puncak sebuah tangga besar. Di bawahnya terdapat ruang paling megah yang pernah dilihatnya, sebuah ruang dansa besar yang dapat menampung seluruh panti asuhan dan beberapa orang lain.
Terlihat Mirip dengan Gadis di Dalam Lukisan
Anya berlari dengan cepat menuruni tangga. Rasanya seolah kedua kakinya menuntunnya melintasi lantai begitu saja. Satu, dua, tiga, satu, dua, tiga. Ia menari.
Bagaimana mungkin aku bisa mengetahui cara melakukan ini?
Ucapan itu terlintas begitu saja di dalam benaknya. Namun, mendadak pikirannya membayangkan sebuah lamunan yang indah. Di dalam lamunan itu, seorang Tsar yang nampak baik hati terlihat keluar dari lukisan dan meraih tangannya.
“Hei! Apa yang sedang kau lakukan di sini?”
Anya melompat karena terkejut. Lamunannya mendadak menghilang begitu saja seperti asap. Di seberang ruang dansa itu terlihat dua orang laki-laki yang berlari ke arahnya. Salah satunya terlihat masih muda dan berambut gelap, sementara yang lainnya gemuk dan botak.
Anya langsung berlari menaiki tangga. Pria yang masih muda tentu bisa langsung mengejar tepat di belakangnya, meraih Pooka dan lengan Anya di waktu yang bersamaan, tepat di bawah lukisan.
“Bagaimana bisa kau masuk kemari?” desak pria itu. Namun, kedua matanya langsung naik ke arah lukisan. “Vlad!” bisiknya ke balik bahunya, “Apakah kau melihat apa yang kulihat?”
“Oh, ya, ya,” pria yang lebih tua setuju.
“Apakah kau adalah Dimitri?” tanya Anya.
Pria yang lebih muda menaikkan alisnya penuh kecurigaan dan menyerahkan Pooka pada Vladimir. “Itu tergantung siapa kau dan kenapa mencarinya.”
“Namaku adalah Anya dan aku membutuhkan surat jalan. Mereka bilang kau adalah orang yang perlu kutemui…”
Dimitri mengelilingi gadis itu sementara kedua matanya terus saja menatap lukisan di atas mereka.
“Kau tahu, kau benar-benar terlihat mirip seperti… lupakan! Sekarang, kau bilang kau membutuhkan surat jalan?”
“Ya!,” jawab Anya. “Aku ingin pergi ke Paris.”
Penampilan yang Terlalu Mirip
“Paris?” tanya Dimitri seraya menyeringai dan menatap Vladimir.
Namun, Vladimir tidak terlalu memperhatikan pria itu. Ia sibuk tertawa karena Pooka menjilati wajahnya.
Dimitri kemudian kembali berjalan mengelilingi sang gadis. “Anya… apakah ada nama belakangnya?”
“Yah, ini mungkin akan terdengar gila,” jawab Anya, “Tapi aku tidak mengetahui nama belakangku. Aku ditemukan sedang berjalan tanpa tujuan ketika masih berusia delapan tahun. Aku tidak bisa mengingat apa pun sebelum itu. Namun, aku memiliki satu petunjuk, yaitu Paris. Jadi, kalian berdua bisa membantuku atau tidak?”
Dimitri membisikkan sesuatu pada Vladimir yang langsung mengeluarkan tiga buah tiket dari sakut jubahnya.
“Anehnya,” ujar Dimitri. “Kami bertiga sebenarnya juga berniat pergi ke Paris. Dan, kebetulan kami juga sudah memiliki tiga lembar tiket. Sayangnya, tiket yang ketiga ini untuk Anastasia.”
Anya berusaha membaca lembar tiketnya, tapi Vladimir langsung menariknya kembali. “Anastasia siapa?” tanya Anya.
“Romanov,” jawab Dimitri seraya menunjuk ke salah satu lukisan yang ada di dinding. Lukisan tersebut menunjukkan sang putri bungsu yang sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita tua yang terlihat anggun.
“Kami berniat mempertemukan kembali Grand Duchess Anastasia dengan neneknya,” ucap Vladimir menjelaskan.
“Kau tahu, sebenarnya kau terlihat mirip dengannya,” ujar Dimitri kemudian. “Usia yang sama, ciri khas tubuh yang sama. Mata biru seperti Romanov, dagu seperti Alexandra…”
“Senyum seperti Nicholas,” tambah Vladimir seraya meraih tangan Anya, “Lihat, dia bahkan memiliki tangan yang sama seperti sang Nenek.”
Anya menarik tangannya menjauh. “Apakah kalian berniat memberitahuku kalau kalian pikir aku adalah Anastasia?”
“Aku sudah menemui ribuan gadis yang ada di negeri ini,” ujar Dimitri menjelaskan, “Dan tidak satupun dari mereka yang terlihat seperti Grand Duchess seperti halnya kamu!”
Anya Berubah Pikiran
“Menurutku kalian berdua gila!” ujar Anya seraya berbalik berniat untuk pergi.
“Kenapa?” Dimitri memohon. “Kau bahkan tidak mengingat apa yang terjadi padamu dan kau sendiri mencari keluargamu yang ada di Paris.”
“Tidak ada satupun yang mengetahui apa yang terjadi padanya,” tambah Vladimir, “Dan satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa ada di Paris.”
“Tak pernahkah terpikirkan olehmu kemungkinan itu?” tanya Dimitri.
Anya berhenti dan menatap wajah kedua pria itu. Bayangan tentang ruang pesta kembali muncul di dalam pikirannya. Warna itu, cahayanya, dan kebahagiaannya terasa sangat tak asing. “Rasanya sulit membayangkan dirimu sebagai seorang duchess ketika kau terbiasa tidur di lantai yang lembap. Akan tetapi, yah, kukira semua gadis yang kesepian pasti berharap ia adalah seorang putri.”
“Dan di suatu tempat, seorang gadis adalah putri,” ucap Vladimir. “Bagaimanapun juga, nama Anastasia berarti ‘Ia akan kembali bangkit.’”
“Yak, semoga saja kami bisa membantu,” ucap Dimitri, meraih lengan Vladimir. “Namun tiket yang ketiga ini untuk Grand Duchess Anastasia. Semoga beruntung.”
Ketika kedua pria itu mulai berjalan menjauh, Anya merasakan sebuah rasa nyeris di dalam dadanya. Ia menatap ke arah lukisan Putri Anastasia dan sang Permaisuri.
Apakah mungkin? Tidak mungkin. Ini benar-benar tidak masuk akal. Hanya saja…
“Dimirti, tunggu!” Anya berlari menuruni tangga dan mengejar kedua pria itu. “Kalau aku bukan Anastasia, sang Permaisuri pasti akan langsung mengetahuinya, dan pada akhirnya itu hanya kaan menjadi sebuah kesalahan saja, kan?”
Vladimir mengangguk. “Tapi jika kau adalah sang Putri, maka akhirnya kau mengetahui jati dirimu yang sebenarnya dan mendapatkan keluargamu kembali.”
“Apa pun itu, pada akhirnya kau sampai di Paris!” ujar Dimitri.
Kebangkitan Kembali Rasputin
Anya menarik napas dalam-dalam. Ini adalah kesempatan yang tak akan datang dua kali. “Baiklah!” ujarnya seraya mengulurkan tangannya.
Dimitri terlihat terkejut. Sebaris senyum mulai muncul di wajahnya dan ia menggenggam tangan Anya. Gadis itu langsung menggenggam tangan Dimitri erat-erat hingga membuat pria itu berteriak. Anya terkekeh geli. Siapa sangka kalau pria itu adalah tiketnya untuk kehidupan barunya.
“Izinkan aku mempersembahkan Yang Mulia,” Dimitri berteriak di tengah ruang dansa, “Grand Duchess Anastasia!”
Nama itu menggema naik sampai ke langit-langit. Di sana, seekor kelelawar yang sedang tidur langsung membuka matanya. “Anastasia?” Bartok terkesiap, “Tidak, itu tidak mungkin!”
Bartok kemudian meniup debu dari relikui Rasputin. Mendadak, relikuinya terlihat bersinar dengan cahaya hijau yang terlihat mengerikan.
Relikui itu langsung lepas landas layaknya kuda liar dan menyeret Bartok turun sampai jauh ke dalam bumi. Di sana, ia bertemu dengan Rasputin yang sosoknya masih berupa setengah manusia dan setengah roh. Kemudian ia memberitahu sang Tuan bahwa ia berhasil menemukan Anastasia.
“Jadi itu sebabnya aku terjebak di sini di dalam limbo,” geram Rasputin. “Kutukanku masih belum selesai! Kalau saja aku tidak kehilangan kunci kekuatanku!”
“Maksudmu ini?”Bartok mengangkat relikui yang bercahaya itu.
Rasputin mengulurkan tangannya yang membusuk dan menyentuh relikui itu. “Takdirku telah terbuka. Tunjukkan padaku di mana Romanov kecil itu, dan aku berani bersumpah kali ini aku pasti tak akan gagal!”
Sementara itu, Anya, Dimitri, Vladimir, dan Pooka sedang duduk di gerbong kereta mereka yang melaju melewati pedesaan bersalju. Ketika penjaga kereta mulai berkeliling, Vladimir baru menyadari kalau warna tinta yang ia gunakan pada surat perjalanannya itu salah.
Meledakkan Penghubung Gerbong
Tanpa menunggu lama, langsung saja Dimitri mendorong mereka semua masuk ke dalam bagasi kereta untuk bersembunyi.
Tempat itu sangat penuh, kotor, dan dingin. Namun, setidaknya itu jauh lebih baik dibandingkan harus dilempar keluar dari kereta menuju ke antah berantah.
Di waktu yang bersamaan, makhluk-makhluk kecil yang merupakan antek-antek Rasputin tengah melesat menembus malam yang gelap gulita untuk mengerubungi kereta itu. Mereka semua merangkak di atas mesin sehingga membuat keretanya melaju jauh lebih cepat dan cepat di sepanjang rel. Cerobong asapnya pun sampai bersinar merah lalu menyemburkan abu dan bunga api.
Kemudian, BOOM! Antek-antek itu melepaskan mesin dan juga gerbong bagasi dari gerbong kereta lainnya.
Mesinnya terus saja menambah kecepatan.
“Tidak ada yang mengendarai kereta ini!” teriak Dimitri. “Kita harus melompat!” Namun kereta itu sudah melaju terlalu cepat di sepanjang tepi tebing. “Kita harus melepaskan kait gerbong bagasi ini dari mesinnya!” Dimitri berusaha memukul koplingnya menggunakan palu, tapi palunya justru patah.
Kemudian Pooka dan Anya berhasil menemukan sebuah kotak bertuliskan PELEDAK di gerbong tersebut. Anya pun merogoh ke dalam kotak itu, mengeluarkan sebatang dinamit, menyalakannya, dan menyerahkannya kepada Dimitri.
Hal itu membuat Dimitri merasa terpukau. “Ini akan berhasil,” ujarnya seraya memasukkan ledakan itu ke dalam kopling.
Boom! Bagian depan gerbong bagasi itu meledak. Gerbong mesinnya pun langsung melaju tanpa gerbong lainnya. Sekarang gerbong mereka hanya meluncur tanpa henti.
Namun, mereka tidak bisa bersantai-santai, karena tepat di hadapan mereka, para antek-antek Rasputin sudah menghancurkan jembatan penghubung rel. Sialnya, kini gerbong bagasi itu terus saja meluncur menuruni bukit menuju ke arah jembatan itu.
Anya dan Dimitri Rupanya Jatuh Cinta
Untungnya, Dimitri berhasil menemukan sebuah rantai dan mengaitkannya ke bagian bawah gerbong. Kemudian, sisi lain rantainya dilemparkan ke belakang bagasi. Kaitnya kini bisa menjadi jangkar dan menyentak gerbang itu hingga akhirnya berhenti.
Anya, Dimitri, Vladimir, dan Pooka terjatuh dengan selamat ke tumpukan salju.
Jauh di bawah mereka, gerbong mesin yang keluar dari jembatan rusak itu akhirnya jatuh ke dasar jurang yang dalam kemudian menabrak sesuatu sehingga meledak dan terbakar.
Rombongan yang terdampar itu terpaksa harus mendaki selama berhari-hari melintasi pegunungan untuk sampai ke pelabuhan. Di tengah perjalanan, Dimitri dan Vladimir juga sekalian mengajari banyak hal pada Anya, mulai dari sopan santun, cara membungkuk, dan nama semua kerabat keluarga kerajaannya.
Pada akhirnya mereka pun naik ke kapal dan berlayar ke Perancis. Dimitri mengejutkan Anya dengan sebuah gaun baru yang sangat cantik. Dimitri dan Vladimir tidak bisa mempercayai mata mereka ketika melihat Anya mencoba gaunnya. Mereka telah mengubah seorang gadis tomboi yang kurus menjadi bangsawan Grand Duchess. Anya benar-benar cantik.
Vladimir mengajari Anya dan Dimitri bagaimana cara menari Waltz. Ketika ia melihat keduanya menari, Vladimir menyadari sesuatu yang sebelumnya tidak pernah benar-benar ia perhatikan, Anya dan Dimitri terlihat saling jatuh cinta.
Malam harinya, ketika Anya sedang terlelap, Rasputin sekali lagi mengirimkan antek-anteknya. Mereka langsung menemukan dan mengerumuni Anya layaknya mimpi buruk yang berasap.
Tak lama kemudian, Anya mendadak bermimpi sedang bermain di ladang yang dipenuhi kupu-kupu bersama adik laki-lakinya. Tanpa alasan, kumpulan kupu-kupu yang ada di dalam mimpi itu mendadak mengelilingi kepalanya.
Di waktu yang bersamaan, Anya bangkit dari tempat tidurnya. Dengan tidur berjalan, Anya mengikuti antek-antek itu naik ke bagian atas geladak kapal.
Muak dengan Anastasia Palsu
Anya berdiri di atas batu di sebuah kolam di tengah gunung. Ia bisa melihat adik laki-lakinya melompat dan menyelam ke dalam kolam. Ia melihat kedua orang tua dan kakak-kakak perempuannya melambai padanya dari pinggir kolam.
“Lompatlah!” panggil Ayahnya.
Namun, semua itu rupanya hanya ada di dalam mimpinya. Kenyataannya, Anya benar-benar memanjat pagar kapal dengan antek-antek Rasputin yang mengelilinginya. Wajah ayahnya pun mendadak berubah menjadi salah satu makhluk yang mengerikan itu.
“Lompatlah!” perintah makhluk itu.
Tiba-tiba, sebuah tangan meraih pinggangnya. Dimitri yang diperingatkan oleh Pooka berhasil meraih Anya tepat waktu.
“Anya, Anya, bangun!” teriak Dimitri.
Anya langsung tersentak bangun dan memeluk Dimitri.
“Tidak apa-apa,” bisik Dimitri seraya balik memeluknya erat. “Kau sudah aman sekarang.”
Namun, Anya sebenarnya tidak benar-benar aman. Karena jauh di dunia bawah, Rasputin sudah bersumpah kalau ia tak akan membiarkan gadis itu melarikan diri darinya lagi.
Pada waktu yang bersamaan, Permaisuri Marie yang sedang ada di Paris sekali lagi mewawancarai seorang gadis yang mengaku-aku sebagai cucu perempuannya. Namun, dengan segera ia langsung mengusir gadis itu pergi, dan juga mengusir yang lainnya.
“Maafkan aku,” ujar sepupu Marie yang bernama Sophie seraya menambahkan gula ke dalam tehnya. “Tapi kita tak akan tertibu lain kali. Aku akan mulai memikirkan beberapa pertanyaan yang lebih sulit dijawab.”
“Tak perlu,” jawab Marie. “Hatiku sudah tak kuat. Aku tak mau lagi melihat gadis lain yang mengaku-aku sebagai Anastasia!”
Rencana untuk Mempertemukan Anya dan Permaisuri
Sore harinya, Anya bersama rombongannya tiba di Paris. Vladimir pun langsung membawa mereka semua ke kediaman Sophie. Mereka berdua adalah teman dekat sejak masih di Rusia. Vladimir tahu betul kalau tak ada seorang pun yang bisa mendekati sang Permaisuri tanpa meyakinkan Sophie terlebih dahulu.
Ketika melihat Anya, Sophie langsung tersenyum. “Kau benar-benar terlihat seperti Anastasia! Namun, bisakah kau memberitahuku bagaimana caranya kau bisa melarikan diri dari istana?”
Anya hanya bisa terdiam sesaat ketika sebuah ingatan aneh mendadak memenuhi pikirannya. “Ada seorang anak laki-laki yang bekerja di istana,” jawabnya pelan. “Ia membuka tembok dan,” ia tertawa pelan karena merasa malu. “Maafkan aku, itu pasti terdengar gila.”
Dimitri yang mendengar jawaban itu tersentak dan hanya bisa menatapnya. Dia adalah anak laki-laki yang dimaksud. Bagaimana mungkin Anya bisa memiliki ingatan itu? Terkecuali…
Dengan penuh keterkejutan, Dimitri menyadari kalau Anya sebenarnya adalah Anastasia!
“Jadi, kapan kami bisa bertemu dengan Permaisuri?” tanya Vladimir.
“Kurasa kau tak akan bisa menemuinya,” jawab Sophie. “Dia tidak mau menemui gadis lain lagi.”
“Sophie tersayang,” ujar Vladimir, “Kau harus memikirkan sebuah jalan!”
Sophie berpikir sejenak, kemudian tersenyum. “Apakah kau suka menonton balet Rusia? Kita biasanya tak pernah melewatkan penampilan itu!” ujarnya seraya mengedipkan mata.
Itulah jawabannya! Mereka akan mencoba untuk menemui Permaisuri di pertunjukan balet.
Malam harinya, Anya, Dimitri, dan Vladimir pergi ke pertunjukan balet yang diberitahukan oleh Sophie. Anya benar-benar sangat gugup, sehingga ia nyaris tak menyaksikan pertunjukannya sama sekali.
Hanya Berusaha Memanfaatkan Anya?
Dimitri yang menyadari kegugupan Anya langsung menggenggam tangan sang gadis. “Segala sesuatunya pasti akan baik-baik saja,” ujarnya berusaha meyakinkan Anya. Namun, ketika memandang ke mata biru Anya yang indah, Dimitri tahu kalau segala sesuatunya tak akan baik-baik saja untuknya. Sang Permaisuri pasti akan mengenali cucu perempuannya itu. Kemudian, Anya akan meninggalkannya selamanya.
Seorang penipu dari jalanan tak akan cocok dengan seorang bangsawan Grand Duchess.
Ketika istirahat di antara babak, mereka bergegas pergi ke ruangan tempat Permaisuri menonton. Dimitri masuk ke dalam ruangan tersebut terlebih dahulu untuk memberitahukan bahwa ia telah menemukan Anastasia. Hanya saja, Permaisuri Marie menolak untuk menemuinya.
“Tunggu,” ujar Dimitri kemudian. “Namaku adalah Dimitri. Dahulu aku pernah bekerja di istana. Dan aku bisa berjanji padamu, bahwa kali ini gadis yang kubawa adalah benar-benar Anastasia.”
“Dimitri?” ujar Marie, matanya menyipit. “Aku pernah mendengar namamu! Kau adalah penipu dari St. Petersburg yang mengadakan audisi untuk menemukan gadis yang mirip dengan Anastasia! Singkirkan dia dari sini!”
“Tapi gadis ini benar-benar Anastasia!” Dimitri bersikeras. “Kalau Anda bersedia berbicara dengannya, Anda akan mengetahuinya.”
Namun, sang Permaisuri sama sekali tak mempercayai ucapan Dimitri dan langsung memerintahkan pengawalnya untuk mengusir sang penipu. Segera setelah keluar dari ruangan itu dan bertukar pandang dengan Anya, Dimitri menyadari kalau gadis itu pastilah mendengar semuanya.
“Semua itu hanya kebohongan semata, kan?” bisik Anya terdengar putus asa. “Kukira kau berniat membantuku menemukan keluargaku. Tapi kau hanya memanfaatkanku. Aku hanyalah bagian dari permainan kotormu untuk mendapatkan uang Permaisuri!”
Dimitri berusaha memegang pundak sang gadis. “Anya, kumohon,”
“Tidak!” teriak Anya seraya memundurkan langkahnya. “Tinggalkan aku sendiri!” Kemudian ia berlari keluar dari opera dengan berderai air mata.
Siapa Kau Sebenarnya?
Meskipun begitu, Dimitri tidak kehabisan akal. Ia berniat untuk tetap mempertemukan sang Permaisuri dengan Anya. Di luar opera, ia membuat perjanjian untuk menggantikan posisi supir Permaisuri Marie lalu membawanya sampai ke kediaman Sophie.
“Bisakah setidaknya Anda berusaha untuk berbicara dengannya?” Dimitri berusaha memohon seraya mengantar sang Permaisuri sampai ke depan pintu. “Kumohon.”
Sang Permaisuri berusaha untuk mendorong Dimitri menjauh. Dimitri pun langsung mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. “Tidakkah Anda mengenali ini?”
Marie seolah membeku ketika melihat benda itu. Dengan gemetar, sang Permaisuri mengulurkan tangannya dan meraih benda yang rupanya adalah kotak musik berukuran kecil. “Dari mana kau mendapatkan ini?”
Dimitri membuka pintu depan kediaman Sophie. “Aku tahu Anda telah terluka. Hanya saja, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa ia sebenarnya juga sama saja kesepian dan kehilangan seperti halnya yang Anda rasakan.”
Marie menatapnya dengan pandangan curiga, lalu langsung masuk ke dalam rumah begitu saja.
Di sisi lain, Anya yang juga menginap di rumah Sophie terlihat sedang mengemas seluruh barang bawaannya. Mendadak, ia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ketika membuka pintu, ia mendapati Permaisuri Marie sedang menatapnya.
“Siapa kau?” tanya sang Permaisuri pada Anya.
“Aku sebenarnya berharap kau bisa memberitahuku,” jawab Anya.
Marie menghela napas panjang. “Sayangku, aku sudah terlalu tua dan terlalu lelah untuk ditipu. Kau adalah aktris yang baik. Tapi aku sudah muak.” Segera setelah berkata demikian, sang Permaisuri berjalan melewati Anya untuk pergi.
Anya mengendus aroma yang menguar di udara, “Pepermin.”
Ucapan itu membuat sang Permaisuri menghentikan langkahnya. Tangannya membeku di gagang pintu.
Kembali Bersatu dengan Permaisuri Marie
“Itu adalah aroma dari minyak tanganku,” ujar Marie.
Anya memejamkan matanya ketika aroma itu mendadak membuatnya kembali teringat akan sebuah ingatan. “Ya,” bisiknya. “Aku pernah menumpahkan botolnya dulu, sampai membuat karpet basah kuyup. Karpet itu selamanya akan selalu beraroma pepermin.” Anya membuka kedua matanya. “Seperti halnya kau.”
Saat itu Marie baru menyadari rantai yang melingkari leher Anya. Perlahan, ia mengulurkan kotak musik yang ia dapatkan dari Dimitri. “Ini adalah rahasia kami. Rahasiaku dan Anastasia.”
Anya membuka kotak musik itu menggunakan kunci di kaluhnya. “Kotak musik itu,” ucapnya, “berisi lagu pengantar tidur yang akan menemaniku selama kau di Paris.”
Mereka berdua pun saling menatap satu sama lain, kemudian berpelukan erat.
“Anastasiaku!” tangis Marie. Pencarian mereka kini akhirnya berakhir sudah.
Keesokan harinya, Marie memanggil Dimitri. “Sepuluh juta rubel yang kujanjikan kini menjadi milikmu, sesuai yang kujanjikan sebagai rasa terima kasihku.”
Hanya saja, kini Dimitri sudah tak lagi menginginkan uang itu. Ia menginginkan sesuatu yang tak akan bisa dibeli uang.
“Anak muda, dari manakah kau mendapatkan kotak musik itu?” tanya Marie. Ketika Dimitri tak juga menjawab pertanyaan itu, ia pun melanjutkan, “Kau adalah anak laki-laki itu, kan? Kau telah menyelamatkan nyawa Anastasia, dan juga nyawaku. Kini kau telah membawa Anastasia kembali padaku, tapi kau justru tak menginginkan bayaran apa-apa. Sekiranya, apakah yang telah mengubah pikiranmu?”
Namun, Dimitri tak juga menjawab pertanyaan itu. Ia hanya menundukkan kepalanya kemudian berpamitan pulang.
Malam harinya, Permaisuri Marie mengadakan pesta dansa untuk merayakan kembalinya sang cucu perempuan. Anastasia mengintip dengan wajah muram di balik tirai. Ia memperhatikan para pasangan yang tengah berdansa waltz di dalam ruang dansa.
Aku Pasti Akan memberitahunya!
“Sedang mencari seseorang?” tanya Permaisuri Marie. “Kau tahu, temanmu Dimitri itu telah menolak uang hadiah yang kutawarkan.”
Anastasia tak bisa mempercayai hal itu. Ia kira selama ini Dimitri hanya menginginkan uang dari sang Permaisuri.
“Kau harus memutuskan apa yang harus kau lakukan, sayangku,” ujar Marie. “Tak akan ada tempat baginya di antara kerumunan yang berkilauan di luar sana, tak akan ada tempat baginya di samping Grand Duchess Anastasia. Namun, apa pun pilihanmu, aku akan selalu menyimpanmu di dalam hatiku.”
Anastasia bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan jika ia harus memilih antara Dimitri atau tahtanya. Mendadak, ia mendengar suara gonggongan Pooka. Ketika berbalik untuk melihat anjingnya itu, rupanya Pooka tengah berlari keluar menuju pintu teras.
“Pooka?” panggil Anastasia seraya mengintip ke dalam kegelapan. Ketika anjingnya itu tidak memberikan jawaban, sang Putri pun berlari menuju ke taman untuk menemukannya.
Sementara itu, Dimitri sedang berdiri mengantre di stasiun kereta. Namun, kepalanya terus saja memikirkan seseorang. Anya, Anastasia, apa pun itu namanya. Namun, ia mencintai gadis itu,
“Beritahukan padanya,” ujar sebuah suara.
Seseorang mendadak menepuk pundaknya. “Tiket kemana, Tuan?” tanya sang penjual tiket.
“Beritahukan padanya,” seorang pria di belakangnya yang terlihat tak sabar mengulang ucapan itu.
“Baiklah!” ujar Dimitri. “Aku akan memberitahunya kalau aku mencintainya!”
Pria yang tak sabaran dan sang penjual tiket hanya bisa menatap Dimitri yang berlari seraya tertawa penuh kebahagiaan. Tawa yang penuh cinta.
Tak Akan Ada yang Bisa Menyelamatkan Anastasia
Di taman, Anastasia masih berusaha mencari Pooka. Ia bisa mendengar suara gonggongan anjingnya itu dan langsung berlari ke arah datangnya suara. Namun, di tengah jalan, mendadak sebuah semak-semak tinggi menghalangi jalannya. Anastasia berusaha untuk mencari jalan lain, tapi sekali lagi jalan di hadapannya dihalangi oleh semak-semak.
Anastasia terjebak. Mendadak, Pooka berlari kencang ke arahnya seraya menggonggong penuh amarah ke semak-semak itu.
“Ana-sta-sia,” terdengar suara aneh yang berbisik.
Hal itu membuat Anastasia panik. Bersama Pooka di sisinya, ia berlari melalui sebuah lubang kecil di salah satu dinding semak-semak. Setelah melewatinya, mereka berlari hingga sampai di sebuah jembatan. Rupanya, di sana sudah ada seseorang yang terlihat tengah menunggu mereka.
“Yang Mulia Tuan Putri,” ujar bayangan hitam itu seraya membungkuk penuh kekejian.
Anastasia terkesiap. Ia merasa mengenali pria itu. Dengan putus asa, ia berusaha mengingat-ingat siapakah pria asing itu. Di dalam pikirannya, ia bisa mengingat sebuah pesta dan sebuah kutukan.
Mendadak, sosok itu mengeluarkan sebuah relikui dan mengarahkannya pada Anastasia. Ledakan salju dan es yang keluar dari relikuinya langsung menjatuhkannya ke tanah. Di waktu yang bersamaan, seluruh ingatan Anastasia langsung kembali begitu saja.
“Rasputin!” teriak Anastasia. Pria itu telah menghancurkan keluarganya dan hidupnya selama sepuluh tahun terakhir. “Aku tidak takut padamu!”
“Aku bisa memperbaiki itu,” ujar Rasputin seraya tertawa keji. Kemudian ia kembali mengarahkan relikuinya ke Anastasia. Kali ini, kumpulan antek-antek Rasputin terbang mengerubungi sang Putri lalu mendorongnya ke pinggir jembatan.
“Ucapkan doa terakhirmu, Anastasia!” Rasputin terkekeh ketika melihat sang Putri berjuang untuk tak jatuh ke sungai yang membeku. “Tak akan ada seorang pun yang menyelamatkanmu!”
Akhir Hidup Rasputin
“Mau bertaruh?” tanya Dimitri yang mendadak muncul seraya berlari ke arah Rasputin. Sang penyihir jahat berbalik menjatuhkan Dimitri ke tanah. Kemudian ia langsung mengintip dari samping jembatan untuk mencari Anastasia. Namun, ia tidak melihat apa-apa kecuali kumpulan es dan asap. Pada akhirnya, kutukannya pun berhasil. Anggota keluarga Romanov yang terakhir itu akhirnya menghilang.
“Jayalah Romanov!” teriak Rasputin dengan nada mengejek.
“Aku sendiri tak akan bisa mengatakannya jauh lebih baik dari itu,” ujar Anastasia seraya berjalan melewati asap itu. Ia menyerang Rasputin. Ketika mereka berjuang, Pooka melompat dan mengambil relikui Rasputin di mulutnya. Kemudian, ia menjatuhkan relikui itu di dekat kaki Anastasia.
Rasputin meringkuk. Ia merasa tak berdaya tanpa relikuinya yang merupakan sumber dari kekuatannya!
“Ini untuk Dimitri!” ujar Anastasia seraya menginjak relikui itu. “Ini untuk keluargaku!” tambahnya seraya menginjaknya lagi. “Dan ini untukmu!” teriaknya seraya menghancurkan relikui itu.
“AAAGGGHHH!” Rasputin berteriak. Ratusan antek-antek itu sekarang terbebas dari penangkarannya, terbang keluar dari relikui itu. Anastasia hanya bisa melihat ketika antek-antek itu mengelilingi Rasputin, sayap mereka memukuli sang penyihir jahat sampai Anastasia tak lagi bisa melihat sosoknya.
Ketika para antek-antek itu terbang menjauh beberapa detik kemudian, Rasputin sudah menghilang selamanya.
Anastasia berlari mendekati Dimitri dan dengan lembut mengusap rambut pria itu. Dengan sentuhan sang putri, Dimitri mulai membuka matanya secara perlahan. Ketika mereka berdua bertatap muka, keduanya terlihat lega. Kini, mereka tak lagi bisa menyembunyikan perasaan yang tersimpan di dalam dada.
“Kau tidak menerima uang hadiahnya,” ujar Anastasia.
“Aku tak bisa menerimanya,” jawab Dimitri.
Hidup Bahagia Selamanya
Pada titik itu, Anastasia tahu Dimitri merasakan hal yang sama seperti dirinya. Mereka pun saling mendekat, nyaris berpelukan, ketika Pooka mendadak menggonggong dan berlari mendekati mereka.
Pooka membawakan mahkota Anastasia yang jatuh ketika ia melawan Rasputin. Secara perlahan, Dimitri meraihnya dari Pooka kemudian menyerahkannya pada Anastasia.
“Mereka menunggunya,” Dimitri mengingatkannya.
Anastasia berbalik menatap Dimitri dan mahkota itu berulang kali. Kini adalah waktunya baginya untuk membuat keputusan.
Malam harinya di istana, seorang pelayan membawakan sebuah paket untuk Permaisuri Marie. Dengan terkejut, ia membuka paket itu. Setelah membaca isinya, ia pun tersenyum getis. Anastasia telah mengembalikan mahkotanya.
Sophie mengusap matanya yang basah. “Rasanya seperti baru kemarin ia datang kemari,” ujarnya.
“Setidaknya ia ada di sini kemarin,” jawab Marie.”Sekarang ia memiliki masa depannya.”
Di bawah langit malam yang berbintang. Anastasia dan Dimitri berpelukan penuh kasih sayang. Mereka berdua tahu betul apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya. Dan di mana mereka ingin menghabiskan sisa waktu mereka. Rumah bisa di mana saja, asalkan mereka bisa menghabiskan waktu bersama-sama.
Unsur Intrinsik Kisah Dongeng Putri Anastasia
Setelah membaca kisah dongeng Putri Anastasia Romanov di atas, kini ketahui juga ulasan seputar unsur intrinsiknya. Di sini kami membahas tentang inti cerita, tokoh-tokoh yang disebutkan di sepanjang dongengnya, latar lokasi dalam kisah Putri Anastasia, alur jalannya cerita, dan pesan moral yang bisa didapatkan. Berikut adalah ulasannya!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah dongeng Putri Anastasia di atas adalah tentang petualangan seorang perempuan dalam mencari keluarganya yang hilang. Pada akhirnya, ia tak hanya menemukan keluarganya yang tersisa, tapi juga menemukan cinta dalam hidupnya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam kisah dongeng di atas, di antaranya adalah Putri Anastasia atau Anya, Rasputin, Tsar Nicholas II, Permaisuri Marie, Bartok, Dimitri, Vladimir, dan Kamerad Phlegmenkof. Seperti yang kami sebutkan di awal, kisahnya terinspirasi dari insiden yang terjadi di kisah nyata. Namun, di sini kami akan membahas siapa itu Anastasia, Rasputin, atau Tsar Nicholas II berdasarkan dari kisah dongengnya.
Dalam kisah ini, Putri Anastasia atau Anya adalah seorang perempuan yang ceria dan keras kepala. Sifat itu bisa terlihat dari caranya berinteraksi dengan Kamerad Phlegmenkof. Ia juga seseorang yang pantang menyerah demi bertemu kembali dengan keluarganya.
Rasputin adalah tokoh antagonis yang berusaha menghancurkan seluruh anggota keluarga kerajaan Romanov. Ditemani dengan Bartok sang anak buah yang setia, mereka pantang menyerah mencari dan mengejar Anastasia kemudian berusaha untuk membunuh sang putri.
Tsar Nicholas II dan Permaisuri Marie adalah anggota keluarga kerajaan Romanov yang sangat menyayangi keluarganya. Mereka berusaha melindungi anggota keluarga mereka. Bahkan, setelah sepuluh tahun kemudian, Permaisuri Marie masih pantang menyerah mencari cucu perempuan kesayangannya.
Dimitri dan Vladimir di dalam kisah ini juga termasuk sosok yang pantang menyerah mencari sang Putri Anastasia. Meskipun awalnya tujuan mereka hanya demi mendapatkan uang, tapi pada akhirnya mereka menolak tawaran uang itu. Karena Dimitri mulai jatuh cinta pada sang putri.
Kamerad Phlegmenkof adalah penjaga panti asuhan tempat tinggal Anya setelah kehilangan ingatannya. Ia adalah seseorang kaku dan keras kepala. Meskipun begitu, dengan kebaikannya ia tetap berusaha membantu Anya mencarikan pekerjaan di pabrik ikan.”
3. Latar
Sepanjang kisah dongeng Putri Anastasia di atas, ada beberapa latar lokasi yang disebutkan. Di antaranya adalah Istana Musim Dingin tempat tinggal keluarga kerajaan Romanov, terowongan gelap di balik kamar tidur kerajaan yang digunakan Anastasia dan Permaisuri Marie untuk melarikan diri, stasiun kereta St. Petersburg, teater tempat Dimitri dan Vladimir mengadakan audisi, panti asuhan yang dipimpin Kamerad Phlegmenkof, kediaman Sophie di Paris, teater yang mengadakan pertunjukan balet, dan pinggir jembatan di mana hidup Rasputin berakhir.
4. Alur
Jika dilihat dari ceritanya, kisah dongeng Putri Anastasia di atas memiliki alur maju atau progresif. Sejak awal diceritakan berlangsungnya pesta dansa, kehancuran seluruh keluarga Romanov, proses Anastasia dalam mencari anggota keluarganya, hingga akhirnya bisa bertemu dengan Permaisuri Marie dan mendapatkan cinta sejati, kisahnya diceritakan secara berurutan.
5. Pesan Moral
Dari kisah dongeng Putri Anastasia di atas, ada beberapa pesan moral yang bisa kamu dapatkan dan jadikan pegangan hidup. Salah satunya untuk tak pernah menyerah dalam mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan. Baik itu uang seperti halnya yang dilakukan oleh Dimitri dan Vladimir, atau dalam mencari keluargamu seperti halnya Anya dan Permaisuri Marie.
Selain unsur intrinsik, pada kisah dongeng Putri Anastasia ini juga bisa didapatkan beberapa unsur ekstrinsik yang turut serta memengaruhi jalannya cerita. Di antaranya adalah nilai sosial, budaya, dan juga moral dari warga Rusia pada tahun itu.
Fakta Menarik tentang Kisah Dongeng Putri Anastasia
Selain unsur intrinsik, dalam artikel ini kamu juga bisa mendapatkan beberapa fakta menarik seputar kisah dongeng Putri Anastasia. Berikut adalah ulasannya.
1. Terinspirasi dari Kisah Nyata
Seperti yang sudah disebutkan di awal, kisah dongeng Putri Anastasia ini terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi pada keluarga Tsar Nikolai II, sang penguasa terakhir dari Kekaisaran Rusia. Meskipun begitu, tetap saja ada banyak perbedaan dari kisah dongengnya dan cerita yang sesungguhnya.
Salah satu yang paling jelas terlihat adalah pelaku dari pembunuhan itu bukanlah seorang penyihir jahat bernama Rasputin, melainkan anggota Cheka, polisi rahasia Bolshevik. Rasputin sendiri merupakan seorang petani Rusia dan pengembara yang banyak dikenal sebagai “orang suci.” Namun, ada banyak sekali rumor buruk seputar Rasputin.
Alasan kenapa keluarga Romanov dibunuh itu adalah rakyat Rusia saat itu merasa kurang puas dengan kepemimpinan Tsar Nicholas II. apalagi keputusan sang Tsar untuk menyertakan negaranya dalam Perang Dunia I mengakibatkan kelangkaan pangan dan anjloknya moral para tentara karena berulang kali kalah dari Jerman.
Kisah tentang nasib sang putri, Anastasia sendiri juga termasuk simpang siur. Hal itu disebabkan karena setelah proses eksekusi keluarga Tsar Nicholas II, di sana hanya ada tiga jenazah anak perempuan yang tak bisa dikenali. Diduga, yang menghilang adalah Grand Duchess Anastasia Nikolaevna.
Sejak saat itu, ada banyak sekali perempuan yang mengaku sebagai sang putri. Salah satunya yang cukup terkenal adalah Anna Anderson. Pada tahun 1984, tubuhnya dikremasi setelah meninggal dunia. Namun, berdasarkan test DNA pada tahun 1994 dari lapisan tisu kulit dan rambut Anna Anderson, ditemukan bahwa ia bukanlah Anastasia dan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan anggota keluarga Romanov lainnya.
Benar saja, pada tahun 2007, jasad Alexei Nikolaevich dan Anastasia ditemukan. Berdasarkan analisis forensik dan uji DNA, dapat dikonfirmasikan bahwa sisa jenazah itu memang merupakan anggota keluarga kerajaan.
2. Diadaptasi Menjadi Film Animasi
Ceritanya yang menarik dan seru tak memungkiri menjadikan beberapa pembuat film tertarik untuk mengadaptasi kisah dongeng Putri Anastasia menjadi berbagai tayangan. Salah satu yang paling awal adalah Clothes Make the Woman yang ditayangkan pada tahun 1928. Kisahnya menceritakan tentang seorang wanita yang mengikuti audisi untuk film Hollywood tentang sang putri dari Tsar Nicholas II. Namun, rupanya seorang tentara Rusia yang pernah menyelamatkannya ketika masih muda mengenalinya.
Selain itu ada juga film drama sejarah berjudul Anastasia yang dirilis pada tahun 1956. Film yang diperankan oleh Ingrid Bergman, Yul Brynner, dan Helen Hayes itu diadaptasi dari drama berjudul sama yang ditampilkan di teater sepanjang tahun 1952. Ceritanya terinspirasi dari kisah hidup Anna Anderson yang saat itu masih diyakini sebagai Putri Anastasia yang sesungguhnya.
Film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Copenhagen, London, dan Paris itu memenangkan banyak sekali penghargaan. Di antaranya adalah Best Actress pada Academy Awards dan New York Film Critics Circle Awards, Best Foreign Actress pada David di Donatello Awards, Best Actress in a Motion Picture pada Golden Globe Awards, dan Best Actor pada National Board of Review Awards.
Pada tahun 1997, Fox Animation Studios memproduksi sebuah film drama musikal animasi yang berjudul Anastasia. Film yang dibintangi oleh pengisi suara Meg Ryan, John Cusack, Kelsey Grammer, dan Kirsten Dunst itu menarik perhatian banyak orang. Meskipun begitu, para sejarawan mengkritik filmnya, karena dianggap cara penceritaan kisah hidup sang Grand Duchess dianggap terlalu fantastis.
Film tersebut memenangkan beberapa penghargaan, seperti Outstanding Individual Achievement for Voice Acting by a Male Performer in an Animated Feature Production pada Annie Awards, Favorite Animated Family Movie pada Blockbuster Entertainment Awards, dan Best Family Film pada Broadcast Film Critics Association Awards.
Kisah Dongeng Petualangan Putri Anastasia yang Seru
Jadi bagaimana? Apakah kamu setuju kalau kisah dongeng Putri Anastasia di atas seru, kan? Kamu juga bisa mendapatkan pesan moral yang baik dari kisahnya juga.
Kalau masih ingin mencari dongeng seputar putri lain yang tak kalah serunya, cek saja artikel-artikel di Ruang Pena di PosKata ini. Di sini kamu bisa mendapatkan kisah Putri Tidur, Cinderella, atau Rapunzel.