
Sungai Mahakam merupakan sungai besar yang memiliki peran penting dalam jalur transportasi dan perdagangan. Namun, tahukah kamu tentang cerita asal mula Anak Sungai Mahakam? Kalau belum, simak kisah lengkapnya dalam artikel ini, yuk!
Asal mula Anak Sungai Mahakam merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Timur. Meskipun tidak sepopuler tentang legenda Pesut Mahakam, tapi kisahnya sama-sama mengandung pesan moral yang cocok untuk diajarkan kepada anak-anak.
Dalam artikel ini, kamu akan mengetahui kisah lengkap tiga bersaudara yang menjadi alasan terbentuknya anak-anak sungai dari salah satu sungai terpanjang di Indonesia tersebut. Selain itu, ada juga pembahasan mengenai unsur intrinsik dan fakta menarik yang mungkin belum banyak diulas.
Penasaran seperti apa kisah lengkap asal mula Anak Sungai Mahakam? Tanpa banyak basa-basi, mari langsung simak uraiannya lebih lanjut dalam pembahasan berikut!
Cerita Rakyat Asal Mula Anak Sungai Mahakam
Pada zaman dahulu kala, hiduplah tiga orang bersaudara yang tinggal di sebuah pondok besar di sekitar hulu Sungai Mahakam. Anak yang paling tua adalah seorang perempuan bernama Siluq, anak tengah laki-laki yang bernama Ayus, dan adik bungsu laki-laki bernama Ongo.
Berbeda dengan Siluq dan Ayus yang keahliannya bisa diandalkan, Ongo yang usianya masih kecil masih menggantungkan diri pada kedua kakaknya. Siluq dikenal sebagai gadis yang suka melakukan bedewa (memuja dewa) dan bebelian (ritual adat) untuk mencari kesaktian.
Hampir setiap hari, baik siang dan malam, Siluq bersemedi sampai lupa untuk makan dan minum. Sementara itu, Ayus diceritakan dalam asal mula Anak Sungai Mahakam sebagai remaja laki-laki yang berperawakan badan besar dan kuat.
Ayus bisa mencabut pohon besar beserta akar-akarnya dengan mudah. Selain itu, langkah kakinya juga sangat panjang sehingga bisa berlari menempuh jarak yang jauh dengan cepat. Sayangnya, remaja ini suka mencampuri urusan kakaknya dan bertindak ceroboh.
Ongo yang masih berumur belasan tahun tidak memiliki keahlian apa-apa. Setiap hari, ia hanya makan dan tidur jika tidak disuruh oleh kedua kakaknya untuk melakukan sesuatu.
Pada suatu malam, hujan deras mengguyur daerah di hulu Sungai Mahakam tempat tiga bersaudara itu tinggal. Air hujan yang tak kunjung reda selama semalam suntuk menyebabkan atap pondok rumah mereka bocor. Alhasil, tilam (kasur) dan bantal mereka basah.
Ayus dan Ongo tidak dapat tidur karena keadaan pondok yang basah. Sementara itu, Siluq sama sekali tidak mendengar derasnya air hujan karena ia sedang khusyuk bebelian dan bedewa.
Usaha Memperbaiki Atap dan Permintaan Siluq
Keesokan paginya, Ayus dan Ongo pergi ke hutan untuk mencari daun serdang yang akan mereka gunakan untuk mengganti atap pondok yang rusak. Sementara itu, Siluq yang masih sibuk bebelian dan bedewa seperti tidak peduli dengan keadaan rumah mereka.
Meskipun kesal, Ayus hanya membiarkan kakak perempuannya itu dan bersiap dengan Ongo untuk pergi ke hutan. Ia dan Ongo diceritakan dalam legenda asal mula Anak Sungai Mahakam berpamitan sekaligus meninggalkan pesan untuk Siluq.
“Kak Siluq, hari sudah siang! Aku dan dik Ongo mau ke hutan untuk mencari daun serdang. Kalau sudah selesai bebelian, tolong nanti kakak memasak untuk makan siang, ya,” seru Ayus.
Siuq yang tengah bersemedi merasa terkejut mendengar teriakan dari Ayus. Perempuan ini kecewa karena adiknya telah membangunkannya dari semedi secara terpaksa sehingga ia tidak bisa menyelesaikan ritualnya dengan baik.
“Baiklah, aku nanti akan memasak makanan untuk makan siang,” jawab Siluq. Wanita itu kemudian menambahkan pesan, “Setelah kalian pulang dari hutan, jangan sekali-kali kalian membuka tutup periuk. Kalian cukup menambahkan kayu bakar kalau apinya mulai padam.”
“Iya, kak” jawab Ayus dan Ongo dengan serempak.
Setelah melihat adik-adiknya yang berangkat ke hutan, Siluq segera pergi ke dapur dan mengambil beberapa lembar daun padi untuk dimasak. Daun-daun padi yang telah dibersihkan itu kemudian dimasukkan ke dalam periuk yang di dalamnya sudah terisi air.
Lalu, Siluq menyalakan api untuk memasak lembaran daun padi dalam periuk tadi. Ia kemudian melanjutkan semedinya kembali dan berdoa kepada dewa agar daun-daun padi yang ia masak dapat berubah menjadi nasi.
Ketika matahari sudah berada di atas kepala, Ayus dan Ongo memutuskan untuk kembali ke rumah karena telah berhasil mengumpulkan daun-daun serdang. Kedua laki-laki merasa kelelahan dan kelaparan.
Baca juga: Kisah Batu Rantai dari Kepulauan Riau yang Sarat Pesan Moral Beserta Ulasan Lengkapnya
Kesaktian yang Hilang dan Janji yang Dilanggar
Sesampainya di rumah, Ayus dengan semangat pergi ke dapur untuk makan siang. Namun, dalam asal mula Anak Sungai Mahakam, Ayus diceritakan merasa sangat kecewa karena periuk untuk memasak nasi masih di atas tungku
“Kenapa periuknya belum diangkat? Apakah nasinya belum matang?” tanya Ayus dalam hati.
Ayus yang sudah kelaparan pun segera menghampiri periuk itu. Karena penasaran, ia melupakan pesan Siluq untuk jangan membuka periuk. Ketika dibuka tutupnya, betapa kagetnya Ayus karena dalam periuk itu hanya ada lembaran daun padi dan sebagian lainnya berupa nasi.
Ayus segera menutup periuk di atas tungku karena baru teringat akan pesan kakaknya untuk tidak mengusik periuk itu. Sayangnya, layaknya peribahasa nasi yang telah menjadi bubur, tetap saja Ayus telah melanggar pesan kakaknya.
Sementara itu, di ruangan lain dalam pondok, Siluq sudah menyelesaikan bebelian dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah nasinya sudah masak atau belum. Namun, ketika perempuan ini membuka periuk nasinya, masih ada beberapa lembar daun padi yang belum berubah menjadi nasi.
“Kenapa hanya sebagian saja? Seharusnya semua daun padi sudah berubah menjadi nasi? Ini pasti perbuatan Ayus yang telah melanggar pesanku,” ucap Siluq dengan nada kesal.
“Ayus, kenapa kamu melanggar pesanku? Kalau sudah begini, tak ada lagi gunanya kita untuk tinggal bersama. Aku lebih baik pergi dari sini dan tinggal di dekat pusat air. Dengan begitu, tak ada seorangpun yang akan mengangguku saat bebelian dan bedewa,” terang Siluq.
Setelah melampiaskan kekesalannya, Siluq segera mengemasi pakaiannya. Tak lupa, wanita ini juga mengambil ayam jantan sakti kesayangannya dan pergi menyusuri sungai menggunakan rakit. Sebelum pergi, Siluq memberikan pesan kepada adik-adiknya.
“Kakak harus pergi sekarang. Tolong jaga diri kalian baik-baik,” ujar Siluq.
Ongo yang tiba-tiba berpisah dengan kakaknya tentu saja merasa sedih dan hanya bisa menangis. Sementara itu, Ayus yang merasa bersalah dan menyesal atas tindakannya karena membuat kakaknya pergi, hanya terdiam.
Usaha Ayus untuk Menghalangi Siluq
Saat rakit yang dinaiki Siluq sudah melaju di atas aliran sungai, Ayus lalu memutuskan untuk berlari dan menghalangi kakaknya. Karena larinya yang cepat, laki-laki ini berhasil mendahului kakaknya.
Untuk menghalangi kakaknya, Ayus melemparkan batu-batu besar ke tengah Sungai Mahakam untuk membentuk bendungan. Aliran air yang melambat membuat rakit yang ditumpangi Siluq tidak bisa bergerak secepat sebelumnya.
Ketika rakit Siluq sampai di hadapan bendungan buatan Ayus, dikisahkan dalam dongeng asal mula Anak Sungai Mahakam kalau perempuan itu mengangkat ayam jantannya dan menyuruh hewan itu untuk berkokok.
“Ayam jantanku yang sakti, berkoteklah!” perintah Siluq.
Ayam jantan itu menuruti perintah Siluq dan berkokok dengan volume yang keras. Suara kokok ayam sakti itu mampu menghancurkan bendungan yang dibangun oleh Ayus.
Siluq kemudian melanjutkan perjalanannya ke hilir. Ayus tidak ingin menyerah. Laki-laki itu berlari kencang hingga mendahului laju rakit Siluq dan membuat bendungan lagi yang lebih kokoh.
Sayangnya, suara kokok ayam jantan sakti peliharaan Siluq tetap bisa merobohkan bendungan buatan Ayus. Kejadian itu berulang-ulang terjadi antara kegigihan Ayus untuk membangun bendungan dan kesaktian suara kokok ayam jantan Siluq.
Kesaktian Suara Kokok Ayam Jantan
Mitosnya, bekas-bekas bendungan yang dirobohkan oleh ayam Siluq menjadi keham atau jeram di hulu Sungai Mahakam. Rakit Siluq pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di muara Sungai Mahakam.
Sementara itu, Ayus tidak bisa mendirikan bendungan lagi karena tak ada lagi batu-batu besar di sekitar daerah itu. Ia kemudian mengambil lumpur untuk menambak kuala sungai dan mencabuti nipah-nipah yang tumbuh di pinggiran.
Dengan kekuatannya, Ayus lalu menanam nipah-nipah pada tambak buatannya sehingga membentuk sebuah hutan nipah yang cukup rimbun. Setelah selesai, laki-laki ini menunggu kedatangan rakit Siluq.
Tak berapa lama, muncullah Siluq bersama rakitnya dari kejauhan yang sedang melaju ke hilir. Melihat adanya hutan nipah yang ada di hadapannya, Siluq segera menyuruh ayamnya untuk berkokok lagi.
Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, suara kokok ayam Siluq mampu menghancurkan rimbunan hutan nipah yang dibuat oleh Ayus. Bekas hancurnya hutan nipah itu membentuk aliran-aliran sungai yang sekarang dikenal sebagai Kuala Berau, Kuala Bayur, dan sejumlah delta di Kuala Mahakam.
Siluq yang berhasil melewati hutan nipah lalu meninggalkan pesan kepada Ayus sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.
“Tolong jangan halang-halangi perjalananku lagi, Ayus. Biarkan aku beribadah mendekatkan diri kepada Sang Hyang Dewata di pusat air,” pinta Siluq.
“Aku akan bedewa dan bebelian demi ketentraman jiwa. Selain itu, aku juga bisa menjagamu dan Ongo,” lanjut Siluq.
Setelah menyampaikan permintaannya, Siluq dengan rakitnya tiba-tiba menghilang dan muncul kembali di pusat air. Melihat kejadian itu, Ayus pun hanya menyaksikan kepergian kakaknya begitu saja dengan hati yang diselimuti penyesalan. Begitulah akhir dari legenda asal mula Anak Sungai Mahakam dari Kalimantan Timur.
Baca juga: Dongeng I Laurang Sang Manusia Udang Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya
Unsur Intrinsik Legenda Anak Sungai Mahakam
Bagaimana? Kamu sudah mengetahui kisah terbentuknya Anak Sungai Mahakam, kan? Sekarang, saatnya kamu menyimak informasi tentang unsur-unsur intrinsiknya, yuk!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita rakyat asal mula Anak Sungai Mahakam adalah tentang kepercayaan. Kisah dari Kalimantan Timur itu menggambarkan hubungan kakak dan adik yang berakhir perpisahan karena sang adik tidak bisa menepati janji.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam dongeng di atas, terdapat tiga tokoh yang memiliki peran dalam membangun alur cerita, yakni Siluq, Ayus, dan Ongo. Siluq merupakan anak perempuan sulung yang baik, tapi kadang bisa bersikap egois demi kepentingan dirinya sendiri.
Sementara itu, Ayus adalah laki-laki yang kuat, gigih, dan sayang dengan keluarganya. Sayangnya, kepercayaan kakaknya ia rusak karena tidak bisa menepati janji.
Ongo sebagai anak bungsu digambarkan sebagai remaja yang belum bisa mandiri, patuh, dan sayang pada kakak-kakaknya. Ia digambarkan sebagai remaja yang cukup emosional karena ditinggalkan oleh Siluq.
3. Latar
Latar atau lokasi di mana cerita di atas diambil berada di pondok rumah, pinggiran sungai, dan area Sungai Mahakam. Letak rumah Siluq, Ayus, dan Ongo ada di sekitar hulu sungai. Sementara itu, tempat yang ingin dituju oleh Siluq untuk bisa mencapai pusat air dilewatinya melalui hilir.
4. Alur
Alur atau jalan cerita asal mula Anak Sungai Mahakam termasuk dalam jenis progresif atau maju. Legendanya dimulai dari pengenalan karakter Siluq, Ayus, dan Ongo.
Konflik mulai muncul ketika Siluq bersikap cuek ketika kondisi atap pondok bocor akibat hujan deras yang menyebabkan Ayus bersikap kesal. Puncaknya, Ayus yang sudah kelelahan mencari daun serdang melanggar perintah Siluq dan membuka periuk nasi.
Siluq yang telah kehilangan kesaktiannya untuk memasak nasi merasa kesal dan kecewa pada Ayus yang melanggar janjinya sendiri. Pada akhirnya, Siluq memutuskan untuk meninggalkan Ayus dan Ongo.
5. Pesan Moral
Pesan moral atau amanat yang bisa diambil dari kisah terbentuknya Anak Sungai Mahakam adalah untuk tidak melanggar janji yang telah kamu ucapkan pada seseorang. Jika telah diberikan kepercayaan oleh orang lain, maka jangan sekali-kali kamu sia-siakan.
Selain itu, dari cerita rakyat asal mula Anak Sungai Mahakam dari Kalimantan Timur kamu jadi tahu bahwa keegoisan bisa dimiliki oleh siapa saja. Kamu mungkin berpikir bahwa hubungan darah yang dimiliki antara Siluq, Ayus, dan Ongo tak akan mendorong sang kakak sulung untuk meninggalkan adik-adiknya.
Namun, karena terlanjur kecewa karena adiknya sendiri tidak bisa menepati janji, Siluq memutuskan untuk hidup mandiri. Meskipun begitu, berdasarkan pernyataan Siluq yang tetap akan melindungi Ayus dan Ongo dari kejauhan, wanita ini masih menyayangi dan peduli dengan adik-adiknya.
Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur-unsur ektrinsik yang terkandung dalam kisah di atas. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, seperti nilai moral, sosial, dan budaya.
Baca juga: Cerita Hikayat Asal Usul Tanjung Lesung Beserta Ulasannya yang Menarik Disimak!
Fakta Menarik
Setelah mengetahui legenda asal mula Anak Sungai Mahakam beserta unsur-unsur intrinsikya, rasanya belum lengkap kalau kamu tidak sekalian menyimak ulasan tentang apa saja fakta menarik dari dongeng asal Kalimantan Timur itu. Berikut ini penjelasannya:
1. Penamaan Sungai Mahakam
Sungai Mahakam merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia yang memiliki panjang mencapai 920 km yang bermuara di Selat Makassar. Namanya sendiri kabarnya diambil dari bahasa Sanskerta, yakni kata maha yang artinya tinggi atau besar dan kama yang bermakna cinta.
Sejarah Sungai Mahakam sebagai salah satu tempat untuk melakukan perdagangan dimulai sejak abad ke-4 Masehi. Manfaat Sungai Mahakam lainnya adalah sebagai jalur transportasi untuk membawa material batu bara.
2. Keberadaan Mamalia Langka
Pesut Mahakam merupakan hewan mamalia air tawar yang habitatnya hanya ditemukan di Sungai Mahakam. Hewan ini kadang-kadang muncul di permukaan air dan tidak pernah mengganggu kapal nelayan.
Masyarakat sekitar menganggap pesut mahakam sebagai hewan keramat sehingga tidak boleh diburu, ditangkap, dibunuh, maupun dimakan. Kemunculannya yang jarang juga dianggap sebagai fenomena langka. Sayangnya, semenjak kemajuan industri di Kalimantan Timur, membuat kawanan pesut pindah ke daerah hulu Sungai Mahakam dan dianggap di ambang kepunahan.
Baca juga: Kisah Ayam dan Elang beserta Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Tidak Mengingkari Janji
Cerita Rakyat Asal Mula Anak Sungai Mahakam sebagai Dongeng Pengantar Tidur
Demikian rangkuman dongeng terbentuknya Anak Sungai Mahakam dari Kalimantan Timur. Kamu bisa menjadi salah satu cerita pendek dari nusantara tersebut sebagai dongeng pengantar tidur karena mengandung pesan bijak yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tak hanya artikel ini, masih ada artikel menarik lainnya yang bisa kamu jumpai di PosKata. Beberapa di antaranya adalah kisah Caadara dari Irian Jaya, legenda Batu Kuwung, dan dongeng Putri Malu. Selamat membaca!