Pernahkah kamu mendengar dongeng tentang anak kecil yang berukuran satu jempol tapi memiliki sifat yang cekatan dan sering dianggap sebagai si pemberani? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di bawah ini, yuk!
Ada beragam kisah dongeng dari berbagai wilayah di dunia ini yang menarik dibacakan sebagai bacaan sebelum tidur. Salah satunya adalah kisah dongeng si Jempol yang berasal dari Negeri Sakura alias Jepang.
Kisahnya menceritakan tentang petualangan seorang anak laki-laki yang berukuran sangat mini, yaitu hanya sebesar jempol manusia saja. Meskipun tubuhnya berukuran mini, tapi ia selalu bersemangat untuk membuktikan bahwa ia adalah pria yang kuat dan tangkas.
Kira-kira apa sajakah yang terjadi pada si Jempol dalam kisah dongeng ini? Langsung saja simak ceritanya, dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya! Selamat membaca!
Cerita Dongeng Si Jempol
Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang kakek dan nenek di suatu desa. Sejak masih muda, mereka tidak pernah dikaruniai anak. Awalnya, mereka merasa hal itu bukanlah masalah besar asalkan hidup mereka masih terus dilimpahi kebahagiaan.
Namun, lama kelamaan sang nenek merasa resah. Ia ingin memiliki buah hati yang bisa mereka sayangi dan manjakan. Belum lagi, kalau memiliki anak, itu artinya mereka bisa memiliki keturunan yang bisa meneruskan warisan peninggalan mereka.
Akhirnya pasangan suami istri itu pun memutuskan untuk berdoa kepada Tuhan setiap pagi agar bisa dikaruniai buah hati. Setiap hari, ketika mereka bangun tidur, hal pertama yang mereka lakukan adalah langsung berdoa di depan altar pemujaan dengan khusyuk.
Suatu hari, ketika mereka tengah berdoa dengan khidmat, mendadak terdengar suara tangis bayi dari arah altar pemujaan. Sang kakek dan nenek pun langsung mengangkat kepala mereka. Betapa terkejutnya pasangan itu ketika menemukan seorang bayi tergeletak di altar.
“Akhirnya Tuhan memberi kita seorang anak, Kek!” ucap nenek dengan penuh kegembiraan. Si kakek yang juga merasa bahagia pun kemudian mengangkat bayi berjenis kelamin laki-laki itu dengan hati-hati dari altar.
Menariknya, bayi itu berukuran sangat kecil. Saking kecilnya, kakek dan nenek memberinya nama Si Jempol. Apalagi, tubuh si bayi kecil itu sama sekali tak tumbuh jauh lebih besar daripada ukurannya semula. Meskipun begitu, kakek dan nenek tetap menyayangi anak laki-laki mereka itu. Bahkan, mereka membuatkan pakaian khusus untuk sang buah hati.
Ingin Berpetualang Ke Kota
Meskipun tubuhnya mungil, si Jempol tumbuh menjadi anak laki-laki yang sehat dan sangat periang. Ia suka sekali berlarian di sekeliling rumah mereka. Namun, karena ukurannya yang sangat kecil, banyak anak-anak yang tinggal di desa itu senang sekali mengganggu si Jempol.
Pada suatu hari, si Jempol pulang ke rumah dalam keadaan menangis. Rupanya, ketika ia sedang bermain di hutan, ada beberapa anak laki-laki yang mengganggunya menggunakan seekor katak. Katak itu diikat kemudian diarahkan ke si Jempol hingga kataknya hampir menginjak si anak laki-laki mungil.
Sesampainya si Jempol di rumah, kakek langsung menenangkannya dengan menepuk punggung dan menghapus tangisnya. Setelah tangis itu mereda, kakek berusaha menyemangati si Jempol. “Ingatlah, Nak, seorang anak laki-laki itu tidak boleh menangis!” ucap sang kakek.
Dengan ucapan itu, si Jempol pun kembali tersenyum dan bersemangat kembali. Sejak saat itu, si Jempol berprinsip bahwa ia harus tumbuh menjadi anak laki-laki yang kuat dan tak mudah dikalahkan.
Pada suatu hari, si Jempol menyatakan keinginannya itu pada kakek. “Kakek, aku ingin pergi ke kota untuk berlatih bertapa agar bisa menjadi seseorang yang kuat. Meskipun tubuhku kecil, tapi aku ingin bisa menjadi orang yang tak terkalahkan. Oleh karena itu, izinkanlah aku berangkat pergi ke kota.”
Betapa terkejutnya kakek ketika mendengar permintaan itu. Ia tak menyangka putra yang ia temukan di altar beberapa tahun yang lalu kini meminta izin untuk pergi ke kota. Walau begitu, dengan tersenyum sang kakek tetap memberikan izinnya.
“Baiklah, nak. Aku akan mengizinkanmu pergi ke kota. Namun, kamu harus berjanji untuk pergi ke kota, menjadi kuat, kemudian kembalilah lagi ke rumah!” ucap kakek yang dijawab dengan anggukan kepala si Jempol.
Memulai Perjalanan Menuju Ke Kota
Untuk keberangkatan si Jempol ke kota, nenek mempersiapkan banyak hal dengan ukuran yang disesuaikan. Seperti jarum yang dibuat menjadi pedang, mangkuk kayu menjadi tudung kepala, kemudian sumpit yang dijadikan tongkat. Tak hanya itu, nenek pun membuatkan yukata baru yang terlihat indah. Pada hari keberangkatan, semua barang yang telah dibuatkan oleh nenek itu pun dikenakan oleh si Jempol.
“Lihatlah dirimu sekarang, Jempol. Kau terlihat begitu berbeda bagaikan pemuda yang sangat gagah!” ucap nenek dengan penuh kebanggaan. Mendengar hal itu, entah bagaimana si Jempol merasa ada sebuah tenaga tambahan yang keluar dari dalam dirinya dan memberikan semangat baru.
“Kakek, nenek, aku pergi dahulu, ya!” ucap si Jempol dengan semangat membara.
“Hati-hati di jalan, Jempol!” ujar nenek.
“Nantinya setelah menjadi orang hebat dan kuat, jangan lupa pulang, ya?” ucap kakek berusaha mengingatkan.
Dengan pesan itu, si Jempol pun berangkat menuju ke kota. Tak lupa, ia mengenakan tudung yang terbuat dari mangkuk kayu dan membawa tongkat sumpitnya. Kakek dan nenek melepaskan kepergian si Jempol dengan terus melambaikan tangan dari kejauhan.
Anak laki-laki berukuran mungil itu berjalan jauh melewati jalan musim semi yang dikelilingi bunga bermekaran. Namun, di tengah jalan menuju ke kota, mendadak ia menemui semak belukar yang sangat lebat.
Sebagai anak laki-laki yang berukuran mungil, semak belukar itu terasa seperti hutan rimba yang gelap dan mengerikan. Bahkan, si Jempol menjadi sangat bingung dan kehilangan arah. Ia tak lagi bisa membedakan mana yang arah ke barat dan mana yang ke timur. Bisa dibilang si Jempol kini telah tersesat.
Baca juga: Cerita Beruang dan Lebah Madu Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Mengajarkan Pentingnya Kejujuran
Bantuan dari Semut dan Ikan Koi
Tiba-tiba, muncullah seekor semut yang lewat di dekat si Jempol yang terlihat sedang kebingungan. Tanpa menunggu lama, ia langsung mendekati semut itu dengan harapan siapa tahu hewan mungil itu tau arah ke kota.
“Semut, bisakah kau membantuku?” tanyanya sopan, “Maukah kau memberitahuku ke manakah jalan untuk menuju ke kota?”
“Sebentar, coba kupasang dahulu telingaku!” ucap semut. Untungnya, semut yang baik hatinya itu pun bersedia menunjukkan jalan. “Aku bisa mendengar suara sungai dari arah sana. Cobalah untuk mengikuti suara air sungai itu. Kemudian turunlah ke sungai, nantinya kau akan tiba di kota!”
“Baiklah, terima kasih banyak, semut!” ujar si Jempol dengan penuh semangat kembali melanjutkan perjalanannya.
Ia pun kemudian mencoba saran dari semut dengan mengikuti suara air sungai. Dan benar saja, akhirnya ia berhasil keluar dari hutan belantara yang sebenarnya hanyalah semak belukar itu. Kemudian, ia berjalan menuju ke arah sungai.
Sesampainya di sungai, ia bertemu dengan beberapa ikan koi yang sedang berenang di tepi. Dengan sopan, si Jempol berusaha menyapa ikan-ikan tersebut.
“Hai, ikan-ikan koi. Apakah kalian tahu cara untuk menuju ke kota?” tanyanya santun.
“Tentu saja! Dengan mengikuti jalur sungai ini kau bisa sampai ke kota!” jawab salah satu ikan koi. “Memangnya bagaimana caramu mau menyusuri sungai ini, nak?”
Dengan percaya diri, si Jempol menunjukkan tudung kepalanya yang terbuat dari mangkuk kayu. “Aku akan menggunakan tudung kepalaku ini sebagai kapal, dan tongkat ini sebagai dayungnya.”
Bantuan dari Kupu-Kupu
Mendengar hal itu, para ikan koi merasa terenyuh dan memutuskan untuk membantu sang anak laki-laki mungil naik ke atas mangkuk kayu itu. Tak hanya itu, mereka bahkan menolong si Jempol mendayung mangkuk itu menuju ke kota.
“Hey, Jempol,” panggil salah satu ikan koi setelah mereka saling berkenalan dan mengetahui nama satu sama lain, “Kenapa kau ingin pergi ke kota?”
Si anak yang ada di atas mangkuk kayu itu pun langsung menjelaskan bahwa ia ingin berlatih bertapa agar bisa menjadi anak yang kuat dan bermanfaat. Rupanya, jawaban itu membuat para ikan merasa takjub. Mereka pun kemudian menyemangati si Jempol untuk melanjutkan perjalanannya hingga ke kota.
Sayangnya, ketika sampai di sungai yang tenang, para ikan koi harus berpisah jalan dari si Jempol. Meskipun begitu, si anak laki-laki berukuran mungil itu tidak bersedih hati. Ia justru semakin tak sabar ingin sampai ke kota berkat semangat yang diberikan oleh para ikan koi. Namun, kini ia tidak mengetahui harus pergi ke arah mana.
Untungnya, tak lama kemudian datanglah seekor kupu-kupu yang terbang tak jauh dari mangkuk kayu. Anak laki-laki berukuran mungil itu pun memanggil kupu-kupu dan sama seperti sebelumnya, ia menanyakan tentang arah ke kota.
“Kalau mau ke kota, kau bisa mengikuti jalur air ini kemudian beloklah ke kanan. Besok kau pasti akan sampai di kota!” ucap kupu-kupu bersayap indah itu.
“Baiklah, terima kasih, kupu-kupu!” ucap si Jempol masih dengan penuh semangat. Kemudian, ia pun kembali lanjut mendayung sesuai dengan arah yang ditunjukkan kupu-kupu.
Sampai di Rumah Tuan Tanah
Benar saja, keesokan harinya, si Jempol telah tiba di kota. Di dekat sebuah jembatan, ia menghentikan perahu mangkok kayunya kemudian memanjat tonggak jembatan. Ketika di atas jembatan, ia merasa begitu takjub melihat lingkungan kota yang sangat luas.
“Rupanya kota adalah tempat yang sangat ramai,” ucapnya seraya terkagum-kagum. Kemudian ia memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa menjadi kuat. Hal pertama yang terlintas di pikirannya adalah dengan menjadi seorang pengawal untuk tuan tanah.
“Untuk menjadi kuat, aku akan berusaha menjadi pengawal untuk seorang tuan tanah. Jadi, sekarang lebih baik aku mencari rumah seorang tuan tanah yang sedang membutuhkannya.” Si Jempol kembali bersemangat dan berjalan berkeliling kota. Akhirnya, setelah berjalan beberapa saat, ia tiba di sebuah rumah yang terlihat sangat indah.
“Permisi!” teriak anak kecil berukuran mini itu dari depan pintu, “Saya ingin memohon sesuatu kepada Anda!”
Mendengar suara keras si Jempol, seorang tuan tanah dan putrinya pun keluar dari dalam rumah indah itu. Namun, mereka kebingungan karena tidak melihat orang satu pun yang ada di depan pintu.
“Lihat, Ayah! Betapa kecilnya anak laki-laki ini!” ucap sang putri ketika menundukkan kepalanya dan menyadari ada seorang anak laki-laki yang berukuran sangat kecil di atas tanah.
Betapa terkejutnya sang tuan tanah ketika menundukkan kepalanya. “Siapa kau dan apa keperluanmu?” tanyanya tanpa banyak berbasa-basi.
“Aku adalah Si Jempol,” ucap anak laki-laki kecil itu, “Dan kedatanganku kemari adalah untuk menjadi pengawalmu!”
Tentu saja ucapan itu justru membuat sang tuan tanah tertawa. “Kau ingin menjadi pengawalku? Memangnya apa yang bisa kau lakukan dengan badan kecil seperti itu?”
Menjadi Pengawal untuk Putri Tuan Tanah
Walaupun begitu, si Jempol tidak merasa rendah diri. Dengan penuh percaya diri, ia tetap berucap, “Meskipun badanku kecil, tapi kepandaian dan keberanianku tak akan terkalahkan oleh siapa pun juga!”
Mendadak, di waktu yang bersamaan, seekor lebah terbang mendekati sang putri dan terlihat nyaris menyengat wajahnya. Si Jempol yang menyadarinya langsung menarik pedangnya dan berhasil mengusir serangga itu dengan cara menusuk-nusuk sayapnya.
Tindakan itu membuat sang putri merasa kagum. “Terima kasih, si Jempol,” ucap sang putri. “Ayah, bagaimana kalau ia dijadikan sebagai pengawalku saja?”
Sang tuan tanah yang juga takjub dengan kecekatan dan ketangkasan anak laki-laki berukuran mini itu pun tentu saja langsung mengizinkannya. “Baiklah, Nak. Rupanya meskipun kau berukuran kecil tapi kau benar-benar anak laki-laki yang tangkas dan pemberani. Oleh karena itu, mulai sekarang kau memiliki tugas untuk menjaga putriku!”
Akhirnya, mulai saat itu, anak laki-laki itu pun menjadi pengawal pribadi sang putri.
“Apa pun yang terjadi padamu aku pasti akan menjagamu, putri!” janji si Jempol.
“Baiklah, mulai sekarang kita harus selalu bersama!” ucap sang putri. Untungnya, sang putri selalu berlaku baik kepada pengawalnya itu. Bahkan, pada suatu hari ia mengingatkan pada pengawalnya itu untuk belajar.
“Kau tahu, Jempol? Untuk menjadi orang hebat, kau tak hanya perlu kekuatan saja. Tapi kau juga harus mempelajari ilmu pengetahuan!” ujar sang putri pada suatu ketika.
Rupanya, ucapan sang putri tak hanya menjadi kalimat manis saja. Ia sungguh-sungguh mengajari pengawalnya itu tentang menghafal huruf, membaca, dan menulis dengan penuh perhatian. Bahkan, sang pengawal itu sampai bisa menulis surat untuk kakek dan nenek di kampung halamannya. Tentu saja hal itu membuat kakek dan nenek merasa sangat senang.
Putri Tuan Tanah Diserang Monster
Pada suatu hari, si Jempol menemani sang putri yang akan pergi menuju kuil. Sayangnya, tak peduli betapa cepat sang pengawal melangkahkan kakinya, tapi tetap saja ia tak bisa mengejar jalan sang putri. Pada akhirnya, sang pengawal itu pun dimasukkan ke dalam lengan kimono sang putri.
Mendadak, di tengah perjalanan, muncullah beberapa monster yang terlihat menakutkan di jalan setapak di gunung. Awalnya, para monster itu terlihat ingin menghabisi sang putri. Namun, ketika melihat kecantikan sang purti, salah satu monsternya berubah pikiran.
“Tunggu sebentar! Aku akan membawa pulang anak perempuan itu dan akan kujadikan istri!” ucap sang monster seraya berusaha menangkap sang putri.
Si Jempol yang bersembunyi di lengan kimono sang putri pun langsung melompat keluar dan menghunuskan pedang jarumnya. Pedang itu menusuk jari sang monster.
“Sakit! Apa ini!” teriak sang monster. “Rupanya putriku yang cantik ini dikawal oleh makhluk sejempol!” Tanpa menunggu lama, monster itu langsung menelan si Jempol bulat-bulat.
Meskipun begitu, anak laki-laki berukuran kecil itu pantang menyerah. Di dalam perut sang monster ia terus menusuk-nusukkan pedang jarumnya ke seluruh penjuru perut. “Aku pasti akan membunuh monster jahat ini!” ujar si Jempol dengan penuh keyakinan.
Karena bagian dalam perutnya ditusuk-tusuk, sang monster langsung berteriak kesakitan hingga menangis. Bahkan, karena tak bisa menahan sakitnya, monster itu sampai jatuh tersungkur. Tak lama kemudian, ia langsung tergelincir jatuh dari tebing yang curam.
Untungnya, sebelum monster itu tenggelam di dalam tebing yang curam, si Jempol berhasil melompat keluar dari perut sang monster. Ia pun kemudian berusaha melawan monster-monster lain yang masih berkerumun dengan gagah berani.
Si Jempol Mengalahkan Para Monster
Namun, rupanya para monster itu sudah terlalu ketakutan melihat kemampuan anak laki-laki yang berukuran mini itu. Tubuh mereka bahkan sampai gemetar ketakutan.
“Maafkan kami, Jempol! Jangan lemparkan kami ke pinggir tebing!” mohon para monster dengan ketakutan.
“Maukah kalian berjanji tak akan berbuat jahat lagi kepada orang-orang?” tanya si Jempol dengan nada mengancam.
“Kami berjanji!” jawab salah satu monster, “Sebagai tanda janjiku, aku akan memberimu palu kecil berharga milik keluargaku ini! Nantinya, kalau kau menggoyangkan palu ini, segala keinginanmu pasti akan terpenuhi!”
Setelah memberikan palu kecil ajaib itu, para monster itu pun melarikan diri sejauh-jauhnya. Sementara itu, sang putri yang sempat bersembunyi pun langsung mendekat.
“Terima kasih karena sudah menolongku, Jempol,” ucap sang putri dengan penuh ketulusan. “Ini palu kecil apa?” tanyanya kemudian ketika melihat benda yang dibawa pengawalnya.
“Ini adalah palu berharga yang diberikan dari para monster. Kabarnya, kalau kita menggoyangkan palu ini, apa pun yang kita inginkan akan dikabulkan!” Si Jempol menjelaskan pada sang putri.
“Apakah kau ingin menggunakan palu ini untuk mengabulkan keinginanmu?” tanya sang putri lagi.
Mendengar pertanyaan itu, si Jempol pun menjadi berpikir keras apakah keinginan yang ingin ia jadikan nyata. Setelah berpikir beberapa lama, ia pun akhirnya memutuskan keinginan yang ia ingin terkabulkan.
“Aku tahu apa yang aku inginkan!” ujar si Jempol dengan penuh keyakinan.
“Apa yang kau inginkan?” tanya sang putri penasaran.
“Aku ingin tubuhku bisa membesar hingga menjadi manusia normal!” Setelah mengucapkan kalimat itu, si Jempol langsung menggoyangkan palu kecil ajaib itu. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian, anak laki-laki berukuran kecil itu berubah menjadi besar layaknya seorang samurai yang tampan.
Permintaan Khusus dari Tuan Tanah
Sesudahnya, si Jempol yang kini sudah berukuran normal layaknya samurai tampan pun kembali pulang bersama sang putri. Betapa terkejutnya tuan tanah ketika melihat putrinya kini diantar pulang oleh seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.
Untungnya, sebelum tuan tanah sempat marah, sang putri pun menjelaskan apa yang baru saja mereka alami ketika berada di tengah hutan. Ia juga menceritakan tentang palu kecil ajaib yang bisa mengubah sang pengawalnya menjadi sosok manusia tinggi dan tampan.
Betapa terkejutnya sang tuan tanah karena tak menyangka pengawal putrinya rupanya aslinya adalah seorang samurai yang tampan. Ia pun langsung berterima kasih karena si Jempol berhasil menolong dan menyelamatkan putrinya.
Selain itu, ia pun meminta sebuah permintaan pada sang pengawal. “Aku memiliki satu permintaan yang kuharap bisa kau kabulkan,” ucap sang tuan tanah.
“Permintaan apa, tuanku?” tanya si Jempol bersiap melaksanakan permintaan apa pun yang diminta.
“Aku memintamu untuk menikah dengan putriku. Apakah kau bersedia?” tanya sang tuan tanah yang langsung membuat si Jempol terkejut.
Meskipun begitu, dengan pipi bersemu merah ia pun menjawab, “Saya bersedia dengan senang hati, tuanku!”
Rupanya, sang putri yang sudah merasa kalau pengawalnya kini berparas sangat tampan pun merasa malu. Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan antara si Jempol dan sang putri pun diadakan dengan megah.
Setelah menikah, tak lupa mereka mengajak kakek dan nenek untuk tinggal bersama mereka di kota. Sejak saat itu, mereka pun hidup dalam limpahan kebahagiaan selamanya.
Unsur Intrinsik Dongeng Si Jempol
Setelah membaca kisahnya, jangan lupa dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dongeng Si Jempol ini. Di sini kami sudah menyiapkan ulasan seputar tema atau inti cerita, tokoh dan perwatakan, latar lokasi yang disebutkan, alur jalannya kisah, dan pesan moral yang bisa didapatkan. Berikut adalah penjabarannya:
1. Tema
Inti cerita dari kisah dongeng Si Jempol ini adalah tentang keberanian tanpa memandang ukuran. Sama seperti yang digambarkan sang tokoh utama. Meskipun ukuran tubuhnya kecil, tapi ia tetap menjadi sosok yang pemberani dan tak takut melawan monster yang ukurannya jauh lebih besar daripada dirinya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan di sepanjang kisah dongeng di atas, di antaranya adalah si Jempol, kakek, nenek, tuan tanah, putri, para monster, dan beberapa hewan yang membantu perjalanan sang tokoh utama.
Si Jempol merupakan sang tokoh utama yang memiliki sifat pemberani dan pantang menyerah. Ia tak takut ketika harus berhadapan dengan monster yang berukuran jauh lebih besar darinya. Bahkan, ketika ia dimakan oleh sang monster, ia tetap berusaha melawan monster itu dari dalam perut.
Kakek dan nenek adalah orang tua si Jempol yang pantang menyerah untuk mendapatkan buah hati. Tanpa henti, mereka terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Mereka juga sosok yang penyayang dan bisa menerima buah hati mereka apa adanya. Bahkan meskipun anak mereka berukuran sejempol sekalipun, mereka tetap menyayangi dengan tulus.
Tuan tanah adalah pria yang perhatian pada buah hatinya dan mudah percaya pada orang lain. Ia bisa mempercayakan buah hatinya untuk dikawal oleh orang yang baru dikenalnya. Ia juga seseorang yang tahu berterima kasih karena setelah putrinya diselamatkan, ia pun menawarkan sang pengawal untuk menikahi putrinya.
Sang putri sendiri adalah anak perempuan yang percaya pada orang lain. Ia mengizinkan si Jempol untuk menjadi pengawalnya meskipun awalnya sang ayah tak mempercayai orang yang ukurannya kecil.
Para monster dan beberapa hewan yang membantu perjalanan sang tokoh utama termasuk dalam tokoh pembantu yang tidak banyak terlihat wataknya. Secara umum, para monster digambarkan sebagai sosok jahat yang berniat menculik dan memperistri sang putri, sementara para hewan yang membantu digambarkan sebagai sosok yang baik hati dan suka menolong.
3. Latar
Latar lokasi yang banyak digunakan di cerita dongeng si Jempol ini adalah di desa, khususnya rumah kakek dan nenek, juga semak belukar yang terasa seperti hutan belantara. Selain itu, ada juga latar di kota yang dituju oleh sang tokoh utama, seperti di kediaman tuan tanah yang bersedia menjadikannya sebagai pengawal, dan juga di hutan tempat sang tokoh utama dan sang putri bertemu hingga melawan monster.
4. Alur
Jika ditilik dari urutan ceritanya, kisah dongeng si Jempol ini memiliki alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari keberadaan seorang kakek dan nenek yang sudah lama tidak memiliki keturunan. Mereka pun berdoa kepada dewa hingga akhirnya mendapatkan bayi yang berukuran sangat kecil, yaitu sejempol. Uniknya, bayi yang diberi nama si Jempol itu rupanya ukuran tubuhnya tak akan bisa tumbuh lebih besar daripada sejempol.
Setelah tumbuh dewasa dengan ukuran tubuh masih kecil, si Jempol menyatakan ingin pergi ke kota demi membuktikan bahwa ia orang yang kuat. Ia pun harus melewati banyak jalan untuk bisa sampai ke kota. Untungnya, ada beberapa hewan baik hati yang bersedia membantunya.
Di kota, ia langsung menuju ke rumah seorang tuan tanah dan menyatakan bahwa ia ingin menjadi seorang pengawal. Meskipun awalnya kemampuan si Jempol diragukan, tapi akhirnya sang tuan tanah mengizinkannya untuk menjadi pengawal sang putri.
Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan pengawalnya, sang putri diserang oleh beberapa monster jahat. Monster itu berniat menculik sang putri dan menjadikannya istri. Untungnya, si Jempol berhasil melukai sang monster. Bahkan, meskipun ia sudah ditelan oleh monster itu sekalipun, si Jempol tetap berusaha untuk melawan dari dalam hingga akhirnya sang monster kalah.
Dari monster itu, si Jempol mendapatkan sebuah palu kecil sakti yang bisa mengabilkan permintaan. Tanpa menunggu lama, ia langsung meminta bisa berubah menjadi manusia biasa yang berukuran besar. Setelah kembali ke rumah bersama sang putri, si Jempol ditawari untuk menikah dengan sang putri. Sejak saat itu, mereka pun hidup dalam kebahagiaan selamanya.
5. Pesan Moral
Setelah membacakan cerita dongeng si Jempol di atas, jangan lupa ajarkan juga pesan moral yang bisa kamu dapatkan dari kisahnya pada buah hati dan juga si kecil. Di mana meskipun tubuhmu berukuran kecil, tapi janganlah berkecil hati. Seperti halnya si Jempol yang terus bersemangat dan yakin dengan kekuatannya, selama kamu yakin, kamu pasti bisa mengalahkan hal besar yang berusaha menghadangmu.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita dongeng si Jempol ini kamu juga bisa mendapatkan beberapa ulasan seputar unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai sosial, budaya, moral, dan juga agama dari lingkungan sekitar yang membentuk kisahnya.
Fakta Menarik tentang Dongeng Si Jempol
Kalau sudah mengetahui cerita dan sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, jangan sampai ketinggalan membaca fakta menarik seputar dongeng si Jempol yang telah kami siapkan berikut!
1. Aslinya Berasal Dari Jepang
Ketika membaca cerita dongeng si Jempol di atas, kamu mungkin merasa heran dengan beberapa istilah yang disebutkan di dalam kisahnya. Seperti altar pemujaan, yukata, atau kimono. Rupanya, penggunaan istilah itu bukanlah tanpa alasan.
Cerita si Jempol ini rupanya berasal dari sebuah dongeng di Jepang yang berjudul Issun Bosshi (一寸法師) yang memiliki makna Biksu Tiga Sentimeter. Kisahnya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang tingginya tak lebih daris atu inci. Oleh karenanya, terkadang kisah tersebut dikenal juga dengan nama Little One Inch atau One-Inch Boy.
Cerita Issun Bosshi ini mulai dikenal oleh rakyat Jepang sejak dimasukkan ke dalam buku kumpulan cerita bergambar Otogizoshi. Seperti halnya yang telah kami jabarkan pada cerita di atas, kisah Issun Bosshi juga menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang memiliki senjata berupa katana dari sebatang jarum, menaiki perahu yang terbuat dari mangkuk kayu, dan dayungnya menggunakan sumpit.
2. Ada Versi yang Berbeda
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, cerita si Jempol ini aslinya berasal dari dongeng di Jepang. Namun, rupanya di Negeri Sakura itu ada juga versi lain untuk kisah Issun Boshi ini. Ceritanya kurang lebih masih sama dengan kisah yang digambarkan di atas, tapi ada beberapa detailnya yang berbeda.
Seperti pada versi yang banyak diceritakan di Kyoto, dikisahkan kalau Issun Bosshi bukan tinggal di rumah seorang Tuan Tanah, tapi di kediaman seorang pejabat Saisho atau Kanselir. Kurang lebih, jabatan itu setara dengan seorang Perdana Menteri.
Versi lain ada yang menyebutkan sebenarnya Issun Bosshi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sang putri dari tuan tanah. Ia sudah berniat untuk menikahi sang putri tapi tak bisa karena tubuhnya terlalu kecil. Akhirnya ia pun menyusun rencana dengan mengambil beras persembahan dari altar dan menempelkannya di bibir sang putri. Kemudian, Issun Bosshi berpura-pura menangis dan melapor pada sang tuan tanah bahwa beras miliknya dicuri sang putri.
Hal itu membuat sang tuan tanah marah hingga nyaris membunuh sang putri. Issun Bosshi pun langsung berusaha mencegah pembunuhan itu dan mengajak sang putri pergi menjauh dari rumah.
Pada versi yang lainnya, Issun Bosshi pergi bersama sang putri dengan menaiki sebuah perahu yang kemudian terdampai di pulau yang dihuni Oni atau monster. Ketika ia ditelan oleh monster itu, Issun Bosshi berhasil keluar melalui mata si monster hingga membuat monster lainnya ketakutan.
Dalam versi lain yang tak kalah menariknya, Issun Bosshi tak hanya diizinkan menikah dengan putri sang tuan tanah, tapi juga diberikan jabatan tinggi di pemerintahan. Sejak saat itu, nama Issun Bosshi semakin dikenal di beberapa kota di Jepang sebagai pahlawan kecil yang berhasil berubah menjadi dewasa dan menyelamatkan seorang putri.
Baca juga: Legenda Minang Cindua Mato Beserta Ulasan Lengkapnya, Kisah Pemuda Pemberani Dalam Membela Kebenaran
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Si Jempol yang Kami Sajikan Di Atas?
Demikianlah cerita dongeng si Jempol yang mengandung pesan moral yang baik untuk diajarkan pada buah hati dan keponakan tersayang. Apakah kamu sudah tak sabar ingin membacakan kisahnya sebagai dongeng sebelum tidur? Setelah membacakan kisahnya, pastikan untuk tak lupa mengajarkan pesan moralnya, ya!
Kalau masih ingin mencari 1001 dongeng sebelum tidur baik yang panjang atau pendek lainnya, langsung saja cek artikel-artikel cerita di kanal Ruang Pena di PosKata ini, ya! Di sini kamu bisa mendapatkan cerita dongeng sebelum tidur Si Kancil, kisah fabel Kancil dan Tikus, dan juga legenda Batu Menangis yang berasal dari Kalimantan Barat.
Selain kanal Ruang Pena, kamu juga bisa menjelajahi kanal lainnya di PosKata ini dan mendapatkan informasi yang tak kalah serunya. Baik itu kutipan-kutipan inspiratif di kanal Inspirasi, menambah kosa kata di kanal Arti Kata, atau semakin memperkaya ilmu di kanal Histori. Selamat membaca!