
Kongres Pemuda 2 yang terselenggara pada tanggal 27–28 Oktober 1928 menghasilkan sebuah keputusan penting, yakni Sumpah Pemuda. Kalau ingin mengetahui kronologi lengkapnya, bisa langsung cek saja ulasan di bawah ini, ya!
Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar Sumpah Pemuda. Namun, apakah kamu tahu kalau peristiwa bersejarah yang diperingati tiap tanggal 28 Oktober tersebut merupakan hasil dari Kongres Pemuda 2?
Kongres tersebut merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda 1 yang diadakan pada tanggal 30 April–2 Mei 1926. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan para pemuda untuk Indonesia yang lebih baik.
Sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk segera menyimak ulasan tentang kronologi Kongres Pemuda 2 yang melahirkan Sumpah Pemuda, ya? Daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung cek ulasan lengkapnya berikut ini, ya!
Latar Belakang Kongres Pemuda 2
Seperti yang sudah kamu simak di atas, pertemuan akbar para pemuda yang kedua kali ini didahului oleh Kongres Pemuda 1 yang dipimpin oleh Mohammad Tabrani. Pada waktu itu, perhimpunan para pemuda dari berbagai daerah mengirimkan perwakilan untuk mengikuti kongres tersebut.
Akan tetapi, kongres pertama tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan untuk memupuk persatuan para pemuda. Pasalnya, saat itu masih banyak ide-ide yang sifatnya etnosentris atau mementingkan etnis masing-masing.
Meskipun demikian, Kongres Pemuda 1 juga memiliki dampak yang cukup baik. Setidaknya para pemuda sudah memiliki dan menerima ide mengenai pergerakan nasional.
Selain itu, pertemuan tersebut juga mengubah arah dan sifat perhimpunan. Pada awalnya, banyak organisasi tersebut yang sifatnya masih kedaerahan. Selanjutnya, mereka berubah menjadi organisasi bersifat nasionalisme yang mendukung pergerakan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan asing.
Terjadinya Kongres Pemuda 2 yang melahirkan Sumpah Pemuda ini juga didorong dengan adanya perkembangan pemikiran para pemuda mengenai politik. Salah satu perwujudannya adalah adanya gerakan pemuda yang bersifat kooperatif maupun nonkooperatif.
Selain itu, kegagalan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1926 membuat kegiatan pergerakan nasional menjadi terhenti. Hal tersebut karena Belanda menangkap banyak tokoh penggerak perjuangan.
Baca juga: Ulasan Lengkap Peristiwa Pertempuran Ambarawa: Perang Besar antara TKR dan Pasukan Sekutu
Proses Perencanaan Kongres Pemuda 2
Pada tanggal 2 Mei 1928, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) mengadakan rapat. Dalam rapat tersebut, mereka menggagas untuk mengadakan kongres pemuda lagi.
Tujuan dari diadakannya Kongres Pemuda 2 ini adalah untuk membicarakan masalah pergerakan pemuda. Selain itu, juga untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan kesatuan.
Kelanjutan mengenai ide tersebut lalu dibahas pada rapat tanggal 12 Agustus 1928. Dalam rapat kedua ini, datang pula perwakilan dari organisasi-organisasi pemuda dari berbagai daerah. Contohnya adalah PPPI, Jong Java, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, dan masih banyak lagi.
Agenda dalam pertemuan kedua tersebut sangat jelas. Mereka melakukan penyusunan panitia, memilih tempat diadakannya kongres, serta agenda yang akan dibahas nantinya.
Adapun susunan panitia Kongres Pemuda 2 adalah sebagai berikut:
- Ketua: Sugondo Joyopuspio (PPPI)
- Wakil Ketua: Raden Mas Joko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
- Para Pembantu:
- I: Johan Mohammad (Jong Islamieten Bond)
- II: Raden Kaca Sungkana (Pemuda Indonesia)
- III: Senduk (Jong Celebes)
- IV: Johanes Leimena (Jong Ambon)
- V: Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi)
Sementara itu, mengenai kapan diadakannya Kongres Pemuda 2 tanggal yang disepakati adalah 27 dan 28 Oktober 1928. Lalu mengenai tempatnya akan diselenggarakan di tempat yang berbeda, yaitu Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Gedung Oost Java Bioscoop, dan Gedung Indonesische Clubgebouw. Untuk para pesertanya sendiri semua orang boleh menghadirinya.
Baca juga:
Jalannya Pelaksanaan Kongres Pemuda 2
Selanjutnya, yang akan dibahas adalah mengenai kronologi pelaksaan Kongres Pemuda 2. Pertemuan akbar ini terbagi menjadi tiga rapat besar yang dilaksanakan di tempat berbeda. Untuk lebih lengkapnya langsung simak saja pembahasannya berikut ini.
1. Rapat Pertama
Sesuai yang telah menjadi kesepakatan bersama, Kongres Pemuda 2 hari pertama dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1928. Lokasinya berada di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond yang terletak di Waterloopein.
Pada kongres hari pertama ini, Muhammad Yamin menjadi salah satu yang menyampaikan pidato. Dalam pidatonya itu, ia menjabarkan lima syarat yang memperkuat persatua bangsa. Syaratnya adalah kemauan, sejarah, hukum, pendidikan, dan bahasa.
Pidatonya tersebut mendapatkan tanggapan yang positif dari Inoe Martakosoema. Ia menekankan kalau persatuan sangatlah penting supaya Indonesia nantinya bisa memiliki kedudukan yang sejajar dengan Inggris dan Belanda.
Dengan kata lain, pria itu mengatakan kalau ingin merdeka berarti semua rakyatnya harus bersatu. Karena pidatonya tersebut, ia sempat diminta untuk meninggalkan kongres oleh perwakilan Belanda yang turut serta dalam rapat itu.
Beruntungnya, ia tidak jadi meninggalkan rapat karena mendapatkan pembelaan dari Mr Sartono. Kongres Pemuda 2 yang dimulai pada pukul 19.30 malam baru selesai pada pukul 23.30.
Secara garis besar, inti dari rapat tersebut juga membahas tentang pentingnya penggunaan bahasa Melayu. Dengan menggunakan bahasa tersebut dalam kancah politik, maka akan dapat menciptakan persatuan dan kebangsaan yang mandiri.
Selain itu, ada pula pembahasan mengenai pembentukan organisasi-organisasi yang mewadahi pergerakan nasional. Sebuah organisasi yang dapat merangkul semua dan tentu saja tidak akan berat ke salah satu ras atau agama.
Baca juga: Sejarah Perjanjian Roem Royen: Perundingan Setelah Agresi Militer 2
2. Rapat Kedua
Rapat kedua Kongres Pemuda 2 ini berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928. Bertempat di Gedung Oost Java Bioscoop dan mulai pada pukul 8 pagi dan selesai pukul 12 siang.
Agenda pembahasan dalam rapat tersebut adalah mengenai perang pendidikan yang sangat penting untuk membantu mewujudkan kebangsaan. Tak banyak penjelasan detail mengenai pertemuan kedua ini.
Akan tetapi secara garis besar, beberapa tokoh seperti Ki Hajar Dewantoro, Sarmidi Mangoensarkoro, dan Sarwono menyampaikan pidato mengenai pentingnya pendidikan nasional. Hal itu kemudian dilanjutkan oleh Nona Poernomo Woelan yang membahas mengenai pendidikan untuk kaum wanita.
Tak berhenti di situ saja, pembahasan mengenai perempuan juga disambut oleh Siti Soendari yang mengemukakan tentang realita para perempuan yang banyak tertindas di masyarakat. Ya, tidak dipungkiri pada waktu itu memang wanita dianggap sebagai orang kelas dua yang tidak boleh memiliki kedudukan yang tinggi seperti laki-laki.
3. Rapat Ketiga
Dan yang terakhir, rapat ketiga Kongres Pemuda 2 ini dimulai pada pukul 17.30. Meskipun diselenggarakan di hari yang sama, lokasinya telah berubah ke Gedung Indonesische Clubgebouw.
Tempat yang digunakan tersebu sebenarnya merupakan kos-kosan milik Sie Kong Liong. Namun, memang sudah digunakan sebagai markas para aktivis muda jauh sebelum terlaksananya Kongres Pemuda I.
Ada beberapa agenda penting yang dibahas dalam rapat tersebut. Salah satunya adalah mengenai pergerakan pemuda dan persatuan Indonesia yang disampaikan oleh Soenario Sastrowardoyo.
Pada sesi rapat kali ini, kongres juga mendapatkan ancaman pembubaran dari intel Belanda. Pasalnya, dalam rapat tersebut terucap kata-kata “Indonesia Merdeka.” Beruntung, sang pemimpin kongres, yaitu Soegondo Djojopoespito dapat menengahi masalah tersebut sehingga rapat tak jadi dibubarkan.
Baca juga: Sejarah dan Tujuan Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Hasil Kongres Pemuda 2
Sumber: Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud
Keputusan hasil Kongres Pemuda 2 dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 sekitar pukul 10 malam. Sebelum pembacaan hasil kongres, Soegondo Djojopoespito menyerahkan tempat dan waktu kepada Wage Rudolf Soepratman untuk membawakan lagu Indonesia Raya menggunakan biolanya.
Hanya alunan melodi saja, tanpa lirik lagu. Hal ini dilakukan supaya tidak mengundang kecurigaan intel Belanda sehingga susasana tetap tenang. Karena pada lirik lagu Indonesia Raya terdapat kata merdeka dan mulia.
Setelah itu, sang pemimpin kongres lalu membacakan hasilnya. Ia membacakan bahwa berdasarkan perkumpulan pemuda: Jong Java, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Betawi, Jong Soematra, Jong Celebes, dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, atas nama bangsa mengambil keputusan sebagai berikut:
Pertama: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Apabila kelak akan ada perkumpulan-perkumpulan kebangsaan, maka ketiga azas di atas wajib dipakai. Selain itu, untuk semakin memperkuat keyakinan persatuan harus memperhatikan dasar-dasar seperti sejarah, bahasa, kemauan, hukum adat, pendidikan serta kepanduan.
Pada akhir pembacaan, Soegondo Djojopoespito juga berharap supaya keputusan-keputusan tersebut bisa disiarkan lewat surat kabar atau media yang lainnya. Tujuannya adalah supaya lebih menjangkau banyak orang lagi.
Baca juga: Perlawanan Cot Plieng, Usaha Rakyat Aceh Melawan Kekejaman Tentara Jepang
Dampak Sumpah Pemuda
Adapun beberapa dampak Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada saat Kongres Pemuda 2 adalah sebagai berikut:
1. Simbol Kelahiran Persatuan Indonesia
Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan salah satu bukti nyata mengenai lahirnya persatuan bangsa Indonesia. Organisasi-organisasi yang awalnya masih bersifat kedaerahan mau menggabungkan diri menjadi sebuah perhimpunan besar, yakni Pemuda Indonesia.
Mereka mau mengesampingkan ego masing-masing yang hanya mementingkan suku, agama, ras, atau golongan. Semua itu dilakukan demi mencapai tujuan bersama, yakni membebaskan diri dari penjajahan.
Dengan demikian, Sumpah Pemuda merupakan sebuah wujud kesepakatan bersama dengan tidak memandang mayoritas maupun minoritas. Semuanya adalah pemuda Indonesia.
2. Menghapus Sistem Feodal
Pada masa penjajahan Belanda, rakyat seperti terbagi menjadi beberapa kelas. Ada warga kelas 1, kelas dua, maupun kelas bawah.
Namun setelah adanya Sumpah Pemuda, tidak ada lagi rakyat berpikiran demikian. Semua orang adalah warga kelas satu di negaranya.
Hal ini juga membuat para pemuda semakin memiliki semangat dan nasionalisme yang membara sehingga mau bersatu mengusir Belanda. Bangsa asing yang menciptakan kelas-kelas tersebut sesegera mungkin harus keluar dari tanah air.
Baca juga: Peristiwa Westerling: Sejarah Kelam Bagi Masyarakat di Sulawesi Selatan Usai Proklmasi Kemerdekaan
3. Mengokohkan Cita-Cita untuk Merdeka
Dampak yang satu ini masih ada hubungannya dengan yang di atas. Bangsa Indonesia sudah dijajah oleh bangsa asing selama ratusan tahun. Selama masa itu, sebagian besar rakyat hanya menjadi budak di negara sendiri.
Padahal, seharusnya tidaklah demikian, kan? Sudah sebuah keharusan kalau rakyat dapat mengatur dan mengelola negara dengan mandiri tanpa bayang-bayang bangsa asing.
Nah dengan adanya Sumpah Pemuda, rakyat disadarkan bahwa Indonesia berhak untuk mendapatkan kemerdekaan dan berdiri di kaki sendiri. Apabila semua pemuda menyadari itu, maka pondasi mengenai mendapatkan kemerdekaan akan semakin kuat.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Sultan Suriansyah, Pendiri dari Kerajaan Banjar
Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Lahirnya Sumpah Pemuda
Berikut ini ada ulasan singkat beberapa tokoh yang terlibat dalam Kongres Pemuda 2:
1. Soegondo Djojopoespito
Sumber: Wikimedia Commons
Salah satu tokoh Kongres Pemuda 2 ini lahir pada tanggal 22 Febuari 1905 di Tuban, Jawa Timur. Ayah kandungnya adalah seorang penghulu dan mantri juru tulis. Sementara itu, ibunya sudah meninggal dunia sewaktu ia kecil.
Selanjutnya, Soegondo diangkat anak oleh pamannya, yaitu Hadisewojo. Berkat pamannya ini, ia dapat mengenyam pendidikan. Pada tahun 1925, dirinya masuk ke sekolah tinggi hukum dan bergabung dalam sebuah organiasi bernama Persatuan Pemuda Indonesia. Dari sinilah karier politik dan keorganisasiannya bermula.
Pada tahun 1926, Soegondo mengikuti Kongres Pemuda 1. Karena hal tersebut, dirinya menjadi direkomendasikan oleh Mohammad Hatta untuk menjadi Ketua Kongres Pemuda 2. Alasan lainnya adalah karena ia berasal dari organisasi yang independen dan bukan kesukuan.
Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, laki-laki tersebut menjalani profesi sebagai pengajar dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, ia juga aktif menjadi anggota partai politik.
2. Mohammad Yamin
Mohammad Yamin merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional. Ia lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatra Barat.
Yamin yang juga dikenal sebagai sastrawan ini memulai kariernya di bidang sastra pada tahun 1920. Buku kumpulan puisinya terbit pada tahun 1922.
Sementara itu, saudara dari Djamaluddin Adinegoro tersebut mulai berkecimpung di dunia politik ketika melanjutkan ke sekolah tinggi hukum di Jakarta. Karena berasal dari Sumatra, ia masuk menjadi anggota Jong Sumatranen Bond pada tahun 1930-an.
Setelah lulus pendidikan hukum, ia lalu bergabung menjadi anggota Partindo. Sejak saat itu, karier berpolitiknya semakin melesat. Bahkan pada zaman penjajahan Belanda, ia pernah terpilih menjadi anggota Volksraad.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
3. Soenario Sastrowardoyo
Sumber: Wikimedia Commons
Salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia ini lahir pada tanggal 28 Agustus 1902 di Madiun, Jawa Timur. Ayahnya bernama Sutejo Sastrowardoyo dan ibunya adalah Suyati Kartokusumo.
Soenario menempuh pendidikan dasar hingga SMP di Madiun. Setelah itu, ia meneruskan ke Rechtschool atau sekolah hukum di Batavia dan tinggal dengan pamannya. Sewaktu sekolah inilah ia bergabung dengan perhimpunan Jong Java.
Setelah lulus dari sekolah hukum, anak sulung dari 14 bersaudara tersebut melanjutkan ke Universitas Leiden, Belanda. Di sana, ia bergabung menjadi anggota Perhimpunan Indonesia.
Sekembalinya di Indonesia, ia tetap aktif dalam organisasi. Ia juga merupakan salah satu tokoh yang andil dalam Kongres Pemuda 2 yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Selain itu, kakek dari artis Dian Sastrowardoyo ini juga menjadi pengacara untuk membela para aktivis yang ditangkap oleh Belanda. Selanjutnya, ia pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Duta Besar RI di Inggris, dan juga Rektor Universitas Diponegoro.
4. Amir Sjarifuddin
Bendahara Kongres Pemuda 2 ini lahir pada tanggal 27 April 1907. Ia merupakan keturunan dari orang yang berada, maka dari itu dapat menempuh pendidikan yang elit.
Menurut catatan sejarah, ia pernah bersekolah di Haarlem dan Leiden di Belanda. Di sana, ia berperan aktif dan mengikuti organisasi pelajar.
Karier berpolitiknya mulai naik ketika ia menjadi pemimpin partai komunis pada saat penjajahan Jepang. Ia menggalang aliansi komunis untuk menghancurkan fasisme Jepang dan juga bekerja sama dengan dinas-dinas rahasia milik Belanda.
Sewaktu Indonesia dipimpin oleh Soekarno, ia pernah menjabat sebagai menteri dan juga perdana menteri. Namun pada tahun 1948, ia terlibat dalam pemberontakan PKI dan menjalani eksekusi mati dari pemerintah Indonesia.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
5. Sarmidi Mangoensarkoro
Sarmidi Mangoensarkoro merupakan tokoh nasional yang lahir di Surakarta pada tanggal 23 Mei 1904. Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga pegawai Kasunanan Surakarta.
Setelah lulus pendidikan, ia menjalani profesi sebagai guru di sekolah Tamansiswa, Yogyakarta. Kariernya di bidang pendidikan semakin menanjak dan ia diangkat menjadi kepala sekolah Budi Utomo di Jakarta pada tahun 1929.
Selanjutnya, ia pula yang membuka cabang sekolah Tamansiswa di Jakarta. Diketahui, dirinya juga memiliki hubungan yang dekat dengan Ki Hadjar Dewantara.
Tak hanya berkecimpung di bidang pendidikan, Sarmidi mulai terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota Partai Nasional Indonesia. Sama seperti yang telah kamu baca di atas, ia menjadi salah satu pembicara yang mengangkat isu pendidkan dalam Kongres Pemuda 2 yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Pada tahun 1949, pria kelahiran Surakarta ini pernah diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sewaktu Kabinet Hatta II. Ia meninggal pada tanggal 8 Juni 1957 di Jakarta. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah menganugerahi Bintang Mahaputra Adipradana untuknya.
6. W.R. Soepratman
Sumber: Wikimedia Commons
Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan tokoh nasional yang mengikuti Kongres Pemuda 2 ini, kan? Wage Rudolf Soepratman atau WR Soepratman dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Ia lahir pada tanggal 19 Maret 1903 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah seorang tentara KNIL bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo. Ia menempuh pendidikannya di Makassar dan tinggal bersama dengan kakak sulungnya, yaitu Roekijem.
Usai lulus sekolah, W.R. Soepratman bekerja sebagai wartawan di Bandung. Dari situlah, ia mengenal tokoh-tokoh pergerakan dan tertarik untuk mengikuti pergerakan nasional. Ia lalu pindah ke Jakarta.
Pada suatu hari, laki-laki itu membaca karangan di sebuah majalah yang menantang supaya orang Indonesia yang pandai bermusik menggubah lagu kebangsaan. Hal tersebut membuat hatiya terketuk dan mulai menciptakan lagi. Keahliannya bermain musik ia dapatkan dari kakak iparnya, Williem van Eldik, yang pandai bermain biola.
Nah di Kongres Pemuda 2 itulah W.R. Soepratman menampilkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Lagu tersebut merupakan wujud rasa persatuan dan keinginan untuk merdeka. Namun karena menciptakan lagu itu, ia menjadi buronan polisi Belanda.
Baca juga: Sejarah Kedatangan Sekutu dan Belanda ke Indonesia Setelah Proklamasi Kemerdekaan
7. Sie Kong Liong
Tokoh Kongres Pemuda 2 terakhir yang bisa kamu simak di artikel ini adalah Sie Kong Liong. Ia merupakan seorang pemuda Tionghoa yang sangat mendukung pergerakan nasional.
Hal tersebut bermula dari dirinya yang menyewakan rumah untuk menjadi markas para pemuda yang berjuang dalam pergerakan seperti Mohammad Yamin, Amir Sjarifuddin, dan Mr. Assat. Menyewakan rumah untuk mendukung pergerakan nasional adalah hal yang berbahaya. Pemerintah Belanda tidak akan tinggal diam dan akan terus mengawasi.
Pada saat kongres pemuda kedua diselenggarakan, ia hadir bersama beberapa pemuda Tionghoa yang lainnya. Mereka ini juga aktif sebagai anggota kepanduan.
Apa yang dilakukan oleh Sie Kong Liong tersebut mematahkan stigma kalau orang Tionghoa tidak mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena selain itu, koran Sin Po milik Tionghoa juga turu menerbitkan lagu Indonesia Raya dalam hariannya.
Kini, rumah milik Sie Kong Liong diabadikan menjadi Museum Sumpah Pemuda. Alamat lengkapnya berada di Jalan Kramat Raya nomor 106.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Sudah Puas Menyimak Ulasan Kongres Pemuda 2 Ini?
Demikianlah ulasan sejarah lengkap mengenai Kongres Pemuda 2 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Peringatan mengenai Hari Sumpah Pemuda baru ditetapkan oleh pemerintah mulai tahun 1959. Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, merupakan keputusan Hari Sumpah Pemuda sebagai hari nasional tetapi bukan hari libur.
Ulasan di atas memang cukup panjang, semoga kamu tidak bosan membacanya sehingga mendapatkan wawasan baru mengenai salah satu peristiwa bersejarah tersebut. Nah, di PosKata ini, kamu juga bisa menyimak artikel sejarah lain yang tak kalah menarik.
Selain mengenai masa penjajahan dan setelah kemerdekaan, kamu dapat membaca ulasan tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia, lho. Contohnya ada Kerajaan Demak, Singasari, Majapahit, dan masih banyak lagi. Baca terus, ya!