
Untuk menarik simpati atau dukungan dari rakyat Hindia Belanda, Jepang banyak menerapkan propaganda-propaganda. Kira-kira, kebijakan apa saja yang termasuk ke dalam program propaganda Jepang terhadap Indonesia? Ulasan selengkapnya dapat disimak di sini, ya!
Jepang banyak sekali menjalankan propaganda-propaganda terhadap Indonesia. Salah satunya adalah dengan mendirikan organisasi-organisasi. Nah, sebelum membahas tentang apa saja programnya, tidak ada salahnya untuk membahas terlebih dahulu mengenai pengertian propaganda.
Propaganda adalah serangkaian pesan atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis oleh seseorang atau lembaga. Tujuannya adalah tak lain dan tak bukan untuk mempengaruhi atau memanipulasi pikiran sekelompok orang untuk bertindak seperti apa yang diharapkan penyebar propaganda.
Dalam hal ini, Jepang menginginkan agar rakyat Indonesia memberikan dukungan, baik materi maupun tenaga, untuk memenangkan Perang Asia Pasifik melawan Sekutu. Semakin penasaran ingin menyimak ulasan tentang apa saja propaganda Jepang terhadap rakyat Indonesia? Kalau begitu, temukan jawabannya di bawah ini, yuk!
Hal Mendasar yang Melatarbelakangi Propaganda-Propaganda Jepang
Sumber: Wikimedia Commons
Jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942. Tak lama setelah kedatangannya, mereka tak membuang waktu untuk menjalankan propagandanya. Tujuan utamanya apalagi kalau bukan untuk menguasai tenaga dan sumber daya alam nusantara.
Supaya bisa dengan mudah menguasai Hindia Belanda, pada waktu itu Jepang menerapkan dua prinsip. Yang pertama adalah bagaimana menarik hati rakyat. Kemudian, prinsip yang lainnya adalah bagaimana melakukan doktrinasi pada rakyat dan menjinakkan mereka.
Dengan melakukan propaganda terhadap rakyat Indonesia, pemerintah Jepang bisa dengan mudah membawa pola tingkah laku rakyat sesuai apa yang mereka inginkan. Jika sudah terlaksana, maka semuanya nanti akan berada di genggaman Jepang.
Akan tetapi menurut sebuah sumber, sebenarnya Jepang sudah mulai bergerak menjalankan propaganda jauh sebelum mereka masuk dan menginjakkan kaki ke Indonesia. Pada tahun 1932, Menteri Urusan Perang Jepang, yaitu Jenderal Araki pernah merilis sebuah artikel.
Isinya adalah Jepang yang merupakan pemimpin Asia Timur akan menyelamatkan negara-negara tertindas. Namun sebenarnya, itu semua hanyalah strategi belaka.
Mereka mau membebaskan negara tertindas dari jajahan bangsa Eropa karena ingin menguasainya sendiri. Ketika Perang Dunia II meletus pada tahun tahun 1939, Jepang kemudian bergerak untuk mulai menginvasi ke daerah-daerah jajahan bangsa Eropa yang memiliki sumber daya alam berlimpah.
Hal tersebut mereka lakukan supaya mereka memiliki cadangan bahan baku yang berguna untuk mendukung kepentingan perang. Nah, salah satu wilayah yang ditarget oleh Jepang adalah Hindia Belanda atau Indonesia.
Merengkuh Pers
Pada tahun 1940, pemerintah Jepang secara resmi membentuk empat biro propaganda yang berpusat di Tokyo. Program propaganda yang mereka jalankan kemudian terwujud dalam siaran pers, radio, maupun pamflet.
Mereka mengundang orang-orang dari negara lain yang kebetulan sedang menuntut ilmu atau bekerja di Jepang untuk menyebarkan propaganda itu. Sementara untuk orang-orang Indonesia, mereka menyasar para wartawan untuk mendukung program mereka.
Namun menariknya, usaha Jepang mendekati wartawan Indonesia sudah ada berlangsung sejak tahun 1933. Mereka mengundang wartawan dan pemimpin redaksi surat kabar Bintang Timur untuk berkunjung ke Jepang. Sebagai imbalannya, para wartawan harus menulis berita yang mendukung Jepang.
Diketahui pula, bangsa penjajah itu rupanya menerbitkan surat kabar sendiri khusus untuk orang-orang Jawa yang tinggal di Jepang, lho. Namanya adalah Java Nippo. Mereka menjalin hubungan yang baik dengan pers dan media supaya mendapatkan lebih banyak sorotan tentang propaganda mereka.
Tidak hanya melalui surat kabar saja, Jepang juga semakin gencar menyiarkan programnya di saluran radio. Sekitar tahun 1942 lewat sebuah radio di Tokyo, mereka mengatakan kalau Jepang akan mengarahkan Hindi a Timur, Pilipina, dan Birma ke jalan yang lebih benar demi kemakmuran bersama setelah di perlakukan oleh bangsa asing secara tidak adil.
Dari isinya saja sudah terlihat dengan jelas, kan? Jepang menjelek-jelekkan bangsa penjajah yang lain untuk mendapatkan simpati rakyat di wilayah-wilayah yang akan dikuasainya.
Namun tentu saja, mereka melakukan pendekatan yang lebih halus dari penjajah sebelumnya. Bahkan di siaran radio, mereka mau menyiarkan lagu Indonesia Raya. Bagaimana rakyat tidak akan termakan propaganda kalau sudah seperti ini.
Baca juga: Kebijakan Sistem Sewa Tanah yang Berlaku pada Masa Penjajahan Inggris
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Propaganda Jepang di Indonesia segera dilaksanakan sesaat setelah mereka tiba pada tahun 1942. Karena propaganda yang telah dilakukan sebelumnya, mereka mendapatkan sambutan yang baik dan hangat dari rakyat.
Sambutan yang positif dari rakyat tersebut membuat pemerintah Jepang semakin mantap menerapkan program mereka yang lain. Tak lama setelah itu, mereka kemudian membentuk lembaga-lembaga serta merancang metode-metode yang sistematis supaya rencananya tidak gagal.
Pertama-tama, mereka membentuk membagi Indonesia dalam tiga wilayah militer. Yang termasuk ke dalam wilayah I adalah Sumatra yang berpusat di Bukittingi. Pemimpinnya adalah Tentara Angkatan Darat ke-25.
Selanjutnya, Tentara Angkatan Darat ke-16 memimpin wilayah II. Yang termasuk di dalamnya adalah Jawa dan Madura. Pusatnya berada di Jakarta.
Sementara itu, wilayah II mencakup Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku dengan pusat pemerintahan di Makassar. Yang memimpin wilayah ini adalah Pemerintah Militer Angkatan Laut.
Setelah wilayah pemerintah militer tersebut resmi terbentuk, Jepang kemudian melakukan pengendalian terhadap sarana penerangan publik. Para tentara kemudian mengawasi penyebaran propaganda. Mereka yang menjadi pengawas kemudian dimasukkan ke dalam sebuah lembaga yang bernama Syoohoobu atau seksi propaganda pemerintahan militer.
Baca juga: Candi-Candi yang Menjadi Bukti Kemegahan Kerajaan Mataram Kuno
Membentuk Departeman Propaganda
Supaya semakin terorganisir dalam menjalankan program propaganda terhadap Indonesia, Jepang kemudian membentuk Sendenbu atau Departemen Propaganda. Lembaga ini berada di bawah naungan Pemerintah Militer atau Gunseikanbu.
Lantas, apa bedanya Sendenbu dengan Syoohoobu? Kalau Sendenbu kegiatannya berfokus kepada warga sipil. Sementara itu, Syoohoobu ranahnya di kemiliteran.
Meskipun tidak ada hubungannya langsung dengan kemiliteran, yang memegang badan ini adalah perwira angkatan darat. Beberapa petinggi yang pernah menjabat adalah Kolonel Machida, Mayor Adachi, dan Kolonel Takahashi.
Dalam struktur organisasinya, Sendenbu memiliki tiga seksi. Untuk seksi Administrasi serta Berita & Pers dipegang oleh perwira militer. Sementara seksi satunya, yaitu Propaganda dipegang oleh warga sipil.
Pada awalnya, badan tersebut melakukan kegiatan program propaganda secara langsung. Namun semakin lama, pemerintah membentuk dinas propaganda yang lain di Jawa. Beberapa contohnya adalah Biro Pengawas Siaran Jawa, Kantro Berita Domei, Perserikatan Surat Kabar Jawa, Perusahaan Film Jepang, serta Perusahaan Pendistribusian Film.
Dalam perkembangannya, Sendenbu juga merekrut orang-orang Indonesia untuk dijadikan propagandis. Mereka yang terpilih biasanya yang sudah memiliki pengaruh dan berprofesi sebagai guru.
Salah satu contohnya adalah Muhammad Yamin. Ia ditunjuk menjadi penasihat Sedenbu. Tokoh-tokoh terkenal lainnya yang juga bergabung adalah Chaerul Saleh, R.M. Soeroso, Soekarni, Armijn dan Sanusi Pane, Koesbini, serta Simanjuntak.
Pembentukan Pusat Kebudayaan
Selanjutnya, sekitar bulan april 1942, Pemerintah Jepang membentuk sebuah organisasi baru yang membantu tugas Sendenbu. Namanya adalah Keimin Bunkha Shidosho atau Pusat Kebudayaan.
Adapun tugasnya adalah untuk melakukan promosi-promosi kesenian tradisional Indonesia. Namun tak hanya itu saja, mereka juga harus menyebarkan kebudayaan Jepang.
Selain itu, badan tersebut juga melakukan pengawaasan terhadap perusahaan penanganan produksi film (Nippon Eigasha) dan pendistribusian film (Eiga Haikyusa).
Secara struktur organisasi yang menjadi penyebar propaganda Jepang di Indonesia ini memiliki lima seksi. Kelimanya adalah seksi administrasi, musik, seni rupa, sastra, dan pertunjukan.
Di setiap bagian tersebut terdapat staf ahli asal Indonesia. Para staf tersebut sebelumnya sudah mendapatkan pelatihan khusus dari instruktur Jepang.
Baca juga: Sistem Tanam Paksa yang Diberlakukan pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
Media Penyebaran Propaganda Jepang terhadap Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons
Seperti yang telah kamu baca di atas, pemerintah Jepang menggunakan beberapa media yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan propaganda terhadap Indonesia. Selain melalui siaran radio, media yang juga banyak digunakan adalah film.
Salah satu alasan mengapa Jepang menggunakan film sebagai alat untuk mendoktrinasi adalah karena media ini berbentuk audio dan visual sehingga menarik dan relatif lebih mudah dipahami. Pada waktu itu, kebanyakan rakyat tidak bisa membaca dan tidak mengenyam pendidikan.
Pada mulanya, sasaran penonton film adalah orang-orang di kota besar. Perlahan tapi pasti, pemerintah Jepang melebarkan pengaruhnya ke desa-desa. Caranya adalah dengan mengadakan pemutaran film melalui bioskop keliling atau yang kemudian dikenal dengan layar tancep. Supaya rakyat semakin memahami tayangannya, penerjemah sudah siap sedia di sana untuk membantu mengalihbahasakan.
Pemerintah tidak hanya memutar film buatan dalam negeri saja, tetapi juga mengimpor dari negaranya sendiri. Namun yang jelas, bahan filmnya sudah diseleksi dengan ketat sehingga semakin memperkuat propaganda.
Yang ditayangkan waktu itu adalah film-film berjenis dokumenter, berita, atau yang mengangkat tentang kebudayaan. Biasanya mereka akan memutar film yang menampilkan kehebatan Jepang dalam peperangan.
Setelah terus menerus dipertontonkan film-film mengenai hal seperti itu, otomatis rakyat akan berpikir kalau bangsa asing itu memang benar-benar keren. Dengan demikian, rakyat akan semakin menaruh kepercayaan pada mereka.
Film yang Sering Diputar
Pemerintah Jepang sering memutarkan film-film di bawah ini sebagai alat propaganda. Untuk penjelasan lengkapnya, langsung simak saja berikut ini:
1. Hope of the South
Sinema yang dalam bahasa Indonesia berjudul Berdjoeang tersebut rilis pada tahun 1943. Adapun artis-artis yang terlibat adalah Mochamat Mochtar Sambas, Chatir Harro, Kartolo, dan Dhalia. Sementara itu, sutradaranya juga berasal dari dalam negeri, yaitu Raden Ariffien.
Berdjoeng yang bergenre drama tersebut mengisahkan tentang dua orang pribumi yang ingin menjadi pasukan militer. Sayangnya, hanya salah satu saja yang berhasil masuk. Tujuan dari tayangan propaganda Jepang tersebut adalah untuk menarik minat pemuda supanya mau bergabung menjadi anggota militer.
2. Singapore Soko Geki
Singapore Soko Geki atau Penyerangan Umum di Singapura merupakan sebuah film yang menceritakan tentang kehebatan tentara Jepang. Perilisannya diperkirakan sekitar awal tahun 1940-an. Secara garis besar, film tersebut mengisahkan tentang pasukan Jepang yang melakukan penyerangan terhadap Inggris di daerah Malaya dan Singapura.
Pemerintah sengaja menonjolkan mengenai pasukannya yang bisa dengan gampangnya mengalahkan lawan. Hal tersebut bertujuan supaya rakyat semakin menaruh kepercayaan pada Jepang dan berpikir bahawa merekalah yang akan membawa Hindia Belanda meraih kejayaan.
3. Nankai No Hanataba
Kalau yang satu ini merupakan film impor yang disutradarai oleh Yutaka Abe. Sinema tersebut mulai tayang di bioskop tanggal 21 Mei 1942 dengan judul dalam bahasa Indonesia, yaitu Bunga dari Selatan.
Film ini sendiri mengusung format dokumenter dengan tema Perang Dunia II. Inti dari film adalah mengenai perjuangan dari Jiro Horikoshi yang merupakan seorang perancang pesawat terbang. Bersama dengan pilot angkatan udara yang sudah terlatih, mereka melakukan peperangan dan mengusir Sekutu dari Asia Tenggara.
4. Shogun to Sanbo to Hei
Di urutan keempat ada Shodun to Sanbo to Hei atau Jendral dan Prajurit yang rilis pada tahun 1942. Berbeda dari yang sebelumya, film tersebut diangkat dari sebuah novel karangan Tomoshin Ici dengan judul yang sama.
Isi dari sinema tersebut adalah mengenai perang yang terjadi antara Jepang dan Sino tahun 1941. Film ini menitikberatkan pada perjuangan tentara Jepang saat bertahan di Tiongkok.
5. Eikoku Koezoeroeroe No Hi
Saat Inggris Runtuh merupakan terjemahan judul dari film Shodun to Sando to Hei. Jika dibandingkan dengan film-film yang sebelumnya, konon yang ini juga tidak kalah bagus dan populer.
Sinema tersebut pun menggunakan format dokumenter, akan tetapi digabung dengan cerita. Menurut catatan, Saat Inggris Runtuh mulai tayang sekitar tahun 1943. Sama seperti Singapore Soko Geki, film ini juga mengangkat kisah mengenai kehebatan tentara Jepang ketika melawan Inggris.
Baca juga: Masa Kejayaan dan Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Banten
Metode-Metode untuk Menyebarluaskan Propaganda
Dalam menyebarkan propaganda di Indonesia, Jepang menggunakan beberapa metode. Beberapa di antaranya adalah:
a. Mengadakan rapat-rapat umum di kota-kota karesidenan sebagai cara untuk menyiarkan propaganda. Hal tersebut berlaku juga untuk perusahaan atau pabrik yang mengadakan pertemuan untuk semua karyawanan guna melakukan hal yang serupa.
b. Setiap tanggal 1, 10, dan 20, Pemerintah Jepang akan menyiarkan berita mengenai penduduk yang harus bekerja. Rakyat kemudian berkumpul di tempat-tempat penyiaran propaganda untuk mendengarkan pidato dan nasihat tentang peningkatan kerja.
c. Pemerintah Jepang melalui Dinas Tenaga Kerja mengadakan perlombaan untuk membuat film. Apabila menang, lembaga perfilman akan menggarap hasil karya tersebut dan kemudian menyiarkannya di seluruh wilayah Pulau Jawa.
d. Selanjutnya, pemerintah daerah membentuk korps propaganda untuk merekrut orang-orang sebagai romusha. Tujuannya adalah untuk menyuplai bahan makanan bagi tentara yang berperang. Mereka berusaha menarik perhatian rakyat dengan menggunakan pidato, memutar film, atau menggelar pertunjukkan pewayangan.
e. Merayakan keberangkatan orang-orang yang menjadi romusha dengan iringan musik dan lambaian tangan. Hal tersebut berkaitan dengan propaganda Jepang yang menyebutkan kalau romusha adalah pahlawan pekerja.
Baca juga: Sejarah Singkat tentang Terbentuknya VOC, Persekutuan Dagang Milik Belanda
Organisasi Propaganda Jepang
Sumber: Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS, dan DIKMEN
Untuk semakin menarik dukungan dan simpati rakyat, Pemerintah Jepang kemudian membentuk organisasi-organisasi yang melibatkan rakyat secara langsung. Mengenai penjelasan lengkapnya dapat kamu simak berikut ini:
1. Organisasi Bidang Politik
Yang termasuk dalam organisasi bentukan Jepang dalam bidang politik adalah:
a. Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)
Sebelum membentuk organisasi Putera, terlebih dahulu Jepang sudah membentuk Gerakan 3A sebagai wujud propaganda terhadap Indonesia. Isi dari propaganda Jepang tersebut adalah Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang pemimpin Asia.
Sayangnya, kegiatan itu tidak berlangsung lama karena tidak mampu menarik simpati rakyat sehingga dibubarkan akhir tahun 1942. Setelah itu, Pemerintah Jepang mencari cara bagaimana supaya bisa mendapatkan dukungan dari rakyat.
Salah satu caranya adalah mengajak para tokoh nasionalis untuk membangun sebuah organisasi. Mereka adalah Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur yang kemudian dikenal dengan nama Empat Serangkai.
Setelah para tokoh menyetujui, lahirlah Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang resmi berdiri pada tanggal 16 April 1943. Akan tetapi karena dianggap lebih menguntungkan perjuangan kemerdekaan RI daripada membantu kepentingan pemerintahan, Jepang kemudian membubarkan organisasi tersebut pada bulan Maret 1944.
b. Jawa Hokokai (Perhimpunan Rakyat Jawa)
Setelah membubarkan Putera, Jepang kemudian membentuk organisasi baru bernama Jawa Hokokai. Jika dijabarkan dari namanya, Hokokai (奉公会) sendiri berarti himpunan.
Sehingga bisa diartikan bahwa Jawa Hokokai bisa diartikan sebagai himpunan rakyat Jawa. Dalam konteks ini, himpunan yang dimaksud adalah perkumpulan dari beberapa profesi. Contohnya adalah Himpunan Kebaktian Dokter (Ishi Hokokai) dan Himpunan Kebaktian Pendidik (Kyoiku Hokokai).
Organisasi tersebut secara resmi berdiri pada tanggal 8 Januari 1944. Yang menjadi pemimpinnya adalah Jenderal Kumakici Harada.
Tujuan pembentukannya adalah untuk mempererat persatuan rakyat dengan semangat kebaktian. Tugasnya nanti adalah mengerahkan masing-masing anggota supaya membantu Jepang dalam memenuhi kebutuhan perang.
Baca juga: Menilik Silsilah Kerajaan Ternate Ketika Sudah Bercorak Islam
2. Organisasi Sosial Budaya
Selanjutnya, Pemerintah Jepang juga membentuk organisasi dalam bidang sosial dan budaya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Gakkukotai (Barisan Pelajar)
Untuk membantu memperkuat kedudukannya di nusantara, Jepang membentuk Gakkukotai atau Barisan Pelajar. Organisasi yang merupakan salah satu wujud propaganda Jepang terhadap Indonesia ini tidak hanya ada di Indonesia saja. Akan tetapi, juga ada di negara lain seperti Korea dan Burma.
Sesuai dengan namanya, Gakukkukotai merupakan resimen yang anggotanya terdiri dari para pelajar. Pada waktu itu, setiap sekolah menengah wajib membentuk organisasi ini.
Bentuk kegiatan dalam organisasi ini adalah memberikan pelatih kepada pelajar mengenai latihan dasar militer, terutama untuk anak laki-laki. Sementara itu, pelatihan untuk perempuan biasanya tentang mendirikan dapur umum dan memberikan pertolongan pertama.
b. Suishintai (Barisan Pelopor)
Setelah mengadakan rapat dengan Chuo Sangi-in (Dewan Pertimbangan Pusat), pemerintah Jepang kemudian membentuk Suishintai atau Barisan Pelopor. Organisasi tersebut berdiri pada bulan Agustus tahun 1944.
Tujuan pembentukannya adalah untuk semakin mempererat persaudaraan dan rasa cinta terhadap tanah air. Dengan demikian, Jepang berharap rakyat Hindia Belanda menjadi lebih kuat untuk menghadapi serangan dari musuhnya, dalam hal ini adalah Sekutu.
Akan tetapi, lembaga ini hanya beroperasi di kota-kota saja. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan kemiliteran namun menggunakan bambu runcing atau senapan kayu.
Untuk mengatur Suishintai, Jepang menunjuk Ir. Seokarno untuk menjadi pemimpin dengan dibantu oleh Otto Iskandardinata, Buntaran Martoatmojo, dan Suroso R. Organisasi ini berkembang dengan pesat dan di tahun 1945 sudah memiliki sekitar 60.000 anggota.
c. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Organisasi lain yang juga menjadi salah satu wujud propaganda Jepang terhadap Indonesia adalah Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Pendirian organisasi tersebut sebagai salah satu cara untuk mendapatkan dukungan dari umat Islam.
Masyumi resmi berdiri pada tahun 1943. Organisasi tersebut menaungi organisasi berbasis muslim lainnya seperti Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan Nahdlatul Ulama.
Yang menjadi pemimpinnya adalah Kiai Haji Hasyim Asy’ari. Sementara itu, wakilnya KH Mas Mansyur, KH Farid Ma’aruf, dan KH Wahid Hasyim. Setelah Indonesia merdeka, organisasi tersebut kemudian berubah haluan menjadi partai politik.
Baca juga: Profil Lengkap Raja-Raja yang Menjadi Penerus Silsilah Kerajaan Banjar
3. Organisasi Militer
Sumber: Wikimedia Commons
Pemerintah Jepang cukup banyak membentuk organisasi militer. Tujuannya tentu saja untuk menggalang kekuatan dalam menghadapi Sekutu. Ulasan singkat mengenai masing-masing organisasi militer dapat disimak berikut ini:
a. Seinendan
Seinendan merupakan organisasi atau barisan para pemuda yang berdiri pada tanggal 9 Maret 1943. Baru setahun kemudian, dibentuklah barisan pemudi yang bernama Josyi Seinendan.
Tujuan utama Jepang membentuk organisasi tersebut adalah sebagai wadah pelatihan bagi para pemuda supaya bisa menjaga tanah air dengan kekuatan sendiri. Ya tentu saja, itu hanyalah sebuah alasan. Karena sebenarnya, bangsa asing tersebut membutuhkan mereka untuk membantu menghadapi serangan Sekutu.
Yang bisa menjadi anggota Seinendan adalah laki-laki muda yang berusia mulai dari 14 hingga 22 tahun. Tidak hanya pelajar saja, pekerja yang usianya masih memenuhi syarat juga diperbolehkan ikut.
b. Keibodan
Di urutan kedua ada Keibodan atau yang juga disebut sebagai Unit Pertahanan Sipil. Sesuai dengan namanya, tugas dari anggota organisasi tersebut adalah membantu polisi untuk menjaga kemanan desa dan lalu lintas.
Namun, apakah kamu tahu apa tujuan Jepang sebenarnya membentuk Keibodan? Ya, tidak jauh-jauh dari kepentingan perang, sih. Bangsa asing itu akan mempergunakan anggota organisasi ini untuk menjadi pasukan cadangan.
Syarat untuk menjadi pasukan Keibodan adalah laki-laki berusia 20–35 tahun. Nah, di beberapa wilayah organisai tersebut memiliki beberapa nama lain. Di Sumatra namanya adalah Bogoda, di Kalimantan bernama Sameo Konen Hokokudan, sementara di kalangan orang Tiongkok namanya adalah Kayo Keibotai.
c. Jibakutai
Secara khusus, Pemerintah Jepang membentuk barisan berani mati demi kepentingan perang pada tanggal 8 Desember 1944. Mereka membentuk organisasi ini terinspirasi dari pasukan Kamikaze.
Namanya memang pasukan berani mati, akan tetapi mereka sebenarnya hanya digunakan oleh Jepang sebagai pasukan pendukung saja. Mereka tidak berada di garda depan peperangan, namun akan maju jika menghadapi situasi yang sangat mendesak.
Anggotanya hanyalah warga biasa yang memiliki tekad kuat untuk mempertahankan tanah air. Bahkan, sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan pelatihan kemiliteran.
d. Kempetai
Pada zaman pendudukan Jepang, ada satu organisasi yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Namanya adalah Kempetai yang meurpakan pasukan polisi rahasia milik Jepang.
Keberadaan mereka tersebut di seluruh wilayah jajahan Jepang, termasuk Indonesia. Anggota Kempetai sangat ditakuti oleh warga karena tidak segan untuk membunuh orang yang mereka curigai membahayakan kepentingan Jepang.
Salah satu tugas utama pasukan tersebut sebenarnya untuk mendisiplinkan orang-orang yang tidak mau masuk satuan kemiliteran. Akan tetapi, lambat laun tugasnya juga merangkap untuk mengawasi tindak-tanduk masyarakat sipil.
Baca juga: Penerapan Kebijakan Politik Etis oleh Pemerintah Kolonial Belanda
e. PETA
Selanjutnya, organisasi yang juga dibentuk karena propaganda Jepang terhadap Indonesia adalah Pembela Tanah Air atau yang lebih dikenal dengan singkatan PETA. Organisasi ini terbentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.
Sebenarnya, PETA lahir dari gagasan atau keinginan rakyat untuk mempertahankan tanah air dari serangan Sekutu akibat Perang Pasifik. Pihak Jepang tentu saja menyetujui hal tersebut karena itu berarti mereka akan mendapatkan tambahan pasukan untuk melawan musuh.
Orang-orang yang masuk ke organisasi ini kebanyakan pernah bergabung menjadi Seinendan. Nah, dalam waktu yang singkat, pasukan PETA jumlahnya mencapai 40.000 orang. Mereka kemudian dibagi menjadi beberapa batalion yang di tempatkan di Jawa dan Bali.
f. Heiho
Organisasi bentukan Jepang keenam yang akan dibahas dalam artikel ini adalah Heiho. Salah satu tujuan pemerintah Jepang membentuk Heiho adalah untuk mendapatkan tenaga tambahan dalam perang.
Pada mulanya, banyak pemuda yang tergiur untuk bergabung dengan alasan mendapatkan kesempatan berkarier di dunia militer. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan kenaikan status sosial serta terhindar dari romusha. Jika ingin bergabung, para pemuda setidaknya berusia 18–25 tahun dan pernah mengenyam pendidikan minimal sekolah dasar.
Terlihat menarik memang, akan tetapi pada kenyataannya mereka bekerja sebagai buruh kasar untuk membangun kamp-kamp pertahanan. Bahkan, gajinya hanya berkisar 30–35 rupiah. Mereka juga tidak bisa memiliki pangkat yang tinggi seperti orang-orang yang tergabung dalam PETA.
g. Fujinkai
Pemerintah Jepang tidak hanya mengerahkan laki-laki saja untuk membantu kepentingan perang. Buktinya pada bulan Agustus 1943, mereka membentuk organisasi wanita bernama Fujinkai. Sebenarnya, organisasi tersebut masih berada di bawah naungan Jawa Hokokai.
Syarat untuk menjadi anggota tersebut agaknya tidak terlalu sulit. Karena kriterianya hanya minimal berusia 15 tahun, maka dari itu wanita dewasa pun boleh ikut. Secara umum, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan pertolongan pertama pada korban perang dan membantu urusan dapur umum.
Ketika kedudukan Jepang semakin terdesak saat menghadapi Sekutu, mereka kemudian membentuk Barisan Srikandi untuk memperkuat pertahanan. Perempuan yang menjadi anggota barisan ini adalah mereka yang terpilih dan setiap harinya menjalani pelatihan kemiliteran.
Baca juga: Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Perlawanan Rakyat terhadap Belanda Terbesar di Pulau Jawa
Ulasan Lengkap tentang Propaganda Jepang di Indonesia
Demikianlah infromasi lengkap mengenai propaganda-propaganda yang ddilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia. Cukup panjang memang, tapi patut dibaca untuk semakin menambah wawasan sejarahmu.
Nah, buat yang juga ingin menyimak ulasan tentang sejarah kerajaan-kerajaan seperti Majapahit, Sriwijaya, atau Demak juga ada di PosKata, lho. Lanjutkan terus membacanya, ya!