
Sedang mencari ulasan tentang Raden Patah yang merupakan pendiri Kerajaan Demak? Pas banget, nih, karena kamu bisa menemukannya di sini. Yuk, langsung cek saja!
Kamu mungkin sudah mengetahui fakta tentang Raden Patah yang merupakan pendiri dari Kerajaan Demak. Akan tetapi, informasi mengenai asal-usulnya terkadang masih simpang siur.
Namun, kamu tidak perlu khawatir. Karena lewat artikel ini, kamu bisa menemukan informasi mengenai raja pertama Kerajaan Demak tersebut yang dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.
Bagaimana? Kamu sepertinya sudah tidak sabar ingin segera membaca artikel tentang Raden Patah, sang pendiri Kerajaan Demak ini, kan? Daripada buang-buang waktu, baca saja kisah lengkapnya di bawah ini!
Garis Silsilah Raden Patah
Berikut ini adalah ulasan lengkap tentang Raden Patah yang dirangkum dari berbagai sumber. Informasinya adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Kelahiran Raden Patah
Ulasan tentang asal-usul Raden Patah, sang pendiri Kerajaan Demak ini dapat ditemukan dalam sebuah buku karya Purwadi. Judulnya adalah The History of Javanese Kings – Sejarah Raja-Raja Jawa yang diterbitkan pada tahun 2010 lalu.
Menurut tulisan dalam buku tersebut, pendiri Kerajaan Demak ini adalah putra dari Brawijaya V, yang merupakan raja Kerajaan Majapahit terakhir. Ibunya adalah seorang perempuan dari Tiongkok bernama Siu Ban Ci.
Informasi mengenai ibunya sendiri ada dua versi. Yang pertama, ia merupakan putri dari Kaisar Yan Lu yang dikirimkan ke Majapahit sebagai hadiah persahabatan. Sementara itu, versi yang satunya mengatakan kalau ia adalah anak ulama asal Tiongkok bernama Tan Go Wat yang ikut merintis penyebaran Islam di nusantara.
Siu Ban Ci adalah seorang perempuan yang tidak hanya cantik, tetapi juga pintar. Hal tersebut membuat Raja Brawijaya V terpikat. Tak lama kemudian, ia pun dijadikan salah satu selir.
Setelah menikah, raja terlihat begitu menyayangi selirnya ini. Melihat hal tersebut, tentu saja memantik rasa cemburu di hati sang permaisuri. Permaisuri Raja Brawijaya V adalah Ratu Dwarawati yang asalnya dari Campa.
Mau tidak mau, raja harus mengambil keputusan yang sangat berat. Ia terpaksa mengasingkan Siu Ban Ci yang sedang mengandung.
Perempuan itu dikirim ke Palembang dan dititipkan pada Arya Damar yang merupakan salah seorang kepercayaan raja. Namun, ada pula yang menyebutkan kalau Arya Damar adalah adik dari raja.
2. Kelahiran Raden Patah hingga Dewasa
Setelah sembilan bulan lamanya, Putri Siu Ban Ci pun melahirkan seorang anak laki-laki pada tahun 1455. Bayi tersebut kemudian diberi nama Raden Bagus Kasan atau Raden Patah.
Selain itu, dalam kronik Tiongkok disebutkan bahwa kalau nama kecilnya adalah Jin Bun dan tidak memiliki marga. Arti dari nama tersebut adalah orang yang kuat.
Tak lama setelah itu, ibunya menikah dengan Arya Damar. Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Raden Kusen atau Kin San.
Di lingkungan keluarga ayah tirinya, Raden Patah dididik dengan sangat baik dan diberikan kasih sayang yang berlimpah. Ia juga mendapatkan pendidikan dan belajar tentang politik.
Setelah dewasa, pendiri Kerajaan Demak tersebut sebenarnya ditunjuk untuk menggantikan ayahnya dalam memimpin wilayah Palembang. Hanya saja, ia tidak mau karena ingin pulang ke Jawa.
Baca juga: Nama Para Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Kutai
Memutuskan untuk Kembali ke Jawa
Sumber: Wikimedia Commons
Raden Patah kembali ke Jawa dengan ditemani oleh adiknya, yaitu Raden Kusen. Mereka kemudian singgah di Cirebon dan mempelajari agama dengan Sunan Gunung Jati.
Tidak disangka, Raden Kusen malah jatuh hati dengan putri dari gurunya yang bernama Nyai Mertasari. Ia kemudian memilih untuk menetap di sana. Namun kemudian, nanti diketahui kalau ia diangkat menjadi Adipati Terung oleh Raja Brawijaya V.
Raden Patah kemudian melanjutkan perjalanannya sendiri. Sesampainya di daerah Tuban, ia menemui Sunan Ampel dan tinggal di sana.
Di tempat tersebut, ia belajar bersama dengan para saudagar muslim yang lain. Tidak hanya belajar dengan Sunan Ampel, ia juga mempelajari agama bersama Sunan Bonang, Sunan Drajat, dan Sunan Giri.
Setelah lulus mendalami agama, ia kemudian diangkat menjadi salah satu ulama untuk menyebarkan Islam. Beberapa waktu kemudian, Raden Patah membuka sebuah hutan di daerah Jawa Tengah dan mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Glagahwangi.
Semakin lama, pesantren yang dipimpinnya ini menjadi semakin maju. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran pada diri Raja Brawijaya kalau anaknya itu akan melakukan pemberontakan.
Maka dari itu, ia menyuruh Raden Kusen memanggil kakaknya untuk pergi ke Majapahit. Ketika bertemu, sang raja ternyata malah begitu menyukai Raden Patah. Bahkan, ia kemudian mengakuinya sebagai anak.
Setelah itu, Raja Brawijaya V mengangkat Raden Patah sebagai Bupati di Glagahwangi. Tidak hanya itu saja, ia pun mengganti nama daerah tersebut menjadi Demak.
Nah, nama Demak sendiri diambil dari kata demek yang dalam bahasa Jawa berarti tanah becek. Konon sebelum dibangun, dulunya hutan yang dibuka oleh Raden Patah memiliki tanah yang becek.
Baca juga: Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai
Sepak Terjang Raden Patah dalam Mendirikan Kerajaan Demak
Pada tahun 1477, Raden Patah dianugerahi sebuah gelar kehormatan oleh Raja Brawijaya V. Gelarnya adalah Adipati Nata Praja. Hal tersebut dikarenakan ia tidak hanya memiliki kepribadian dan perilaku baik, tetapi juga berhasil menjadi seorang pemimpin.
Hingga kemudian di Kerajaan Majapahit terjadi kudeta yang dilakukan oleh Girindrawardhana terhadap Raja Brawijaya V. Akibat kejadian tersebut, banyak wilayah yang ingin melepaskan diri karena situasi semakin tidak kondusif.
Raden Patah mendapatkan dukungan dari Walisongo untuk mendirikan wilayah sendiri. Maka dari itu, ia secara resmi mendirikan Kerajaan Demak pada tahun 1478. Setelah itu, ia memakai gelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah.
Setahun kemudian, Raden Patah memindahkan seluruh pusat pemerintaan Kerajaan Demak di Masjid Agung Demak. Selain itu, ia menerbitkan Salokantara yang kemudian menjadi undang-undang dalam kerajaan tersebut.
Kitab tersebut merupakan sebuah revolusi dalam tatanan sosial di masyarakat. Di sana tertulis kalau semua manusia itu memiliki derajat yang sama di hadapan Tuhan.
Karena seperti yang kamu ketahui, pada masa-masa sebelumnya, kehidupan masyarakat masih dikotak-kotakkan dengan penggolongan status yang mempengaruhi derajat individu. Nah, mulai masa kepemimpinan Demak, semua orang dianggap memiliki derajat yang sama.
Akan tetapi, itu bukan berarti sang raja kemudian menyuruh untuk memusuhi agama yang lain, lho. Ia tetap menghormati rakyatnya yang memiliki kepercayaan lain.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Kesimpangsiuran Informasi
Ada sumber yang mengatakan kalau pendiri Kerajaan Demak ini menyerang Kerajaan Majapahit karena karena latar belakang agama. Dugaan tersebut tidaklah benar.
Pada zaman dahulu, tidak ada perang yang mengatasnamakan agama. Semua pemeluk agama hidup berdampingan dengan damai.
Kemudian pada Kronik Tiongkok tertulis bahwa Raden Patah menyerang ayahnya sendiri, yaitu Brawijaya V. Setelah itu, memindahkan kekuasaan Majapahit ke Demak.
Namun dalam Buku Javanische Geschiedenis yang ditulis oleh N.J. Krom, mengatakan hal yang berbeda. Raja Brawijaya V itu dikudeta oleh menantunya, yaitu Girindrawardhana.
Setelah memenangkan pertempuran, ia lalu mengambil alih kekuasaan dan naik tahta. Gelarnya adalah Brawijaya VI.
Sayangnya, pemerintahannya tidak bertahan lama. Ia dikudeta oleh patihnya sendiri yang kemudian berkuasa dan bergelar Brawijaya VII.
Nah, menurut Krom, perang antara Kerajaan Demak dan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Brawijaya VII. Dan motifnya tentu saja bukan agama, akan tetapi untuk melakukan perluasan wilayah.
Kehidupan Pernikahan Hingga Wafat
Sumber: Detik
Selanjutnya, informasi yang akan kamu simak berikut ini adalah mengenai kehidupan pernikahan sang pendiri Kerajaan Demak. Sebelum menjadi raja, Raden Patah menikah dengan putri Sunan Ampel yang tidak diketahui namanya. Istrinya inilah yang kemudian menjadi permaisurinya.
Dari pernikahan tersebut, keduanya mendapatkan dua orang anak laki-laki. Mereka adalah Adipati Unus dan Raden Trenggono.
Setelah itu, menikahlah ia dengan Putri dari Rangdu Sanga. Kemudian, lahirlah seorang putra yang diberi nama Raden Kaduruwan.
Raden Patah menikah untuk yang ketiga kalinya dengan Putri dari Adipati Jipang. Dari pernikahan ketiganya, ia mendapatkan seorang anak laki-laki yang bernama Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Selain itu, ia juga mendapatkan seorang anak perempuan yang diberi nama Ratu Mas Nyawa.
Setelah kurang lebih menduduki tahta kerajaan selama 40 tahun, Raden Patah meninggal dunia pada tahun 1518. Ia mangkat di usia 63 tahun.
Raja pertama yang Kerajaan Demak tersebut kemudian dimakamkan di kompleks Masjid Agung Demak. Setelah itu, tahta kepemimpinan jauh ke tangan Adipati Unus.
Baca juga: Alasan yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Informasi tentang Kehidupan Raden Patah
Demikianlan ulasan mengenai kehidupan dari pendiri Kerajaan Demak, yaitu Raden Patah yang bisa kamu simak di PosKata. Bagaimana? Apakah penjelasan di atas bisa sedikit memuaskan rasa ingin tahumu akan sosoknya?
Nah, apakah kamu juga ingin mencari informasi menarik tentang kerajaan lain yang pernah ada di nusantara seperti Majapahit, Kutai, atau Sriwijaya? Kalau iya, bisa langsung cek pada artikel lainnya.