
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi yang digagas oleh golongan terpelajar Hindia Belanda, khususnya mahasiswa STOVIA. Badan perkumpulan yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan inilah yang nantinya menjadi pelopor lahirnya organisasi-organanisasi lain di Indonesia. Untuk ulasan lebih lengkapnya, simak saja di bawah ini.
Lahirnya organisasi Budi Utomo sepertinya tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Belanda yang menerapkan Politik Balas Budi. Kebijakan tersebut memiliki tiga poin penting. Salah satunya adalah memberikan pendidikan bagi pribumi yang kemudian melahirkan golongan intelektual.
Nah, beberapa orang dari golongan pelajar berkumpul dan kemudian menggagas untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang kemudian dikenal sebagai Budi Utomo. Lantas, siapa sajakah mereka dan bagaimana sejarah terbentuknya organisasi Budi Utomo?
Daripada semakin penasaran, kamu bisa menemukan jawabannya lewat artikel berikut. Tidak hanya mengenai sejarah, kamu juga dapat menemukan fakta menarik lainnya. Langsung saja dibaca, yuk!
Peristiwa yang Menjadi Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo
Sumber: Wikimedia Commons
Sekitar tahun 1901-an, Pemerintah Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis yang digagas oleh Van Deventer. Kebijakan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk “balas budi” mereka yang telah membuat rakyat Hindia Belanda menderita.
Adapun isinya adalah membangun saluran pengairan untuk kepentingan pertanian (irigasi), mengadakan program perpindahan penduduk supaya persebaran merata (emgirasi), serta memberikan pendidikan bagi pribumi (edukasi).
Secara khusus, yang berkaitan erat dengan lahirnya Budi Utomo adalah pemberian kesempatan pendidikan untuk anak-anak pribumi. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut melahirkan generasi terpelajar dan melek pengetahuan.
Pada waktu itu, Pemerintah Belanda mendirikan beberapa lembaga pengajaran menggunakan metode pengajaran Barat. Salah satu contohnya adalah School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang kemudian juga dikenal sebagai Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera.
Sekolah kedokteran tersebut dibangun pada tahun 1851 oleh Belanda karena kesulitan mendatangkan dokter dari Eropa yang tarifnya sangat mahal. Pada waktu itu, Hindia Belanda mendapatkan serangan wabah penyakit. Maka dari itu, mereka kemudian mendidik pribumi untuk menjadi dokter.
Eksistensi STOVIA memiliki peranan penting dalam perkembangan nasionalisme di Indonesia. Para murid berasal dari berbagai daerah menjadi satu. Hal tersebut kemudian memupuk semangat persatuan dan mengobarkan rasa nasionalisme.
Nah, beberapa bumiputra yang menempuh pendidikan di sekolah tinggi inilah yang kemudian menggagas untuk membentuk sebuah organisasi. Hal tersebut juga sekaligus menandai masa pergerakan nasional yang lebih modern. Di mana rakyat memiliki kesadaran, dan semangat nasionalisme untuk berjuang demi kemerdekaan Republik Indonesia dengan tidak hanya mengandalkan perjuangan fisik saja.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Tondano: Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Melawan Belanda
Sejarah Berdirinya Organisasi Budi Utomo
Salah satu tokoh yang menjadi pelopor berdirinya organisasi Budi Utomo adalah dr. Wahidin Soedirohoesodo. Ia merupakan alumni STOVIA yang juga dikenal sebagai seseorang yang begitu memperhatikan nasib bangsanya.
Laki-laki tersebut menggagas program beasiswa dan mendirikan yayasan untuk pribumi yang kurang mampu. Ia berkeliling dari satu kota ke kota yang lain untuk mengkampanyekan mengenai hal tersebut.
Hingga pada tahun 1907, dr. Wahidin Soedirohoesodo berkunjung ke STOVIA dan bertemu dengan beberapa mahasiswa di sana. Mereka adalah Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji Tirtonegoro, dan beberapa orang lainnya. Mereka lalu berbincang dan muncullah ide untuk membentuk sebuah organisasi yang bisa digunakan untuk membantu mengangkat derajat bangsa.
Gagasan mengenai pembentukan organisasi tersebut baru terwujud setahun kemudian. Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sembilan mahasiswa STOVIA. Selain yang sudah disebutkan di atas, yang lainnya adalah Soelaiman, Gondo Soewarno, M. Soewarno, Moehammad Saleh, RM Goembrek, dan Angka Prodjosudirdjo.
Awalnya, tujuan-tujuan didirikannya Budi Utomo adalah untuk menghimpun dana untuk pelajar yang kurang mampu. Namun lambat laun, organisasi tersebut juga bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Organisasi yang bermarkas di Jakarta tersebut hingga bulan Juli 1908 telah memiliki kurang lebih sebanyak 650 anggota. Seiring berjalannya waktu, tokoh-tokoh perjuangan lain juga turut bergabung. Beberapa di antaranya adalah Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, Pangeran Noto Dirodjo, dan lain-lain.
Selain dari Jakarta, mereka juga tersebar di Yogyakarta, Bandung, Bogor, Magelang, Probolinggo, dan Surabaya. Nah, mengapa kegiatannya hanya berpusat di Jawa dan Madura saja? Hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut yang paling banyak mendapatkan pengaruh dari Belanda.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Sultan Suriansyah, Pendiri dari Kerajaan Banjar
Kegiatan Organisasi Budi Utomo
Sumber: Wikimedia Commons
Pada mulanya, keberadaan organisasi Budi Utomo dianggap sebagai ancaman oleh para bangsawan. Hal tersebut karena mereka mampu mengubah strata sosial yang sudah ada selama ratusan tahun.
Para bangsawan tersebut merasa kedudukannya di birokrasi menjadi terancam. Beruntungnya, organisasi itu mendapatkan dukungan penuh dari golongan terpelajar yang mempedulikan pendidikan.
Selanjutnya, para pengurus tersebut melakukan rapat untuk membahasa mengenai pelaksanaan Kongres Budi Utomo yang pertama. Dalam rapat tersebut, tercapai beberapa keputusan yang disepakati bersama, yaitu:
a. Menetapkan Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaan kongres.
b. Mengutus salah seorang anggota untuk memberi tahu Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengenai pelaksanaan kongres.
c. Menetapkan dr. Wahidin sebagai ketua Kongres Budi Utomo.
d. Kongres diadakan secara terbuka sehingga siapa pun dapat hadir.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
Pelaksanaan Kongres Budi Utomo yang Pertama
Sama seperti yang sudah kamu simak di atas, Kongres Budi Utomo yang pertama digelar di Yogyakarta. Tepatnya di sebuah gedung milik Kweek School. Pelaksanaanya terjadi selama tiga hari, yaitu dari tanggal 3–5 Oktober 1908.
Saat itu, orang-orang yang hadir kurang lebih mencapai 300 orang. Tidak hanya dari kaum bumiputra dari berbagai profesi saja yang datang. Akan tetapi, juga ada beberapa pejabat Belanda dan perwakilan Tiongkok.
Pada saat berlangsungnya kongres organisasi Budi Utomo, terdapat beberapa hal atau masalah yang disampaikan oleh para peserta untuk mendapatkan perhatian bersama. Beberapa di antaranya adalah:
1. Mahalnya biaya pendidikan sehingga masih sulit dijangkau oleh kebanyakan masyarakat.
2. Masyarakat memiliki keinginan untuk maju dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran di wilayah Jawa dan Madura belum merata.
3. Memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Dengan memberikan kesempatan, maka ada harapan generasi penerus akan terdidik lebih baik.
4. Menerbitkan majalah perkumpulan yang berbahasa Melayu sehingga lebih mudah dimengerti oleh khalayak umum.
5. Memberikan penyuluhan kepada rakyat mengenai kesehatan, pendidikan, pertanian, dan hal lainnya supaya rakyat lebih melek pengetahuan sehingga tidak lagi mudah diperas dan dibodohi.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Hasil dari Kongres
Salah satu keputusan yang didapatkan dari pelaksanaan kongres tersebut adalah menunjuk golongan tua sebagai pengurus organisasi. Hal tersebut dikarenakan para pendirinya masih berstatus sebagai mahasiswa sehingga tidak bisa hanya mencurahkan semua tenaga dan pikiran untuk organisasi.
Lagi pula, golongan tua dianggap lebih memiliki pengalaman untuk mengurus organisasi. Sementara itu, para muda yang akan menjadi penggeraknya. Yang ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Besar adalah Raden Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar.
Selain itu, ditetapkan pula mengenai tujuan dari organisasi Budi Utomo yang lebih luas. Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa di segala bidang, baik itu di pendidikan, perdagangan, pertanian, maupun kebudayaan.
Dari masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, kemudian dibentuklah program-program untuk mencapai tujuan bersama. Salah satunya adalah dengan mengembangkan taraf kehidupan golongan menengah.
Selain itu, dilakukan upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan perekonomian. Contohnya adalah dengan mengembangkan pertanian dan industri.
Tanggapan Belanda Mengenai Budi Utomo
Sumber: Wikimedia Commons
Keberadaan organisasi bentukan Soetomo ini sering kali mengisi pemberitaan di media cetak. Beberapa majalah yang pernah memberitakan tentang kegiatan mereka adalah Zendingstijdschrift Weekbald voor Nederlandsch Indie, Bataviaasch Nieuwsblad, Java Bode, Hindia Poetra, dan masih banyak lagi.
Nah, mungkin kamu bertanya-tanya, apakah Belanda menyetujui pendirian organisasi tersebut? Mengingat pergerakannya bisa jadi momok yang menakutkan bagi Belanda.
Jawabannya adalah tentu saja pemerintahan Hindia Belanda merasa terancam. Maka dari itu, mereka mengawasi secara ketat apa saja yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Sebagai salah satu contohnya adalah adanya perwakilan Belanda yang datang di rapat-rapat mereka.
Selain itu, Gubernur Jenderal pada saat itu, yaitu JB Van Heutsz “memata-matai” pergerakan organisasi melalui berita-berita yang beredar di media cetak. Meskipun mewaspadai kegiatan mereka, ia akhirnya mengesahkan Budi Utomo sebagai badan yang diakui oleh pemerintah Belanda pada tanggal 28 Desember 1909.
Akan tetapi karena hal tersebut, organisasi ini sempat dituduh sebagai boneka pemerintahan kolonial oleh rakyat. Terlebih lagi, banyak dari anggotanya yang menjadi bagian dari Volksraad atau Dewan Perwakilan Rakyat. Namun sebenarnya, para anggota melakukan tindakan tersebut supaya tujuan utama mereka, yakni mengusahakan kemerdekaan, tidak dicurigai oleh Belanda.
Baca juga: Kronologi Terjadinya Agresi Militer Belanda 1: Usaha untuk Kembali Menguasai Indonesia
Kendala yang Dihadapi dalam Mencapai Tujuan Organisasi
Tujuan dari organisasi Budi Utomo memang begitu mulia. Namun, bukan berarti hal tersebut dapat dicapai tanpa hambatan. Beberapa hal yang dinilai menjadi penghambat pergerakan perkumpulan tersebut antara lain:
a. Ketua Pengurus Besar Organisasi, yaitu R.T. Tritokusumo rupanya malah lebih memihak kepada Belanda jika dibandingkan dengan saudara sebangsanya sendiri.
b. Pada waktu itu, pembelajaran di sekolah-sekolah memang masih menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Karena hal tersebut, banyak yang menilai kalau bahasa asing itu lebih diutamakan dibandingkan bahasa Indonesia.
c. Apa yang dilakukan oleh Budi Utomo dinilai lebih memajukan pendidikan bagi kaum ningrat daripada rakyat biasa.
d. Golongan ningrat yang mengagungkan status sosial dan jabatan memiliki pengaruh yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan golongan nasionalis.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
Akhir dari Organisasi Budi Utomo
Sumber: Wikimedia Commons
Semakin lama, perkembangan organisasi ini semakin menurun. Salah satu penyebabnya adalah banyak anggota yang keluar karena sudah merasa tidak satu visi dan misi lagi.
Penyebab lainnya adalah adanya organisasi Sarikat Islam yang berkembang pesat dan lebih dipercaya oleh massa karena anggotanya tidak terbatas di Pulau Jawa dan Madura saja. Organisasi itu bisa merangkul rakyat dari berbagai wilayah sehingga semakin meredupkan kiprah Budi Utomo.
Lalu pada tahun 1935, Budi Utomo sepenuhnya mengubah haluan menjadi organisasi politik dan bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra). Partai tersebut merupakan bentukan Soetomo. Hal ini kemudian meresmikan berakhirnya kiprah organisasi Budi Utomo.
Meskipun demikian, lembaga perkumpulan tersebut sudah memiliki dampak yang kuat dan luas sejak awal berdirinya. Salah satunya adalah mendorong lahirnya organisasi-organisasi pergerakan lain seperti Sarekat Islam dan Indische Partij.
Tidak hanya itu saja, eksistensinya juga mampu membangkitkan semangat para pemuda di berbagai daerah untuk mendirikan perkumpulan serupa. Contohnya ada Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Jong Celebes, dan lain-lain.
Karena pengaruh tersebut, Presiden Soekarno kemudian menetapkan hari berdirinya organisasi Budi Utomo yang jatuh pada tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tanggal tersebut dipilih sebagai simbol munculnya nasionalisme yang mempersatukan bangsa untuk melawan penjajahan.
Baca juga: Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Perlawanan Rakyat terhadap Belanda Terbesar di Pulau Jawa
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang Organisasi Budi Utomo di Atas?
Itulah tadi informasi tentang sejarah berdirinya, tujuam, kegiatan, hingga akhir dari organisasi Budi Utomo. Semoga setelah membacanya, tidak hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu mengenai organisasi tersebut, tetapi juga dapat menambah wawasanmu.
Setelah mengetahui apa yang dilakukan oleh para pejuang terdahulu, diharapkan kamu akan semakin lebih menghargai dan memaknai perjuangan mereka di masa sekarang. Selalu ingatlah dengan kata-kata yang dikatakan oleh Bung Karno, yaitu “jas merah” yang berarti jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Oh iya, di PosKata kamu tidak hanya akan menemukan artikel mengenai masa penjajahan saja, lho. Kalau misalnya tertarik dengan sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia, kamu bisa langsung membacanya di sini. Contohnya ada Kerajaan Samudra Pasai, Tarumanegara, Singasari, Demak, dan masih banyak lagi.