Selain Si Pitung, Betawi juga memiliki cerita rakyat yang tak kalah keren, yaitu Murtado si Macan Kemayoran. Pernahkah kamu mendengar kisahnya? Kalau belum, langsung saja simak ulasannya berikut!
Kalau membicarakan kisah jagoan yang berasal dari Betawi, nama yang sering disebut adalah Si Pitung. Padahal, tahukah kamu kalau sebenarnya ada jagoan lain yang dijuluki Macan Kemayoran? Kalau nggak percaya, coba cek cerita rakyat Betawi Murtado Si Macan Kemayoran di bawah ini!
Berdasarkan Ensiklopedia Jakarta, Murtado merupakan anak seorang mantan lurah di Kemayoran yang lahir pada tahun 1869. Sejak kecil, ia diceritakan memiliki sifat lembut, hormat kepada orang tua, dan tidak sombong. Kemudian apa yang membuatnya mendapatkan julukan Macan Kemayoran, ya?
Daripada hanya penasaran, langsung saja simak artikel berikut! Selain kisahnya, di sini kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsik dan beberapa fakta menariknya, lho!
Cerita Rakyat Murtado Si Macan Kemayoran
Alkisah pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, hiduplah seorang pemuda bernama Murtado di daerah Kemayoran. Ia memiliki paras tampan, sikap santun, dan berani membela orang lemah yang membutuhkan bantuannya.
Ayah Murtado adalah seorang mantan lurah di daerahnya. Sejak Murtado kecil, sang ayah sering mengajarinya berbagai macam ilmu. Mulai dari ilmu pengetahuan umum, ilmu agama, hingga ilmu bela diri. Meskipun ia menguasai ketiga ilmu tersebut dengan baik, Murtado tak pernah menyalahgunakan kemampuannya.
Saat itu, situasi di daerah Kemayoran sedang tidak tenteram. Ada banyak jagoan berwatak jahat yang mengganggu penduduk. Para warga sekitar pun sering kali merasa ketakutan.
Belum lagi, pemerintah Belanda yang sedang menjajah membebankan pajak yang sangat besar dan memberatkan. Padahal sebagian besar warga Kemayoran saat itu hanya berprofesi sebagai petani atau pedagang kecil-kecilan.
Daerah Kemayoran sendiri sebenarnya saat itu tidak dipimpin langsung oleh Belanda. Lalu siapakah yang diangkat oleh kompeni Belanda untuk jadi penguasa daerah Kemayoran?
Mereka adalah seorang pribumi bernama Bek Lihun yang dibantu oleh asistennya, Mandor Bacan. Meski pribumi, kedua orang tersebut telah menjadi kaki tangan pemerintah Belanda. Sehingga dengan kejamnya mereka sering merendahkan warganya demi keuntungan pribadi.
Baca juga: Cerita tentang Kapal Nabi Nuh As, Fakta, dan Info Lain yang Penting Diketahui!
Perkelahian Murtado dengan Mandor Bacan dan Bek Lihun
Suatu hari, di Kemayoran akan diadakan upacara derapan padi atau memotong padi. Pada upacara itu, dibuat aturan bahwa dari setiap lima ikat padi yang dipotong, empat ikatnya harus diserahkan kepada pemerintah. Sang pemilik hanya diperbolehkan memiliki satu ikat padi saja. Mandor Bacan pun diperintahkan untuk mengawasi jalannya upacara itu.
Dalam upacara, Murtado bersama kekasihnya yang cantik jelita juga turut serta memotong padi. Mandor Bacan yang melihat kecantikan sang gadis terpesona dan berniat untuk melakukan tindakan kurang ajar padanya.
Tanpa malu, ia mendekati sang gadis dan menggodanya. Murtado yang melihat berusaha menghentikan tindakan tidak sopan itu. “Hei, Mandor Bacan! Berani-beraninya kamu mengganggu kekasihku,” teriaknya seraya menghadangi Mandor Bacan.
Mandor Bacan menanggapi Murtado dengan sinis, “Memangnya kenapa? Bebas saja bagiku menyukai perempuan mana saja yang aku mau!”
Tak hanya itu, karena merasa tak terima, Mandor Bacan menantang Murtado berkelahi. Saat perkelahian terjadi, Murtado menunjukkan kemampuan bela dirinya. Mandor Bacan tak mau kalah dan mengeluarkan jurus yang ia ketahui. Namun, mereka sebenarnya bukanlah lawan yang seimbang. Mandor Bacan pun lari terbirit-birit dari tempat itu karena kalah.
Karena merasa tidak terima dipermalukan di hadapan orang banyak, Mandor Bacan melaporkan kejadian yang baru menimpanya kepada Bek Lihun. Tentu saja hal tersebut membuat Bek Lihun tersinggung dengan tingkah laku sang jagoan. Amarahnya langsung memuncak.
Dengan penuh kekesalan, mereka berdua membuat berbagai macam rencana untuk membunuh Murtado. Sayangnya, segala upaya yang mereka lakukan tidak pernah berhasil karena selalu digagalkan oleh sang jagoan.
Bek Lihun kemudian berganti ide dan mencoba mencelakai kekasih Murtado. Akhirnya sang jagoan pun kehabisan kesabarannya. Saat kekasihnya tengah diganggu, ia langsung menendang dan menghajar Bek Lihun sampai babak belur.
Bek Lihun akhirnya meminta ampun dan membuat janji. Kira-kira apa janji Bek Lihun setelah kalah dari Murtado? Janjinya adalah ia tak akan mengganggu sang jagoan dan kekasihnya lagi. Benar saja, ia akhirnya menjadi insyaf dan mulai menghargai Murtado sebagai seorang sahabat.
Di lain pihak, sebagai seorang kesatria, Murtado menerima tawaran persahabatan dari Bek Lihun. Tak ada sedikit pun dendam terbersit di dalam hatinya.
Gangguan dari Warsa
Pada satu ketika, beberapa gerombolan perampok yang dipimpin oleh pria bernama Warsa sering mengganggu warga Kemayoran. Mereka selalu merampas harta benda penduduk setiap malam. Tak jarang mereka juga sampai membunuh beberapa warga.
Hal tersebut membuat Bek Lihun merasa kewalahan. Pihak pemerintah Belanda menegurnya karena warga kampung tak lagi merasa aman. Dampaknya adalah, pajak-pajak untuk pemerintah Belanda tidak berjalan dengan lancar.
Karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengatasinya, Bek Lihun akhirnya menemui Murtado. Ia meminta tolong agar sang jagoan bisa mengusir gerombolan Warsa.
“Murtado sahabatku, apakah yang harus aku lakukan sekarang?” keluh Bek Lihun. “Belanda sudah menegurku berkali-kali karena rakyat Kemayoran merasa tak tenang. Aku kini sudah dianggap tak mampu menjaga keamanan daerah kita. Apalagi, kini penduduk kampung semakin miskin hingga tak bisa membayar pajak.”
Sebagai salah satu warga Kemayoran yang sudah sepatutnya turut serta bertanggung jawab atas keamanan kampungnya, Murtado pun menyetujui permohonan Bek Lihun. “Camkan kata-kataku ini, Bek Lihun,” ucapnya, “Aku akan membantumu melawan Warsa dan gerombolannya. Namun, semua itu kulakukan bukan demi kepentingan Belanda. Aku hanya merasa wajib melindungi penduduk kampung kita dari kejahatan Warsa dan anak buahnya!”
“Aku mengerti, Murtado. Terim kasih kau beredia membantu. Aku tahu kamu pasti tak akan tega melihat teman-teman kampung kita menderita,” jawab Bek Lihun.
Baca juga: Cerita Fabel Ulat yang Sombong dan Ulasan Menariknya, Bukti Keangkuhan Tak Ada Gunanya
Pertempuran Melawan Warsa
Murtado kemudian berusaha mencari markas para perampok bersama kedua temannya, Saomin dan Sarpin. Berdasarkan informasi yang didapat, Warsa dan anak buahnya biasanya berkumpul di daerah Tambun dan Bekasi. Tanpa menunggu lama, Murtado bersama kedua temannya langsung menyambangi tempat tersebut. Sayangnya, upaya itu tidak membuahkan hasil.
Namun, tanpa kehabisan akal atau menyerah, ketiganya bertanya pada orang-orang yang mereka temui di jalan. Hingga akhirnya mereka mendapatkan informasi kalau Warsa dan anak buahnya tengah berada di Kerawang. Tanpa membuang waktu, mereka langsung pergi ke Kerawang dan berhasil menemukan gerombolan perampok.
Pertempuran hebat dengan gerombolan Warsa pun tak ayal terjadi. Apalagi, rupanya Warsa juga menguasai ilmu bela diri dengan baik. Tak heran jika warga Kemayoran sangat menakutinya. Murtado bersama kedua temannya pun sempat kewalahan.
“Dasar anak ingusan! Berani benar kau berniat melawanku! Rasakanlah jurusku ini!” teriak Warsa sembari melayangkan tinjunya. Untungnya, Murtado bisa mengerahkan seluruh ilmu bela diri yang ia kuasai dengan baik. Kedua temannya pun membantu dengan mengalahkan anak buah Warsa.
Kekalahan Warsa
Pertarungan sengit itu akhirnya berakhir dengan kemenangan di tangan Murtado. Warsa bahkan tewas di tangannya, sementara para gerombolan anak buah akhirnya mengaku kalah.
“Maafkan kami, Tuan! Tolong jangan bunuh kami. Kami rela melakukan apa saja asal kalian membiarkan kami hidup!” mohon para anak buah Warsa.
“Tenang saja! Kami tak akan membunuh kalian. Tapi, aku minta kalian menunjukkan di mana hasil rampokan di Kampung Kemayoran disimpan! Setelah itu kalian boleh pergi!” ucap Murtado dengan tegas.
Anak buah Warsa yang masih ketakutan pun menunjukkan tempat penyimpanan harta hasil rampokan mereka. Seluruh harta tersebut kemudian dibawa oleh Murtado dan teman-temannya kembali ke Kemayoran untuk dikembalikan ke pemiliknya semula.
Hal tersebut tentu saja membuat warga Kemayoran bahagia. Mereka berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada Murtado. Selain warga sekitar, Bek Lihun juga merasa senang dan langsung melaporkan kabar baik itu pada pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda yang mendengarnya merasa kagum pada keberanian dan kegigihan Murtado. Mereka pun sampai menawarkan Murtado untuk menjadi pemimpin daerah Kemayoran menggantikan posisi Bek Lihun dan Mandor Bacan.
Namun, tawaran itu tak diterima oleh sang jagoan. “Maaf, Tuan. Saya lebih senang menjadi rakyat biasa saja. Biarkan saya berjuang di jalan biasa,” tolaknya halus.
Karena bagaimanapun juga, ia tak ingin menjadi pesuruh pemerintah Belanda yang menjajah tanahnya. Baginya, lebih baik hidup sebagai rakyat dan turut serta menjaga keamanan rakyat. Sejak saat itu, penduduk Kemayoran dan para penguasa Belanda memberinya julukan “Macan Kemayoran” atas keberaniannya.
Baca juga: Kisah Telaga Alam Banyu Batuah, Cerita Rakyat dari Kalimantan beserta Ulasannya
Unsur Intrinsik Cerita Murtado Si Macan Kemayoran
Setelah membaca cerita rakyat singkat Murtado Si Macan Kemayoran dari Betawi, kini saatnya kamu mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Mulai dari tema ceritanya, tokoh beserta perwatakan, latar kisah, alur, juga pesan moral yang bisa didapatkan. Berikut adalah ulasannya.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah ini adalah tentang keberanian. Seperti halnya Murtado yang tanpa takut melawan Mandor Bacan, Bek Lihun, dan Warsa yang sudah merugikan orang lain. Karena tujuannya adalah untuk melindungi orang lain yang lebih membutuhkan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran ini, ada beberapa tokoh utama. Di antaranya adalah Murtado, Bek Lihun, dan Warsa. Murtado dalam cerita bertindak sebagai tokoh protagonis yang baik hati, santun, cerdas, rajin menuntut ilmu, juga selalu membela orang lain yang lebih lemah dan membutuhkan bantuannya.
Bek Lihun awalnya termasuk orang yang emosian dan mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, khususnya anak buahnya sendiri, Mandor Bacan. Namun, setelah menyadari kalau Murtado adalah orang yang baik, ia pun memilih untuk bersahabat dengannya.
Sementara itu, Warsa merupakan tokoh antagonis yang jahat dan suka merampas harta warga kampung Kemayoran. Bahkan, ia juga sampai membunuh beberapa warga. Dalam pertarungan, Warsa termasuk seseorang yang menguasai ilmu bela diri dengan baik.
Selain ketiga tokoh utama tersebut, ada beberapa tokoh tambahan lain yang turut serta mewarnai kisahnya. Yaitu ayah Murtado yang merupakan seorang mantan lurah di Kemayoran dan Mandor Bacan si anak buah Bek Lihun.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran yang berasal dari Betawi ini. Di antaranya adalah kampung Kemayoran, daerah Tambun dan Bekasi yang diduga menjadi lokasi Warsa berkumpul dengan anak buahnya, dan Kerawang tempat markas Warsa berlokasi.
4. Alur
Alur dari cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran ini adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan diadakannya upacara derapan padi atau memotong padi. Saat itu, Mandor Bacan terlihat menggoda kekasih Murtado. Karena tidak terima, Murtado pun menantangnya berkelahi.
Mandor Bacan yang kalah kemudian melapor kepada pimpinannya, Bek Lihun. Karena terbakar emosi, Bek Lihun lalu menantang Murtado berkelahi, tapi sayangnya meraih kekalahan juga. Akhirnya, Bek Lihun memilih bersahabat dengan sang Macan Kemayoran.
Konflik mulai terjadi ketika ada gerombolan perampok yang dipimpin oleh Warsa datang mengganggu warga Kemayoran. Untungnya, Murtado bersedia membantu Bek Lihun mengusir Warsa dari daerah mereka. Kemayoran pun akhirnya bisa tenang kembali.
5. Pesan Moral
Amanat yang bisa didapatkan dari kisah ini adalah ketika memiliki sebuah kemampuan, gunakanlah bakatmu untuk membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Gunakanlah ilmu yang kamu ketahui untuk melakukan hal-hal yang positif agar kemampuanmu menjadi lebih berguna.
Selain intrinsik, kisah ini juga mengandung unsur ekstrinsik, yakni hal-hal dari luar cerita yang melengkapi kisahnya. Antara lain nilai sosial, budaya, dan moral.
Baca juga: Cerita Lucu Abu Nawas Menipu Malaikat di Alam Kubur & Ulasan Menariknya
Fakta Menarik tentang Cerita Murtado Si Macan Kemayoran
Sudah puas membaca cerita dan ulasan unsur intrinsik dari cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran? Jangan lupa ketahui juga beberapa fakta menarik yang berkaitan dengan kisahnya, yuk!
1. Macan Sungguhan di Kemayoran
Tahukah kamu kalau rupanya Macan Kemayoran itu bukan sekadar sebutan untuk sang jagoan? Bahwa sebenarnya, di Kemayoran juga sempat banyak berkeliaran macan pada tahun 1880-an. Lho kok bisa, ya?
Tentu saja bisa. Karena saat itu wilayah-wilayah di Batavia (sekarang Jakarta), masih berupa hutan-hutan yang lebat. Bahkan, pada sebuah koran bernama Java Bode, pada tahun bulan November 1882 terjadi perburuan macan yang meresahkan masyarakat di daerah Pepango atau Papanggo (kini dikenal dengan nama Tanjung Priok).
Selain itu, salah satu surat kabar dari tahun yang sama juga pernah mengabarkan penemuan seekor harimau sepanjang 1 meter dan tinggi 0,74 meter di Situ Pitara, Depok. Namun, tidak ada keterangan apakah itu macan sama yang ditemukan di Pepango. Empat tahun kemudian, surat kabar Algemeen Handelsblad memberitakan tentang seekor macan yang ditembak di daerah tenggara Tanjung Priok.
Saat itu, salah satu pemburu macan yang cukup dikenal adalah Simons yang berasal dari Kemayoran. Namun, tidak ada penjelasan apakah yang pemburu yang berhasil membunuh macannya adalah Simons atau bukan.
2. Menjadi Julukan Persija
Setiap grup sepak bola di Indonesia biasanya memiliki julukannya masing-masing, seperti PSIS Mahesa Jenar atau Persib Maung Bandung. Nah, Macan Kemayoran rupanya dijadikan sebagai julukan untuk Persija (Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta).
Apakah julukan tersebut berkaitan dengan kisah Murtado atau Simmons? Dikaitkan dengan yang mana saja, tentu tak masalah karena keduanya memiliki sifat yang pemberani dan kekuatan seperti harimau saat bertanding dengan lawannya. Ungkapan yang keren dan cocok disematkan sebagai julukan grup sepak bola dari Jakarta ini, kan?
Baca juga: Legenda Putra Mahkota Amat Mude Asal Aceh dan Ulasan Menariknya
Cerita Rakyat Betawi Murtado Si Macan Kemayoran sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Itulah tadi cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran dari Betawi. Kisahnya sarat akan pesan moral dan cocok dibacakan untuk buah hati tersayang sebagai dongeng sebelum tidur, kan?
Kalau masih ingin mencari cerita rakyat lain yang berasal dari Betawi, cek artikel-artikel di PosKata. Kamu bisa mendapatkan kisah Si Pitung, legenda Si Jampang, atau cerita Pangeran Sarif yang sakti. Selamat membaca!