Tanpa kerja keras sang pendiri, Kerajaan Banjar mungkin tidak akan pernah ada. Untuk itu, buat kamu yang penasaran dengan sosok Sultan Suriansyah yang menjadi pendiri sekaligus raja pertama kerajaan tersebut, bisa menyimak ulasannya berikut ini.
Seperti yang mungkin telah kamu ketahui, Sultan Suriansyah atau Raden Samudra merupakan pendiri dari Kerajaan Banjar yang terletak di Kalimantan Selatan. Ia menjadi raja pada tahun 1520 hingga 1540.
Perjalanannya untuk menjadi orang nomor satu di Kerajaan Banjar tersebut dipenuhi oleh intrik perebutan kekuasaan. Bahkan nantinya, ia harus melawan paman dan sepupunya sendiri untuk mendapatkan kembali kerajaannya.
Apakah kamu penasaran dan tidak sabar untuk membaca kelanjutan kisah dari pendiri Kerajaan Banjar ini? Kalau begitu tunggu apalagi? Kamu bisa langsung mengeceknya di bawah ini. Selamat membaca!
Silsilah Garis Keturunan Sultan Suriansyah
Menurut Hikayat Banjar, pendiri dari Kerajaan Banjar ini merupakan keturunan dari Maharaja Suryanata dan Putri Junjung Buih. Pasangan tersebut dulunya pernah memimpin Kerajaan Dipa yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Banjar.
Beberapa generasi kemudian, Kerajaan Dipa diteruskan oleh Maharaja Sukarama. Ia memiliki empat orang anak, tiga laki-laki dan satu perempuan. Namanya adalah Pangeran Tumenggung, Pangeran Mangkubumi, Pangeran Bagalung, dan Putri Galuh Intan Sari.
Ketika sang raja sakit parah, ia memberikan wasiat agar tahta nanti diteruskan oleh cucunya, yaitu Raden Samudera. Mengapa sang raja tidak memilih salah satu dari anaknya untuk menjadi penerusnya?
Rupanya hal tersebut sesuai dengan legitimasi politik yang sudah menjadi tradisi di kerajaan tersebut. Penerus tahta harusnya anak laki-laki pertama dan dilahirkan oleh ibu yang memiliki darah keturunan raja.
Maharaja Sukarama sendiri memiliki empat orang istri. Namun, tidak ada satu pun istrinya yang memiliki darah raja. Maka dari itu, ia kemudian menikahkah Putri Galuh Intan Sari dengan Raden Mantri.
Raden Mantri adalah anak lelaki Raden Bagawan yang masih memiliki ikatan saudara dengan Maharaja Sukarama. Bisa dibilang, Putri Galuh dan Raden Mantri ini adalah sepupu.
Nah, dari pernikahan tersebut lahirlah Raden Samudra. Karena ia adalah anak lelaki pertama dan lahir dari ibu yang berdarah raja, itulah mengapa Maharaja Sukarama memilih Raden Samudera untuk meneruskan tahta.
Namun sayang sekali, ketiga anak lelaki sang raja tidak menyetujui hal tersebut, terutama Pangeran Tumenggung. Sejak awal, laki-laki itu sudah mengincar tahta kerajaan.
Namun kemudian, keputusan sudah bulat. Mau tidak mau, suka tidak suka, wasiat dari raja itu harus dijalankan.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Mataram Islam
Terpaksa Harus Meninggalkan Kerajaan
Maharaja Sukarama meninggal dunia ketika Raden Samudera masih berusia tujuh tahun. Karena itu, untuk sementara tahta Kerajaan Dipa dipegang oleh Pangeran Mangkubumi. Pemerintahan akan diserahkan pada sang pangeran ketika ia sudah dewasa nanti.
Pangeran Mangkubumi rupanya tidak bertahan lama menjadi wali dari Raden Samudera. Pasalnya, atas hasutan dari Pangeran Tumenggung, ia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Kematian Pangeran Mangkubumi tentu saja memuluskan niat Pangeran Tumenggung untuk duduk di tahta kerajaan. Tak lama kemudian, Kerajaan Dipa pun di bawah kendalinya. Tidak tahu kalau nantinya, dialah yang menjadi penyebab keruntuhan kerajaan tersebut karena mengingkari wasiat sang ayah.
Ketika walinya meninggal dunia, Raden Samudera sudah mulai menginjak dewasa. Ia pun sebenarnya berniat untuk tinggal di istana.
Hanya saja, semakin lama keselamatannya semakin terancam. Setelah itu, para pengikut setianya berunding dan memutuskan kalau sang pangeran harus segera pergi dari kerajaan.
Baca juga: Hal-Hal yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Menyamar Sebagai Nelayan
Dengan didampingi oleh pengawal setianya yang bernama Aria Taranggana, Raden Samudera melewati hilir Sungai Barito. Beberapa waktu kemudian, sampailah ia ke wilayah Banjar. Di sana, bertemulah mereka dengan tetua daerah tersebut yang bernama Patih Masih.
Sang patih menyambut Raden Samudera dengan baik. Malah, ia juga diperbolehkan untuk tinggal di rumahnya. Setelah itu, sang raden kemudian menyamar dan menjalani kehidupannya sebagai nelayan untuk sementara waktu.
Nah sebenarnya, Banjar masih termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Dipa. Hanya saja, Patih Masih tidak mau membayar upeti terhadap kerajaan. Untuk alasannya sendiri, tidak ada sumber yang benar-benar menyebutkannya.
Selanjutnya, Patih Masih meminta Raden Samudera untuk membebaskan Banjar. Ia menginginkan wilayah ini untuk berdiri sendiri. Setelah mempertimbangkan dengan matang, sang raden menyetujuinya
Tetua dari wilayah Banjar itu rupanya mengetahui apa yang terjadi di Kerajaan Dipa. Ia kemudian berunding dengan tetua yang lain untuk mengangkat sang raden menjadi Raja Banjar.
Mereka pun setuju. Pada saat itu juga, Raden Samudera diangkat menjadi pemimpin Banjar dan pusat pemerintahannya berada di Bandarmasih.
Baca juga: Candi-Candi Peninggalan yang Menjadi Bukti Peradaban Kerajaan Singasari
Ancaman Serangan dari Pangeran Tumenggung
Rupanya, kabar mengenai Pangeran Samudera yang menjadi pemimpin itu sudah sampai ke telinga Raja Tumenggung. Sang paman yang merasa terusik itu kemudian menyusun rencana untuk menyerang daerah baru keponakannya itu.
Mengetahui hal tersebut, sang pangeran tentu saja merasa gelisah. Pasalnya, pasukannya tentu tidak akan sanggup untuk melawan Kerajaan Dipa. Ia kemudian meminta saran pada Patih Masih.
Oleh sang patih, ia disarankan untuk meminta bantuan Kerajaan Demak. Tanpa banyak berpikir, ia menyuruh salah seorang pengawalnya untuk membawa surat ke kerajaan yang dimaksud.
Tak berapa lama kemudian, utusannya yang kembali dari Demak, yaitu Patih Balit datang membawa surat balasan. Isinya adalah Kerajaan Demak mau membantunya menghadapi pasukan Kerajaan Dipa, asalkan Raden Samudera dan rakyatnya nanti mau masuk Islam.
Setelah meminta pertimbangan para tetua dan memikirkannya dengan matang, sang pangeran pun menyetujuinya. Maka dari itu sesuai dengan kesepakatan, Kerajaan Demak mengirimkan pasukannya ke Banjar.
Kurang lebih sekitar 40.000 prajurit dikerahkan untuk pergi ke sana. Selain itu, mereka juga mengirimkan banyak ulama untuk membantu menyebarkan ajaran agama Islam di sana.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Berhasil Mendapatkan Kerajaan Dipa
Peperangan yang cukup hebat antara Kerajaan Dipa dan pasukan Banjar yang dibantu oleh Kerajaan Demak pun tidak dapat dihindari. Banyak sekali korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak.
Namun pada akhirnya, calon pendiri Kerajaan Banjar tersebut dapat memenangkan pertarungan ini. Ia pun berhasil mengalahkan pamannya.
Sementara itu, mengenai apa yang terjadi pada Pangeran Tumenggung terdapat dua versi. Sebuah sumber mengatakan kalau ia akhirnya menyerah dan bersedia memberikan kekuasaan Kerajaan Dipa. Selanjutnya, ia diberi kekuasaan untuk memimpin sebuah wilayah di Batang Alai.
Namun, sumber lain mengatakan kalau ia dan anak lelakinya tewas dalam peperangan itu. Yang jelas, tahta Kerajaan Dipa dapat kembali ke tangan pewaris yang sebenarnya.
Setelah itu, Pangeran Samudera menggabungkan Kerajaan Dipa dan Banjar menjadi Kerajaan Banjar. Pusat pemerintahannya berada di Bandarmasih.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Masa Kepemimpinan Pangeran Suryanullah
Pendiri Kerajaan Banjar yang memiliki nama lain Pangeran Jaya Samudera tersebut dinobatkan sebagai raja pertama pada tahun 1520. Lalu pada tanggal 24 September 1526, ia resmi masuk Islam dengan nama Sultan Suriansyah.
Ia juga memiliki gelar lain, yaitu Suryanullah yang berarti matahari Allah. Semenjak kepemimpinannya ini, nantinya sultan-sultan penerusnya akan menggunakan akhiran -Allah di belakang namanya.
Pada masa pemerintahannya ini, sang sultan dibantu oleh Patih Masih sebagai mangkubumi atau perdana menteri. Mangkubumi adalah jabatan yang dipegang oleh rakyat biasa yang dianggap sangat berjasa kepada kerajaan.
Selain itu, ia juga dibantu oleh Mantri Ampat yang bertugas sebagai hakim. Sumber hukumnya adalah Kutara yang disusun oleh Aria Taranggana.
Sesuai dengan namanya, terdapat empat jabatan yang dipegang. Yang pertama adalah Pangiwa yang dijabat oleh Patih Balit dan Panganan yang dijabat oleh Patih Balitung. Kemudian, ada Gampiran yang dipegang oleh Patih Kuin dan yang terakhir adalah Penumping yang dijabat oleh Patih Muhur.
Tak hanya menetapkan struktur pemerintahan, pendiri Kerajaan Banjar tersebut juga melakukan ekspansi wilayah. Beberapa di antaranya adalah Sebangau, Mendawai, Sukadana, Laut-Pulau, Berau, Sambas, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, mengenai kehidupan ekonomi tidak banyak sumber yang membahasnya. Hanya saja untuk kehidupan agama, pada era kepemimpinannya tersebut banyak orang yang akhirnya memeluk Islam.
Baca juga: Nama Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Sriwijaya
Sekelumit Kisah tentang Kehidupan Pribadi Sang Pendiri Kerajaan Banjar Hingga Wafatnya
Menurut catatan sejarah, Sultan Suriansyah menikah sebanyak dua kali. Istri pertamanya bernama Ratu Suriansya.
Sayangnya tidak banyak informasi yang bisa diulik dari sang permaisuri. Hanya saja, salah satu anaknya yang bernama Pangeran Tuha menjadi pewaris tahta kerajaan.
Selanjutnya, istri keduanya diketahui bernama Noorhayati. Wanita tersebut merupakan anak dari seorang tokoh Dayak Maanyan yang bernama Labai Lamiah.
Dari pernikahan ini, mereka mendapatkan seorang anak perempuan bernama Putri Mayang Sari. Putrinya ini ketika dewasa kemudian diangkat menjadi pemimpin Dayak Manyaan.
Raja pertama Kerajaan Banjar ini menjadi pemimpin kurang lebih selama 20 tahun. Pada tahun 1540, ia meninggal dunia dan kemudian diberi gelar anumerta yaitu Panembahan Batu Habang.
Area pemakaman milik Sultan Suriansyah terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjaramasin Utara, Kota Banjarmasin. Kalau dari Masjid Sultan Suriansyah, kira-kira jaraknya hanya 500 meter saja.
Di kompleks tersebut, juga menjadi tempat pemakaman beberapa keluarga raja yang lain, seperti Ratu Intan Sari, Sultan Ramatullah, dan Sultan Hidayatullah. Hingga kini, tempat tersebut masih digunakan sebagai salah satu tempat wisata religi.
Baca juga: Nama Para Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Kutai
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang Pendiri Kerajaan Banjar di Atas?
Itulah tadi ulasan lengkap tentang pendiri Kerajaan Banjar, yaitu Sultan Suriansyah yang dapat kamu simak di PosKata. Bagaimana? Semoga setelah membacanya dapat lebih membuka wawasanmu.
Lantas, bagaimana kalau kamu ingin membaca kisah tentang pendiri-pendiri kerajaan nusantara yang lainnya? Nggak perlu bingung, karena kamu juga dapat menemukannya di sini. Baca terus, yuk!