
Kongres Pemuda 1 ini merupakan sebuah kegiatan untuk mempertemukan organisasi-organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahaan. Tujuannya adalah untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan para pemuda di tanah air.
Pada tahun 1926, para pemuda Indonesia mengadakan pertemuan berskala nasional untuk pertama kalinya. Pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda 1.
Sejumlah perwakilan pemuda dari Sabang sampai Merauke menghadiri kongres tersebut. Beberapa di antaranya adalah Jong Sumatranen Bond, Jong Java, Jong Minahasa, dan masih banyak lagi.
Acara tersebut berlangsung selama beberapa hari dan menghasilkan beberapa keputusan. Nah, seperti apa kronologi jalannya Kongres Pemuda 1 dan juga hasilnya? Kalau begitu, nggak usah kebanyakan basa-basi, mending langsung cek saja ulasannya di bawah ini, ya!
Latar Belakang Terjadinya Kongres Pemuda 1
Yang menjadi latar belakang pergerakan para pemuda di Hindia Belanda adalah adanya Kebijakan Politik Etis. Yang salah satu wujud kebijakannya adalah memberikan pendidikan kepada pribumi.
Dari situ, muncullah para kaum intelektual yang berupaya menggerakkan rakyat untuk memperbaiki nasib. Selanjutnya, terbentuklah beberapa organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
Sayangnya, pergerakan organisasi-organisasi tersebut masih melokal sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar dan merata. Selanjutnya, terbentuklah organisasi yang memiliki pengaruh dan cakupan yang lebih luas.
Salah satunya adalah Perhimpunan Indonesia yang anggotanya pelajar-pelajar yang sedang menimba ilmu di Belanda. Lambat laun, kemudian muncul perhimpunan pemuda di tiap-tiap pulau. Contohnya adalah Jong Java, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Sekar Roekoen, Minahassache Studerenden, dan lain-lain.
Untuk semakin memupuk rasa kesatuan dan melancarkan pergerakan nasional untuk menekan Pemerintah Belanda, diadakanlah sebuah konferensi. Namanya adalah Konferensi Organisasi Pemuda Nasional yang berlangsung di gedung Lux Orientalis pada tanggal 15 Agustus 1925.
Baca juga: Suishintai: Barisan Pelopor Bentukan Jepang yang Menjadi Pengawal Kemerdekaan Indonesia
Susunan Panitia dan Peserta
Hasil dari konferensi tersebut adalah membentuk panitia untuk penyelenggaraan Kongres Pemuda seluruh Indonesia. Susunan panitianya adalah sebagai berikut:
- Ketua: Mohammad Tabrani dari Jong Java
- Wakil Ketua: Soemarmo dari Jong Java
- Sekretaris: Djamaluddin Adinegoro dari Jong Soematranen Bond
- Bendahara: Soewarso dari Jong Java
- Anggota:
- Sanusi Pane dari Jong Bataks Bond
- Jan Toule Soulehwij dari Jong Ambon
- Paul Pinontoan dari Jong Celebes
- Bahder Djohan dari Jong Soematranen Bond
- Sarbani dari Jong Soematranen Bond
- Achmad Hamami dari Sekar Roekoen
Sementara itu, anggota perhimpunan-perhimpunan yang menghadiri pertemuan ada sembilan. Mereka adalah:
- Jong Java
- Sekar Roekoen
- Jong Bataks Bond
- Jong Sumatranen Bond
- Studerenden Minahasaers
- Jong Islamienten Bond
- Pemuda Kaum Theosofi
- Jong Islamieten Bond
- Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Baca juga: Sekilas tentang Chuo Sangi In: Dewan Perwakilan Rakyat pada Masa Penjajahan Jepang
Pelaksanaan Kongres Pemuda 1
Sumber: Wikimedia Commons
Kongres Pemuda 1 dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926. Lokasi diadakannya berada di Gedung Vrijmetselaarsloge, Jakarta. Pengantar kongres menggunakan bahasa Belanda.
Kongres Hari Pertama
Mohammad Tabrani selaku ketua membuka kongres secara resmi pada jam delapan malam dan memberikan pidatonya. Di hari yang pertama ini, ia menggugah hati para pemuda untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Laki-laki tersebut berharap para pemuda meyakini tentang banyaknya jalan menuju merdeka. Sehubungan dengan hal tersebut, pemuda diharapkan untuk tidak menjadi penghalang kemerdekaan negara sendiri.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa tujuan diadakannya Kongres Pemuda 1 ini adalah untuk membangkitkan keinginan kerja sama antar perhimpunan-perhimpunan yang sudah ada sebagai dasar persatuan.
Selanjutnya di hari pertama ini, juga ada pidato dari Soemarmo yang memberikan gambaran mengenai kebangkitan nasional. Mulai dari berdirinya Boedi Oetomo hingga perhimpunan pemuda kedaerahan.
Ia juga memaparkan kalau ingin merdeka, maka para pemuda harus bekerja sama. Hari pertama kongres ini berakhir pada pukul 12.00 malam.
Baca juga: Perlawanan Cot Plieng, Usaha Rakyat Aceh Melawan Kekejaman Tentara Jepang
Kongres Hari Kedua
Di hari kedua Kongres Pemuda I ini, yang menjadi pembahasan adalah mengenai kedudukan dan keterlibatan wanita. Hal tersebut dikarenakan perjuangan untuk meraih kemerdekaan bukanlah urusan laki-laki saja, tetapi wanita juga turut terlibat.
Yang menjadi pembahasan adalah bagaimana posisi wanita yang masih dianggap lemah. Menurut Bahder Djohan, peranan wanita sangatlah penting. Terutama dalam tingkat keluarga, perempuan dapat berperan untuk mengajarkan tentang cinta tanah air kepada generasi penerus.
Dengan melibatkan perempuan, maka selanjutnya akan membuka perspektif baru. Ia juga mengatakan kalau masa depan Indonesia berada di kaum perempuan.
Selanjutnya, Nona Stientje Ticoalu-Adam mengemukakan isu mengenai wanita yang sebenarnya memiliki perang batin untuk lebih mendapatkan kebebasan dan hak. Pada waktu itu, kehidupan wanita memang cukup terkekang dan haknya pun sangat terbatas.
Rapat tersebut ditutup pada jama 12 malam dengan Nyonya Koesoema Soemantri sebagai pembicara terakhir. Dalam pidatonya, ia mendesak para pemuda untuk turut aktif dalam gerakan perjuangan nasional.
Baca juga: Propaganda-Propaganda yang Diterapkan Terhadap Indonesia Selama Penjajahan Jepang
Kongres Hari Ketiga
Sumber: Wikimedia Commons
Topik yang dibahas pada hari ketiga di Kongres Pemuda I ini ada dua hal. Yang pertama adalah mengenai penggunaan bahasa. Kemudian, dilanjutkan dengan peranan agama.
Pidato mengenai kebahasaan disampaikan oleh Mohammad Yamin. Di sini, ia menjabarkan mengenai potensi bahasa Melayu yang dapat digunakan sebagai bahasa persatuan dan percakapan.
Salah satu alasannya adalah karena sifatnya yang luwes dan mudah dipelajari. Dengan demikian penggunaannya bisa lebih luas jika dibandingkan dengan bahasa Jawa.
Akan tetapi, laki-laki tersebut tetap menyarankan para pemuda untuk mempelajari bahasa Belanda. Bagaimana pun juga, bahasa tersebut menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan peradaban. Setidaknya, untuk beberapa waktu.
Pembahasan selanjutnya juga tidak kalah menarik, yaitu mengenai agama yang berkaitan dengan pergerakan nasional. Pinontoan menuturkan bahwa agama seharusnya tidak usah dicampur adukkan dengan masalah politik.
Para pemuda yang beragama Kristen, Islam, atau yang lainnya harus mengesampingkan fanatisme apabila menginginkan persatuan. Selanjutnya, peranan agama masing-masing dalam pergerakan adalah untuk membentuk menjadi pribadi yang lebih baik sehingga tidak ada keegoisan yang mengganjal tujuan bersama.
Pertemuan hari ketiga ini hanya berlangsung sampai jam 12.30 siang. Selanjutnya, mereka mengadakan acara malam bersama sebagai salah satu wujud persatuan.
Dampak Kongres Pemuda 1 Pertama
Sebelum membicarakan mengenai dampak Kongres Pemuda 1, tidak ada salahnya untuk membahas sekilas tentang hasil pertemuan tersebut. Untuk hasil yang spesifiknya mungkin memang belum terlihat.
Masing-masing pihak masih mencari persamaan-persamaan untuk mengedepankan perjuangan. Hal tersebut karena masih banyak ide-ide yang sifatnya etnosentris dan ideologis.
Akan tetapi, secara umum hasil pentingnya adalah bahwa para pemuda menerima ide mengenai pergerakan nasional. Mereka ingin lepas dari belenggu bangsa asing yang sudah menjajah selama puluhan tahun.
Sementara itu, salah satu dampak dari kongres tersebut adalah membuat para pemuda sadar mengenai betapa pentingnya pergerakan nasional. Karena selama ini, perjuangan masih melokal dan fokus pada masing-masing daerah. Kongres Pemuda 1 adalah mengubah sifat organisasi-organisasi yang semula kedaerahan menjadi nasionalisme.
Salah satu cara untuk mewujudkan pergerakan nasional adalah dengan membentuk organisasi nasional. Jika memiliki kekuatan yang menyeluruh seperti ini, Belanda tidak akan mudah untuk memadamkan pergerakan.
Sebelumnya, pemerintah kolonial tidak segan-segan untuk membubarkan organisasi yang dianggap radikal. Karena kebanyakan masih dalam skala kecil, maka organisasi tersebut bisa dengan mudah dihancurkan begitu saja.
Nah dengan adanya gerakan secara nasional, akan meningkatkan kekuatan untuk menghadapai pemerintah kolonial. Dengan persatuan, pemuda dapat “memaksa” pemerintah mendengarkan pendapat dari banyak kalangan untuk mendapatkan keadilan.
Baca juga: Sejarah dan Tujuan Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Tokoh-Tokoh yang Terlibat dalam Kongres
Sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak ulasan mengenai latar belakang hingga dampak dari Kongres Pemuda 1, kan? Selanjutnya, berikut ini akan membahas sekilas mengenai beberapa tokoh yang terlibat langsung dalam pertemuaan pemuda pertama bersakala nasional tersebut.
1. Mohammad Tabrani
Ketua Kongres Pemuda 1 ini lahir pada tanggal 10 Oktober 1904 di Pamekasan. Ayahnya bernama Raden Panji Soeradi Soerowitjitro. Sementara ibunya bernama Raden Ayu Siti Aminah.
Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di Bandung. Setelah menamatkan sekolah di OSVIA, ia kemudian menjadi seorang wartawan.
Di usianya yang baru 21 tahun, laki-laki tersebut sudah menjadi pemimpin sebuah surat kabar bernama Hindia Baroe. Sekitar tahun 1925, Tabrani meneruskan pendidikan jurnalistik di sebuah universitas di Eropa. Kariernya sebagai wartawan semakin menanjak sekembalinya menuntut ilmu.
Tak hanya sebagai seorang jurnalis, ia juga pernah mendirikan sebuah partai bernama Partai Rakyat Indonesia. Organisasi politik tersebut dibentuknya sewaktu memimpin harian Reveu Politik.
Selanjutnya pada tahun 1940, pria tersebut bekerja di Dinas Penerangan Pemerintah. Selain itu, ia juga ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Djurnalis Indonesia di tahun yang sama.
2. Mohammad Yamin
Selanjutnya, kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Mohammad Yamin. Tokoh nasional ini lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatra Barat. Orang tuanya bernama Baginda Khatib dan Siti Saadah.
Bukan di tempat kelahirannya, ia menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di Palembang. Selanjutnya, ia meneruskan sekolahnya di Yogyakarta.
Semenjak di bangku sekolah, ia memang sudah tertarik dengan dunia sastra. Kariernya sebagai penulis dimulai pada tahun 1920-an dengan menggunakan bahasa Melayu. Selain itu, ia juga pernah menerbitkan buku kumpulan puisi di tahun 1922.
Sementara itu mengenai kariernya di dunia politik, rupanya ia telah memulainya sejak menempuh pendidikan tinggi hukum di Jakarta. Ia bergabung dalam perhimpunan Jong Sumatranen Bond sekitar tahun 1930-an.
Sesuai dengan jurusannya, ia kemudian berkecimpung di bidang hukum. Dari sinilah, dirinya bergabung menjadi anggota Partindo. Karier berpolitiknya semakin menanjak hingga pada zaman penjajahan Belanda, ia dipilih menjadi anggota Volksraad.
Setelah Indonesia merdeka, Mohammad Yamin menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Selain anggota DPR, ia juga pernah menjabat Menteri Kehakiman, Penerangan, serta Pengajaran dan Pendidikan.
Baca juga: Sejarah Kedatangan Sekutu dan Belanda ke Indonesia Setelah Proklamasi Kemerdekaan
3. Djamaluddin Adinegoro
Di urutan ketiga adalah Djamaluddin Adinegoro. Sebenarnya, nama aslinya hanyalah Djamaluddin. Sementara itu, Adinegoro merupakan nama penanya.
Sekretaris daalam Kongres Pemuda 1 ini masih memiliki hubungan darah dengan Mohammad Yamin, lho. Mereka memiliki ayah yang sama, tapi beda ibu. Nama ibunya adalah Sadarijah.
Sama seperti kakaknya, Djamaluddin juga menyukai dunia sastra. Meskipun pernah menempuh pendidikan dokter Stovia, ia malah melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan jurnalistik di Jerman.
Setelah kembali ke Indonesia, kariernya sebagai wartawan pun menanjak. Ia bekerja di beberapa harian seperti Caya Hindia, Pewarta Deli, Panji Pustaka, dan Bintang Timur.
Pada tahun 1951, pria ini ditunjuk sebagai pemimpin Yayasan Pers Biro Indonesia. Menurut catatan sejarah, karier terakhirnya adalah bekerja di Kantor Berita Nasional.
4. Bahder Djohan
Tokoh Kongres Pemuda 1 terakhir yang dapat kamu simak di artikel ini adalah Bahder Djohan. Ia lahir dari pasangan Mohammad Rapad dan Lisah.
Ayahnya adalah seorang jaksa. Maka dari itu, ia menghabiskan masa kecil dan remajanya dengan berpindah-pindah tempat.
Bahder Djohan pernah menempuh pendidikan di STOVIA dan lulus pada tahun 1927. Ia mulai terjun ke dunia politik dengan menjadi angota Jong Sumatranen Bond.
Setelah Indonesia merdeka, dirinya mendapatkan jabatan di pemerintahan. Pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Pada taun 1953, Djohan juga pernah menjabat sebagai Direktur RSUP Jakarta. Dan yang terakhir, diketahui ia juga ditunjuk sebagai Rektor Universitas Indonesia. Namu kemudian, mengundurkan diri pada tahun 1958.
Baca juga: Peristiwa Westerling: Sejarah Kelam Bagi Masyarakat di Sulawesi Selatan Usai Proklmasi Kemerdekaan
Sudah Puas Menyimak Kronologi Sejarah Kongres Pemuda 1?
Demikianlah tadi informasi lengkap mengenai sejarah dan kronologi Kongres Pemuda 1. Bagaimana? Semoga apa yang telah kamu baca di atas dapat menambah wawasanmu.
Kalau kamu masih pengin baca tentang ulasan serupa, mending langsung cek saja artikel lainnya di PosKata. Nggak cuma jaman penjajahan, kalau mau nyari tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia juga ada, lho. Yuk, baca terus!