Siapa bilang hanya laki-laki saja yang berperan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Para wanita juga turut memberikan andil, kok. Salah satunya adalah lewat organisasi Fujinkai. Untuk informasi selengkapnya, bisa disimak berikut ini.
Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, Jepang membentuk berbagai organisasi untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Hindia Belanda. Nah, organisasi Fujinkai adalah salah satunya.
Berbeda dari organisasi lainnya yang anggotanya adalah laki-laki, Fujinkai memang khusus digunakan untuk merekrut para wanita. Mereka ini tidak hanya membantu di garis belakang, tetapi nantinya juga ikut berperang.
Lantas, bagaimana sepak terjang para wanita yang tergabung dalam organisasi Fujinkai untuk membantu pejuang garis depan meraih kemerdekaan? Daripada kebanyakan basa-basi, lebih baik simak ulasan selengkapnya di bawah ini, ya!
Latar Belakang Berdirinya Organisasi Fujinkai
Sumber: Wikimedia Commons
Menurut catatan sejarah, organisasi Fujinkai dulunya merupakan bagian dari Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dipimpin oleh Empat Serangkai. Bisa dibilang, Fujinkai merupakan komisi wanita dalam badan tersebut. Namanya adalah Barisan Pekerja Perempuan PUTERA.
Jepang pada akhirnya memang membubarkan PUTERA karena perkumpulan tersebut sudah tidak lagi menguntungkan bagi mereka. Walaupun demikian, mereka tetap mempertahankan Barisan Pekerja Perempuan.
Setelah itu, mereka mengubah namanya menjadi Fujinkai. Yang selanjutnya diresmikan menjadi organisasi sendiri pada bulan Agustus 1943.
Sebenarnya, pembentukan Fujinkai sendiri terinspirasi dari Dai Nippon Fujinkai yang sudah ada di Jepang. Kalau di sana, anggotanya berusia 20 tahun ke atas. Tak main-main, jumlahnya sudah lebih dari 15 juta wanita yang tergabung.
Di sana, organisasi tersebut memiliki tugas untuk menjadi penjaga pertahanan di garis belakang peperangan. Selain itu, mereka juga ditugaskan untuk mendukung kemajuan perekonomian dan membantu pengadaan peralatan perang.
Baca juga: Sistem Tanam Paksa yang Diberlakukan pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
Mendapatkan Pertentangan
Pada mulanya, pendirian badan tersebut mendapatkan pertentangan dari seorang aktivis perempuan Indonesia yang bernama Nyai Suyatin Kartowiyono. Ia adalah seseorang yang mencetuskan kongres wanita pertama di Hindia Belanda.
Waktu itu, Kepala Bagian Propaganda Jepang, yaitu Shimitzu mengadakan rapat dan mengajak semua wanita di Hindia Belanda untuk bergabung menjadi anggota Fujinkai. Usulan tersebut ditolak oleh Nyai Suyatin. Daripada membuat organisasi baru, menurutnya akan lebih baik memberdayakan organisasi-organisasi yang sebelumnya sudah ada.
Namun sepertinya, usulan itu tidak berkenan di hati Pemerintah Jepang. Terlebih lagi, Nyai Suyatin menyampaikannya dengan penuh bersemangat. Tak lama berselang setelah menyampaikan pendapatnya, pemimpin rapat memberikan secarik kertas kepadanya. Tulisannya adalah “hati-hati Kempetai” yang tentu saja merupakan sebuah ancaman.
Meskipun demikian, ancaman itu tidak sedikitpun membuat perempuan tangguh itu gentar. Konon, setelah itu ia masuk ke dalam daftar hitam Kempetai. Sebagai tambahan informasi, kempetai merupakan organisasi militer Jepang yang sangat ditakuti saat itu.
Pertentangan dari Organisasi Aisyiyah
Selain itu, organisasi Fujinkai juga mendapatkan pertentangan dari Aisyiyah. Badan tersebut merupakan organisasi wanita otonom di Yogyakarta yang sudah ada sejak tahun 1917. Pendirinya adalah Nyai Ahmad Dahlan.
Perkumpulan tersebut tidak hanya bergerak untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan perempuan saja. Akan tetapi, juga dalam bidang kesejahteraan sosial, pendidikan anak, dan juga sebagai badan amal.
Akan tetapi karena pembentukan Fujinkai, Jepang kemudian melarang dan membubarkan organisasi yang sebelumnya sudah ada. Hal itu menyebabkan Aisyiyah tidak dapat melakukan kegiatannya lagi, termasuk melakukan kegiatan sosial.
Pada awalnya, mereka tidak melakukan protes dan melakukan kegiatannya secara-diam. Mereka tetap mengadakan kegiatan sosial guna membantu orang-orang yang membutuhkan. Pada waktu itu, keadaan rakyat memang sangat memprihatinkan.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Tondano: Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Melawan Belanda
Syarat Keanggotaan Organisasi Fujinkai
Selain timbulnya pertentangan-pertentangan di atas, sebenarnya banyak sekali wanita yang mulanya tidak ingin bergabung dengan Fujinkai. Namun lambat laun, mereka berpikiran untuk terus melanjutkan emansipasi wanita meskipun harus masuk ke dalam organisasi tersebut.
Dirangkum dari berbagai sumber, keanggotaan organisasi perempuan ini terdiri dari para wanita minimal berusia 15 tahun. Jadi, tidak hanya perempuan muda saja, tetapi yang sudah dewasa pun boleh ikut.
Di Hindia Belanda sendiri, mulai dari tingkat pusat hingga tingkatan paling bawah mendirikan Fujinkai. Kalau dianalogikan dengan sistem zaman sekarang, perkumpulan ini bisa dibilang mirip dengan Dharma Wanita.
Karena tingkatan tersebut, terdapat perbedaan penyebutan. Untuk tingkat kota namanya adalah Si. Sementara di tingkat kabupaten namanya adalah Ken.
Secara umum, Ketua dari Fujinkai adalah Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito. Namun di tiap-tiap lembaga atau tingkatan, yang menjadi pemimpinnya adalah istri-istri para pejabat yang memiliki kedudukan paling tinggi.
Meskipun istri pejabat itu merasa tidak cakap, ia tetap harus mengemban tugas tersebut karena itu merupakan perintah dari atasan. Sementara itu, yang lain tetap diwajibkan untuk menjadi anggotanya.
Baca juga: Profil Lengkap Raja-Raja yang Menjadi Penerus Silsilah Kerajaan Banjar
Tujuan Pembentukan, Upaya, dan Tugas Fujinkai
Apakah kamu dapat menebak apa sebenarnya tujuan Jepang dalam pembentukan Fujinkai? Jawabannya adalah untuk menggerakkan kontribusi para wanita sebagai dukungan untuk para tentara yang di medan perang.
Dukungan tersebut bisa berupa banyak hal. Tidak hanya terjun langsung ke medan perang, tetapi juga ikut mengurus suplai logistik para tentara.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan supaya organisasi Fujinkai dapat mencapai tujuan tersebut adalah:
1. Mengobarkan semangat nasionalisme para wanita. Dengan demikian, mereka akan semakin tergerak mengusahakan sebaik mungkin untuk membantu para tentara yang berada di medan perang.
2. Para anggota didoktrin supaya rela menderita dan mau mengorbankan dirinya demi kepentingan tanah air.
3. Organisasi tersebut harus memberikan berbagai pelatihan keterampilan yang berguna untuk menyokong perjuangan tentara.
4. Apa pun keadaannya, mereka harus siap sedia berada di belakang garis peperangan. Maka dari itu, mereka dilatih pendidikan militer sederhana.
5. Selanjutnya, anggotanya diajarkan untuk membuka lapangan pekerjaan supaya mengurangi angkat pengangguran. Mereka juga dididik untuk menjalani pola hidup yang teratur dan tidak boleh boros.
Nah berdasarkan upaya di atas, maka ada hal atau tugas yang harus dijalankan oleh anggota Fujinkai. Secara umum, salah satu hal yang paling utama adalah dengan bekerja di dapur umum atau melakukan pertolongan pertama pada korban perang.
Untuk menyokong kebutuhan logistik tentara, mereka juga diharapkan mau memberikan harta benda atau perhiasan. Mereka juga diajari untuk menanam berbagai macam sayuran maupun bahan pokok. Selain itu, mereka menjahit karung goni yang dijadikan pakaian oleh para pekerja romusha.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Membentuk Barisan Srikandi
Pada tahun 1944, Jepang semakin terdesak dalam peperangan. Dalam keadaan tersebut, mereka semakin memeras rakyat. Tak hanya meminta harta benda, tetapi juga memperkerjakan para wanita untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pria.
Selain itu, mereka juga melakukan berbagai cara untuk memperkuat pertahanan. Salah satunya adalah dengan membentuk Barisan Srikandi yang merupakan bagian dari organisasi Fujinkai. Laskar tersebut resmi dibentuk sekitar bulan April 1944.
Untuk keanggotaannya sendiri merupakan perwakilan dari tiap-tiap desa, tapi yang hanya berada di wilayah Jakarta. Perempuan yang ditarik menjadi Barisan Srikandi adalah yang masih muda, yaitu berusia sekitar 15–20 tahun.
Pada waktu itu, pemerintah Jepang berhasil mengumpulkan lebih dari 650 pemudi untuk direkrut menjadi anggota. Untuk membuat kesan kalau barisan tersebut tidak sepenuhnya dikuasai oleh Jepang, mereka menunjuk Sudharti Sutarjo untuk menjadi pimpinan pelatih.
Wanita yang masuk ke dalam Barisan Srikandi ini bisa dikatakan adalah mereka yang spesial dan terpilih. Setiap harinya, mereka akan digembleng ilmu tentang kemiliteran.
Selain berlatih keras untuk nantinya diterjunkan membantu perang, para anggotanya tetap diberi pelatihan lain, kok. Terutama mengenai adat kewanitaan dan juga tata krama.
Hal tersebut dikarenakan Jepang tidak ingin hanya fisiknya saja yang kuat, tetapi mereka nanti bisa menjadi pemimpin yang hebat dan memiliki budi luhur. Setelah nanti perang usai, mereka juga masih tetap dapat menjalankan perannya sebagai wanita dan ibu yang baik di rumah tangganya.
Pembubaran Fujinkai
Sumber: Wikimedia Commons
Rencana Jepang untuk menggunakan Barisan Srikandi di garda depan peperangan urung terlaksana. Pasalnya, mereka telah bertekuk lutut pada pihak Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Hal tersebut dikarenakan dua kotanya, yaitu Hiroshima dan Nagasaki dibom.
Berita mengenai kekalahan Jepang tersebut akhirnya sampai juga ke telinga para pejuang Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk para wanita yang bergabung dalam Barisan Srikandi. Bahkan, mereka jugalah yang membantu untuk menyebarkan berita tersebut.
Wanita-wanita muda itu lalu bekerja sama dengan para pemuda yang selama ini memperjuangkan kemerdekaan lewat jalur bawah tanah. Mereka pergi ke gudang-gudang milik Jepang untuk melakukan perampasan senjata.
Selain itu, para pemudi juga mengambil kain-kain yang dapat digunakan untuk membuat bendera. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk membuat bendera dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di mana-mana.
Kegiatan mereka tentu saja tidak berhenti di situ. Bersama dengan pejuang pemuda yang lain, mereka menurunkan bendera-bendera Jepang yang berkibar di gedung perkantoran.
Setelah itu, menggantinya dengan mengibarkan bendera Merah Putih. Mereka juga berkeliling ke Jakarta untuk membagikan bendera supaya dapat dikibarkan di puncak-puncak tertinggi.
Bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah kemudian membubarkan Fujinkai. Namun secara resmi, organisasi tersebut bubar pada tanggal 16 Desember 1945 saat pertemuan kongres.
Baca juga: Kronologi Terjadinya Agresi Militer Belanda 1: Usaha untuk Kembali Menguasai Indonesia
Organisasi Wanita Lain
Setelah resmi bubar, Ny Sunaryo Mangunpuspito selaku pemimpin kemudian menyarankan kepada anggotanya untuk bergabung pada organisasi-organisasi yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan. Keterampilan yang selama ini telah dipelajari di organisasi Fujinkai tentu saja akan sangat berguna.
Selanjutnya, berita mengenai pembentukan laskar perempuan untuk membantu mempertahankan kemerdekaan mulai menyebar ke daerah-daerah. Baik itu, di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, Aceh, hingga Sulawesi Selatan. Meskipun pada awalnya, penyebaran berita itu tidak terlalu cepat mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Di beberapa daerah, para wanita bergerak cepat dengan membentuk sebuah badan-badan pelatihan. Beberapa contohnya adalah bergerak dalam bidang dapur umum, perawatan atau pertolongan pertama, dan juga pelatihan menggunakan operator radio.
Bahkan di wilayah Aceh dan Sumatra Utara, para wanita mengumpulkan barang berharga dan perhiasannya. Itu semua dilakukan dengan ikhlas dan sukarela demi keperluan perjuangan bersama.
Adapun contoh dari laskar perempuan penerus organisasi Fujinkai adalah:
1. Perwari
Persatuan Wanita Republik Indonesia merupakan kepanjangan dari Perwari. Organisasi tersebut resmi berdiri pada tanggal 17 Desember 1945 di Klaten. Yang ditunjuk menjadi ketuanya adalah Sri Mangunsarkoro.
Sebenarnya, Perwari sendiri merupakan peleburan dari organisasi Persatuan Wanita Indonesia dan Wanita Republik Indonesia. Mereka memutuskan untuk bergabung setelah bertemu dalam kongres perempuan tanggal 16 Desember 1945.
Organisasi yang satu ini berbeda dengan kebanyakan organisasi wanita yang bersinggungan dengan dunia politik. Para anggotanya lebih banyak terlibat dalam kegiatan sosial.
Karena sesuai dengan tujuan berdirinya, Perwari ingin menjadi organisasi yang siap sedia di garis belakang. Hal tersebut dikarenakan sebagian anggotanya sudah pernah membantu di bagian dapur umum maupun pertolongan pertama korban perang.
Pada tahun 1466, sang ketua pernah mengikutkan Perwari menjadi bagian organisasi politik Persatuan Perjuangan yang didirikan oleh Tan Malaka. Akan tetapi, banyak pihak yang tidak setuju karena bertentangan dengan tujuan dasar organisasi wanita itu.
Kedudukan Perwari sempat melemah pada saat itu karena banyak anggota yang melepaskan diri. Berkaca dari pengalaman tersebut, selanjutnya badan itu kemudian berfokus pada hal-hal non politik seperti di bidang kesehatan, kesejahteraan perempuan, dan juga pendidikan.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
2. Laswi
Organisasi lain yang merupakan penerus dari Fujinkai adalah Laswi yang merupakan singkatan dari Laskar Wanita Indonesia. Laskar tersebut dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1945 di Bandung. Pendirinya adalah Sumarsih Subiyati atau yang lebih dikenal dengan Yati Arudji.
Ia merupakan istri dari Arudji yang merupakan pejabat Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Perempuan hebat itu berhasil meyakinkan pimpinan TKR Jawa Barat supaya para wanita boleh diikutkan untuk berperang.
Menurut catatan sejarah sekitar 300 lebih wanita muda tergabung dalam pasukan tersebut. Mereka memang berasal dari berbagai latar belakang, akan tetapi sebagian besar sempat mengenyam pendidikan dan berusia lebih dari 18 tahun.
Berbeda dari organisasi yang sebelumnya, Laswi ini dikenal lebih garang dan berani. Mereka tidak saja mampu mengurus dapur umum maupun menjadi petugas palang merah. Namun juga memiliki keterampilan dan kemampuan untuk berada di garis depan melawan musuh.
Hal tersebut dikarenakan mereka lebih banyak mendapatkan pelatihan tentang siasat tempur, cara menembak, dan juga kedisplinan dari TKR. Selain itu, banyak dari anggotanya yang juga mantan Barisan Srikandi. Jadi, berada di barisan depan bukanlah hal yang menakutkan lagi.
Terlebih lagi pada saat Belanda melakukan agresi militer ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. Tanpa ragu, pasukan yang tergabung dalam Laswi tersebut maju dan melawan tentara Belanda.
3. Pemuda Putri Republik Indonesia
Setelah tadi ada organisasi dari Jawa Tengah dan Jawa Barat, sekarang saatnya beralih ke pasukan wanita tangguh di Jawa Timur. Namanya adalah Pemuda Putri Republik Indonesia yang disingkat PPRI. Pencetusnya adalah Lukitaningsih.
Awal mula pembentukan organisasi tersebut adalah karena kedatangan Sekutu. Selain itu, masih ada beberapa tentara Jepang yang masih tinggal. Hal tersebut tentu sangat meresahkan sehingga timbullah keinginan untuk membentuk laskar keamanan.
Sekitar bulan September 1945, PPRI kemudian bergabung dengan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Hal itu dilakukan setelah pemimpinnya bertemu dengan beberapa tokoh pemuda revolisioner seperti Soekarni, Chairul Saleh, dan Soebandrio.
Sayangnya, penggabungan tersebut tidak berlangsung lama. Hal itu dikarenakan anggota PPRI tidak tahan melihat tindakan PRI mudah melakukan kekerasan dan tidak segan-segan membantai orang. Sebelum bulan Oktober 1945, mereka pun memisahkan diri.
Pada waktu itu, anggota dari PPRI jumlahnya sekitar 200 orang. Mereka kemudian dilatih berbagai keterampilan. Baik itu untuk menggunakan senjata, melakukan pertolongan untuk yang terluka, dan mendirikan dapur umum.
Pada tanggal 10 November 1945, meletuslah perang hebat melawan Sekutu di Surabaya. Pelatihan para anggota belum selesai, tapi mereka harus terjun saat itu juga. Mereka kemudian berada di barisan yang siap siaga untuk membantu para pejuang yang berada di garis depan. Selain itu, mereka juga membantu para korban beserta membagikan logistik.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Pembahasan tentang Tujuan Pembentukan dan Sejarah Organisasi Fujinkai
Kamu tentunya sudah menyimak ulasan tentang sejarah, tujuan pembentukan, serta informasi menarik lainnya dari organisasi Fujinkai, kan? Cukup panjang memang, tapi semoga saja dapat menambah wawasanmu mengenai perjuangan para wanita untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan.
Nah di PosKata ini, kamu tidak hanya bisa menemukan infromasi tentang masa penjajahan saja, lho. Akan tetapi, ada juga artikel-artikel menarik tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara.
Tidak hanya yang bercorak Islam seperti Demak, Gowa-Tallo, atau Aceh saja. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha seperti Singasari, Tarumanegara, Mataram Kuno dan lain-lain pun ada. Penasaran? Langsung lanjutkan saja membacanya, ya!