
PUTERA atau Pusat Tenaga Rakya merupakan sebuah organisasi propaganda yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang. Lantas, tujuan apa yang ingin dicapai Jepang dalam pembentukan Putera? Jawabannya dapat kamu temukan di bawah ini!
Jepang datang dan menguasai Hindia Belanda pada tanggal 1942. Pada masa pendudukannya tersebut, mereka mendirikan banyak organisasi untuk mendapatkan simpati dari rakyat. Salah satunya adalah organisasi PUTERA yang merupakan singkatan dari Pusat Tenaga Rakyat.
Pembentukan organisasi PUTERA merupakan usaha Jepang untuk mendekati tokoh-tokoh penting di Indonesia. Maka tidak mengherankan jika badan tersebut pada akhirnya dipimpin oleh beberapa tokoh yang memang dikenal sebagai pejuang pergerakan kemerdekaan.
Siapa sajakah mereka? Kalau penasaran, kamu bisa mendapatkan jawaban beserta informasi menarik tentang sejarah PUTERA berikut ini.
Latar Belakang Pembentukan Organisasi PUTERA
Pada awal kedatangan Jepang ke Hindia Belanda, mereka menggaungkan Gerakan 3A sebagai propaganda untuk mendapatkan simpati dari rakyat. Isi dari gerakan tersebut adalah Nippon Pemimpin Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pelindung Asia.
Maksudnya adalah Jepang mengajak negara-negara ASIA lain untuk bergabung dengan mereka dan meraih kejayaan. Diketahui sebelum menerapkan gerakan tersebut, mereka sudah terlebih dahulu menggaungkan propaganda “saudara tua” untuk mendapatkan simpati dari rakyat.
Akan tetapi, tujuan yang sebenarnya adalah supaya rakyat mau membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, pada waktu itu Jepang terlibat dalam Perang Dunia II dan menjadi musuh Blok Sekutu.
Sayangnya, rencana mereka tidak berjalan dengan baik. Segala cara sudah diupayakan, tapi dukungan dari rakyat belum juga didapatkan.
Penyebabnya adalah karena kegiatan ini tidak terlalu menguntungkan bagi rakyat dan dianggap bukan gerakan kebangsaan. Karena secara umum, Gerakan 3A hanyalah usaha Jepang untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat untuk menghadapi peperangan melawan Sekutu.
Pada awalnya, Jepang datang dengan baik-baik. Namun selanjutnya, mereka menunjukkan sifat aslinya dan melakukan kekejaman terhadap rakyat.
Nah, atas dasar peristiwa di atas, maka pada akhirnya Gerakan 3A dibubarkan di penghujung tahun 1942. Peristiwa inilah yang kemudian mendasari lahirnya organisasi PUTERA.
Baca juga: Menilik Silsilah Kerajaan Ternate Ketika Sudah Bercorak Islam
Sejarah Lahirnya Organisasi PUTERA
Pembubaran Gerakan 3A tentu saja bukanlah alasan bagi Jepang untuk berhenti merebut simpati rakyat. Setelah mengamati situasi selama beberapa waktu, mereka akhirnya menemukan caranya.
Usaha yang mereka lakukan adalah dengan mendekati para tokoh nasionalis yang berjuang untuk kemerdekaan Hindia Belanda. Hal tersebut dilakukan supaya lebih mudah untuk mendapatkan simpati dari rakyat.
Seperti kata pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, mereka tidak hanya bisa mengumpulkan dukungan rakyat jika berhasil menggaet para tokoh itu. Akan tetapi, juga mendapatkan pemikiran visoner para tokoh untuk membantu memenangkan Perang Asia Pasifik.
Hingga pada suatu hari di tahun 1943, Jepang memanggil Mohammad Hatta. Fakta tersebut tertulis dalam otobiografinya yang berjudul Untuk Negeriku.
Rupanya, ia tidak sendirian. Karena di sana, juga sudah ada Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan KH Mas Mansyur.
Pada mulanya, keempat orang itu diundang dalam rangka memberikan saran untuk pemerintah Jepang. Setelah melalui obrolan yang cukup panjang, akhirnya ada tawaran dari Jepang untuk membentuk sebuah organisasi.
Para tokoh yang kemudian dikenal dengan nama Empat Serangkai itu pun menyetujui pinangan dari Jepang untuk mendirikan organisasi. Menurut mereka, jalan terbaik pada saat itu adalah dengan menunjukkan sikap kooperatif dan mau bekerja sama.
Baca juga: Faktor yang Dinilai Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri
Mengenal Empat Serangkai Lebih Dekat
Ulasan singkat mengenai para tokoh nasionalis yang tergabung dalam PUTERA bisa kamu simak berikut ini:
1. Ir. Soekarno
Laki-laki yang nantinya dikenal sebagai Bapak Prokalamator Republik Indonesia ini lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Nama aslinya adalah Koesno Sosrodihardjo.
Karier berpolitiknya dimulai dengan mengikuti berbagai organisasi. Salah satunya adalah Jong Java cabang Surabaya mulai tahun 1915.
Ia dikenal sebagai seseorang yang tegas dan tidak takut menyuarakan semangat kebangsaan. Namanya mulai dikenal setelah berpidato menggunakan bahasa Jawa kasar pada rapat organisasi tersebut.
Di tahun 1926, Soekarno mendirikan organisasinya sendiri dengan nama Algemeene Studie Club (ASC). Organisasi tersebut kemudian berevolusi menjadi partai politik bernama Partai Nasional Indonesia (PNI). Ia pun ditangkap oleh Belanda karena aktivitas berpolitiknya itu.
Beberapa organisasi lain yang pernah diikuti adalah Partai Indonesia (PARTINDO), PUTERA, dan Jawa Hokokai. Setelah itu, terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
2. Mohammad Hatta
Bung Hatta lahir di Bukittingi pada tanggal 12 Agustus 1902. Nama lahirnya adalah Mohammad Athar.
Tokoh pergerakan nasional ini mulai terjun ke dunia politik sekitar tahun 1921 ketika sedang bersekolah di Belanda. Ia pada waktu itu bergabung dengan sebuah organisasi perhimpunan pelajar bernama Indissche Vereeniging atau Perhimpunan Hindia.
Dalam organisasi tersebut, Moh Hatta menjadi pengasuh majalah Hindia Poetra. Majalah tersebut digunakan sebagai alat untuk menggaungkan semangat dan menyebarkan antikolonial. Selain itu, ia juga pernah menjadi ketua perhimpinan pada tahun 1926 hingga 1930.
Bersama dengan Soekarno, laki-laki tersebut memperjuangkan kemerdekaan melalui jalur diplomasi. Ia sendiri pernah ditangkap oleh Belanda dan diasingke ke Digul.
3. Ki Hajar Dewantara
Tokoh yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini lahir di Pakualaman pada tanggal 2 Mei 1889. Ia pernah menempuh pendidikan di sekolah kedokteran bumiputera atau STOVIA.
Namun karena tidak tamat, ia kemudian bekerja sebagai wartawan dan penulis. Awal mulanya ia terjun ke dunia politik adalah dengan aktif mengikuti organisasi Boedi Oetomo.
Selama mengikuti organisasi tersebut, ia menggunakan keahliannya untuk menulis dan memupuk semangat rakyat untuk bersatu melawan penjajah. Karena hal tersebut, ia pernah ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka dan Belanda.
Sementara itu, organisasi lain yang diikutinya adalah Insulide. Selanjutnya, ia mendirikan Indische Partij bersama Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo.
4. Kiai Haji Mas Mansyur
Tokoh terakhir yang tergabung dalam Empat Serangkai adalah Kiai Haji Mas Mansyur. Ia lahir pada tanggal 25 Juni 1896 di Surabaya. Sejak kecil, ia memang dididik di lingkungan muslim yang taat. Bahkan, dirinya pernah dikirim untuk menuntut ilmu sampai ke Mekkah dan Mesir.
Karier berpolitiknya bermula dari keikutsertaannya dalam organisasi politik yaitu Sarekat Islam (SI) yang didirkan oleh HOS Tjokroaminoto. Ia menjabat sebagai penasihat pengurus besar SI.
Namanya menjadi semakin dikenal sebagai seorang politikus setelah bergabung dalam organisasi Muhammadiyah. Setelah itu, ia bergabung dengan Empat Serangkai.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
Mengenai PUTERA
Pada tanggal 16 Arpil 1943, Jepang meresmikan pembentukan PUTERA. Yang diminta untuk menjadi pemimpinnya tentu saja adalah Empat Serangkai.
Tujuan dari pembentukan organisasi PUTERA sendiri adalah untuk membantu memusatkan potensi-potensi rakyat supaya semakin menyokong Jepang dalam meraih kemenangan dalam Perang Asia Pasifik. Adapun beberapa cara yang mereka lakukan adalah:
a. Membantu pemerintah Jepang menghapuskan pengaruh dari bangsa-bangsa penjajah sebelumnya. Untuk yang belum tahu, Belanda dan Inggris tergabung dalam blok Sekutu yang kemudian menjadi musuh Jepang.
b. Mengagendakan kegiatan untuk semakin memperkuat rasa persaudaraan antara Hindia Belanda dan Jepang.
c. Mau mengambil bagian dalam rangka mempertahankan Asia.
d. Menerapkan kebijakan supaya semakin menggalakkan pelajaran bahasa Jepang.
Bagi Jepang, organisasi PUTERA tidak hanya digunakan sebagai alat propaganda saja. Namun, lewat badan tersebut, mereka ingin agar para pemimpin menemukan cara untuk memperbaiki bidang ekonomi dan sosial.
Baca juga: Inilah Dia Silsilah Para Raja yang Berkuasa di Kerajaan Demak
Akhir dari Organisasi PUTERA
Untuk menjalankan agenda kegiatannya, PUTERA tidak mendapatkan dana dari pemerintah Jepang. Namun sebagai bentuk dukungan, para pemimpin diperbolehkan untuk memakai fasilitas-fasilitas milik Jepang. Contohnya seperti radio atau media massa.
Karena fasilitas tersebut, Empat Serangkai dapat dengan cepat menyebar luaskan berita mengenai pembentukan organisasi tersebut hingga ke desa-desa. Selain itu, baik media massa maupun radio akan menjadi salah satu sarana komunikasi dengan rakyat.
Dalam waktu yang bisa dibilang cukup singkat, organisasi tersebut dapat menggalang massa yang cukup besar. Di antaranya adalah dari Perkumpulan Pegawai Pos Menengah, Persatuan Guru Indonesia, Pengurus Besar Istri Indonesia, dan juga Pegawai Pos Telegraf dan Radio.
Tak berhenti di situ saja, mereka juga mendapatkan dukungan dari para pemuda. Beberapa aliansi pemuda yang bergabung adalah Pelajar Indonesia, Barisan Banteng, dan Badan Perantaraan.
Setelah melihat apa yang terjadi, Jepang tidak merasa senang karena pergerakan organisasi itu melenceng dari apa yang diharapkan. Bukannya membantu mereka, organisasi tersebut malah lebih menguntungkan Hindia Belanda.
Akhirnya setelah setahun berdiri, organisasi PUTERA resmi dibubarkan oleh Jepang sekitar bulan Maret 1944. Sebagai gantinya, mereka mendirikan Jawa Hokokai atau Himpunan Kebaktian Jawa.
Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit
Sudah Puas Menyimak Sejarah Pembentukan Organisasi PUTERA Ini?
Itulah tadi ulasan singkat mengenai sejarah organisasi PUTERA beserta tujuan pembentukannya. Semoga saja kamu dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanmu, ya!
Nah, buat kamu yang mungkin juga tertarik untuk membaca sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia, tidak ada salahnya untuk mengecek artikel-artikel yang lainnya. Contohnya ada Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mataram Islam, dan lain-lain.