
Perlawanan rakyat terhadap Jepang di daerah Jawa Barat tidak hanya terjadi di Singaparna. Daerah lain yang melakukan hal serupa adalah Indramayu. Kira-kira apa penyebab dan bagaimana kronologi perlawanan rakyat Indramayu? Temukan ulasan lengkapnya berikut ini.
Sejarah mencatat bahwa pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan Jepang terjadi pertama kali di wilayah Aceh. Setelah itu, daerah-daerah lain juga melakukan hal serupa. Salah satunya yang akan dibahas dalam artikel ini adalah perlawanan rakyat yang terjadi di daerah Indramayu.
Sama seperti di Singaparna dan Aceh, salah satu hal yang menyebabkan meletusnya perlawanan adalah karena adanya kebijakan Seikerei. Lantas, apakah benar demikian atau ada hal yang lain?
Penasaran ingin mengetahui jawabannya? Nah, daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung saja kamu cek jawabannya di bawah ini, yuk! Selamat membaca!
Awal Mula Kedatangan Jepang Indramayu
Sumber: Kapur Digital
Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, Jepang datang ke Indonesia pada awalnya mendapat sambutan yang ramah dari penduduk. Pasalnya, kedatangan mereka seperti membawa angin segar karena dapat mengusir Belanda yang sudah ratusan tahun menjajah.
Terlebih lagi, bangsa asing itu mengaku dan menganggap Hindia Belanda sebagai saudara tua karena sama-sama dari Asia. Namun lambat laun, motif di balik kedatangan mereka terkuak juga.
Sama seperti kedatangan bangsa penjajah sebelumnya, Jepang juga menginginkan sumber daya alam sekaligus tenaga rakyat untuk membantu memenangkan Perang Asia Pasifik. Bahkan, masa pendudukannya ini lebih kejam dan tidak berprikemanusiaan meskipun bisa dibilang durasinya tidak lama.
Jepang menguasai wilayah-wilayah yang memiliki sumber daya alam dan pertanian yang melimpah. Salah satu di antaranya adalah Indramayu. Dulu, wilayah tersebut dikenal sebagai penghasil padi terbesar di Pulau Jawa. Selain itu, alasan lainnya adalah karena di sana terdapat cadangan minyak bumi.
Dan yang tidak kalah penting, lokasinya dekat dengan pusat pertahanan angkatan udara milik Inggris. Dengan demikian, mereka bisa dengan mudah merebut markas tersebut lebih mudah.
Baca juga: Kronologi Terjadinya Agresi Militer Belanda 1: Usaha untuk Kembali Menguasai Indonesia
Latar Belakang Munculnya Perlawanan di Indramayu
Ketika menjajah Hindia Belanda, Jepang menjalankan kebijakan yang harus dipatuhi oleh rakyat. Salah satunya adalah melakukan Seikerei.
Apa itu Seikerei? Jadi, Seikerei adalah penghormatan yang dilakukan rakyat untuk Kaisar Jepang. Caranya adalah dengan membungkukan badan ke arah matahari terbit.
Kebijakan tersebut tentu saja mendapatkan penolakan keras dari para ulama. Pasalnya, tindakan tersebut sama saja dengan menyekutukan Tuhan.
Jika menilik perlawanan di wilayah muslim seperti di Aceh dan Singaparna, kebijakan tersebut menjadi alasan umum mengapa rakyat melakukan pemberontakan pada Jepang. Ya tentu saja, sebagai orang muslim yang taat mereka akan berpegang pada ajarannya.
Penyebab lainnya adalah karena Jepang melaksanakan praktik politik beras. Maksudnya adalah para petani harus menyerahkan semua hasil panenan kepada pihak Jepang. Tujuannya adalah supaya suplai makanan pokok untuk tentara yang sedang berperang selalu tercukupi.
Para petani hanya boleh menyimpan beras maksimal 2 gedeng padi atau 10 kilogram saja di rumah. Peraturan ini tentu saja sangat memberatkan dan membuat resah. Dengan jumlah padi yang sedikit itu, mana mungkin mereka bisa mencukupi kebutuhan makan keluarganya.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Sultan Suriansyah, Pendiri dari Kerajaan Banjar
Kronologi Meletusnya Pemberontakan Rakyat di Indramayu
Perlawanan rakyat di wilayah Indramayu pertama kali meletus di Desa Kaplongan. Tepatnya, terjadi setelah berita tentang praktik politik beras.
Beberapa hari kemudian, datanglah Camat Karangampel bernama Majanasastra, beberapa pejabat desa, dan dua polisi Jepang ke desa tersebut. Mereka kemudian menyuruh para warga untuk berkumpul di Balai Desa.
Setelah itu, perangkat desa menyuruh para warga untuk menyerahkan semua hasil panenan dan menyimpan sedikit seperti apa yang telah diperintahkan. Para warga semakin menggerutu karena hal tersebut. Namun tidak ada yang berani menolak secara terang-terangan.
Hingga kemudian, ada seorang warga yang bernama Haji Aksan yang menolak memberikan persediaan panennya. Karena kejadian tersebut, polisi kemudian membawa laki-laki itu ke Balai Desa secara paksa.
Hal itu rupanya membuat para warga marah. Selanjutnya, mereka kemudian menyerbu Balai Desa dan kemudian menyerang polisi dan perangkat camat yang ada di sana.
Versi Lain
Sementara itu, versi lain dari penyebab meletusnya perlawanan rakyat di Desa Kaplongan, Indramayu adalah karena para warga diminta untuk mengambil semua panenan padi milik Haji Aksan. Semua persediaan itu kemudian dibawa ke Balai Desa.
Namun karena jumlahnya banyak dan hari sudah menjelang siang. Para warga meminta izin untuk meneruskannya sesudah waktunya untuk salat. Namun, permintaan itu mendapatkan penolakan dari Pak Camat yang ngotot supaya pekerjaan segera diselesaikan.
Hal ini kemudian memicu kemarahan warga. Selanjutnya, terjadilah percekcokan hingga akhirnya para petani mengambil batu dan melemparkannya ke arah para pejabat.
Dalam peristiwa tersebut, sang camat pingsan karena terkena lemparan batu dan dua polisi Jepang meninggal dunia. Sementara itu, para pejabat yang lain berhasil kabur dari amukan warga.
Dengan terbunuhnya dua orang polisi Jepang, membuat warga mau tidak mau pasti akan berurusan dengan pihak kemiliteran. Sebagai persiapan, warga kemudian memasang penghalang di jalan utama desa.
Selanjutnya, mereka pergi ke rumah sang ulama yang bernama Kiai Arsyad pada malam harinya. Mereka pergi ke tempat sang kiai untuk meminta air suci yang bisa membuat kebal dari serangan tentara Jepang.
Setelah itu, mereka mengadakan diskusi dengan tokoh masyarakat desa yang lain. Beberapa tokoh yang mendukung perlawanan di Desa Kaplongan, Indramayu yaitu Haji Ali, Haji aksa, Haji Hanan, Haji Zakaria, Haji Abdul Gani, dan lain-lain. Hasil keputusannya adalah mereka akan tetap maju melawan Jepang.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Sejarah Era Kerajaan Ternate yang Masih Ada Hingga Sekarang
Akhir dari Perlawanan Rakyat di Kaplongan, Indramayu
Keesokan harinya, pasukan utusan Jepang tiba di Desa Kaplongan. Mereka tidak hanya terdiri dari tentara Jepang saja, tetapi polisi dan tentara pribumi juga turut serta.
Pemasangan penghalang di jalan utama bukan menjadi masalah yang berarti karena dapat disingkirkan dengan mudah. Namun, warga sudah menyambut kedatangan pasukan dengan lemparan batu bata, bambu runcing, dan senjata-senjata tradisional dari berbagai arah.
Namun sepertinya, mereka memang bukan tandingan pasukan Jepang yang sudah menggunakan senjata lebih canggih. Akibatnya, cukup banyak petani yang terbunuh dalam peristiwa tersebut. Sementara itu, hanya sebagian saja yang dapat menyelamatkan diri.
Beberapa hari berikutnya, pasukan Jepang kemudian berhasil untuk menangkap para tokoh dan pejabat desa yang turut serta merencanakan perlawanan rakyat di Desa Kaplongan, Indramayu. Tentu saja, mereka menggunakan cara licik untuk menjebak para pemimpin itu.
Jadi, pihak Jepang meminta seorang kiai yang pro terhadap mereka. Namanya adalah Kiai Abas. Pengkhianat itu berpura-pura untuk mengundang para pemimpin untuk melakukan perundingan.
Tanpa menaruh curiga yang berlebihan, para pemimpin tersebut akhirnya menyetujui untuk datang. Namun setibanya di Cirebon, pasukan Jepang kemudian menangkap mereka. Penangkapan para pemimpin ini kemudian menjadi akhir dari perlawanan rakyat di Kaplongan, Indramayu.
Baca juga: Penerapan Kebijakan Politik Etis oleh Pemerintah Kolonial Belanda
Perlawanan-Perlawanan Rakyat di Wilayah Indramayu yang Lain
Sumber: Wikimedia Commons
Peristiwa pemberontakan rakyat yang terjadi di Desa Kaplongan kemudian menginspirasi para petani yang lain. Salah satunya terjadi di Desa Cidempet.
Kalau di daerah tersebut, penyebab pemberontakan dikarenakan pasukan tentara Jepang merampas hasil panen milik warga. Mereka tanpa belas kasihan mengambil semua panen.
Kebencian rakyat terhadap Jepang semakin menjadi-jadi. Hingga kemudian meletuslah pemberontakan di Cidempet pada tanggal 6 Mei 1944. Rupanya peristiwa ini membuat desa-desa lain melakukan hal yang serupa.
Banyak desa di beberapa kecamatan kemudian bekerja sama untuk melawan kekejam Jepang. Adapun tokoh-tokoh yang mengkoordinir kegiatan tersebut berasal dari beberapa desa. Namanya adalah Haji Madrais, Haji Dulkarim, Karsina, Sura, dan Tasiah.
Peperangan besar pun sudah tidak dapat dihindari lagi. Para petani berusaha semaksimal mungkin untuk mengalahkan Jepang. Mereka tidak segan-segan untuk membunuh para tentara yang sudah beraninya mengusik kehidupan mereka.
Bahkan, banyak pejabat desa yang pro Jepang juga tidak selamat. Mereka tewas dengan mengenaskan ditangan para pejuang.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Tondano: Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Melawan Belanda
Usaha Jepang Meredam Perlawanan di Cidempet, Indramayu
Kabar mengenai perlawanan rakyat di Desa Cidempet tersebut terdengar juga sampai ke luar wilayah Indramayu. Karena merasa kewalahan, pemerintah Jepang kemudian mendatangkan bala bantuan dari kota lain untuk meredam pemberontakan.
Keadaan pada saat itu sangatlah genting mencekam. Tidak banyak orang yang keluar di jalanan kecuali memang benar-benar ada kepentingan.
Para tentara Jepang juga selalu berkeliling untuk melakukan patroli. Mereka menangkap orang-orang yang ikut serta dalam pemberontakan lalu dikumpulkan di Alun-Alun Kabupaten.
Selain itu, pasukan Jepang juga menangkap seorang tokoh bernama Kiai Muchtar. Sang ulama disiksa secara perlahan-lahan oleh tentara, mulai dari dicabut kukunya hingga direndam ke dalam drum berisi air.
Selanjutnya, pihak Jepang menyuruh simpatisannya, yaitu Haji Abdullah Fakih untuk melakukan negosiasi dengan para petani secara lebih dekat. Bahkan, pihaknya juga menyebarkan pamflet yang isinya akan melindungi orang-orang yang sukarela menyerahkan diri ke Pendopo.
Namun rupanya, itu hanya akal-akalan saja. Karena kejadian tersebut, banyak sekali pemimpin dan para ulama yang akhirnya dapat ditangkap.
Keadaan wilayah Indramayu pad saat itu memang sangat kacau. Butuh usaha yang sangat besar untuk meredam gejolak dan memulihkan keadaan seperti sedia kala.
Baca juga: Kebijakan Sistem Sewa Tanah yang Belaku pada Masa Penjajahan Inggris
Informasi Lengkap tentang Perlawanan Petani di Indramayu
Demikianlah ulasan tentang pemberontakan rakyat di Indramayu yang terjadi akibat kekejaman Jepang. Bagaimana? Apakah kamu sudah puas membacanya? Semoga saja iya.
Nah, di PosKata ini, kamu tidak hanya akan menemukan informasi tentang masa penjajahan saja. Kalau misalnya tertarik dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Majapahit, Demak, Sriwijaya atau yang lainnya, kamu bisa langsung cek saja artikel yang lainnya.