
Pada masa pendudukannya, Jepang membentuk organisasi militer untuk memperkuat pertahanan. Selain PETA, organisasi lain yang dibentuk adalah Heiho. Lantas, bagaimana sejarah dan tujuan Jepang membentuk Heiho? Simak jawabannya di bawah ini.
Seperti yang mungkin telah kamu ketahui, Jepang melakukan berbagai persiapan untuk serangan balasan Sekutu. Salah satunya adalah dengan membentuk organisasi Heiho.
Nah, rupanya pada tanggal yang sama Jepang juga membentuk organisasi lain, yaitu PETA. Lalu, apa yang membedakan Heiho dengan PETA?
Apakah kamu penasaran mengenai jawabannya? Jika iya, tidak usah kebanyakan basa-basi lagi. Langsung saja simak penjelasannya lewat artikel sejarah dan tujuan pembentukan Heiho berikut ini.
Sejarah Pembentukan Organisasi Heiho
Pada tanggal 2 September 1942, Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang memberikan instruksi tentang pembentukan organisasi Heiho di wilayah-wilayah yang dikuasainya. Salah satunya adalah Indonesia. Namun, perekrutan anggotanya baru dilaksanakan tujuh bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 22 April 1943.
Pada waktu itu, pihak Jepang melalui Sendenbu (Humas) dengan intens menyebarkan berita tentang perekrutan tersebut. Tentu saja, dengan iming-iming kalau menjadi anggotanya adalah sebuah kesempatan untuk berbakti pada tanah air.
Untuk mengikuti seleksi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh para pemuda supaya bisa masuk. Yang pertama harus memiliki tinggi minimal 100 cm dan berat 45 kilogram.
Calon pelamar juga setidaknya pernah mengenyam pendidikan, minimal sekolah dasar. Sementara itu, syarat usia minimal adalah 18 tahun dan maksimal 25 tahun. Tak hanya itu saja, mereka juga harus memiliki perilaku yang baik.
Selanjutnya, kesehatan jasmani dan rohani juga menjadi salah satu syarat yang ditetapkan oleh Jepang. Apabila terpilih nanti, para pemuda akan ditempatkan sebagai anggota Angkatan Darat atau Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Informasi Lebih Lanjut Mengenai Heiho
Sebelum membahas lebih jauh, tidak ada salahnya jika kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai tujuan Jepang membentuk Heiho. Menurut beberapa sumber, salah satu alasannya adalah untuk mendapatkan tentara cadangan dalam Perang Asia Pasifik.
Saat menduduki Hindia Belanda dan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, Jepang memang sedang terlibat perang dengan Sekutu. Membentuk Heiho dan beberapa organisasi militer lain tentu saja akan memperkuat pertahanan Jepang.
Nah, pada waktu itu banyak sekali pemuda Hindia Belanda yang tertarik untuk menjadi bagian dari organisasi bentukan Jepang tersebut. Hal itu dikarenakan ini adalah kesempatan mereka untuk berkarier di dunia kemiliteran.
Mereka digaji oleh Jepang dan bisa mendapatkan peningkatan status sosial. Dan yang paling penting, mereka tidak akan menjadi pekerja romusha. Terlihat seperti sebuah penawaran yang menggiurkan, bukan?
Ribuan pemuda pada akhirnya menjadi bagian dari organisasi Heiho. Namun sayang sekali, pekerjaan yang mereka dapatkan rupanya tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Sultan Suriansyah, Pendiri dari Kerajaan Banjar
Sebuah Realita
Sumber: Wikimedia Commons
Pada praktiknya, para anggota yang terpilih menjadi bagian dari Heiho dipekerjakan sebagai buruh kasar di kemiliteran perang. Contohnya adalah membangun kamp pertahanan, parit, atau menjaga tahanan Jepang.
Bahkan, mereka tidak mendapatkan senjata seperti tentara pada umumnya. Senjata mereka hanyalah sebuah sangkur yang sudah menjadi satu dengan seragam yang dipakai.
Berbeda dengan PETA yang mengenal pangkat di dalam organisasinya, Heiho tidak mendapatkan hal tersebut. Kalaupun diberi, mereka tidak akan pernah mendapatkan pangkat yang tinggi. Jadi, bisa dikatakan karier mereka tidak bisa secemerlang para pemuda yang menjadi bagian PETA.
Dengan demikian, pupuslah harapan mereka untuk memperbaiki nasib dan status sosial. Bahkan pada waktu itu, gaji yang mereka dapatkan tidak terlalu banyak.
Untuk yang masih single hanya mendapatkan gaji sebesar 30 rupiah. Sementara yang sudah menikah mendapatkan upah 35 rupiah. Pekerjaan mereka pada waktu itu cukup berat. Namun gaji yang diterima mungkin kurang sepadan.
Selain itu, para anggota Heiho juga mendapatkan diskriminasi. Pasalnya, mereka harus memberikan hormat kepada semua warga Jepang, baik itu yang bekerja di kemiliteran maupun warga biasa.
Sebagai tambahan informasi, anggota-anggota Heiho nanti berada langsung di bawah komando tentara Jepang. Tidak seperti PETA yang mempunyai pemimpin atau komandan orang pribumi.
Baca juga: Sistem Tanam Paksa yang Diberlakukan pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
Nasib Anggota Organisasi Heiho ketika Jepang Terdesak dalam Perang
Sekitar tahun 1944, kedudukan Jepang mulai terdesak dan terancam kalah dalam Perang Asia Pasifik. Untuk itu, mereka kemudian diberikan pelatihan senjata supaya bisa ikut terjun langsung ke medan perang bersama tentara Jepang.
Mereka kemudian dikirim ke beberapa wilayah lain yang terlibat langsung dalam Perang Asia Pasifik. Contohnya adalah di Thailand, Filipina, Burman, dan Papua Nugini. Tugasnya ini berbeda dengan PETA yang memang dipersiapkan untuk menghadapi Sekutu yang datang ke Hindia Belanda.
Namun sayang sekali, pada mulanya pelatihan yang diberikan kepada anggota organisasi Heiho sepertinya kurang maksimal. Pada akhirnya, nasib mereka berakhir tragis karena hanya digunakan sebagai tameng atau martir bom bunuh diri ketika keadaan terdesak.
Ketika keadaan semakin genting, pelatihan terhadap anggota semakin ditingkatkan. Para pasukan tidak hanya dibekali dengan teori kemiliteran atau hal-hal keorganisasian saja. Namun juga untuk menjaga stamina dan memupuk keberanian untuk tidak takut sakit maupun gugur dalam peperangan.
Di wilayah kemiliteran I, yaitu di Jawa dan Madura, ada sebuah badan pelatihan khusus yang disebut Tookutbetsu Han atau Bagian Intelijen. Pelatihanya adalah Letnan Yanagawa.
Pelatihan tersebut nantinya berkembang menjadi sangat pesat dan berubah menjadi tempat pelatihan pemuda atau Seinen Dojo. Tokoh-tokoh yang dikenal pernah menjalani pelatihan tersebut adalah Daan Mogot, RA Kosasih, dan A Kemal Idris.
Kemampuan mereka tentu saja menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya. Pasukan kemudian dibagi ke dalam tiga divisi, yaitu angkatan laut, darat, dan kempetai.
Selanjutnya, mereka ditugaskan menjadi bagian dari unit-unit yang penting. Seperti di unit artileri lapangan, mortir, tank, transportasi, maupun penangkis serangan udara.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
Akhir dari Pasukan Heiho
Sumber: Wikimedia Commons
Di akhir masa kekuasaan Jepang di Indonesia, jumlah pemuda yang bergabung di organisasi Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang. Itu sudah merupakan jumlah gabungan pasukan laut dan darat.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Hal tersebut tentu saja menyebabkan kekosongan pemerintahan di Indonesia.
Lantas, apa yang terjadi dengan salah satu organisasi militer bentukan Jepang ini? Sesuai dengan keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPPKI), organisasi tersebut akhirnya dibubarkan.
Ya, tentu saja tidak bubar begitu saja. Anggota-anggotanya kemudian dialihkan untuk menjadi anggota Badan Keamaan Rakyat (BKR). Untuk yang belum tahu, BKR ini juga menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.
Sebagian besar anggota Heiho yang tergabung dalam pasukan laut kemudian masuk Angkatan laut Republik Indonesia (ALRI). Sementara yang darat kemudian bergabung ke divisi-divisi BKR darat.
Menurut sebuah sumber, salah satu tokoh anggota Heiho yang kemudian mendapatkan karier cemerlang adalah Brigadir Jenderal Slamet Rijadi. Selain itu, ada juga Letnan Kolonel Untung. Namun, namanya menjadi tercoreng karena memimpin gerakan kudeta G30S/PKI.
Baca juga: Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Perlawanan Rakyat terhadap Belanda Terbesar di Pulau Jawa
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang HEIHO Ini?
Itulah tadi informasi mengenai sejarah, tujuan pembentukan, dan akhir dari organisasi Heiho. Bagaimana? Apakah setelah membaca artikel di atas, kamu mendapatkan jawaban-jawaban dari pertanyaanmu? Semoga saja iya.
Di PosKata, kamu tidak hanya bisa menemukan artikel tentang penjajahan saja, lho. Kalau kamu penasaran dan ingin membaca tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia pun ada.
Tidak hanya kerajaan bercorak Hindu-Buddha seperti Tarumanegara, Majapahit, atau Singasari saja. Tapi, ada juga ulasan tentang kerajaan bercorak Islam. Contohnya adalah Demak, Mataram Islam, Gowa-tallo, dan masih banyak lagi. Jangan sampai melewatkan artikel menariknya, ya!