
Jepang menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia yang pernah menjajah Indonesia. Kalau penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah pada masa penjajahan Jepang, kamu bisa menyimaknya lewat artikel berikut.
Sebelum meraih kemerdekaan, Indonesia pernah dijajah oleh bangsa asing selama ratusan tahun. Tak hanya oleh bangsa Eropa, tetapi ada juga yang berasal dari kawasan Asia, yaitu Jepang. Lantas, bagaimana kronologi dan sejarah pada masa penjajahan Jepang? Jawabannya bisa kamu temukan lewat artikel ini
Menurut catatan sejarah, Jepang menjajah Indonesia selama tiga tahun. Masa penjajahannya memang tergolong singkat jika dibandingkan dengan Belanda yang menguasai nusantara selama hampir 350 tahun.
Meskipun begitu, penderitaan yang dialami oleh rakyat sangatlah tidak terbayangkan. Daripada penasaran, ulasan lebih lanjut mengenai masa penjajahan Jepang dapat disimak di bawah ini!
Informasi Seputar Jibakutai: Pasukan Berani Mati Bentukan Jepang
Sekitar akhir tahun 1944, kedudukan Jepang di Perang Asia Pasifik semakin melemah. Untuk itu, mereka kemudian membentuk sebuah barisan yang berisikan orang-orang pemberani. Namanya adalah ...
Keibodan: Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang untuk Membantu Polisi
Di tengah kedudukannya yang semakin melemah melawan Sekutu, Pemerintah Jepang kemudian membentuk beberapa organisasi militer. Nah, Keibodan adalah salah satunya. Kalau penasaran dan ingin ...
Suishintai: Barisan Pelopor Bentukan Jepang yang Menjadi Pengawal Kemerdekaan Indonesia
Pada saat melancarkan propaganda terhadap Indonesia, Jepang membentuk beberapa organisasi semi militer. Salah satunya adalah Suishintai atau yang lebih dikenal sebagai Barisan Pelopor. ...
Propaganda-Propaganda yang Diterapkan Terhadap Indonesia Selama Penjajahan Jepang
Untuk menarik simpati atau dukungan dari rakyat Hindia Belanda, Jepang banyak menerapkan propaganda-propaganda. Kira-kira, kebijakan apa saja yang termasuk ke dalam program propaganda ...
Kronologi Perlawanan Rakyat Indramayu pada Zaman Penjajahan Jepang
Perlawanan rakyat terhadap Jepang di daerah Jawa Barat tidak hanya terjadi di Singaparna. Daerah lain yang melakukan hal serupa adalah Indramayu. Kira-kira apa penyebab dan bagaimana ...
Perlawanan Rakyat Singaparna Melawan Penjajahan Jepang
Masa pendudukan Jepang memang terjadi dalam kurun waktu yang sebentar. Namun penderitaan yang disebabkan sangatlah luar biasa. Maka dari itu, timbul perlawanan rakyat di berbagai daerah, ...
Perlawanan Cot Plieng, Usaha Rakyat Aceh Melawan Kekejaman Tentara Jepang
Sama seperti yang terjadi pada zaman pendudukan Belanda, rakyat juga melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang. Salah satu perlawanan rakyat terjadi di Aceh, tepatnya Cot Plieng. ...
HEIHO: Organisasi Pembantu Tentara Jepang yang Turut Diterjunkan ke Perang Asia Pasifik
Pada masa pendudukannya, Jepang membentuk organisasi militer untuk memperkuat pertahanan. Selain PETA, organisasi lain yang dibentuk adalah Heiho. Lantas, bagaimana sejarah dan tujuan ...
Jawa Hokokai: Organisasi Propaganda Bentukan Jepang sebagai Pengganti PUTERA
Jepang membutuhkan sebuah organisasi untuk mendapatkan dukungan dari rakyat. Setelah membubarkan Gerakan 3A dan Putera, mereka kemudian membentuk Jawa Hokokai. Mengenai ulasan sejarah ...
Informasi tentang Fujinkai: Organisasi Perempuan yang Dibentuk pada Masa Penjajahan Jepang
Siapa bilang hanya laki-laki saja yang berperan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Para wanita juga turut memberikan andil, kok. Salah satunya adalah lewat organisasi Fujinkai. Untuk ...
Ulasan tentang PUTERA: Organisasi Propaganda pada Zaman Penjajahan Jepang
PUTERA atau Pusat Tenaga Rakya merupakan sebuah organisasi propaganda yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang. Lantas, tujuan apa yang ingin dicapai Jepang dalam pembentukan Putera? ...
Seinendan: Salah Satu Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang
Saat menjajah Indonesia, Jepang membentuk beberapa organisasi untuk diharapkan mampu membantu melawan Sekutu. Salah satunya organisasi semi militer yang didirikan adalah Seinendan. Untuk ...
Sekilas tentang Chuo Sangi In: Dewan Perwakilan Rakyat pada Masa Penjajahan Jepang
Pada saat menjajah Indonesia, Jepang membentuk sebuah badan bernama Chuo Sangi-in. Lantas, apa yang dimaksud dengan Chuo Sangi in dan apa tujuan pembentukannya? Jawaban lengkapnya dapat ...
Ulasan Tentang Sejarah Romusha: Kerja Paksa Rakyat Indonesia pada Zaman Penjajahan Jepang
Saat menjajah Indonesia, Jepang menerapkan banyak kebijakan. Salah satunya adalah romusha atau kerja paksa. Lantas, apa itu romusha dan bagaimana situasinya pada saat itu? Ulasan lengkapnya ...
Kronologi Terjadinya Peristiwa Pemberontakan Tentara PETA di Blitar
Beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka, terjadi sebuah peristiwa besar dalam sejarah, yaitu pemberontakan pasukan PETA di Kota Blitar. Jika ingin mengetahui lebih lanjut, ulasan selengkapnya ...
Meletusnya Perang Dunia II
Sumber: Wikimedia Commons
Yang menjadi latar belakang kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia adalah meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939. Pada waktu itu, negara-negara berkuasa terbagi menjadi dua kubu yang saling berseteru.
Yang pertama adalah Blok Sekutu yang beranggotakan Amerika Serikat, Britania Raya, Tiongkok, Uni Soviet, dan Belanda. Sementara itu, pihak lawan yang dikenal dengan Blok Poros terdiri dari Jepang, Jerman, dan Italia.
Salah satu alasan mengapa Jepang bergabung dengan Blok Poros adalah untuk melawan Amerika yang melakukan embargo minyak bumi pada Jepang. Padahal, bahan tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan industri dan perang.
Selain itu, mereka juga ingin menguasai sumber daya alam milik Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang pada waktu itu dikuasai Belanda. Nah, dengan bergabung bersama Jepang dan Jerman, Jepang bisa menghadapi musuh-musuhnya sekaligus.
Sekitar tahun 1941, atas perintah Panglima Angkatan Laut Jepang yaitu Admiral Isoroku Yamamoto, mereka akan menggunakan dua strategi untuk menyerang Pearl Harbor yang merupakan pangkalan militer milik Amerika Serikat. Sebagian besar pasukan akan diarahkan untuk melakukan penyerangan ke pangkalan militer lawan yang terletak di Kepulauan Hawaii. Sementara itu, sebagian pasukan yang lain dikerahkan untuk bergerak ke Asia Tenggara.
Jepang mengeksekusi rencana tersebut pada tanggal 7 Desember 1941. Pagi-pagi sekali, mereka menyerang Pearl Harbor dengan menjatuhkan bom dari ratusan pesawat tempurnya.
Dalam penyerangan yang terjadi selama dua jam tersebut, pihak Amerika menderita kerugian yang cukup banyak. Setidaknya 8 kapal perang hancur dan 188 pesawat rusak. Selain itu, lebih dari 2.000 warganya meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Akibat dari peristiwa itu, Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Nah, hal inilah yang kemudian memicu peperangan di wilayah Eropa dan Asia Pasifik.
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons
Penyerangan Jepang terhadap Amerika Serikat membuat kedudukan Blok Sekutu melemah. Terlebih lagi pada waktu itu, wilayah Belanda juga mendapatkan serangan dari Jerman.
Keadaan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Jepang untuk merebut kekuasaan Belanda di nusantara. Mereka mendarat di wilayah Indonesia pertama kali pada tahun awal 1942, tepatnya di Tarakan, Kalimantan Timur.
Dari situ, pasukan Jepang memulai aksinya untuk mengambil alih benteng-benteng pertahanan milik Belanda. Setelah Tarakan, mereka bergerak menguasai Pontianak dan Balikpapan.
Kota-kota besar di luar Pulau Jawa akhirnya dapat dikuasai. Selanjutnya, Jepang bergerak ke Pulau Jawa dan menepi pertama kali di Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942.
Dari situ, tanpa membuang waktu mereka lalu menyerang pusat pemerintahan Belanda di Batavia. Pada tanggal 5 Maret 1942, tempat itu pun berhasil dikuasai. Peristiwa itu membuat pihak Belanda terdesak dan kemudian pergi ke daerah Jawa Barat.
Penandatanganan Perjanjian Kalijati
Mengetahui kedudukan lawannya semakin melemah, Letnan Jenderal Jepang, yaitu Hitoshi Imamura meminta Belanda untuk menyerahkan daerah kekuasaan. Apabila menolak, pasukannya tidak akan berpikir dua kali untuk menghancurkan Bandung.
Belanda pun tidak memiliki pilihan lain. Pada tanggal 7 Maret 1942, mereka akhirnya mengaku kalah. Setelah itu, kedua belah pihak merencanakan pertemuan di Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Tujuan diadakannya pertemuan tersebut adalah untuk menyusun perjanjian yang menyerahkan wilayah Hindia Belanda secara resmi kepada Jepang. Yang kemudian disebut Perjanjian Kalijati.
Perjanjian Kalijati ditandatangani pada tanggal 8 Maret 1942. Isinya adalah angkatan perang Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Selanjutnya, Gubernur Hindia Belanda yang bernama Tjarda van Starkenborgh secara resmi menyerahkan kekuasaan wilayah Indonesia kepada Hitoshi Imamura. Peristiwa inilah yang kemudian menandai dimulainya masa penjajahan Jepang.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Pembagian Wilayah Indonesia
Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, Jepang resmi menguasai Indonesia pada tahun 1942. Selanjutnya, mereka membagi wilayah Hindia Belanda menjadi tiga.
Pembagian tersebut disesuaikan dengan kepentingan Jepang di tiap-tiap daerah. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah I
Yang termasuk ke dalam wilayah I adalah Jawa dan Madura. Daerah tersebut diperintah oleh Kemiliteran Angkatan Darat, tepatnya Tentara ke-16 atau Asamu Shudan. Pusatnya berada di Jakarta.
Selanjutnya, Panglima Tentara ke-16 mengeluarkan undang-undang yang kemudian disebut Osamu Seirei. Isinya adalah:
- Tentara Jepang akan bertanggung jawab dan mengambil alih pemerintahan militer di daerah-daerah untuk menjaga keamanan.
- Panglima Tentara Jepang mengambil alih kekuasaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Pulau Jawa.
- Badan-badan pemerintahan dan undang-undang yang berlaku pada zaman penjajahan Belanda tetap dianggap sah. Yang terpenting, tidak bertentangan dengan aturan yang diberlakukan oleh Jepang.
- Para pejabat dan pegawai pemerintahan sipil yang bekerja pada masa pendudukan Belanda kedudukannya tetap diakui. Namun dengan syarat, mereka harus setia pada Jepang.
2. Wilayah II
Selanjutnya, wilayah II terdiri dari daerah-daerah di Pulau Sumatera. Yang memimpin adalan Kemiliteran Angkatan Darat, unit Tentara ke-25 atau Tomi Shudan. Pusat komandonya berada di daerah Bukittinggi, Sumatera Barat.
3. Wilayah III
Lalu yang terakhir adalah daerah Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku tergabung dalam wilayah III. Berbeda dari wilayah yang lain, daerah ini dipimpin oleh Angkatan Laut. Pusat perintahnya ada di Kota Makassar.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Mengungkap Keberadaan Kerajaan Singasari
Propaganda-Propaganda Selama Masa Penjajahan Jepang
Sumber: Wikimedia Commons
Pada mulanya, pasukan Jepang di nusantara diterima dengan baik. Hal ini dikarenakan rakyat sudah muak dengan penjajahan Belanda. Kedatangan Jepang tersebut diharapkan memberikan angin segar untuk perubahan yang lebih baik bagi rakyat.
Sepertinya, pemikiran rakyat tersebut tidak terlepas dari propaganda yang dilakukan oleh Jepang tak lama setelah mengalahkan Belanda. Bertepatan dengan hari nasional Jepang, pada tanggal 29 April 1942 secara resmi lahirkan Gerakan 3A.
Isi dari Gerakan 3A adalah Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Mereka mencetuskan gerakan tersebut dengan tujuan untuk merebut simpati rakyat. Dengan begitu, mereka nantinya akan mudah merekrut rakyat untuk membantu berperang melawan Sekutu.
Sayang sekali, gerakan propaganda tersebut tidaklah bertahan lama. Kegiatan itu mendapatkan protes dari golongan intelektual hingga kemudian dibubarkan pada akhir tahun 1942.
Nah sebenarnya, jauh sebelum pelaksanaan Gerakan 3A, konon Jepang sudah terlebih dahulu menyiarkan propagandanya di saluran radio. Mereka berulang kali mendengungkan bahwa Hindia Belanda dianggap sebagai saudara tua.
Propaganda Film
Tak hanya lewat gerakan yang telah kamu baca di atas, Jepang juga melakukan propaganda lewat film. Kalau kamu belum tahu, produksi film di Hindia Belanda sudah ada sejak tahun 1926, lho.
Pada waktu itu, yang bisa menyaksikannya memang hanya kalangan elit yang tinggal di kota-kota besar. Meskipun demikian, pengaruhnya tetap saja besar. Maka dari itu, petugas Sendenbu atau Departemen Propaganda Jepang tetap menggunakan dengan baik kesempatan tersebut.
Pemerintah Militer Jepang kemudian mendirikan sebuah perusahaan film yang diberi nama Jawa Eigha Kosha pada bulan September 1942. Pada umumnya, film yang diproduksi berupa dokumenter dan berbahasa Jepang.
Mulanya film-film tersebut memang hanya diputar di bioskop di kota-kota besar saja seperti Jakarta dan Surabaya. Namun karena ingin menyasar ke kalangan yang lebih luas, pemerintah Jepang kemudian mengadakan bioskop keliling sampai ke desa-desa.
Mereka memikirkan semuanya dengan matang. Untuk menyiasati rakyat yang kebanyakan tidak mengetahui bahasa Jepang, mereka menambahkan teks terjemahan. Sementara di desa-desa yang masih tinggi angka buta hurufnya, mereka bahkan mau repot-repot untuk menyediakan penerjemah.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Contoh Film Propaganda pada Masa kependudukan Jepang
Adapun beberapa contoh film yang diproduksi pada zaman penjajahan Jepang adalah sebagai berikut:
1. Nankai No Hanataba
Film yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Bunga dari Selatan tersebut mulai diputar pada tanggal 21 Mei 1942. Sutradaranya bernama Yutaka Abe.
Isi dari film tersebut menceritakan mengenai pertempuran pada Perang Dunia II. Lebih tepatnya, mengisahkan perjuangan seorang perancang pesawat terbang bernama Jiro Horikoshi dan beberapa pilot angkatan udara Jepang yang berjuang mengusir Sekutu dari wilayah Asia Tenggara.
2. Hope of the South
Sinema Hope of the South atau Berdjoeang dirilis pada tahun 1943 dan disutradarai oleh seorang pribumi bernama Raden Ariffien. Tokoh-tokoh yang bermain juga berasal dari Indonesia, yaitu Mochamat Mochtar Sambas. Kartolo, Chatir Harro, dan Dhalia.
Berbeda dari yang sebelumnya, formatnya bukanlah dokumenter, melainkan seperti drama. Dalam film tersebut berkisah tentang dua orang pemuda pribumi yang mencoba peruntungan untuk menjadi pasukan militer Jepang. Yang satu berhasil, tapi yang lainnya gagal.
Sinema ini memang dibumbui hal-hal yang dramatis dan sedikit romantis. Tujuannya karena memang ingin menarik minat pribumi supaya mau bergabung menjadi pasukan Jepang.
3. Singapore Soko Geki
Di urutan ketiga, ada Singapore Soko Geki atau Penyerangan Umum di Singapura. Yang ditonjolkan di sini adalah mengenai kehebatan para tentara Jepang.
Pada film yang diperkirakan rilis awal tahun 1940-an ini menceritakan tentang bagaimana tentara Jepang melakukan penyerangan terhadap Inggris di daerah Singapura dan Malaya. Mereka memperlihatkan kalau tentara Jepang bisa dengan mudahnya melumpuhkan pertahanan lawan.
4. Eikoku Koezoeroeroe No Hi
Film yang dalam bahasa Indonesia berjudul Saat Inggris Runtuh ini juga tidak kalah populer jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Menurut catatan, sinema tersebut dirilis dan mulai dipertontonkan pada ahun 1943.
Format dari Eikoku Koezoeroeroe No Hi tersebut merupakan gabungan dari cerita dan dokumenter. Isinya juga menceritakan tentang betapa hebatnya tentara Jepang melawan Inggris. Tujuan diputarnya film tersebut adalah untuk menanamkan doktrin jika bergabung dengan tentara Jepang maka rakyat bisa melawan dan mengusir penjajah di daerahnya.
5. Shogun to Sanbo to Hei
Lalu, film pada masa penjajahan Jepang terakhir yang bisa kamu temukan ulasannya di sini adalah Shogun to Sanbo to Hei atau Jendral dan Prajurit. Berbeda dari yang lainnya, sinema yang dirilis pada tahun 1942 ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Tomoshin Ichi.
Secara umum, film Jendral dan Prajurit tersebut mengangkat tema tentang peperangan antara Jepang dengan Sino yang terjadi pada tahun 1941. Kisahnya adalah tentang perjuangan tentara Jepang berperang di Provinsi Shanxi, Tiongkok.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
Organisasi-Organisasi Bentukan Jepang
Pada masa penjajahan, pemerintah Jepang juga mendirikan berbagai organisasi untuk menarik minat dan simpati rakyat. Beberapa di antaranya bisa kamu simak di bawah ini:
1. Organisasi di Bidang Sosial-Budaya
Adapun ulasannya adalah sebagai berikut:
a. Gakukotai (Barisan Pelajar)
Gakukotai merupakan resimen tentara pelajar yang dibentuk oleh Jepang. Dulu, setiap sekolah menengah diwajibkan untuk membentuk organisasi ini.
Ketika diadakan pelatihan, latihan yang ditujukan untuk anak laki-laki dan perempuang dibedakan. Pelatihan laki-laki biasanya lebih berat dan berfokus pada latihan dasar militer. Sementara itu, pada perempuan meliputi pelatihan medis dan pendirian dapur umum.
b. Suishintai (Barisan Pelopor)
Selanjutnya, Barisan Pelopor merupakan organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Jepang setelah rapat Dewan Pertimbangan Pusat pada pertengahan 1944. Organisasi ini merupakan perwujudan dari salah satu keputusan rapat, yaitu untuk mempererat rasa persaudaraan rakyat.
Barisan pelopor dipimpin oleh tokoh-tokoh Indonesia seperti Ir. Soekarno, Otto Iskandardinata, dan Dr. Moewardi. Yang menjadi anggota adalah para pemud dari semua golongan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan kemiliteran para anggotanya dengan menggunakan alat sederhana, seperti bambu runcing dan senapan kayu.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
c. Keimin Bunka Shidoso (Organisasi Kebudayaan)
Lembaga budaya yang dibentuk pada masa penjajahan Jepan ini resmi berdiri pada tahun 1942. Sementara itu, aliran seni yang bernaung dalam lembaga ini adalah musik, tari, drama, sastra, seni rupa, dan film.
Salah satu tugas dari Keimin Bunka Shidoso adalah bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi peredaran film doktrinasi. Selain itu, mereka juga menarik flm-film bangsa Barat yang beredar pada masa itu.
d. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Organisasi lainnya yang tidak kalah populer adalah Masyumi. Lembaga tersebut dibentuk oleh pemerintah Jepang untuk menarik simpati dan dukungan dari kaum muslim pada tahun 1943.
Pada waktu itu, Masyumi merupakan sebuah lembaga yang menaungi empat organisasi Islam, yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, organisasi ini berubah menjadi partai politik.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
2. Organisasi di Bidang Politik
Sementara itu, organisasi masa penjajahan Jepang di bidang politik ada tiga. Penjelasan selengkapnya bisa dibaca berikut ini:
a. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Pusat Tenaga Rakyat yang disingkat Putera resmi dibentuk pada tanggal 16 April 1943. Tujuan pembentukannya adalah untuk membujuk kaum nasionalis dan intelektual untuk bersatu guna membantu Jepang mengalahkan Sekutu.
Organisasi ini dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur. Sementara itu, penasihatnya berasal dari Jepang.
b. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakjat Jawa)
Lembaga yang resmi berdiri pada tanggal 8 Januari 1944 tersebut merupakan pengganti dari Putera yang dibubarkan karena dianggap tidak terlalu bermanfaat bagi kepentingan Jepang. Yang mendirikan adalah Jenderal Kumakici Harada.
Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk mengumpulkan tenaga rakyat sesuai dengan semangat kebaktian. Nah, yang dimaksud dengan semangat kebaktian adalah berani mengorbankan diri, melakukan hal dengan bukti, dan memperkuat persaudaraan.
c. Sendenbu (Departemen Propaganda)
Departemen Propaganda dibentuk oleh Kaisar Jepang pada bulan Agustus 1942. Pembentukannya tepat setelah mereka berhasil mengendalikan saran penyiaran publik secara resmi. Badan ini berada di bawah naungan Ganseikanbu atau Departemen Propagandan Kekiasaran Jepang.
Lembaga tersebut diketuai oleh seorang petinggi angkatan darat Jepang dan hanya ditugaskan di Pulau Jawa. Tugasnya adalah untuk propaganda dan menyediaakan segala informasi yang berhubungan dengan pemerintah sipil kepada kekaisaran Jepang.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
3. Organisasi di Bidang Militer
Sumber: Wikimedia Commons
Mengenai organisasi di bidang militer, kamu mungkin sudah pernah mendengar beberapa. Nah, lanjutkan membacanya jika ingin mengetahui lebih lanjut:
a. Seinendan
Tentara Jepang membentuk organisasi barisan pemuda ini pada tanggal 9 Maret 1943. Sementara untuk versi wanitanya, yaitu Josyi Seinendan baru dibentuk pada tahun 1944.
Tujuan pembentukannya adalah untuk melatih para pemuda supaya dapat menjaga dan mempertahankan tanah air dengan usaha sendiri. Namun sebenarnya, itu hanyalah kedok saja. Hal tersebut dikarenakan Jepang membutuhkan para pemuda itu untuk membantu menghadapi Sekutu.
Pada waktu itu, syarat untuk menjadi anggota Seinendan adalah laki-laki muda berusia 14-22 tahun. Yang direkrut Bukan hanya dari kalangan pelajar saja, tetapi juga pekerja.
b. Fujinkai
Pada masa penjajahan, Jepang juga membentuk sebuah perkumpulan untuk para perempuan pada bulan Agustus 1943. Sebenarnya, organisasi ini dulunya merupakan bagian dari Putera. Anggotanya adalah wanita yang berusia di atas 15 tahun.
Organisasi tersebut melatih anggotanya untuk mendirikan dapur untuk dan memberikan pertolongan pertama. Namun tidak berhenti di situ saja, mereka juga disuruh untuk berkebun atau mengurus sawah karena para lelaki difokuskan untuk kegiatan kemiliteran.
c. Keibodan
Unit Pertahanan Sipil atau Keibodan merupakan organisasi yang beranggotakan laki-laki berusia 20–35 tahun. Tujuan pembentukannya adalah untuk membantu polisi Jepang menjaga lalu lintas dan keamanan di desa. Akan tetapi, niat sebenarnya pemerintah Jepang akan menjadikan Keibodan sebagai pasukan cadangan saat melawan Sekutu.
Lembaga ini memiliki nama yang berbeda di beberapa wilayah. Seperti di Kalimantan dikenal dengan Sameo Konen Hokokudan, di Sumatra adalah Bogodan, dan oleh orang Tiongkok dikenal sebagai Kayo Keibotai.
d. Jibakutai
Selanjutnya, Jibakutai merupakan pasukan berani mati bentukan Jepang. Organisasi ini baru dibentuk pada tanggal 8 Desember 1944.
Namanya memang pasukan berani mati, akan tetapi para anggotanya hanya dijadikan sebagai pasukan pendukung ketika keadaan sedang genting. Anggotanya berasal dari berbagai kalangan dan tidak memiliki pendidikan militer dasar.
Baca juga: Ulasan tentang Masa Kejayaan dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo
e. Kempeitai
Organisasi lain pada masa penjajahan Jepang adalah Kempetai yang sebenarnya merupakan sub unit kepolisian. Anggotanya merupakan para polisi rahasia yang ditempatkan di seluruh daerah jajahan Jepang. Salah satunya yaitu Indonesia.
Pada zaman itu, Kempeitai sangatlah ditakuti. Pasalnya, mereka tidak segan-segan untuk membunuh seseorang yang dicurigai membahayakan kepentingan Jepang dalam Perang Pasifik.
Tugas utama dari Kempeitai adalah untuk mendisiplinkan pasukan yang tidak mau masuk satuan militer. Namun kemudian, mereka juga mengawasi masyarakat biasa.
f. Heiho
Pada masa Perang Dunia II, Jepang membentuk pasukan tentara pembantu pada tanggal 2 September 1942. Tugas dari anggota Heiho adalah untuk membantu membangun barak-barak pertahanan, menjaga kamp, dan membantu tentara di medan perang.
Orang-orang yang direkrut menjadi Heiho memiliki syarat pendidikan minimal sekolah dasar. Selain itu, usianya minimal 18 tahun dan maksimal 25 tahun.
Kebanyakan laki-laki yang mendaftar menjadi anggota Heiho untuk menghindari romusha dan bisa meningkatkan strata sosial. Namun sayangnya, pekerjaan ini tidak seperti PETA yang mengadakan kenaikan pangkat untuk anggotanya.
g. PETA
PETA merupakan singkatan dari Pasukan Pembela Tanah Air. Organisasi ini semula dibentuk oleh Jepang untuk semakin menguatkan kedudukan di Perang Pasifik.
Lembaga ini terbentuk setelah R Gatot Mangkupraja mengirim pesan kepada Gunseikan (tentara Jepang). Isinya adalah para pemuda Indonesia ingin menjadi tentara sukarela untuk menjaga tanah air dari Sekutu.
Kebanyakan anggota yang masuk ke PETA dulunya pernah tergabung menjadi Seinendan. Nah, mereka inilah yang nantinya yang nantinya memiliki peranan besar untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Masa Kejayaan dan Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Banten
Kebijakan Pemerintah Jepang
Sumber: Wikimedia Commons
Selama masa penjajahan, Jepang menerapkan beberapa kebijakan yang harus dipatuhi oleh rakyat Indonesia. Apa sajakah itu? Informasi selengkapnya ada di ulasan berikut.
1. Menghapuskan Pengaruh Kolonial Belanda
Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, Belanda menduduki Indonesia selama ratusan tahun. Karena hal tersebut, tentu saja sudah banyak sekali pengaruh dan kebudayaan yang tertanam di sini.
Jepang tidak menyukai hal tersebut dan bermaksud untuk menghapus pengaruh Belanda dengan melakukan reformasi kebudayaan. Salah satunya caranya adalah menghilangkan penggunaan bahasa Belanda.
Apabila ingin mengurus suatu hal yang berhubungan dengan pemerintahan atau situasi resmi, rakyat harus menggunakan bahasa Indonesia atau Jepang. Kedua bahasa tersebut menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, rakyat boleh mengibarkan bendera merah putih di samping bendera Hinomaru milik Jepang. Itu adalah sebuah propaganda untuk mengambil hati rakyat dengan embel-embel Jepang datang sebagai saudara tua dan bukan untuk melakukan penjajahan.
2. Menerapkan Kebijakan Ekonomi Perang
Kebijakan lain yang diterapkan pada masa penjajahan Jepang adalah ekonomi perang. Maksudnya adalah pemerintah penjajah itu akan memfokuskan kegiatan perekonomian untuk mendukung keperluan perang.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Jepang untuk mewujudkan misinya itu adalah:
a. Mengendalikan Perkebunan
Hasil perkebunan seperti teh, kopi, karet, dan kina merupakan komiditi ekspor besar yang menyokong perekonomian. Untuk itu, pemerintah Jepang melakukan pengawasan yang ketat pada bidang perkebunan.
Bahkan, mereka mengeluarkan undang-undang yang isinya adalah perkebunan itu diawasi langsung oleh Kepala Militer atau Gunseikan. Sementara itu, yang menjadi pengawas langsung adalah Saibai Kigyo Kanrikodan yang disingkat SKK. Tugasnya adalah untuk membeli dan menentukan harga jual.
Namun seiring perjalanan waktu, tanaman kopi, teh dan karet diganti karena tidak terlalu menguntungkan. Pemerintah Jepang menyuruh rakyat untuk menanam karet, gula, kina, dan beras.
Baca juga: Profil Lengkap Raja-Raja yang Menjadi Penerus Silsilah Kerajaan Banjar
b. Mendirikan Konveksi
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah melakukan impor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan sandang. Ketika bangsa asing itu diusir dari Hindia Belanda, maka rakyat menjadi kekurangan pakaian layak pakai.
Mereka lalu hanya menggunakan karung untuk digunakan sebagai pakaian. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Jepang kemudian menyuruh rakyat untuk menanam pohon randu untuk mendapatkan kapas.
Bangsa penjajah itu kemudian mendirikan usaha konveksi. Sebelumnya, rakyat diajari untuk memintal kapas. Meskipun demikian, usaha tersebut sayangnya tidak dapat menutupi kebutuhan karena kurangnya suplai kapas.
c. Mengganti Mata Uang
Pada masa awal pendudukan, pemerintah Jepang masih menggunakan mata uang yang milik Belanda. Hal tersebut dilakukan supaya tidak ada penurunan harga barang.
Namun tidak lama kemudian, mereka melakukan ivansion money dan mengganti gulden dengan mata uang Jepang. Selain itu, bank-bank milik Belanda juga diganti dengan bank Jepang. Contohnya adalah Mitsui Ginko, Kana ginko, dan Yokohama Ginko.
3. Menjalankan Romusha
Kebijakan lain yang diterapkan pada masa penjajahan Jepang adalah Romusha. Tujuannya adalah supaya mereka mendapatkan sumber daya alam dan manusia untuk mendukung perekonomian Jepang yang sedang kacau akibat perang.
Pada awal pelaksanaannya, Romusha merupakan tenaga tambahan atau sukarela yang diambil dari desa-desa. Biasanya, yang menjadi pekerja adalah mereka yang berpendidikan rendah sehingga mudah sekali untuk dihasut.
Dengan iming-iming, “demi kemakmuran bersama”, mereka pun dengan sukarela menjadi tenaga bantuan untuk Jepang. Namun kemudian, unsur sukarela tersebut berubah menjadi paksaan.
Setiap desa diwajibkan untuk mengirimkan data warga laki-laki berusia produktif. Setelah itu, yang terpilih akan dipanggil untuk mengikuti romusha. Tidak hanya laki-laki saja yang wajib menjalankan romusha, tetapi perempuan dan anak-anak.
Para pekerja tersebut kebanyakan diambil dari Pulau Jawa yang pada waktu itu memang sudah cukup padat penduduknya. Pemerintah Jepang setidaknya sudah berhasil merekrut lebih dari 300.000 ribu orang.
Selanjutnya, tak hanya bekerja di luar Pulau Jawa, mereka dikirim ke berbagai daerah di Asia Tenggara yang menjadi jajahan Jepang. Contohnya adalah Thailand, Birma, Vietnam, dan Malaysia.
Orang-orang tersebut kemudian diperkerjakan untuk membangun sarana prasarana yang dibutuhkan oleh Jepang. Mereka membangun lapangan rel kereta api, lapangan terbang, barak militer, jalan, dan lain-lain.
Dampak Romusha
Romusha yang dimulai pada tahun 1942 hingga 1945 tersebut merupakan salah satu peristiwa yang sangat memilukan. Bagaimana tidak? Para pekerjanya hanya dieksploitasi tenaganya dan tidak mendapatkan makanan atau upah sama sekali.
Mereka dipaksa untuk bekerja siang malam tanpa kenal lelah. Maka dari itu, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya meregang nyawa dan meninggal dunia karena kelelahan.
Jika ketahuan berhenti di jam kerja, maka akan mendapatkan hukuman cambuk dari pengawas. Menurut catatan sebuah sumber sejarah, para pekerja diberikan waktu untuk istirahat pada tengah malam. Itu pun mereka tidur di tanah, bukan di barak-barak.
Parahnya, mereka tidak segan-segan untuk menembak pekerja yang ketahuan sakit. Setelah itu, jenazahnya hanya dibuang begitu saja ke sungai.
Sementara itu, bagi para wanita juga tidak kalah menyedihkan. Mereka pada awalnya dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan atau diperbantukan untuk merawat para prajurit perang. Namun sesampainya di sana, mereka hanya dijadikan wanita penghibur saja.
Ketika Jepang mengalami kemunduran di Perang Pasifik pada tahun 1943, pemerasan yang dilakukan oleh Jepang tidaklah main-main. Para pekerja semakin ditekan untuk membantu Jepang untuk menyokong perekonomian Jepang.
Masa penjajahan Jepang di Indonesia memanglah cukup singkat dibandingkan pendudukan Belanda. Namun, penderitaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia pada waktu itu sangatlah luar biasa.
Baca juga: Ulasan Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Aceh Darussalam
Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang
Karena kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh Jepang begitu menyengsarakan rakyat, maka dari itu timbullah perlawanan di berbagai daerah. Ulasan lebih lanjutnya dapat disimak berikut ini:
1. Perlawanan Cot Plieng
Perlawanan terhadap Jepang pertama kali diketahui terjadi di daerah Aceh yang dipimpin oleh seorang ulama bernama Tengku Abdul Jalil. Kejadian tersebut bermula dari sang pemimpin yang yang mengadakan pertemuan dengan pengikutnya sekitar bulan Juli 1942. Dari pertemuan tersebut diambil sebuah keputusan untuk melawan Jepang jika bangsa penjajah itu menyerang.
Di lain pihak, Jepang sebenarnya mencurigai tindak tanduk Tengku Abdul Jalil. Kecurigaan tersebut terbukti setelah mereka mendengar berita tentang pertemuan tersebut. Setelah itu, pemerintah Jepang mengirimkan seorang polisi militer bernama Hayasi. Ia diutus untuk membujuk agar pemimpin ulama itu tidak jadi melakukan perlawanan.
Sayang sekali, Tengku Abdul Jalil tetap bergeming meskipun sudah dibujuk menggunakan cara halus. Hingga kemudian, salah seorang pengikutnya menikam Hayasi pada tanggal 7 November 1942.
Kejadian tersebut memicu kemarahan Jepang. Mereka mengirimkan pasukan ke Cot Plieng. Pertempuran berlangsung selama empat jam. Pihak penjajah itu berhasil menguasai pesantren, beruntung sang pemimpin dan beberapa pengikutnya dapat melarikan diri.
Akhirnya, Jepang menemukan tempat persembunyian mereka pada tanggal 10 November 1942. Pertempuran hebat pun tidak dapat dihindari. Sayangnya, peperangan kali ini dimenangkan oleh Jepang. Tengku Abdul Jalil dan pasukannya pun gugur.
2. Perlawanan Rakyat Dayak
Perlawanan rakyat pada masa penjajahan Jepang juga terjadi di Kalimantan Barat. Tepatnya di Kabupaten Sanggau yang merupakan tempat tinggal suku Dayak.
Kisahnya berawal dari Jepang yang membangun dua perusaan di daerah tersebut. Yang pertama bergerak di bidang perkayuan dan satunya lagi di bidang pertambangan.
Banyak rakyat yang kemudian bekerja di situ, termasuk suku Dayak. Dan karena kebijakan Romusha, mereka banyak meninggal dunia karena jam bekerjanya tidak manusiawi dan tidak mendapatkan upah.
Mereka dilarang untuk pulang menemui keluarganya. Bahkan, di tempat kerja mereka diperlakukan dengan kasar. Perlakuan semena-mena Jepang tersebut rupanya terjadi juga di tempat lain. Maka dari itu, timbullah keinginan rakyat untuk melawan.
Pemberontakan rakyat di wilayah Kalimantan itu dipimpin oleh Pang Suma, salah seorang kepala suku Dayak. Mereka memimpin pasukannya melawan kekejaman Jepang dengan berbekal senjata tradisional. Peperangan besar antara dua kubu yang berseteru itu meletus pada tanggal 17 Juli 1945.
Pada awalnya, pasukan Pang Suma menang dan berhasil membunuh beberapa petinggi pasukan Jepang. Namun kemudian, keadaan berbalik. Pang Suma beserta ratusan pasukannya akhirnya gugur dalam pertempuran tersebut.
Baca juga: Nama Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Sriwijaya
3. Perlawanan Singaparna
Perjuangan rakyat melawan penjajah lainnya juga datang dari Jawa Barat. Peperangan yang kemudian dikenal dengan Pertempuran Singaparna ini terjadi pada tahun 1944.
Peristiwa ini bermula dari Jepang yang memerintah rakyat untuk melakukan seikerei. Untuk yang belum tahun, Seikerei adalah tindakan penghormatan untuk Kaisar Jepang di pagi hari dengan cara membungkuk ke arah timur.
Tindakan tersebut tentu saja tidak sejalan dengan ajaran Islam karena dianggap menyekutukan Tuhan. Maka dari itu, pimpinan pesantren di Singaparna, yaitu Kiai Haji Zainal Mustafa dengan tegas menolaknya.
Peristiwa lain yang memicu perlawanan adalah karena penderitaan rakyat akibat Romusha. Melihat itu, Kiai Haji Zainal Mustafa diam-diam menyusun rencana untuk melakukan perlawanan dan membekali para santrinya dengan ilmu bela diri. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk menyerbu Jepang.
Di bawah komando KH Zainal Mustafa, para santri dan juga rakyat melakukan serangan terhadap Jepang. Peperangan yang terjadi pada tanggal 24 Februari 1944 ini sempat membuat Jepang kewalahan dan mundur ke Tasikmalaya.
Namun keesokan harinya, pihak Jepang melakukan penyerangan setelah ibadah shalat Jumat. Akhirnya, Kiai Haji Zainal Mustafa dan beberapa orang lainnya ditangkap dan dibawa ke Jakarta untuk menjalani hukuman mati.
4. Perlawanan Indramayu
Selanjutnya, pada masa penjajahan Jepang terjadi perlawanan rakyat di daerah Indramayu. Perlawanan tersebut dipicu oleh aturan Jepang yang ingin merampas hasil panen milik rakyat. Pada waktu itu, rakyat harus menyerahkan semua hasil panennya dan hanya diperbolehkan menyimpan untuk mereka sendiri dengan jumlah tidak lebih dari 10 kilogram.
Semula, tidak ada rakyat yang berani menolak aturan tersebut. Akan tetapi setelah Kiai Arsyad dengan lantang menyerukan penolakan, rakyat berani untuk melakukan perlawanan.
Peperangan antara dua kubu yang berseteru itu terjadi dengan sengit. Dalam pertempuran tersebut, warga Kaplongan dibantu oleh polisi dan tentara pribumi.
Rupanya, apa yang terjadi di desa tersebut kemudian memunculkan keberanian rakyat yang tinggal di desa-desa lain. Maka dari itu, kemudian terjadilah pertempuran-pertempuran kecil antara warga desa dengan tentara-tentara Jepang .
Perlawanan para petani tersebut berlangsung kurang lebih dari bulan April hingga Agustus 1944. Dan menurut catatan sejarah, ini merupakan pemberontakan para petani yang paling besar di daerah Indramayu.
Gerakan rakyat tersebut baru dapat dihentikan ketika Jepang menggunakan cara licik untuk menangkap para penggerak perlawanan. Mereka meminta bantuan seseorang bernama Kiai Abas untuk menangkap para pejuang.
Baca juga: Ulasan Mengenai Letak Kerajaan Majapahit yang Menjadi Teka-Teki
Akhir Masa Penjajahan Jepang
Masa-masa kejayaan kedudukan Jepang di Hindia Belanda mulai menemui titik akhirnya sekitar tahun 1944. Pada waktu itu, kedudukan Jepang pada perang Asia Pasifik mulai melemah. Hal tersebut dikarenakan pusat pertahanan milik mereka satu persatu berhasil direbut oleh Amerika Serikat.
Kedudukan Jepang menjadi semakin terpuruk setelah mengalami kekalahan dalam melawan Amerika di Laut Koral. Mereka menderita kerugian yang cukup besar karena kekalahan itu.
Keadaan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para pejuang Indonesia untuk menuntut kemerdekaan. Rakyat melakukan berbagai perlawanan untuk membuat keadaan Jepang menjadi semakin terdesak.
Hingga kemudian, Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan Indonesia yang akan jatuh pada tanggal 7 September 1944. Pihaknya akan memberikan hal tersebut dengan syarat rakyat harus membantu tentara Jepang dalam Perang Pasifik.
Namun, janji tersebut baru dapat dipenuhi pada tanggal 1 Maret 1945. Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan anggota 7 orang dari Jepang dan 67 dari pribumi. Ketuanya adalah Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat.
Kemerdekaan Indonesia
Karena satu hal dan yang lainnya, BPUPKI dibubarkan dan diganti menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPPKI). Badan ini didirikan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan diketuai oleh Ir. Soekarno.
Nah rupanya, sehari sebelum terbentuknya PPPKI, ada peristiwa dahsyat yang terjadi di Jepang. Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Kejadian tersebut menewaskan setidaknya lebih dari 140.000 orang.
Tidak berhenti di situ saja, giliran Kota Nagasaki yang menjadi sasaran bom atom pada tanggal 9 Agustus 1945. Jumlah korbannya juga cukup banyak, yaitu 70.000 orang.
Setelah itu, Jepang kemudian menyerah tanpa syarat pada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945. Menurut jurnal Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, pengumuman kekalahan itu disiarkan langsung melalui radio oleh Kaisar Hirohito. Inilah yang kemudian menandai berakhirnya sejarah kelam dan masa penjajahan Jepang di Indonesa.
Selanjutnya, Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh golongan muda untuk mendesak Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun pada awalnya sempat terjadi keributan dan kesalahpahaman, tapi akhirnya proklamasi kemerdekaan terjadi juga. Pada tanggal 17 Agustus 1945, teks proklamasi dibacakan dengan lantang oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Bung Hatta.
Baca juga: Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai
Kekejaman yang Terjadi pada Masa Penjajahan Jepang
Tadi kamu sudah menyimak mengenai awal kedatangan hingga berakhirnya masa kejayaan pendudukan Jepang, kan? Nah selanjutnya masih ada informasi tentang kekejaman bangsa yang mengaku saudara tua ini.
1. Perlakuan Tidak Manusiai pada Tahanan
Di atas tadi sudah sedikit dijelaskan mengenai kekejaman Jepang pada waktu pelaksanaan romusha. Kekejaman lainnya yang dilakukan oleh mereka adalah perlakuan yang tidak manusiawi kepada para tahanan.
Pada waktu itu, Jepang menjadikan bangunan Lawang Sewu yang terletak di Semarang sebagai salah satu penjara. Di sana, terdapat dua macam penjara, yaitu yang berdiri dan jongkok.
Untuk penjara berdiri, para tahanan pribumi maupun orang Belanda berjumlah 8 orang disatukan dalam sebuah ruangan berukuran 1×1 meter. Sementara itu, untuk penjara jongkok para tahanan harus berjongkok di dalam bak yang memiliki tinggi 50 cm.
Setelah itu, baknya diisi air hingga seleher dan kemudian ditutup dengan besi. Nantinya jika ada yang meninggalnya, jasadnya tidak akan dikubur dengan layak melainkan dibuang begitu saja.
Ketika masih hidup pun, para tahanan tersebut juga dibiarkan kelaparan. Para penjaga memang sengaja tidak memberinya makan, maka dari itu tidak sedikit yang nantinya meninggal sebelum dieksekusi.
2. Menjadikan Rakyat sebagai Kelinci Percobaan
Pada tahun 1937, Jepang membentuk sebuah lembaga riset khusus yang difokuskan untuk membuat senjata biologi. Namanya adalah Unit 731 dan dipimpin oleh Jenderal Ishii Shiro.
Nah, mereka kemudian menjadikan para pekerja romusha sebagai kelinci percobaan senjata biologi yang akan digunakan dalam perang tersebut. Konon, dulunya yang dijadikan objek percobaan adalah orang-orang Tiongkok. Namun rupanya, orang-orang pribumi juga tidak luput dari percobaan itu.
Buktinya adalah pada tahun 1943-an, banyak pekerja romusha di Jakarta yang sakit mendadak dan kondisinya kritis. Setelah diperiksa, mereka menunjukkan gejala tetanus. Peristiwa tersebut tidak terjadi di situ saja, melainkan juga di Kalimantan dan Surabaya.
Tidak hanya tetanus, penyakit lain yang juga diujicobakan sebagai senjata adalah pes, kolera, demam berdarah, penyakit menular seksual, dan masih banyak lagi. Sayangnya, tidak ada catatan yang pasti mengenai berapa jumlah korban kekejaman Jepang ini. Namun, diperkirakan jumlahnya mencapai puluhan ribu orang.
Selain sebagai kelinci percobaan senjata biologi, Jepang juga menjadikan para pekerja romusha atau tahanan untuk menguji senjata. Orang-orang tersebut kemudian akan diikat lalu dilempar granat atau bahan peledak yang lainnya. Gunanya adalah untuk mengukur ketepatan senjata itu.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
Dampak Masa Penjajahan Jepang
Selama masa pendudukan, Jepang membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia, baik itu secara positif maupun negatif. Adapun dampaknya adalah:
1. Dampak Positif
Salah satu dampak positif kedatangan Jepang ke Indonesia adalah penghapusan sistem sekolah berdasarkan strata sosial yang sebelumnya diterapkan pada masa pendudukan Belanda. Di eranya ini, mereka menyetarakan sekolah untuk semua kalangan. Mereka juga mengenalkan kedisiplinan dan kegiatan upacara bendera di sekolah-sekolah.
Selain itu, mereka pun mengenalkan sistem stuktur kemasyarakatan yang disebut tonarigumi. Pada awalnya, sistem tersebut digunakan untuk mengawasi aktivitas politik rakyat. Namun kemudian, sistem itu tetap digunakan hingga saat ini, yaitu yang dikenal dengan nama RT atau rukun tetangga.
Dampak positif yang lainnya adalah Jepang memberikan rakyat pelatihan militer. Mulanya, tujuannya adalah untuk membantu Jepang dalam perang Asia Pasifik. Namun kemudian, inilah yang pengetahuan tentang kemiliteran tersebut dapat digunakan oleh para pejuang untuk melawan kekejaman Jepang sendiri.
2. Dampak Negatif
Sementara itu, beberapa dampak negatif dari masa penjajahan Jepang sudah banyak dipaparkan dalam penjelasan di atas. Nah, dampak lainnya adalah merosotnya perekonomian Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan bangsa penjajah itu banyak menyita aset-aset milik pribumi maupun tinggalan Belanda. Contohnya adalah bank, pabrik, perkebunan, tambang. Hasilnya dari itu semua digunakan untuk menyokong kepentingan perang.
Tak berhenti di situ saja, mereka juga mengambil harta, hasil tani, beserta ternak milik rakyat biasa. Para petani dijadikan pekerja romusha untuk Jepang, hal itu membuat ladang dan kebun pribadi menjadi terbengkalai.
Akibatnya, kebutuhan pokok sehari-hari menjadi sangat langka sehingga rakyat menjadi kelaparan. Hal ini kemudian membuat para wanita dan anak-anak bekerja di ladang untuk menggantikan para lelaki.
Bukan hanya kekurangan makanan, pada waktu itu penduduk juga kekurangan kebutuhan sandang. Mereka kemudian menjahit karung goni untuk digunakan sebagai pakaian. Padahal, karung goni itu sangatlah gatal dan biasanya banyak kutunya. Kesulitan terjadi dimana-mana dan itu jumlah gelandangan di kota-kota besar meningkat tajam.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
Sudah Puas Membaca Ulasan tentang Masa Penjajahan Jepang di Atas?
Demikianlah ulasan mengenai sejarah masa pendudukan Jepang, masa berakhirnya, hingga dampak yang ditimbulkan bagi rakyat Indonesia. Cukup panjang memang, tapi semoga setelah membacanya dapat membuat wawasanmu terbuka dan semakin menghargai perjuangan para pendahulu.
Di PosKata ini, kamu tidak hanya dapat membaca artikel mengenai masa penjajahan saja, lho. Jika ingin menyimak informasi menarik mengenai kerajan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia juga bisa. Contohnya adalah Kerajaan Sriwijaya, Mataram Islam, Majapahit, dan masih banyak lagi. Yuk, baca terus!