
Pada saat melancarkan propaganda terhadap Indonesia, Jepang membentuk beberapa organisasi semi militer. Salah satunya adalah Suishintai atau yang lebih dikenal sebagai Barisan Pelopor. Mengenai ulasan lengkapnya, dapat kamu simak berikut ini.
Pada tahun 1944, Perang Asia Timur Raya atau Pasifik yang melibatkan Jepang dan Sekutu masih berlangsung. Keadaan Jepang pada waktu itu semakin terdesak. Hingga kemudian, mereka membentuk Barisan Pelopor atau Suishintai.
Organisasi tersebut sebenarnya masih berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Salah satu tujuan dibentuknya Suishintai adalah untuk mempererat kebersamaan dan kesatuan rakyat. Namun, apakah benar demikian?
Untuk mengetahui jawabannya, kamu bisa mencari tahu lewat ulasan sejarah berdirinya Suishintai atau Barisan Pelopor berikut. Selamat membaca!
Latar Belakang Terbentuknya Suishintai
Pada tahun 1941, Jepang menyerang pangkalan armada Amerika Serikat yang terletak di Pearl Harbour, Hawaii. Kedua negara tersebut memang berada di kubu yang bersebarangan dalam Perang Dunia II.
Jepang berada di kubu Poros bersama Jerman dan Italia. Sementara itu, Amerika Serikat berada di kubu Sekutu bersama dengan Inggris, Perancis, Uni Soviet, Tiongkok, dan Belanda.
Setelah peristiwa pengeboman tersebut, kedudukan Sekutu menjadi melemah. Jepang kemudian memanfaatkan hal itu untuk mengambil daerah jajahan negara Sekutu. Salah satunya adalah Hindia Belanda yang dikuasai Belanda.
Bangsa asing ini memang akhirnya dapat merebut Hindia Belanda. Namun, tentu saja perang masih berlanjut dan mereka mendapatkan serangan balasan dari pihak lawan.
Sekitar tahun 1942, Jepang mengalami serangan yang cukup parah dari Sekutu ketika bertarung di wilayah Guadalkanal. Hal ini kemudian membuat mereka tersadar kalau tidak bisa bekerja sendirian untuk mempertahankan wilayah jajahan.
Maka dari itu, Jepang kemudian mulai memberdayakan rakyat. Awalnya, mereka memberikan pendidikan untuk para pemuda. Tentu saja, di sana diselipkan pelajaran-pelajaran yang memuat unsur propaganda. Dengan demikian, nantinya para pemuda akan lebih mudah untuk dikontrol.
Setelah itu, langkah yang mereka ambil adalah mendirikan organisasi, baik itu militer maupun semi militer. Pada mulanya, tujuan pembentukan organisasi-organsisi tersebut adalah untuk mendukung Jepang dalam peperangan.
Namun kemudian, banyak dari antara pejuang kemerdekaan yang masuk menjadi anggota organisasi tersebut. Mereka memanfaatkan kesempatan dan menggunakannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Termasuk salah satunya adalah Suishintai atau Barisan Pelopor.
Baca juga: Kronologi Sejarah Perang Diponegoro: Perlawanan Rakyat terhadap Belanda Terbesar di Pulau Jawa
Sejarah Berdirinya Barisan Pelopor
Perang Asia Raya masih terus berlanjut dan semakin lama kedudukan Jepang semakin melemah. Hal tersebut tentu saja membuat keadaan di Hinda Belanda menjadi semakin tidak kondusif.
Karena kejadian itu, kaum nasionalis kemudian meminta kepada Pemerintah Jepang untuk membentuk organisasi semi militer. Rupanya, permintaan tersebut mendapatkan respon yang cukup cepat dari Chuo Sangi-in atau Dewan Pertimbangan Pusat.
Tepatnya pada tanggal 1 November 1944, Barisan Pelopor atau Suishintai resmi berdiri. Pada waktu itu, Dewan Pertimbangan Pusat menunjuk Ir. Soekarno sebagai pemimpinnya. Sementara itu, ia nanti akan dibantu oleh Otto Iskandardinata, R.P. Suroso, dr. Moewardi, dan dr. Buntaran Martoatmojo.
Tujuan utama pembentukan Barisan Pelopor adalah untuk mempererat rasa perasaudaraan antar rakyat dan semakin memupuk cinta tanah air. Dengan demikian, nantinya akan bisa mencegah serangan musuh dari luar.
Yang dikatakan oleh Pemerintah Jepang memang seperti itu. Namun, tujuan yang sebenarnya adalah untuk mendapatkan pasukan siap siaga jika Sekutu mulai menyerang ke daerah-daerah.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
Keanggotaan Suishintai
Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, organisasi militer lain seperti PETA maupun Heiho mencantumkan range usia sebagai syarat keanggotaan. Namun, Suishintai sepertinya tidak sekaku itu. Pemuda umur berapapun dapat menjadi anggotanya.
Barisan Pelopor juga tidak memberikan syarat minimal pendidikan yang pernah dimiliki calon anggota. Maka dari itu, para anggotanya berasal dari berbagai tingkat pendidikan. Mulai dari yang tidak pernah mengenyam pendidikan hingga yang berpendidikan tinggi.
Hal tersebut rupanya dilakukan bukan tanpa sebab. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, semua orang bisa dirangkul sehingga dapat tercapai solidaritas bersama.
Karena keheterogenan itu, Barisan Pelopor bisa berkembang dengan pesat. Sekitar tahun 1945, mereka sudah mendapatkan anggota sebanyak 60.000 orang.
Di dalam organisasi ini rupanya memiliki kelompok khusus yang dijuluki Barisan Pelopor Istimewa. Sub organisasi yang beranggotakan 100 orang inilah yang membuat Barisan Pelopor berkembang dengan pesat dan menginspirasi rakyat untuk semakin menjaga persaudaraan dan semangat nasionalisme.
Beberapa organisasi bentukan Jepang memang memiliki seragam khusus. Namun Suishintai tidak memilikinya. Ciri khas yang membedakan anggota organisasi ini dengan yang lainnya adalah lencana kepala banteng di dalam lingkaran yang nantinya terpasang pada baju sebelah kiri.
Menariknya, organisasi ini hanya berkembang di perkotaan saja. Para anggotanya mendapatkan pelatihan kemiliteran dasar dan hanya menggunakan alat sederhana seperti bambu runcing dan senapan kayu.
Peranan Barisan Pelopor dalam Kemerdekaan
Sumber: Wikimedia Commons
Pada mulanya, Pemerintah Jepang menyiapkan Barisan memang untuk aksi bela negara. Namun kemudian, organisasi tersebut hanya fokus untuk menggalang massa.
Setelah itu, fungsinya beralih menjadi pengawal tokoh nasionalis ketika menyampaikan pidato-pidato di depan publik. Dari situ, para anggotanya kemudian terlibat dalam pengamanan Soekarno-Hatta ketika akan membacakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kisahnya bermula dari para pemuda yang mendapatkan kabar bahwa Soekarno-Hatta akan membacakan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada). Paginya sebelum pukul 09.30, anggota Suishintai sudah berada di lapangan tersebut untuk melakukan pengamanan.
Namun dari pemantauan mereka, di lokasi tersebut terdapat banyak sekali tentara Jepang. Mungkin para tentara tersebut bertujuan untuk mengganggu proses pembacaan proklamasi sehingga Indonesia tidak jadi merdeka.
Karena tidak mau ada hal-hal yang tidak diinginkan merusak rencana pembacaan proklamasi, pemuda-pemuda anggota Suishintai kemudian berkoodinasi ulang. Lokasi pembacaan pun dialihkan ke tempat tinggal Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.
Pada waktu itu, anggota Barisan Pelopor yang bertugas di lapangan adalah Sudiro. Setelah mendapatkan kabar tersebut, ia lalu menempel pengumuman di sekitar lalu bergegas pergi ke kediaman Soekarno beserta anggota yang lain.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
Proklamasi Hampir Gagal
Hari semakin siang dan semua orang sudah banyak yang berkumpul. Soekarno akan segera membacakan teks proklamasi. Namun kemudian, tersiar kabar bahwa Bung Hatta tidak mau ikut memproklamirkan.
Pemimpin Barisan Pelopor cabang Jakarta, yaitu dr. Moewardi mendesak Soekarno untuk tidak menunggu Bung Hatta. Ia takut jika tiba-tiba Jepang datang dan kemudian merusak semuanya.
Celakanya, pria itu tidak mau membacakan kalau tidak ada Bung Hatta. Ia berulang kali menekankan tidak akan melakukan apa pun tanpa partnernya itu. Pembacaan proklamasi pun hampir gagal karenanya.
Mungkin memang sudah takdirnya Indonesia akhirnya merdeka. Beberapa saat kemudian, datanglah Bung Hatta yang dijemput oleh beberapa anggota PETA.
Akhirnya, Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi yang sudah tersusun rapi. Selanjutnya, petugas mengibarkan bendera merah putih. Semua yang hadir pun mengheningkan cipta dan kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Drama proklamasi sepertinya tidak berhenti di situ. Tak berapa lama, datanglah salah seorang petinggi Jepang yang memaksa Soekarno untuk tidak mengumumkan kemerdekaan RI.
Ia mengatakan bahwa pemerintah militer pusat melarang adanya kegiatan proklamasi. Soekarno pun menjawab dengan tegas bahwa proklamasi tidak bisa diganggu gugat karena sudah terlaksana. Dengan demikian, hari kemerdekaan Indonesia tetap jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Tondano: Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Melawan Belanda
Beralih Menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI)
Sumber: Wikimedia Commons
Peranan Barisan Pelopor atau Suishintai tidak berhenti begitu saja setelah Indonesia merdeka. Mereka juga berjuang ketika Belanda melakukan agresi militer.
Tepatnya pada tanggal 16 Desember 1945, Barisan Pelopor dipimpin oleh dr. Moerwardi berubah menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Pada waktu itu, jumlah anggotanya sudah tidak terlalu banyak.
Mereka yang bergabung mendapatkan peralatan senjata lengkap dan kemudian dikenal sebagai milisi yang tangguh. Tak main-main, mereka juga memiliki jaringan yang sangat kuat di wilayah Sumatera dan Jawa.
Sekitar awal tahun 1946, pasukan BBRI sanggup memukul mundur tentara Sekutu ketika terjadi peperangan di Cianjur. Padahal, yang mereka lawan itu merupakan tentara milik Inggris yang sangat terlatih.
Semangat mereka untuk mempertahankan kemedekaaan Indonesia pada waktu itu memang sangat besar. Namun sayang, itu semua tidak diimbangi dengan kedisplinan anggota-anggotanya.
Ketika ada peperangan melawan musuh, terkadang juga terjadi masalah akibat kekuarangan komandan lapangan yang mumpuni dalam kemiliteran. Hal tersebut pun berimbas melemahnya kekuatan organisasi tersebut.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
Pernah Terlibat Konflik dan Akhir dari Barisan Pelopor
Penerus Barisan Pelopor ini pernah terlibat konflik yang terjadi di daerah Surakarta sekitar bulan April 1946. Akar permasalahannya adalah tuntutan PNI untuk pencabutan kekuasaan Sunan.
Karena hal tersbut anggota BBRI bekerja sama dengan pemimpin serikat buruh untuk melakukan pengempungan tempat Sang Sunan. Sayang sekali, pemimpin serikat buruh tersebut terkenal memiliki memiliki track record yang kurang baik.
Entah dimanfaatkan atau bagaimana, para pemimpin BBRI dan PNI yang terlibat dalam kerusuhan pun ditangkap. Hal ini tentu saja membuat anggota BBRI yang lain marah.
Mereka berupaya untuk membebaskan para pemimpin dengan cara melakukan protes besar-besaran. Beruntungnya, Jenderal Soedirman dapat meredam kemarahan massa dengan membebasakan pemimpin mereka.
Tidak berhenti di situ saja, BBRI mengalami konflik dengan PNI yang dipimpin oleh Soekarno. Organisasi tersebut dengan tegas menolak untuk berkompromi dengan Belanda. Namun, PNI mendukung adanya perundingan damai dengan bangsa penjajah itu.
Karena hal tersebut, BBRI kemudian bergabung dengan pasukan Tan Malaka yang memiliki prinsip bahwa Indonesia harus selalu merdeka. Selain itu, turut bergabung pula beberapa kaum komunis. Akhirnya terbentuklah Gerakan Revolusioner Rakyat pada tanggal 25 Januari 1948.
Tak lama kemudian terjadilah konflik antara gerakan tersebut dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang digawangi oleh PKI dan Pesindo. Mereka menculik dr Moewardi pada tanggal 13 September 1948.
FDR yang tak kunjung memulangkan dr. Moewardi memicu kemarahan GGR. Dengan dibantu Divisi Siliwangi, mereka memburu dan menhabisi anggota FDR.
Setelah peristiwa ini gaung dari BBRI tidak terdengar lagi. Hal tersebut dikarenakan sebagian anggotanya ada yang bergabung dengan TNI dan ada pula yang mendirikan kelompok-kelompok kecil sendiri.
Baca juga: Kronologi Terjadinya Agresi Militer Belanda 1: Usaha untuk Kembali Menguasai Indonesia
Sudah Puas Menyimak Ulasan Sejarah tentang Suishintai di Atas?
Tadi kamu sudah menyimak ulasan sejarah berdirinya Barisan Pelopor hingga pembubarannya, kan? Nah, semoga saja apa yang kamu baca di atas berguna untuk semakin menambah wawasanmu, ya.
Oh iya, di PosKata kamu tidak hanya bisa menemukan informasi tentang Indonesia di masa penjajahan saja, lho. Kalau misalnya tertarik dengan ulasan sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia, kamu bisa banget membacanya di sini.
Selain kerajaan bercorak Hindu-Buddha seperti Majapahit, Mataram Kuno, Singasari, atau Tarumanegara. Di sini, kamu juga bisa menemukan ulasan sejarah kerajaan bercorak Islam seperti Demak, Aceh, Gowa-Tallo, dan masih banyak lagi. Yuk, lanjutkan membacanya!