
Saat menjajah Indonesia, Jepang menerapkan banyak kebijakan. Salah satunya adalah romusha atau kerja paksa. Lantas, apa itu romusha dan bagaimana situasinya pada saat itu? Ulasan lengkapnya bisa dicek pada artikel berikut.
Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar tentang romusha atau kerja paksa yang dilaksanakan pada zaman penjajahan Jepang. Menurut catatan sejarah, rakyat sangatlah menderita akibat kebijakan tersebut.
Jepang pertama kali menginjakkan kaki ke Hindia Belanda pada tahun 1942 setelah melemahkan Amerika Serikat di Perang Dunia II. Pada awalnya, mereka diterima dengan baik oleh rakyat. Hal tersebut dikarenakan mereka berhasil mengusir Belanda dari sini. Selain itu, mereka juga datang dengan membawa agenda “saudara tua”.
Namun tak berapa lama, tujuan sebenarnya mengapa mereka datang ke sini terkuak juga. Salah satunya adalah untuk menguasai sumber daya alam Hindia Belanda. Nah yang kamu baca barusan hanyalah secuil informasi mengenai kerja paksa romusha. Kalau ingin menyimak informasi lebih lengkapnya, lanjutkan saja membacanya, ya!
Apa Itu Romusha?
Dalam bahasa Jepang, romusha artinya adalah buruh atau pekerja. Selanjutnya, di Hindia Belanda kata-kata tersebut digunakan sebagai panggilan untuk orang-orang yang dipekerjakan secara paksa oleh Jepang.
Beberapa waktu setelah kedatangannya, Jepang mulai memberlakukan romusha tepatnya pada tahun 1943. Sasaran dari kebijakan tersebut pada mulanya ditujukan untuk para petani.
Program ini merupakan kegiatan sukarela, bukan sebuah paksaan. Hal tersebut juga dikarenakan Jepang dengan gencarnya menggaungkan propaganda “demi kemakmuran bersama Asia Timur Raya”. Maka dari itu, banyak petani yang mau menjadi romusha.
Namun lambat laun, program tersebut kemudian menjadi sebuah paksaan. Tidak hanya petani saja, tetapi juga para pemuda ditarik untuk menjalankan program tersebut.
Pada waktu itu, para tokoh nasionalis awalnya pun mau bekerjasama dengan Jepang. Mereka belum manyadari tujuan sebenarnya dari kedatangan Jepang.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Milik Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Sekarang
Pelaksanaan Kerja Paksa Romusha
Orang-orang dari Jawa yang jumlahnya sangat banyak tersebut kemudian dikirim ke daerah luar Jawa. Selain itu, mereka juga dikirim ke daerah Asia Tenggara lain seperti Thailand, Birma, Vietnam, dan lain-lain.
Contoh pekerjaan yang dilakukan pada saat kerja paksa romusha adalah membangun sarana prasarana seperti rel kereta api, jalan, gedung, bandara, dan lain-lain. Karena memang pada awalnya, tujuan diadakannya romusha adalah untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Awalnya, orang-orang memang dipekerjakan untuk menjadi buruh kasar. Selanjutnya, mereka dipaksa untuk berperang dan akhirnya gugur.
Tidak ada catatatan resmi mengenai berapa banyak orang yang dikirim pada waktu itu. Sebuah sumber sejarah mencatat setidaknya sekitar 300.000 ribu laki-laki dipaksa untuk menjalani romusha. Namun, ada pula yang menyebutkan kalau jumlahnya mencapai jutaan orang.
Menariknya, Jepang mampu menutupi perbuatannya ini dari dunia internasional. Mereka mengatakan kalau romusha merupakan pahlawan pekerja.
Baca juga: Faktor-Faktor yang Diduga Menjadi Pemicu Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Penderitaan Rakyat Akibat Romusha
Selama diterapkan dari tahun 1943 hingga 1945, romusha membuat kehidupan rakyat benar-benar sengara. Berikut ini adalah beberapa catatan mengenai kekejaman Jepang selama menerapkan kerja paksa romusha:
1. Banyak Pekerja yang Meninggal Dunia
Periode penjajahan Jepang di Indonesia ini bisa dibilang sangat singkat jika dibandingkan dengan Belanda. Namun, rakyat benar-benar luar biasa menderita pada saat itu.
Para romusha benar-benar dieksploitasi. Mereka harus bekerja siang malam tanpa kenal lelah. Jika ketahuan lengah, mereka akan mendapatkan hukuman dari pengawas.
Mereka bekerja dengan sangat keras. Namun, bahkan tidak mendapatkan makanan yang layak. Upahnya sangat sedikit dan ada yang tidak mendapatkan sama sekali.
Pekerja-pekerja itu hanya diperbolehkan istirahat pada tengah malam. Itu pun tidurnya bukan di barak-barak, tetapi di atas tanah di tempat mereka bekerja.
Maka dari itu, banyak sekali pekerja yang pada akhirnya jatuh sakit. Biasanya, keadaan para pekerja akan semakin memburuk karena di sana tidak disediakan ahli pengobatan atau perawat.
Nah mungkin daripada menjadi beban, tentara Jepang tidak segan-segan untuk menembak mereka. Mirisnya lagi, setelah meninggal jasad mereka tidak dikuburkan dengan layak. Akan tetapi, mereka akan dibuang begitu saja ke sungai.
2. Ekploitasi Wanita dan Anak-Anak.
Banyaknya laki-laki yang dikirim ke luar daerah membuat kekurangan tenaga di wilayahnya sendiri. Bahkan, sebagian besar dari mereka mungkin tidak akan pernah kembali lagi.
Maka dari itu, Jepang kemudian memperkerjakan para wanita dan anak-anak. Mereka disuruh untuk menggarap kebun atau sawah. Hal itu dilakukan supaya pasokan bahan pokok tetap terjaga.
Selain itu, banyak juga perempuan-perempuan muda yang diiming-imingi akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Contohnya diperbantukan di dapur umum atau merawat para tentara yang terluka akibat perang.
Namun kenyataannya, mereka hanya dikirim ke barak-barak tentara Jepang. Di sana, mereka dijadikan sebagai wanita penghibur atau Jugun Ianfu. Keadaan pada saat itu memang benar-benar sangat kacau.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
3. Perekonomian Merosot Tajam
Dampak lain dari kerja paksa romusha yang dirasakan oleh rakyat adalah kondisi ekonomi yang semakin mengenaskan. Mereka tidak hanya diperas tenaganya saja, tetapi juga barang-barang berharga yang dipunya. Hal tersebut guna menyokong kehidupan para tentara Jepang yang sedang berperang.
Akibatnya, rakyat menjadi semakin miskin. Kelangkaan bahan pangan terjadi di mana-mana. Hal ini juga berhubungan dengan banyaknya petani yang dijadikan romusha ke luar Jawa.
Rakyat banyak yang kurus kering dan tinggal tulang saja karena tidak memiliki apa pun untuk dimakan. Semuanya difokuskan untuk menyuplai kebutuhan prajurit yang berperang.
Tak hanya kekurangan pangan, mereka juga tidak memiliki pakaian yang layang untuk digunakan. Akhirnya, banyak yang kemudian mengubah karung goni untuk dijadikan pakaian.
Untuk yang belum tahu, karung goni ini bahanya sangat kasar sekali. Selain itu, biasanya terdapat banyak kutunya. Maka dari itu, tidak heran kalau akhirnya mereka terserang penyakit kulit.
4. Dijadikan Kelinci Percobaan
Dan, yang terakhir adalah para romusha dijadikan kelinci percobaan. Hal ini bermula dari tahun 1937 di mana Jepang membentuk sebuah lembaga riset pembuatan senjata biologi. Lembaga tersebut bernama Unit 731. Ketuanya berasal dari kalangan militer, yaitu Jenderal Ishii Shiro.
Untuk membuktikan keefektifan dari senjata yang dibuat, mereka menjadikan para pekerja sebagai objek percobaan. Pada mulanya, lembaga tersebut hanya menggunakan tawanan dari Tiongkok untuk uji coba.
Diketahui, hubungan kedua negara itu dulunya memang tidak terlalu baik dan sering berperang. Namun kemudian tak hanya orang Tiongkok saja, Hindi Belanda pun mendapatkan gilirannya.
Isu mengenai para romusha menjadi kelinci percobaan tersebut muncul pada tahun 1943. Pada waktu itu, banyak pekerja di Jakarta yang tiba-tiba menderita sakit dan kritis.
Setelah menjalani pemeriksaan, rupanya mereka terjangkit tetanus. Yang lebih mencurigakan adalah kejadian itu tidak hanya terjadi di markas romusha itu saja, tapi juga di Surabaya dan Kalimantan.
Penyakit-penyakit lainnya yang konon juga diujicobakan adalah kolera, demam berdarah, penyakit menular seksual, pes, dan masih banyak lagi. Mengenai berapa banyak jumlah korbannya tidak ada yang tahu pasti. Namun, diperkirakan puluhan ribu orang meninggal karena peristiwa tersebut.
Tidak hanya dijadikan uji coba senjata kimia, para romusha juga dijadikan objek untuk menguji senjata perang. Mereka nantinya diikat lalu dilempar senjata peledak.
Perbuatan keji tersebut dilakukan untuk mengukur akurasi bom yang digunakan. Ya, lagi-lagi itu untuk kepentingan perang. Bisakah kamu bayangkan betapa mengerikannya itu?
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
Informasi Sejarah Kerja Paksa Romusha
Nah, itulah tadi ulasan lengkap mengenai romusha atau kerja paksa zaman penjajahan Jepang yang bisa disimak di sini. Semoga informasi di atas bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu mengenai peristiwa bersejarah tersebut, ya.
PosKata tidak hanya menyediakan artikel mengenai masa penjajahan saja. Kalau penasaran dan ingin tahu tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia, kamu bisa langsung menyimak artikel menariknya di sini.
Beberapa contohnya ada Kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya, Gowa-Tallo, Mataram Kuno, dan masih banyak lagi. Kalau nggak mau ketinggalan, makanya baca terus, ya!