
Ulasan mengenai silsilah raja-raja yang menduduki tahta Kerajaan Demak memang menarik untuk diikuti. Apabila kamu juga tertarik, informasi selengkapnya dapat kamu baca di bawah ini, ya!
Setiap kerajaan pasti memiliki detail silsilah mengenai raja-raja yang pernah berkuasa, termasuk Kesultanan Demak. Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa ini didirikan oleh Raden Patah dan mengalami kejayaan pada saat dipimpin oleh Sultan Trenggono.
Setiap raja yang memimpin tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perjalanan menuju tahta juga tidak bisa dibilang mulus. Terlebih lagi, perebutan kekuasaan memang selalu dipenuhi oleh intrik dan pergolakan yang rumit.
Sudah penasaran dan tidak sabar ingin segera menyimak ulasan lengkap mengenai silsilah para raja di Kerajaan Demak ini, ya? Daripada kelamaan, langsung saja cek selengkapnya berikut ini, yuk!
Silsilah Kerajaan Demak
Di bawah ini adalah daftar serta penjelasan singkat mengenai silsilah para raja yang pernah duduk di singgasana Kerajaan Demak. Mereka adalah:
1. Raden Patah
Pendiri Kerajaan Demak ini lahir di Palembang pada tahun 1455 Masehi. Ayahnya adalah Brawijaya V yang merupakan raja dari Kerajaan Majapahit. Sementara itu, sang ibu bernama Siu Ban Ci yang berasal dari Tiongkok dan beragama muslim.
Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa seorang keturunan raja di Jawa bisa lahir di Palembang? Nah, ceritanya bermula dari fakta bahwa ibunya hanyalah seorang selir.
Ternyata, perhatian yang diberikan oleh raja pada ibunya memantik rasa cemburu di hati permaisuri, yaitu Ratu Dwarawati. Maka dari itu, ibunya yang saat itu sedang mengandung terpaksa diasingkan ke Palembang, yakni ke tempat Arya Damar yang merupakan kepercayaan ayahnya.
Beberapa saat setelah ia lahir, ibunya lalu menikah dengah Arya Damar. Dari pernikahan tersebut, lahirlah Raden Kusen.
Setelah dewasa, Raden Patah yang memiliki nama kecil Jin Bun ini ditunjuk untuk menggantikan ayah tirinya menjadi pemimpin di Palembang. Akan tetapi, ia tidak mau dan lebih memilih kembali ke Jawa.
Sekembalinya ke Jawa, ia berguru untuk memperdalam ilmu pada Walisongo. Setelah dianggap mumpuni, dirinya kemudian diangkat menjadi seorang ulama.
Menjadi Raja
Raden Patah kemudian pergi ke daerah Jawa Tengah dan membuka sebuah hutan untuk dijadikan pesantren. Pondok pesantren yang dinamakan Glagahwangi inilah yang menjadi pusat kegiatan untuk menyebarkan agama Islam. Glagahwangi merupakan cikal bakal Masjid Agung Demak.
Karena kepemimpinannya yang baik, pondok asuhannya mengalami perkembangan yang pesat. Melihat hal tersebut, Raja Brawijaya V kemudian mengangkatnya menjadi pemimpin di wilayah tersebut dan menamainya Kadipaten Demak.
Ketika Kerajaan Majapahit mengalami gonjang-ganjing karena kudeta dari Giriwardhana, banyak wilayah yang ingin melepaskan diri. Raden Patah kemudian mendapatkan dukungan penuh dari para wali untuk melepaskan wilayahnya dari Majapahit.
Pada tahun 1478, Raden Patah resmi naik tahta memimpin Kerajaan Demak dengan bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil mengubah tatanan sosial menjadi lebih baik.
Tokoh yang juga dikenal dengan nama Raden Fatah ini memiliki tiga orang istri. Istrinya yang pertama adalah putri dari Sunan Ampel. Dari pernikahan itu lahirlah Pati Unus dan Sultan Trenggana.
Setelah itu, ia menikah lagi dengan anak perempuan Rangdu Sanga. Pasangan tersebut mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Raden Kaduruwan.
Dan yang terakhir, pria itu menikah dengan putri dari Adipati Jipang. Tak lama kemudian, lahirlah Raden Kikin dan Ratu Mas Nyawa.
Raden Patah menjadi raja kurang lebih selama 40 tahun. Ia meninggal pada tahun 1518 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Masjid Agung Demak.
Baca juga: Nama Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Sriwijaya
2. Adipati Unus
Silsilah Kerajaan Demak dilanjutkan oleh Pati Unus. Ada beberapa informasi mengenai asal-usul pengganti Raden Patah ini.
Beberapa sumber mengatakan kalau ia adalah anak kandung dari raja pendiri Kerajaan Demak. Akan tetapi, ada pula yang mengatakan kalau ia hanyalah menantu saja.
Dalam buku yang berjudul Suma Oriental, Tomo Pires menuliskan kalau Pati Unus merupakan keturunan dari Kalimantan Barat. Ayahnya adalah seorang saudagar yang terpandang dan memiliki kekuasaan.
Hingga kemudian, orang tuanya memutuskan untuk ke Jawa. Entah bagaimana prosesnya, salah satu putri Raden Patah kemudian menikah dengan Pati Unus.
Laki-laki yang mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor ini adalah seorang yang tidak kenal takut. Sebelum naik tahta, ia adalah panglima perang yang bisa diandalkan. Di usianya yang baru 17 tahun, ia pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka.
Ketika Raden Patah wafat, Pati Unus kemudian ditujuk untuk menggantikannya. Ia resmi naik tahta pada tahun 1518 Masehi.
Masa pemerintahannya bisa dibilang cukup singkat, yaitu hanya tiga tahun saja. Mengenai akhir hidup raja kedua Kerajaan Demak ini juga ada beberapa versi.
Yang pertama adalah ia tewas saat saat menyerang Portugis yang kesekian kalinya. Namun, ada pula yang mengatakan kalau ia selamat meskipun pulang dengan kekalahan.
Kemudian, ada sumber lain yang menyebutkan bahawa kematiannya disebabkan oleh pembengkakan paru-paru. Ia meninggal pada tahun 1521 Masehi dan dimakamkan di kompleks pemakaman Masjid Agung Demak. Tepatnya di samping makam Raden Patah.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
3. Sultan Trenggono
Adipati Unus yang meninggal dalam peperangan tersebut tidak memiliki keturunan. Maka dari itu, terjadi kekosongan tahta yang kemudian dijadikan rebutan oleh Raden Trenggono dan Raden Kikin.
Dalam perebutan itu, Raden Kikin kalah. Dengan demikian, Sultan Trenggono kemudian naik tahta pada tahun 1521 Masehi.
Banyak usaha yang dilakukan oleh Sultan Trenggono hingga dapat membawa Kerajaan Demak meraih masa kejayaannya. Yang pertama adalah melebarkan wilayah kekuasaannya ke daerah Jawa Barat.
Pada waktu itu, sang raja menyuruh Fatahillah untuk menghalau Portugis supaya tidak menguasai daerah tersebut dan berhasil. Ia bahkan dapat merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan kemudian yang kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta.
Setelah itu, Fatahillah menikahi adik perempuan raja. Ia juga turut menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.
Pada tahun 1528, Cirebon menjadi salah satu daerah taklukkan Kerajaan Demak. Melihat sepak terjang Fatahillah selama ini, Sultan Trenggono kemudian mengangkatnya menjadi pemimpin di Cirebon.
Tak berhenti di situ saja, ekspansi tersebut kemudian merembet ke daerah bekas kekuasaan Majapahit dahulu. Beberapa contohnya adalah Madiun, Surabaya, Lamongan, Blitar, Malang, dan Kediri. Selain itu, beberapa daerah seperti Pulau Kalimantan, Jambi, dan Palembang juga tuntuk di bawah kekuasaannya.
Metode yang dilakukan oleh Sultan Trenggono dalam melakukan perluasan wilayah tidak hanya lewat pertempuran saja. Akan tetapi juga melalui perkawinan politik putrinya dengan orang-orang yang memiliki daerah kekuasaan.
Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang Harus Kamu Tahu
Kehidupan Pribadi dan Akhir Hidup
Semasa hidupnya, Sultan Trenggono menikah sebanyak dua kali. Yang pertama adalah dengan putri Nyai Ageng Malaka. Dan, yang kedua dengan seorang putri dari Sunan Kalijaga.
Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan beberapa orang anak. Salah satunya adalah Raden Mukmin yang kemudian lebih dikenal sebagai Sunan Prawoto.
Selain itu, ada Ratu Kalinyamat yang nantinya menikah dengan Pangeran Hadiri, bupati Jepara. Kemudian ada Ratu Mas Cempaka yang menikah dengan Jaka Tingkir atau Mas Kerebet. Dan yang terakhir, ada Pangeran Timur yang menjadi pemimpin daerah Madiun.
Sultan Trenggono meninggal dunia saat melakukan usaha untuk menaklukkan daerah Panarukan pada tahun 1546 Masehi. Beruntungnya, silsilah Kerajaan Demak tidak berhenti sepeninggal Sultan Trenggana. Sunan Prawoto pun dapat menggantikan untuk meneruskan pemerintahannya.
4. Sunan Prawoto
Pada tahun 1546, Raden Mas Mukmin naik tahta menggantikan ayahnya. Namun sayang sekali, ia tidak memiliki kemampuan memimpin dan menguasai taktik politik seperti sang ayah.
Bahkan, dirinya lebih memilih fokus untuk menyebarkan agama Islam dibandingkan dengan mengurus pemerintahan. Itulah sebabnya ia tidak memakai gelar raja, melainkan memakai nama Sunan Prawoto.
Keadaan tersebut tentu saja membuat situasi di Kerajaan Demak menjadi goyah dan kurang kondusif. Banyak wilayah yang kemudian memiliki keinginan untuk melepaskan diri.
Pemerintahannya pun berjalan hanya selama tiga tahun saja. Karena pada suatu hari, Sunan Prawoto dan istrinya tewas dibunuh.
Rupanya yang menjadi dalang dari peristiwa tersebut adalah Arya Panangsang. Ia menyuruh seseorang untuk membunuh sepupunya itu. Namun akhirnya, sang pembunuh itu juga ikut tewas.
Selain untuk mendapatkan kekuasaan, dendam juga melatarbelakangi kejadian ini. Kamu masih ingat, kan, mengenai Sultan Trenggono dan Raden Kikin, ayah Arya Penangsang, yang berebut kekuasaan?
Nah ternyata, Sultan Trenggono bisa naik tahta karena Sunan Prawoto membunuh Raden Kikin. Ia membunuhnya di tepi sebuah sungai setelah melaksanan salat Jumat. Itulah mengapa Raden Kikin mendapatkan julukan lain, yaitu Pangeran Sekar Seda ing Lepen.
Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
5. Arya Panangsang
Silsilah raja yang pernah mengasai Kerajaan Demak berlanjut di tangan Arya Panangsang. Sebelum naik tahta, ia menjadi adipati di wilayah Jipang. Dirinya menggantikan sang ayah yang tewas di tangan sepupunya sendiri.
Sayang sekali, ambisinya untuk menjadi orang nomor satu di Kerajaan Demak ini membuatnya seperti haus darah untuk menyingkirkan saudara-saudara yang lain. Karena setelah membunuh Sunan Prawata, ia juga membunuh Pangeran Hadiri.
Tak berhenti di situ saja, ia juga mengirimkan beberapa orang untuk membunuh Hadiwijaya. Namun berkat kesaktiannya, Hadiwijaya bisa selamat dari serangan tersebut.
Ratu Kalinyamat yang sedih sekaligus marah atas apa yang dilakukan sepupunya itu. Ia kemudian berbicara kepada Hadiwijaya untuk membalaskan dendamnya. Jika berhasil, ia akan memberikan Demak..
Hadiwijaya merasa bimbang. Sebenarnya, ia tidak ingin menyerang Arya Panangsang karena bagaimanapun laki-laki itu memang berhak untuk mewarisi tahta. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan tindakan kejamnya.
Setelah melewati berbagai pertimbangan, Hadiwijaya kemudian membuat sayembara. Isinya adalah siapa pun yang berhasil membunuh Arya Panangsang akan diberi tanah di Mataram dan Pati.
Sayembara tersebut menarik minat kedua kakaknya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Selain itu, anak Ki Ageng yang bernama Sutawijaya juga turut serta. Setelah itu rombongan tersebut kemudian pergi untuk menyerang raja Kerajaan Demak kelima tersebut.
Arya Panangsang yang mengetahui hal itu tentu saja naik pitam dan tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia turun tangan sendiri menghadapi lawan-lawannya.
Akan tetapi, keberuntungan memang berada di pihak sang penyerang. Arya Panangsang tewas di tangan Sutawijaya.
Setelah semuanya selesai, Hadiwijaya kemudian mengambil alih tahta dan memindahkannya ke Pajang. Dengan demikian, Arya Panangsang merupakan raja terakhir yang sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Demak.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
Informasi tentang Silsilah Kerajaan Demak
Demikianlah informasi lengkap mengenai silsilah raja yang pernah menguasai Kerajaan Demak. Tidak jauh berbeda dari Kerajaan Majapahit yang keturunannya saling bertarung untuk mengusai tahta.
Nah, buat kamu mungkin penasaran ingin membaca ulasan serupa tentang kerajaan lain, mending langsung cek artikel-artikel di PosKata. Tunggu apalagi? Langsung dibaca, yuk!