
Apakah kamu sedang mencari apa saja peninggalan sejarah dari Kerajaan Tarumanegara beserta ulasannya? Pas banget, nih, kamu bisa menyimak selengkapnya berikut.
Kerajaan Tarumanegara yang berdiri pada tahun 450 Masehi ini keberadaannya dapat terdeteksi oleh para ahli sejarawan dari peninggalan-peninggalan sejarah yang ditemukan. Benda-benda tersebut kebanyakan ditemukan di pinggir sungai Cisadane yang diduga merupakan pusat peradabannya.
Bentuk dari peninggalan tersebut ada berbagai macam. Ada yang berupa prasasti, reruntuhan candi, dan juga arca.
Kalau kamu sudah tidak sabar ingin segera mengetahui apa saja peninggalanserta ulasan lengkapnya, lebih baik langsung cek saja informasi di bawah ini, yuk! Selamat membaca!
Peninggalan-Peninggalan Sejarah Kerajaan Tarumanegara Berupa Prasasti
Adapun, peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut:
1. Prasasti Tugu
Sumber: Wikimedia Commons
Benda bersejarah peninggalan dari kerajaan Hindu tertua kedua di nusantara ini ditemukan pertama kali oleh seorang Belanda pada tanggal 4 Maret 1879. Pada waktu ditemukan, prasasti tersebut terkubur di dalam tanah dan hanya terlihat puncaknya saja.
Lokasi penemuannya adalah di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, Jakarta. Tulisan dalam prasasti yang terbuat dari batu ini menggunakan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sanskerta.
Sayang sekali, pada batu bersejarah itu tidak ditemukan tanggal pembuatannya. Namun, para ahli sejarah memperkirakan prasasti tersebut dibuat sekitar abad kelima.
Pada tahun 1885, H. Kern mulai menulis transkripsinya. Prosesnya cukup memakan waktu yang cukup lama. Setelah itu, kemudian ditafsirkan oleh beberapa sejarawan seperti N.J. Krom, F.D.K Bosch, dan Poerbatjaraka.
Isi dari Prasasti Tugu adalah tentang penggalian Sungai Gomati dan Candrabhaga pasa masa kepemimpinan Purnawarman. Panjang galian tersebut 6112 tombak atau sekitar 12 kilometer dengan pengerjaan selama 21 hari.
Alasan pembuatannya adalah untuk menghindari kekurangan air di musim kemarau dan mencegah terjadinya banjir. Tak hanya itu saja, sebagai rasa syukur atas selesainya pembangunan tersebut, sang raja kemudian memberikan hadian sebanyak 1.000 ekor sapi.
Pada tahun 1973, para arkeolog pernah menggali kembali lokasi penemuan prasasti tersebut. Di sana, ditemukan sejumlah gerabah yang memiliki bentuk dan pola yang berbeda.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
2. Prasasti Cidanghiang
Sumber: Wikimedia Commons
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara selanjutnya ditemukan di sekitar Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Sebenarnya, benda ini telah ditemukan oleh Toebagus Roesjan pada tahun 1947. Akan tetapi, benda purbakala tersebut baru benar-benar diteliti pada tahun 1954.
Peninggalan sejarah yang juga disebut Prasasti Munjul ini memiliki ukuran 3,2 x 2,25 meter dan terbuat dari batu andesit. Seperti kebanyakan prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan, tulisan di dalamnya menggunakan bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa.
Isinya adalah tentang keperwiraan, keberanian, dan kebesaran dari Purnawarman. Selain itu, dapat diketahui juga kalau wilayah Banten dulunya juga berada di bawah Kerajaan Tarumanegara.
Nah, batu bersejarah ini lokasinya berada di dasar aliran sungai yang cukup susah untuk dijangkau jika kalau ingin melihatnya secara langsung. Pada saat tertentu, terutama musim hujan biasanya air sungai akan meluap dan menggenangi prasasti tersebut.
Hal tersebut sangat disayangkan mengingat tulisannya bisa saja hilang jika terus menerus terkena luapan. Sangat disayangkan jika benda bersejarah tersebut menjadi rusak dan hilang.
3. Prasasti Jambu
Sumber: Wikimedia Commons
Selanjutnya adalah Prasasti Jambu atau yang juga dikenal sebagai Prasasti Koleangkak. Sesuai dengan namanya, benda peninggalan Kerajaan Tarumanegara tersebut ditemukan di sebuah perkebunan pohon Jambu di daerah Bogor.
Orang yang menemukannya adalah Jonathan Rigg, seorang Belanda, pada tahun 1854. Akan tetapi, prasasti tersebut baru diketahui oleh Dinas Purbakala seratus tahun kemudian, tepatnya tahun 1947. Setelah itu, baru diteliti tahun 1954.
Pada batu yang berukuran sekitar 2 meter ini terdapat cap sepasang telapak kaki. Sayangnya, ada bagian yang telah hilang karena pecah.
Tulisan dalam Prasasti Jambu ini hanya terdiri dari dua baris. Penulisannya menggunakan aksara Pallawa dan menggunakan seloka bahasa Sanskerta.
Mengenai waktu penulisannya sendiri tidak dituliskan dengan jelas dalam prasasti tersebut. Hanya saja, para ahli menduga kalau penulisannya sekitar abad k-5 Masehi. Isinya adalah tentang Raja Purnawarman yang menjadi pemimpin Kerajaan Tarumanegara.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
4. Prasasti Ciaruteun
Replika Prasasti Ciaruteun
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan berupa prasasti dari Kerajaan Tarumanegara ini juga dinamai sesuai dengan tempat penemuannya, yaitu Ciaruteun. Lebih tepatnya, ditemukan di aliran sungai Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Benda yang juga disebut sebagai Prasasti Ciampea ini pertama kali ditemukan pada tahun 1863 Masehi. Namun, belum ada tindak lanjutnya. Malah pada tahun 1893, prasasti itu sempat hanyut dan baru dikembalikan ke tempat semula pada tahun 1903.
Setelah itu, prasasti ini baru mendapatkan perhatian dari pemerintah pada tahun 1981 untuk dipindahkan ke tempat yang lebih baik dan diberi pelindung. Benda tersebut juga memiliki beberapa replika yang salah satunya ditaruh di Museum Nasional Indonesia.
Prasasti Ciaruteun memiliki ukuran 200 x 150 cm dengan bobot sekitar 8 ton. Pada batunya juga terdapat cap sepasang telapak kaki dengan disertai ukiran sulur.
Tulisannya terdiri dari empat baris yang ditulis menggunakan huruf Pallawa. Isinya adalah tentang Raja Purnawarman yang dianggap sebagai Dewa Wisnu. Ia tidak hanya seorang penguasa, tetapi juga pelindung untuk rakyatnya.
Cetakan kaki itu juga bisa diartikan sebagai lambang kekuasaan raja atas tempat tersebut. Selain itu, ada pula sejarawan yang mengatakan kalau cap kaki tersebut kurang lebih fungsinya sama seperti tanda tangan di masa sekarang.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
5. Prasasti Kebon Kopi
Sumber: Cagar Budaya Kemdikbud
Pada urutan kelima ada Prasasti Kebon Kopi. Nama tersebut diambil dari tempatnya ditemukan, yaitu sebuah perkebunan kopi yang terletak di Kampung Muara, Bogor. Daerah ini merupakan pertemuan dari tiga sungai, yaitu Sungai Ciaruteun, Cisadane, dan Cianten.
Orang yang menemukannya adalah N.W. Hoepermans pada tahun 1864. Setelah itu baru diteliti oleh beberapa ahli seperti J.F.G. Brumund, H. Kern, dan R.D.M. Verbeek.
Penemuannya pun bisa dibilang karena unsur ketidaksengajaan. Benda tersebut ditemukan oleh Jonathan Rigg ketika dilakukan pembukaan hutan untuk perkebunan kopi pada tahun 1863.
Prasasti Kebon Kopi ini terbuat dari batu andesit yang memiliki panjang 164 cm, tinggi 69 cm, dan lebar 104 cm. Di atasnya, terdapat cap sepasang telapak kaki gajah. Itulah sebabnya benda ini juga dinamakan Prasasti Tapak Gajah.
Tulisan pada peninggalan Kerajaan Tarumanegara tersebut hanya terdiri dari satu baris. Intinya adalah telapak kaki gajah tersebut merupakan kendaraan dari Raja Purnawarman yang juga dianggap agung.
6. Prasasti Muara Cianten
Sumber: Cagar Budaya Kemdikbud
Selanjutnya, beralih ke Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan oleh N.W. Hoepermans di tahun yang sama. Lokasi penemuannya berada di Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang.
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara tersebut terbuat dari batu alam yang panjangnya 317 cm, tinggi 140 cm, dan lebar 148 cm. Dari hari ditemukannya, benda tersebut tetap berada di tempatnya hingga sekarang.
Sayangnya karena terletak di tebing Sungai Cisadane, terkadang benda tersebut terkena luapan airnya. Oleh karena peristiwa tersebut terjadi berulang-ulang, maka mengakibatkan batunya terkikis. Tulisannya pun hilang sehingga tidak dapat dibaca. Jadi, belum ada yang bisa mengetahui apa isinya.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
7. Prasasti Pasir Awi
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Pada tahun 1867, juga ditemukan sebuah prasasti Kerajaan Tarumanegara di daerah perbukitan Cipamingkis, Bogor. Namanya Prasasti Pasir Awi.
Benda peninggalan tersebut bisa dibilang berbeda dari yang lainnya. Hal itu dikarenakan prasasti yang lain ditemukan di aliran sungai, sementara yang satu ini ditemukan di lereng sebuah bukit.
Pada batu bersejarah ini terdapat pahatan kaki yang diduga juga milik Raja Purnawarman. Selain itu tidak ditemukan tulisan, hanya saja terdapat piktograf berbentuk sebatang dahan yang memiliki ranting daun dan buah.
Para ahli sejarah berpendapat kalau piktograf itu menunjukkan tahun pembuatannya. Sayangnya, belum ada yang dapat menerjemahkannya secara pasti.
8. Prasasti Pasir Muara
Sumber: Disparbud Jabarprov
Di urutan terakhir, ada peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang dinamakan Prasasti Pasir Muara. Letaknya tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi, kurang lebih hanya sekitar 1 km saja.
Berbeda dari yang lainnya, pada batu tersebut tertulis tanggal pembuatannya, yaitu tahun 854 Saka atau 932 Masehi. Selain itu, penulisannya menggunakan bahasa Melayu Kuno. Isinya adalah tentang munculnya Kerajaan Sunda sebelum Tarumanegara benar-benar runtuh.
Baca juga: Ulasan Lengkap Silsilah Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Majapahit
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang Berupa Situs Percandian dan Arca
Tadi, kamu sudah puas menyimak tentang prasasti peninggalan kerajaan yang pernah dipimpin oleh Purnawarman di atas, kan? Selanjutnya, berikut ini ada beberapa situs yang juga merupakan petunjuk penting tentang keberadaan kerajaan tersebut, yaitu:
1. Situs Batujaya
Situs Batujaya
Sumber: National Geographic
Tak hanya prasasti, peradaban Kerajaan Tarumanegara juga dapat dilihat dari candi-candi peninggalannya. Salah satunya berada di Situs Batujaya ini.
Karena letak candi yang tersebar, situs tersebut kemudian wilayahnya berada di dua desa, yaitu Desa Talagajaya dan Desa Segaran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luasnya tidak terlalu besar, yaitu hanya sekitar 5 km².
Situs tersebut ditemukan di daerah persawahan oleh warga sekitar pada 1984. Setelah itu, mereka melaporkannya kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Akan tetapi, baru benar-benar diteliti pada tahun 1992.
Hingga tahun 2014, para arkeolog setidaknya sudah menemukan kurang lebih 40 reruntuhan candi. Kebanyakan yang ditemukan hanyalah bagian dasar bangunan. Meskipun begitu, sudah ada beberapa candi yang dipugar.
a. Candi Jiwa
Jika dibandingan dengan yang lain, Candi Jiwa memiliki bentuk yang lebih utuh. Dulu pada saat ditemukan, bangunan tersebut menyembul seperti gundukan setinggi 2 meter yang sebagian badannya masih terkubur di dalam tanah.
Setelah digali, terlihat ada alas penampangnya yang mengelilingi candi dan memiliki lebar sekitar 1,5 meter. Selain itu, ditemukan juga batu yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga membentuk taman.
Bagian atas candi berbentuk sangat unik, yaitu menyerupai bunga teratai. Karena bunga teratai identik dengan agama Buddha, maka para ahli menduga kalau di bagian atas ini merupakan tempat untuk menaruh patung Sang Buddha.
Candi Jiwa memiliki ukuran 19 x 19 meter dan tidak memiliki anak tangga. Bangunan ini dipercaya sebagai tempat untuk melakukan sembahyang.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
b. Candi Blandongan
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara selanjutnya yang bukan prasasti adalah Candi Blanddongan. Saat ditemukan, bangunan ini terkubur dalam gundukan yang dipenuhi oleh semak-semak.
Setelah diekskavasi oleh tim arkeologi FSUI, candi yang terbuat dari batu bata tersebut memiliki luas sekitar 625 m² dengan tinggi 4,3 meter. Bisa dibilang lebih besar daripada yang sebelumnya.
Bangunan ini memiliki pintu masuk dan beberapa tangga di sisinya yang memiliki bentuk berbeda. Hal tersebut memunculkan dugaan kalau tahun pembuatannya tidaklah sama.
Pada badan candi terukir relife-relief. Kemudian, bagian tengahnya terdapat candi tidak utuh yang memiliki luas sekitar 100 m². Sementara itu, bagian atapnya sudah hancur dan tidak diketahui bentuk aslinya. Namun, diperkirakan adalah sebuah stupa.
Sama seperti yang sebelumnya, Candi Blandongan juga bercorak Buddha. Meskipun begitu, unsur-unsurnya tidak persis seperti candi Buddha pada umumnya karena sudah disesuaikan dengan prinsip ajaran dari leluhur.
c. Candi Serut
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Peninggalan yang terdapat dalam Situs Batujaya berikutnya adalah Candi Serut. Bangunan tersebut baru diekskavasi atau digali pada tahun 1989.
Kaki candinya memiliki ukuran sekitar 13,65 x 10,7 meter. Kemudian, tinggi seluruh bagian candinya, yaitu 2,30 meter. Menurut para arkeolog, candi tersebut sepertinya dulu merupakan bangunan rumah biasa.
Sayangnya, kondisi dari bangunan tersebut bisa dibilang rusak. Karena pada saat ditemukan, posisinya miring dan terdapat reruntuhan di sampingnya.
Selain itu, lokasi penemuannya juga sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi candi. Hal tersebut karena daerahnya adalah persawahan yang sering tergenang oleh air. Pada tahun 2007, Candi Serut baru mengalami pemugaran setelah semua bagiannya bisa digali.
Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
d. Candi Sumur
Dan yang terakhir, ada Candi sumur yang pertama kali digali pada tahun 1992. Nama lainnya adalah Candi Segaran IX.
Tidak banyak informasi yang bisa didapatkan dari bangunan bersejarah ini. Namun diketahui bentuknya menyerupai persegi panjang berukuran 7,35 x 10,55 meter.
Sementara itu, ketebalan dindingnya memiliki ukuran yang berbeda. Yang satu tebalnya lebih dari 4 meter, sedangkan yang lainnya hanya sekitar 1,7 meter. Bangunan ini juga sudah dilengkapi dengan pagar keliling untuk melindungi dari tangan-tangan jahil.
2. Situs Cibuaya
Situs Lemah Duwur Lanang
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang kedua ini juga letaknya berada di daerah persawahan. Tepatnya, lokasinya berada di Desa Cibuaya, Kecamatan, Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dulunya, orang-orang mengira kalau peninggalan tersebut merupakan reruntuhan dari bangunan Belanda. Akan tetapi setelah adanya penemuan beberapa Arca Wisnu di sekitarnya, maka kemudian tempat tersebut mendapatkan perhatian.
Selama penelitian arkelogis dari dari 1977 hingga 1994, pada situs tersebut ditemukan banyak sekali bangunan purbakala. Dua di antaranya yang paling terkenal adalah Candi Lemah Duwur Lanang dan Lemah Duwur Wadon.
Candi Lemah Duwur Lanang ini berbentuk segi empat karena hanya merupakan bagian kaki candi saja. Ukurannya adalah 9 x 9,6 meter.
Di sisinya juga terdapat tangga yang sayangnya sudah rusak. Kemudian, di atasnya terdapat lingga yang berdiamer kurang lebih 40 cm.
Tak jauh dari candi tersebut, ada sebuah candi yang dinamakan Lemah Duwur Wadon. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 1985, bangunan purbakala ini memiliki ukuran yang lebih kecil, yaitu 3,5 x 3,5 meter dan dibangun menggunakan batu bata.
Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang Harus Kamu Tahu
Prasasti dan Candi Peninggalah Sejarah dari Kerajaan Tarumanegara
Itulah dia informasi lengkap mengenai benda-benda peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang bisa kamu simak di sini. Gimana? Apakah sudah memuaskan rasa ingin tahumu?
Kalau misalnya belum, kamu bisa menyimak informasi mengenai Kerajaan Tarumanegara di artikel yang lainnya di PosKata.
Selanjutnya, kalau kamu mencari ulasan mengenai kerajaan-kerajaan di nusantara, mending langsung cek saja artikel yang lainnya. Beberapa contohnya adalah Kerajaan Kutai, Majapahit, Sriwijaya, dan lain-lain. Yuk, baca terus!