
Kisah persahabatan antara manusia dan tumbuhan itu bisa dibilang cukup menarik untuk disimak. Salah satu contohnya adalah cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon yang akan kami uraikan di bawah ini.
Kamu mungkin sudah sering mendengar tentang kisah persahabatan antara manusia dan hewan. Namun, pernahkah kamu mendengar persahabatan antara manusia dan tumbuhan? Kalau belum, coba simak cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon di bawah ini.
Kisahnya yang menarik tak hanya bisa kamu nikmati sendiri, tapi juga bisa kamu ceritakan ulang pada buah hati atau keponakan tersayang. Setelah membacakan kisahnya, kamu bisa mengajarkan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari ceritanya. Lewat cerita ini, kamu pun bisa sekalian mengajarkan tentang tanaman perdu yang dikenal juga dengan nama singkong.
Sudah tak sabar ingin mengetahui cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon? Tanpa menunggu lama, langsung saja simak kisahnya sekaligus ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya di bawah ini, yuk!
Cerita Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon
Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang janda yang tinggal sendirian di sebuah rumah di desa terpencil. Demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia selalu menjual dedaunan dan rempah-rempah dari hasil ladangnya yang tak sebegitu luas dan selama ini selalu ia urus sendiri.
Malang, pada suatu hari, terjadilah serangan babi hutan. Hewan buas dan liar itu menyerang seluruh ladang milik petani di desa itu hingga hancur berantakan. Begitu pula dengan ladang milik si Janda.
Tentu saja hal itu membuat si Janda merasa sedih dan berduka. Bagaimanapun juga, ladang itu adalah satu-satunya sumber kehidupannya. Kini, ladang itu sudah rusak dan ia tak tahu harus melakukan apa untuk bisa terus bertahan hidup.
Dengan penuh putus asa dan dilanda kesedihan, si Janda berjalan sendirian menyusuri hutan. Ia berharap bisa menemukan sesuatu yang nantinya bisa ia jual ke pasar.
Setelah berjalan beberapa lama, ia menemukan sebuah pohon asing yang rindang dan berukuran besar. Buahnya terlihat panjang dan berwarna cokelat tua.
Si Janda yang tak pernah mengetahui apakah pohon itu sebelumnya merasa ragu. Jika ia memotong buah atau batang pohon itu, bisakah ia menjualnya ke pasar. Karena akan menjadi hal yang sia-sia jika ia memotongnya dengan asal-asalan tapi pada akhirnya ia tak bisa menjualnya.
Dengan penuh kebingungan dan rasa lelah yang mulai terasa di tubuhnya, si Janda memutuskan untuk duduk di bawah pohon rindang itu sejenak. Tak berapa lama setelah si Janda duduk bersandar, ia mendengar sebuah suara yang sangat keras.
“Wahai anak manusia! Apa yang kau lakukan dengan duduk di situ? Bukankah seharusnya kau bekerja untuk mengurus keluargamu?” tanya sang suara gaib.
Siapakah Pemilik Suara Gaib Itu?
Si Janda yang terkejut langsung berusaha mencari sumber dari suara itu. Setelah mencari ke sekelilingnya, barulah ia menyadari kalau suara yang terdengar menggelegar itu berasal dari pohon besar yang berdiri kokoh di hadapannya. Jelas saja hal itu membuat badan si Janda gemetar dan lidahnya kelu.
“Jangan takut, anak manusia! Aku tak memiliki maksud jahat kepadamu. Aku hanya memintamu untuk menjawab pertanyaanku saja!” ucap sang pohon lagi.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, si Janda kemudian menceritakan segala peristiwa yang menimpanya. Ia juga menjelaskan tentang tujuannya datang ke hutan itu.
“Betapa kasihannya kau. Kalau begitu, aku akan membantumu! Terimalah pemberianku ini.” Setelah berucap begitu, pohon rindang itu menjatuhkan beberapa buahnya. Meskipun begitu, si Janda tidak langsung mengambil buah berwana cokelat tua itu karena ia tidak tahu bagaimana cara memakannya.
Rupanya, sang pohon menyadari kebingungan si Janda. “Tak perlu bingung,” ucap sang suara gaib, “Untuk memakannya, yang perlu kau lakukan hanyalah merebusnya dan kau sudah bisa menikmatinya.”
Setelah mendengar itu, barulah si Janda mengambil buah yang jatuh itu. “Terima kasih, pohon yang baik,” ucap si Janda kemudian, “Kau benar-benar telah menolongku. Sekiranya, apakah yang harus kulakukan untuk bisa membalas kebaikanmu ini?”
“Tak masalah, anak manusia,” jawab suara sang pohon rindang, “Kau tak perlu membalasnya. Aku hanya ingin membantumu.”
“Kalau boleh tahu, sebenarnya kau ini pohon apa?” tanya si Janda penasaran.
“Perkenalkan, aku adalah Ketela Pohon,” jawab suara pohon ketela pohon itu.
“Sekali lagi, terima kasih, Ketela Pohon!” ucap si Janda kemudian kembali ke rumahnya.
Nasib Ketela Pohon yang Dibabat Habis
Ketela Pohon Dibabat
Sumber: Wikimedia Commons
Sejak saat itu, hidup si Janda selalu ditopang oleh buah dari Ketela Pohon. Bahkan, kini ia tak hanya merebus buahnya untuk dirinya sendiri. Sebagian dari buahnya ia jual kembali ke pasar.
Awalnya, orang-orang di pasar tak ada yang membeli buah tersebut. Alasan sama seperti sang penjual ketika pertama kali melihat buah itu, mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengonsumsinya.
Si Janda pun kemudian mulai mempromosikan dan mengajari orang-orang pasar tentang cara untuk menikmati buah itu, yakni dengan merebusnya terlebih dahulu. Siapa sangka rupanya banyak sekali orang yang menyukainya. Buah dagangannya pun akhirnya memiliki banyak peminat dan laris manis.
Pada suatu hari, karena masih memiliki persediaan makanan dan buah untuk di jual, si Janda memutuskan untuk tidak pergi ke hutan terlebih dahulu. Ia berniat untuk kembali ke sana jika sudah menghabiskan dagangannya.
Namun, betapa terkejutnya ketika keesokan harinya berjualan di pasar, ia mendengar kabar bahwa pasukan kerajaan baru saja membabat habis hutan di daerah mereka. Ia langsung khawatir dengan kondisi Ketela Pohon.
Tanpa menunggu lama, ia langsung lari tunggang langgang menuju ke arah hutan. Ia berniat untuk memastikan kebenaran dari berita itu. Karena jika benar adanya, ia tak bisa membayangkan kehilangan dewa penolong yang telah banyak membantunya ketika ia tengah mengalami kesulitan hidup.
Sayangnya, berita itu rupanya benar adanya. Sesampainya di hutan, tak ada satu batang pohon pun yang masih berdiri tegak. Semuanya roboh dan meninggalkan sisa tonggak-tonggak kayu. Mata si Janda pun hanya bisa nanar melihat pemandangan yang terpampang di hadapannya itu.
Upaya Si Janda Menyelamatkan Ketela Pohon
Dengan penuh kepanikan, si Janda berusaha mencari batang ketela pohon di antara batang-batang yang tergeletak di tanah. Ketika akhirnya berhasil menemukannya, ia pun langsung menangis sejadi-jadinya.
Ia menyesali karena tak pergi ke hutan kemarin. Seandainya saja kemarin ia pergi ke hutan, setidaknya ia masih bisa melihat Ketela Pohon untuk terakhir kalinya dan mengucapkan salam perpisahan terlebih dahulu. Namun, kini nasi telah menjadi bubur.
Si Janda hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya. Di tengah-tengah tangisannya itu, ia memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar bisa dipertemukan kembali dengan Ketela Pohon.
Kemudian, ada sebuah suara gaib yang kembali terdengar dan membuat si Janda terkejut. “Tak perlu menangis, kawan! Kau bisa memotong-motong batang tubuhku menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian tanamlah batang itu. Suatu saat nanti kau pasti akan kembali bersua denganku!”
Betapa terkejutnya dan gembiranya si Janda. Ia sama sekali tak menyangka kalau Ketela Pohon sahabatnya itu masih bisa bersuara. Selain itu, ia juga tak mengira kalau rupanya ia masih bisa menyelamatkan sahabatnya itu. Bahkan, ia bisa menanamnya kembali di kebun belakang rumahnya.
Tanpa menunggu lama, ia langsung memotong-motong batang tubuh Ketela Pohon dan membawanya kembali pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia segera menanam setiap bagian batang itu di kebun belakang rumahnya, sesuai dengan petunjuk Ketela Pohon.
Kelanjutan Hidup Ketela Pohon
Tanpa sadar, waktu pun berlalu dan hari berganti. Batang-batang pohon yang ditanam di kebun belakang rumah kini telah tumbuh bersemi. Setiap batang yang ditancapkan kini tumbuh menjadi satu pohon yang utuh dan rindang.
Pada suatu hari, ketika si Janda tengah asyik menyiangi tanamannya, mendadak terdengar kembali suara Ketela Pohon.
“Terima kasih, wahai Janda yang baik hati. Berkat kebaikan dan kemuliaan hatimu, kini aku bisa hidup kembali. Tuhan telah mengabulkan doamu agar bisa bertemu kembali denganku!” ucap Ketela Pohon.
“Tak apa-apa, kawanku! Semua ini kulakukan sebagai balas budi atas kebaikanmu ketika aku terpuruk! Justru kau lah yang telah banyak membantuku!” jawab si Janda.
“Kini kau juga bisa kembali mengambil buahku. Namun, sekarang buahku berada di dalam tanah dan batangku tak akan bisa menjulang lagi seperti dahulu.”
“Kenapa begitu, Ketela Pohon?” tanya si Janda khawatir. Ia takut kalau ia sudah melakukan sebuah kesalahan yang kini membuat sahabatnya tak lagi bisa tumbuh menjulang tinggi seperti dahulu.
“Tidak apa-apa, kawan. Semua ini adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Namun, kau tak perlu khawatir berlebih, karena aku baik-baik saja. Justru sekarang kau tak perlu takut kehilangan diriku lagi. Jika mau, kau bisa terus memperbanyak diriku dengan cara yang sudah kuajarkan kemarin, yaitu dengan memotong-motong batang tubuhku kemudian menanam setiap bagian batangnya!” Ketela Pohon menjelaskan dengan panjang lebar.
Mendengar penjelasan itu, kekhawatiran si Janda pun menghilang dan berubah menjadi kebahagiaan. Ia senang karena Ketela Pohon bisa kembali lagi ke sisinya meskipun dengan penampilan yang sedikit berbeda.
Bahkan, ia tak hanya menyimpan Ketela Pohon untuk dirinya sendiri. Ia pun memotong beberapa batang pohonnya kemudian membagikannya kepada tetangga-tetangganya. Demikian seterusnya si tetangga pun membagikannya pada orang lain hingga tanaman itu bisa menyebar dan dimanfaatkan oleh banyak orang.
Unsur Intrinsik Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah membaca cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon, jangan lupa ketahui juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, yuk! Di sini kamu bisa mengetahui ulasan seputar tema, tokoh sekaligus perwatakan, latar, alur, dan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari dongengnya!
1. Tema
Inti cerita atau tema dari kisah dongeng si Janda dan Ketela Pohon ini adalah tentang kebaikan hati dan ketulusan. Hal tersebut ditunjukkan dari kebaikan sang Ketela Pohon yang rela memberikan buahnya dengan suka rela tanpa bayaran apa pun, dan terlihat dari sikap si Janda yang langsung berusaha menyelamatkan sang pohon ketika menyadari kalau hutannya digunduli.
2. Tokoh dan Perwatakan
Hanya ada dua tokoh yang diceritakan sepanjang cerita dongeng ini, yakni si Janda dan Ketela Pohon. Secara perwatakan, keduanya memiliki sifat yang kurang lebih sama, yaitu baik hati, suka menolong orang lain yang lebih membutuhkan, dan tulus tanpa pamrih.
3. Latar
Dalam cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon ini, ada beberapa latar lokasi yang disebutkan. Di antaranya adalah rumah si Janda yang memiliki kebun atau ladang di belakangnya, hutan tak jauh dari desa tempat Ketela Pohon tumbuh, dan pasar tempat si Janda berjualan hasil panen dan buah-buahannya.
4. Alur
Jika dilihat dari kisahnya, cerita si Janda dan Ketela Pohon ini adalah contoh dongeng yang memiliki alur maju. Sejak awal cerita hingga akhir, setiap peristiwa dalam kisahnya diceritakan secara berurutan.
Kisahnya dimulai dari seorang wanita yang dikenal dengan si Janda suatu hari tertimpa musibah. Ladang yang menjadi satu-satunya sumber mata pencahariannya mendadak diserang oleh babi hutan.
Ia pun jadi bingung dan berusaha pergi ke hutan untuk mencari tanaman lain yang bisa ia jual ke pasar. Setelah lama berkeliling, ia tak juga menemukan tanaman yang ia cari dan akhirnya kelelahan. Ia pun kemudian beristirahat di bawah sebuah pohon rindang.
Tak berapa lama kemudian, ia mendengar sebuah suara tanpa wujud yang menyapanya dan bertanya apa yang sedang dilakukan si Janda di sana. Rupanya, pemilik dari suara tersebut adalah pohon rindang tempatnya beristirahat, yang rupanya bernama Ketela Pohon.
Dengan kebaikan hatinya, Ketela Pohon menawarkan agar si Janda mengambil buahnya untuk dimasak atau dijual. Sejak saat itu, hidup si Janda kembali membaik. Hingga ketika mendadak ia mendapatkan kabar kalau pasukan kerajaan membabat habis hutan di dekat desa mereka.
Si Janda pun langsung lari ke hutan dan bersedih. Untungnya, ia masih menemukan batang Ketela Pohon yang memberitahunya untuk memotong batang itu menjadi beberapa bagian kemudian menanamnya.
Tanpa menunggu lama, ia mengikuti instruksi itu dan menanamnya di ladang belakang rumahnya. Benar saja, beberapa waktu kemudian, batang itu kembali tumbuh dan mengeluarkan buah yang bisa ia jual lagi ke pasar. Ia pun kemudian membagi pohon tersebut pada warga sekitar agar bisa menanamnya juga.
5. Pesan Moral
Dari cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon ini bisa didapatkan pesan moral yang dapat diajarkan kepada buah hati tersayang. Di antaranya adalah usahakan untuk selalu melakukan kebaikan dengan penuh ketulusan pada orang lain. Yakinlah kalau kebaikanmu itu suatu saat nanti pasti akan kembali lagi padamu.
Selain unsur intrinsik, dari cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon juga bisa didapatkan unsur ekstrinsik yang melengkapi kisahnya. Di antaranya adalah nilai sosial, budaya, dan moral yang berlaku di masyarakat sekitar.
Fakta Menarik tentang Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon
Sumber: Wikimedia Commons
Masih semangat untuk membaca artikel cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon ini, kan? Sekarang kamu bisa juga mengetahui beberapa fakta menarik seputar kisahnya! Berikut adalah ulasannya!
1. Diangkat Menjadi Animasi Pendek
Cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon yang menarik dan mengandung pesan moral yang baik ini membuat kisahnya banyak diadaptasi menjadi video animasi pendek. Biasanya, video-video animasi tersebut bisa ditemukan dengan mudah di YouTube.
Penggunaan video-video animasi tersebut bisa mempermudahmu dalam penyampaian cerita dongeng si Janda dan Ketela Pohon kepada anak-anak. Karena biasanya video animasi tersebut disertakan gambar yang menarik. Kalau mau, kamu bisa menayangkan video animasinya melalui TV atau ponselmu.
2. Sistem Stek
Sistem memotong batang ketela pohon dan penanamannya kembali itu sebenarnya ada namanya, yaitu stek. Stek atau setek sendiri sebenarnya merupakan metode memperbanyak tanaman dengan cara menggunakan potongan tubuh dari tumbuhan tersebut, bisa batang, akar, atau daunnya.
Hal itu bisa dilakukan karena tumbuhan tersebut memiliki sifat totipotensi, di mana sel tumbuhan tersebut bisa membelah diri menjadi sel lain. Dengan begitu, ketika bagian dari tumbuhan tersebut ditanam, tanamannya bisa kembali tumbuh.
Selain ketela pohon, ada beberapa tanaman lain yang bisa ditanam dengan sistem stek ini. Di antaranya adalah lemon, tebu, tanaman teh, atau tanaman pagar.
Sudah Puas Membaca Dongeng Si Janda dan Ketela Pohon Di Atas?
Demikianlah cerita dongeng Si Janda dan Ketela Pohon yang telah kami siapkan khusus untukmu. Menarik untuk diceritakan kembali, bukan, kisahnya? Kamu pun juga bisa mengajarkan pesan moralnya untuk buah hati tersayang.
Jika ingin mencari kisah lain yang tak kalah menariknya, langsung saja simak artikel-artikel di PosKata ini, yuk! Di sini kamu bisa mendapatkan legenda bunga matahari, kisah bunga mawar merah yang sombong, dan dongeng bunga melati yang baik hati.
Selain kisah-kisah dongeng yang indah, di PosKata ini kamu juga bisa mendapatkan berbagai artikel menarik. Di antaranya adalah artikel inspirasi yang kumpulan kutipannya bisa kamu jadikan sebagai update status di akun media sosialmu, artikel histori yang bisa menambah ilmu tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, dan juga artikel arti-arti kata dalam bahasa Indonesia berdasarkan KBBI sekaligus sinonim juga antonimnya. Selamat membaca!